• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMIKIRAN MAZHAB HANAFI TENTANG KEDUDUKAN BA’I AL WAFA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PEMIKIRAN MAZHAB HANAFI TENTANG KEDUDUKAN BA’I AL WAFA "

Copied!
86
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Sedangkan jual beli yang sebenarnya (yang dibenarkan) dengan syara' harus terlepas dan bebas dari keterkaitan tersebut. Bentuk jual beli yang mirip dengan bai' al-wafa' di Indonesia disebut pagang gadai di Minangkabau.

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Berdasarkan hal tersebut, jual beli seperti ini diciptakan oleh masyarakat dan disetujui oleh mazhab Hanafi guna mencegah riba merajalela di kalangan masyarakat karena orang kaya tidak rela meminjamkan uangnya kepada orang yang membutuhkan. (al-qardh al-hasan) tanpa mendapat imbalan apa pun. Untuk mengetahui implikasi bai’ al wafa menurut mazhab Hanafi bagi umat Islam di Indonesia.

Kegunaan Penelitian

Definisi Istilah

35Rofiqotur Riskiyah, Tinjauan Ijma' Konsep Bai'al-Wafa', (Jurnal Magister Hukum Ekonomi Islam Vol 5 No. 1 Tahun 2021) hal.88. 37Rofiqotur Riskiyah, Tinjauan Ijma' Konsep Bai'al-Wafa', (Jurnal Magister Hukum Ekonomi Islam Vol 5 No. 1 Tahun 2021) hal.88. Ulama Hanafiah berpendapat bahwa rukun bai ‘Al-wafa’ sama dengan rukun jual beli pada umumnya, yaitu ijab (pernyataan jual beli) dan qabul (pernyataan beli).

Hal serupa juga berlaku pada syarat bai' al-wafa; menurut mereka, syarat-syarat jual beli secara umum. Fokus penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi variabel atau komponen kunci dalam mazhab Hanafi mengenai posisi jual beli bai’ al-wafa. Pada saat itu, untuk menghindari riba, masyarakat Bukhara dan Balkh merancang suatu bentuk jual beli yang kemudian dikenal dengan istilah bai 'al-wafa.

Dimana bai’ al-wafa’ adalah jual beli yang dilakukan oleh dua pihak, dengan disertai syarat bahwa barang yang dijual dapat dibeli kembali oleh penjual apabila tenggang waktu yang telah ditentukan telah tiba.

Tinjauan Penelitian

Landasan Teoritis

Para ahli hukum yang menghalalkan akad ini berpendapat bahwa akad jual beli wafa’ dan rahn sangatlah berbeda. Nasrun Haroen mengutip pendapat Mustafa Ahmad az-Zarqa bahwa ada tiga bentuk al-wafa' dalam akad jual beli; (a) Jual Beli Biasa, yaitu orang A menjual sawahnya kepada orang B; (b) Setelah berakhirnya akad jual beli, barang tersebut berpindah ke tangan pembeli dan berbentuk ijarah (sewa), karena barang yang dijual harus dikembalikan kepada penjual; (c) Ketika masa tenggang terjadi, beli dan jual ini. Dua pembelian dan penjualan yang dilakukan oleh dua pihak dengan syarat penjual dapat membeli kembali barang yang dijual jika telah terjadi masa tenggang yang ditentukan.

Berdasarkan konsep jual beli wafa jelas bahwa bay wafa berbeda dengan rahn (gadai), karena rahn merupakan suatu bentuk ikatan (jaminan utang). Penambahan syarat bai' al-wafa hanya dalam hal penegasan bahwa barang yang dijual harus dibeli kembali oleh penjual dan tenggang waktu uang pembelian dan pembeliannya harus tetap, misalnya 1 tahun, 2 tahun, atau lebih.”40 Dan pembeli dapat mengambil manfaat dari barang yang dibelinya karena peralihan hak milik tersebut bukan merupakan tujuan kedua belah pihak yang melakukan transaksi jual beli al-wafa.

Metode Penelitian

Metode penelitian dalam buku ini mencakup beberapa bagian yaitu jenis penelitian, fokus penelitian, jenis dan sumber data yang digunakan, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data44. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengumpulkan data dan informasi adalah data primer dan data sekunder. Metode inferensi dilakukan dengan cara menganalisis data, dimulai dari hal-hal yang bersifat umum, hingga sampai pada suatu kesimpulan yang bersifat khusus dan dapat diperhitungkan.

Metode induksi dilakukan dengan menganalisis data, dimulai dari hal-hal yang bersifat khusus, baru kemudian dapat diambil kesimpulan yang bersifat umum. Data yang tersedia sebagian besar terdiri dari bahan terdokumentasi (buku, surat kabar, kaset, manuskrip). Peneliti mempunyai kemampuan teknis dalam mengolah bahan/data yang dikumpulkannya karena beberapa dokumentasinya sangat spesifik/spesifik.

KONSEP BA’I AL WAFA MENURUT MAZHAB HANAFI

Sejarah Mazhab Hanafi

Imam Abu Hanifah mempunyai kepiawaian yang begitu tinggi dalam bidang fiqh sehingga tak tertandingi oleh para ulama fiqh pada masanya. Abu Hanifah adalah seorang pengusaha karena ayahnya seorang pengusaha besar dan ia bertemu dengan Ali bin Abi Thalib. Kebijaksanaannya menarik perhatian orang-orang yang mengenalnya karena Asy-Sya’bi menyarankan agar Abu Hanifah fokus pada ilmu pengetahuan.

Imam Abu Hanifah lahir di Kufah (Irak), yang penduduknya adalah orang-orang yang akrab dengan budaya dan peradaban. 55 Ibnu Eman Al Cidadapi, Biografi Imam Abu Hanifa: Pelopor Mahab Hanafi dalam Islam, (Putra Ayu: 2018), hal. 57 Ibnu Eman Al Cidadapi, Biografi Imam Abu Hanifah: Pelopor Mahab Hanifah dalam Islam, (Putra Ayu: 2018), hal.

Ba’i Al Wafa Menurut Kalangan Ulama dan Beberapa Mazhab

Menurut Malikiyya, rukun jual beli itu ada tiga, yaitu 1) aqidain (dua orang yang mengadakan akad, yaitu penjual dan pembeli); Ba'i Al wafa Dalam bahasa lughawi (bahasa) al-ba'i adalah jual beli dan al-wafa adalah penundaan yang artinya ba'i al-wafa adalah jual beli dengan penundaan. Selain secara moral menghindari tradisi riba, secara sosial ekonomi jual beli (Bai' al Wafa) ini juga menguntungkan kedua belah pihak.

Ulama Hanafiyah berpendapat bahwa rukun bai al-wafa sama dengan rukun jual beli pada umumnya, yaitu ijab (pernyataan jual beli) dan qabul (pernyataan jual beli). Maka para ulama memberikan hukum yang berbeda-beda terhadap akad bai’ al-wafa’, antara lain: Ibnu Abidin dalam bukunya yang berjudul Raddul Muhtar, beliau mengemukakan bahwa hukum jual beli al-wafa’. Mengingat jual beli Ba'I Al wafa masih menjadi perdebatan para ulama, maka diharapkan umat Islam khususnya para ulama dapat membahas lebih lanjut permasalahan Ba'I al wafa.

Ba’i Al Wafa Menurut Mazhab Hanafi

PERBEDAAN BA’I AL WAFA DENGAN RAHN MENURUT MAZHAB

Ba’i Al Wafa

Al-ba'i Dalam lughawi adalah jual beli, dan al-wafa adalah masa tenggang, artinya ba'i al-wafa adalah jual beli dengan masa tenggang. Ditinjau dari kompilasi hukum ekonomi Islam, jual beli bai al-wafa dengan hak membeli kembali adalah jual beli yang terjadi dengan syarat barang yang dijual dapat dibeli kembali oleh penjual pada saat disepakati. batas waktu telah tiba. Hanafi berpendapat bahwa ba’i al-wafa sah dan tidak termasuk dalam larangan Nabi Muhammad SAW yang melarang jual beli dengan syarat.

Mustafa Ahmad az-Zarqa, seorang tokoh fiqih asal Syam, mengartikan bai’ al-wafa’ sebagai “jual beli yang dilakukan oleh dua pihak dengan syarat barang yang dijual dapat dibeli kembali oleh penjual apabila telah tiba jangka waktu yang ditentukan. ".

Pengertian Akad Rahn

Cara berpikir ulama Hanafi dalam membenarkan bai al-waf didasarkan pada istihsan Urfi. Sebagaimana telah penulis jelaskan pada bab sebelumnya, bai’ al-wafa’ ini pada hakikatnya sama dengan gadai. 121 Suhardi, Bai' Al-Wafa' Studi Banding Ulama Hanafiyah dan Ulama Syafi'iyah Serta Implementasinya di Indonesia, Vol.

Faizah, Nur 'Bai' Al-Wafa' positionsanalyse i Fiqh Muamalah's perspektiv, doktorafhandling, UIN Ar-Raniry Banda Aceh. Riskiyah, Rofiqotur Ijma' Review of the Bai'al-Wafa' Concept, (Journal of Magister of Sharia Economic Law Vol 5, No 1 2021. Suhardi, Bai' Al-Wafa' Comparative Study Between Hanafiyah Ulama og Syafi'iyah Ulama og Dens implementering i Indonesien, Vol.

Perbedaan Ba’i Al Wafa dengan Rahn

IMPLIKASI BA’I AL WAFA MENURUT MAZHAB HANAFI DI

Ba’ I Al Wafa Menurut Mazhab Hanafi

Para ulama fiqih dan setiap umat Islam sepakat bahwa jual beli adalah akad yang sah dan jaiz (boleh). Dalam situasi tertentu, jual beli yang diperbolehkan secara hukum dapat menjadi wajib, yaitu ketika terdapat praktik ihtikar (menimbun barang sehingga persediaan menjadi langka atau tidak ada di pasaran dan standar harga barang meningkat). Dalam terminologi fiqh, jual beli wafa’ adalah suatu jual beli yang dilakukan oleh dua pihak dengan syarat barang yang dijual tersebut dapat dibeli kembali oleh penjual jika tenggang waktu yang ditentukan telah tercapai103 dalam ba’I al wafa pembeli dalam memanfaatkan barang itu, dia membeli untuk waktu yang terbatas.

Barang tersebut harus dikembalikan kepada pemiliknya ketika waktu yang ditentukan tiba, dan barang tersebut tidak berpindah kepemilikan seperti halnya jual beli. Walaupun barang yang dijual dalam jual beli ini harus dikembalikan kepada penjual, namun pengembaliannya juga dilakukan melalui perjanjian jual beli. Dalam hal jual beli, menurut mereka, yang menjadi rukun akad hanyalah ijab kabul dan qabul saja, sedangkan para pihak yang berkontrak (penjual dan pembeli), barang yang dibeli dan harga barang tersebut tidak termasuk dalam rukunnya, melainkan yaitu. syarat-syarat jual beli.117 Adapun syarat-syarat Ba'I al wafa sama dengan syarat-syarat jual beli pada umumnya.

EksistensiBa’i Al Wafa Menurut Mazhab Hanafi

Tesis Suhardi yang mengkaji Studi Banding Bai' Al-Wafa' Antara Ulama Hanafiyah dan Ulama Syafi'iyah Serta Penerapannya di Indonesia. 120Ubaidillah, Ulasan Istihsan Bai' Al-Wafa' di Baitul Maal Wa Tamwil Sidogiri Cabang Bondowosoh, Istidlal Jilid 2, Nomor 2, Oktober 2018, hal.159. Dalam melaksanakan kegiatan Ba'I al-wafa ada baiknya para pihak memahami bentuk dan isinya.

Hidayah, datter af Bai' Al-Wafa Praksis ifølge Hanafi- og Maliki-skolernes synspunkter, (afhandling, Shari'ah-fakultetet, Sultan Maulana Hasanuddin Bantens stats islamiske universitet 2018 M/1440 H.). Muklisin, Khoiri, 'Bai' Al Wafa in a Review of Islamic Law', Istikhlaf, Journal of Banking Economics and Sharia Management, 2.2 2019. Ubaidillah, 'Istihsan Review of Bai' Al-Wafa' i Baitul Maal Wa Tamwil Sidogiri Branch of Bondowoso', Journal Islamic Economics and Law, 2.2 2018 Wibisono, Dermawan.

Implikasi Bai’ Al Wafa Pemikiran Mazhab Hanafi

PENUTUP

Simpulan

Ba’i al-wafa didirikan untuk mencegah riba dalam pinjam meminjam, dan juga sebagai sarana gotong royong antara pemilik modal dengan masyarakat yang membutuhkan uang dalam jangka waktu tertentu. Oleh karena itu, ulama Madzab Hanafi menganggap ba’ i al-wafa sah dan tidak tunduk pada larangan Rasulullah SAW yang melarang jual beli yang disertai syarat. Sebab meskipun harta itu wajib dikembalikan kepada pemilik aslinya, namun pengembaliannya juga harus melalui akad jual beli. Dalam akad rahn, pembeli tidak sepenuhnya memiliki barang yang dibeli (karena harus dikembalikan kepada penjual), sedangkan dalam ba’i al wafa, barang tersebut sepenuhnya menjadi milik pembeli selama jangka waktu yang disepakati, terhadap semua pihak. . biaya yang diperlukan untuk pemeliharaan barang tersebut menjadi tanggung jawab pembeli, tanggung jawab pemilik barang, sedangkan dalam ba'i al wafa, biaya pemeliharaan sepenuhnya menjadi tanggung jawab pembeli, karena barang adalah pemiliknya. selama jangka waktu yang disepakati.

Mazhab Hanafi memang belum umum digunakan di Indonesia dan Ba'I al wafa bisa dikatakan jual beli sama saja dengan pelunasan, dalam artian sering digunakan dalam bidang perekonomian terutama oleh orang-orang yang berkecimpung dalam bidang ekonomi. transaksi investasi. .

Saran

Asa'Ari "Bai'Ul Wafa; Tinjauan Penggunaan Dalil Maslalah di Kalangan Hanafiyah, Jurnal Islamika, Vol 13 No. Cidadapi, Ibnu Eman Al Biografi Imam Abu Hanifah: Pelopor Mahab Hanafi dalam Islam, Putra Ayu: 2018 . Mahkamah Agung, Komplikasi Hukum Ekonomi Syariah, Jakarta: Edisi Revisi, 2016 Mardani, Ekonomi Fiqh Syariah, Jakarta: Edisi Pertama, Kencana, 2002.

Setiawan, Kamus Besar Bahasa Indonesia Ebta (KBBI) Kamus Versi Online/Online (dalam jaringan), Https://Kbbi.Web.Id/Pikiran, diakses pada 3 Oktober 2020 pukul 18.211 Sri Sudiarti, 'Bay 'Al-Wafa' : Permasalahan dan Solusi dalam Implementasinya', Analytica Islamica, 5.1 2016. Suheri, Fiqih Muamalah Islam (Jual Beli Dalam Islam), Https://Suherilbs.Wordpress.Com/Fiqih, diakses 15 Oktober 2020 pukul 14 :23. Yuris, Andre Pelajari Analisis Konten Https://Andreyuris.Wordpress.Com Analisis-Konten-.

Referensi

Dokumen terkait

Jencks ve meslektaşları, beğeniyle karşılanan ama tartışmalı nitelikteki metinlerinde, aile geçmişleri birbirine benzeyen ve testlerde benzer sonuçlar alan kişilerin neredeyse farklı