• Tidak ada hasil yang ditemukan

penafsiran surah at-ti>n - Repository IAIN Bengkulu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "penafsiran surah at-ti>n - Repository IAIN Bengkulu"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Rumusan Masalah

Kakšna je razlaga Pasti at-Ti>n po Hamki v Tafsi>r al-Azhar dalam Sayyid Qut{b v Tafsi>r Fi> Z}ilal al-Qur'a>n. Kakšne so podobnosti in razlike med Hamkino razlago v Tafsi>r al-Azhar in Sayyid Qut{b v Tafsi>r Fi> Z}ilal al-Qur'a>n o suri at-Ti>n.

Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Secara akademis, untuk memenuhi salah satu syarat meraih gelar sarjana agama di bidang Al-Qur'a>n dan Tafsir IAIN Bengkulu.

Kajian Pustaka

Dampaknya dapat merusak prinsip-prinsip Islam, merusak citra Islam, menghilangkan kepercayaan terhadap ulama salaf di kalangan sahabat dan tabi’in, serta menjauhkan umat dari niat yang terkandung dalam ayat-ayat Al-Qur’an. Keempat, skripsi yang ditulis oleh Muhammad Nur Mahmud pada tahun 2019 berjudul Kajian Banding Tafsir Ayat-Ayat Takdir (Qadar) Menurut Sayyid Qut{b dalam Tafsi>r Fi> Z}ilal al-Qur'a>n dan Hamka dalam Tafsi >r al-Azhar. Sayyid Qut{b lebih menekankan pada bahan dasar penciptaan manusia, sedangkan Hamka lebih menekankan pada proses penciptaan manusia.

20 Muhammad Nur Mahmud, Kajian Banding Tafsir Ayat Takdir (Qadar) Menurut Sayyid Qut{b dalam Tafsir Fi> Zilalil Qur'a>n dan Hamka dalam Tafsi>r al-Azhar, Skripsi Fakultas Agama Islam , Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2019, pdf. Adapun kajian ini, Tafsir Surah at-Ti>n (Studi Banding Tafsi>r al-Azhar karya Hamka dan Tafsi>r Fi>Z}ilal al-Qur'a>n karya Sayyid Qut{b) membahas dengan perbandingan pemikiran tafsir Hamka dan Sayyida Qut{ba pada Surat at-Ti>n.

Kerangka Pemikiran

Metode penafsiran muqaran (perbandingan) terutama terdiri dari membandingkan teks-teks (nas) ayat-ayat Al-Qur'an yang mempunyai pasal pokok yang sama atau mirip dalam dua kasus atau lebih, atau yang mempunyai pasal pokok yang berbeda untuk hal yang sama. Al-Farmawi menyatakan bahwa yang dimaksud dengan membandingkan adalah menjelaskan ayat-ayat Al-Qur'an berdasarkan apa yang telah ditulis oleh sejumlah ahli tafsir. Nama Surat at-Ti>n atau wat Tin merupakan satu-satunya nama yang diperkenalkan oleh para ulama.

Mengenai Surah Ti>n yang diriwayatkan oleh al-Barra bin Azib, “dalam suatu perjalanan, Rasulullah. 25 Yayasan Penyelenggara/Penerjemah Al-Qur'a>n, al-Hidayah al-Qur'a>n Tafsir Per Kata Tokoh Tajwid, (Kementerian Agama, 2011), hal.

Metode Penelitian

Sumber data primer adalah sumber data utama yaitu Kitab Suci Al-Qur’an dan terjemahannya, kitab Tafsi>r al-Azhar karya Buya Hamka dan kitab Tafs>r Fi> Z}ila> lil Qur' a>n oleh Sayyid Qut {b (terjemahan}) . Selain sumber data primer, terdapat data sekunder yang bersifat melengkapi sumber data primer yaitu Tafsir Al-Misbah karya Quraish Shihab, risalah, jurnal, buku dan karya lainnya selain membantu dalam penelitian ini relevan dengan masalah yang diteliti. Pengumpulan data merupakan suatu proses mengidentifikasi dan mengumpulkan informasi, yang dilakukan oleh peneliti sesuai dengan tujuan penelitian.

Teknik pengumpulan data adalah pengumpulan data yang diperoleh langsung dari hasil pengumpulan objek penelitian. Yang digunakan dalam penelitian ini dengan mengambil salah satu surah dalam Al-Qur'an yaitu surah at-Ti>n, tafsir surah dalam kitab Tafsi>r al-Azhar karya Hamka dan Tafsir Fi. > Z{ilal al-Qur'a>n karya Sayyid Qut{b yang menjadi sumber utama dalam penelitian ini, kemudian mengumpulkan sumber-sumber sekunder yang akan mendukung sebagaimana disebutkan dalam sumber data sekunder tersebut. Analisis data merupakan suatu upaya untuk menyusun dan mendeskripsikan data secara sistematis guna memudahkan peneliti dalam meningkatkan pemahamannya terhadap objek yang diteliti. al-Azhar dan Sayyid Qut{b dalam penafsiran Fi> Z}ila>l al-Qur'an kaitannya dengan surah at-Ti>n untuk dibandingkan dan dianalisis secara kritis mencari persamaan dan perbedaan pendapat kedua tokoh tersebut. .

Sitematika Penulisan

BIOGRAFI HAMKA DAN SAYYID QUT{B SERTA KITAB TAFSIR

Karya-Karya Hamka

Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau yang dikenal dengan Buya Hamka dikenal sebagai seorang ulama, penulis dan juga sebagai jurnalis. Sekembalinya dari Jawa, ia menulis majalah pertamanya yang bertajuk majalah Chatibul Ummah dan Tabligh Muhammadiyah. Sufisme Modern, awalnya karya ini merupakan kumpulan artikel yang diterbitkan dalam majalah Pedoman Komunitas tahun 1937.

Pembicaraan tersebut meliputi; pikiran mulia, sebab-sebab rusaknya pikiran, penyakit jiwa, pikiran orang yang mempunyai pemerintahan, pikiran mulia yang patut dimiliki oleh seorang raja (penguasa), pikiran bisnis, pikiran saudagar, pikiran pekerja, pikiran pikiran ilmuwan, wawasan dan percikan pengalaman. Sebagian besar isi penafsiran ini diselesaikan di penjara, ketika ia dipenjara antara tahun 1964 dan 1967. Buku ini merupakan kritiknya terhadap kebiasaan dan mentalitas masyarakat yang dianggapnya tidak sesuai dengan perkembangan zaman.

Percakapan meliputi; Hukum Islam, Studi Islam dan Perbandingan Deklarasi Hak Asasi Manusia PBB dan Islam. percintaan; Van Der Wijck (1979), Di Bawah Lindungan Ka'bah (1936), Migrasi ke Deli (1977), Diusir, Keadilan Ilahi, Di Lembah Kehidupan, Kesalahannya Sendiri, Tuan Sutradara, Generasi Baru, Cahaya Baru, Cermin Kehidupan .51. Belilah buku dan tulisan Hamka merupakan buku dan tulisan yang segar karena beliau selalu menggunakan bahasa yang komunikatif dan populer dalam setiap buku yang ditulisnya sehingga orang yang membaca dapat menikmati tulisannya.

Serta dalam bukunya disertai contoh dan gagasan yang telah diakui banyak pihak. Tidak dapat dipungkiri bahwa buku dan tulisannya mempunyai pengaruh yang besar di berbagai kalangan. Kitab Buya Hamka juga sering dijadikan bahan referensi oleh berbagai pihak karena kitabnya sangat menginspirasi para cendekiawan muslim di kemudian hari.

Kitab Tafsir Al-Azhar

Malah, karya beliau bukan sahaja berpengaruh dan dibaca oleh masyarakat setempat, malah di Semenanjung Tanah Melayu termasuk Malaysia dan Singapura. Dia kemudian diletakkan di bawah tahanan rumah, kerana dia mengaku telah menyelesaikan 30 juz penuh tafsirannya. Dengan kaedah Tahlili, Hamka menafsirkan al-Quran mengikut sistem al-Quran sebagaimana yang terdapat dalam mushaf, dibincangkan dari pelbagai aspek, bermula dari asbab al-nuzul, kemunasabahan, kosa kata, susunan ayat, kandungan ayat, sebagai serta pendapat yang dikemukakan berkenaan dengan tafsiran ayat-ayat yang kedua-duanya diberikan.

Meski menggunakan metode tafsir tahlili, tampaknya Hamka tidak banyak menekankan penjelasan makna kosa kata. Sebaliknya, Hamka lebih menekankan pada pemahaman ayat-ayat Al-Quran secara utuh. Usai memaparkan terjemahan ayat tersebut, Hamka biasanya langsung memberikan uraian tentang makna dan petunjuk dalam ayat yang ditafsirkan, tanpa banyak menguraikan makna kosa katanya.

Ditinjau dari sumber tafsirnya, Hamka menggunakan tafsir bi al-iqtiran karena penafsirannya tidak hanya menggunakan Al-Qur'an dan hadis, pendapat para sahabat dan tabi'in, serta sejarah kitab tafsir, namun juga penjelasan ilmiah (ra). 'yu) khususnya yang berkaitan dengan pertanyaan ayat Kauniyah. Hamka tidak pernah lepas hanya dengan menggunakan metode bi al-Ma'tsur, namun juga menggunakan metode bi al-Ra'yi dalam penafsiran, yang keduanya berkaitan dengan pendekatan umum yang berbeda seperti sejarah, bahasa, interaksi sosial budaya dalam kehidupan sehari-hari. masyarakat, bahkan elemen geografis. 54Ratna Umar, Tafsir Al-Azhar Karya Hamka (Metode dan Gaya Tafsir), Jurnal Al-Asas, Vol.III, No.1, 2015, hal.

Quraish Shihab, Landasan Al-Qur'an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, (Bandung: Mizan, 1993), hal. Gaya penafsiran yang mendominasi Hamka adalah al-adab al-ijtima>'i yang terlihat dari latar belakang Hamka sebagai penulis dengan lahirnya novel-novelnya sehingga ia berusaha menafsirkan ayat-ayat dengan bahasa yang dipahami semua kalangan menjadi dan tidak hanya pada tingkat akademis atau cendekiawan, selain itu beliau memberikan penjelasan berdasarkan kondisi sosial yang sedang berlangsung (pemerintahan orde lama) dan situasi politik pada saat itu. Aspek lain juga membuktikan bahwa Hamka sendiri dalam perkembangannya banyak merujuk pada Tafsir al-Manar karya Muhammad Abduh, juga mengakui bahwa Sayyid Qutub dalam Tafsir Fi>Z{ilal al-Qura>n sangat mempengaruhi Hamka dalam menulis Tafsir yang notabene berpola. al-adabi al-ijtima>'i dan Haraki.57.

Biografi Sayyid Qut{b

  • Karya-Karya Sayyid Qut{b
  • Kitab Tafsir Fi> Z}ila>l Al-Qur’a>n

Dalam pengantar tafsirnya, Sayyid Qut{b mengatakan bahwa hidup di bawah lindungan Al-Qur'an adalah suatu kesenangan. Pertama, Sayyid Qut{b hanya mengambil dari Al-Qur'an tanpa menggunakan referensi, referensi dan sumber lainnya. Dan lihat juga Sayyid Qut{b, Fi Zila>l Al-Qur'a>n Di Bawah Bayangan Al-Qur'an (Surat Al-Ma'arij – Al-Nas) Jilid 12 Terjemah.

Sedangkan menurut Seyyid Qut{b, penyebutan ti>n dan zaitun merujuk pada tempat atau kenangan yang berkaitan dengan masalah agama dan keyakinan. Pada ayat di atas, Hamka dan Sayyid Qut{b dalam tafsirnya menjelaskan jatuhnya manusia ke tempat yang paling rendah. Sedangkan Sayyid Qutb berbeda pendapat, wujud fisik manusia tidak akan merendahkannya serendah-rendahnya.

Dalam ayat ini, Buya Hamka dan Sayyid Qut{b sama-sama menjelaskan pahala yang tidak putus-putus bagi orang-orang yang beriman dan beramal soleh. Manakala Sayyid Qut{b dalam tafsir Fi> Z}ila>l al-Qur'a>n berkata ba'du bid-di>n tentang Hari Pembalasan. Dalam menjelaskan perkataan Ti>n dan Zaitu>n dalam surah at-Ti>n ini antara Hamka dan Sayyid, Qut{b terlebih dahulu menukilkan mufassir lain sebelum menafsirkannya.

Menurut Hamka dan Sayyid Qut{ba, ayat 1-3 yang berisi sumpah Allah merupakan suatu tanda atau berkaitan dengan ayat 4 tentang penciptaan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Dalam menafsirkan kata Ti>n dan Zaitu>n, Hamka dan Sayyid Qut{b mempunyai penafsiran tersendiri terhadap penafsir lain dalam tafsirnya. Sedangkan Sayyid Qut{b mengatakan bahwa penyebutan timah dan zaitun merujuk pada tempat atau oleh-oleh yang ada kaitannya dengan masalah keimanan dan agama.

Hamka menjelaskan lebih kepada tubuh manusia itu sendiri, sedangkan Sayyid Kut{b lebih kepada jiwa manusia. Meskipun Sayyid Qutb berbeda, namun jika dilihat dari bentuk fisik masyarakatnya, hal itu tidak akan menurunkan derajatnya serendah-rendahnya.

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahap akhir ini penulis akan mencoba mendalami kandungan surah al-Insān ayat 1-22 serta keterkaitan antar ayat baik dari segi susunan maupun makna dalam penafsiran kitab