• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENANGANAN KASUS PENCEMARAN NAMA BAIK MELALUI ALAT BUKTI ELEKTRONIK MENURUT UU ITE DAN KUHP

N/A
N/A
andin

Academic year: 2024

Membagikan "PENANGANAN KASUS PENCEMARAN NAMA BAIK MELALUI ALAT BUKTI ELEKTRONIK MENURUT UU ITE DAN KUHP "

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

ANDINI PUSPA RAMADHAFITRI 2306149991

UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS HUKUM

PENANGANAN KASUS PENCEMARAN NAMA BAIK MELALUI ALAT BUKTI ELEKTRONIK MENURUT UU ITE DAN KUHP

Pencemaran nama baik merupakan tindakan melawan hukum yang sering dijumpai di beberapa media sosial. Didukung dengan perkembangan teknologi di era digital ini membuat adanya peningkatan pengguna media elektronik di masyarakat. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia atau APJII, pengguna internet di Indonesia telah mencapai 215,63 (dua ratus lima belas enam puluh tiga) juta orang pada periode 2022 sampai dengan 2023. Hal ini tentu membuktikan bahwa semakin banyak masyarakat yang menjadikan handphone sebagai rutinitas keseharian mereka, oleh karena itu penggunaan media massa di internet perlu menjadi sorotan utama demi menghindari adanya penyalahgunaan internet. Penyalahgunaan media sosial tentu memiliki bentuk yang beragam dan cukup bervariasi, salah satunya adalah pencemaran nama baik dan termasuk ke dalam penghinaan terhadap suatu individu atau kelompok. Sebuah pernyataan dapat dikatakan sebagai pencemaran nama baik masih menjadi sebuah grey area atau belum jelas adanya karena terdapat banyak faktor yang harus diulas kembali. Terdapat tujuan dalam mengutus masalah yang berkaitan dengan penghinaan atau pencemaran nama baik, yaitu untuk melindungi martabat seseorang dan menjadi kewajiban bagi tiap individu untuk memberikan rasa hormat atas nama baiknya di mata orang lain. Nama baik seseorang selalu dilihat dari sudut pandang lain yakni dalam bentuk moral sehingga kriterianya diukur berdasarkan penilaian secara umum oleh masyarakat tertentu tergantung dimana tempat perbuatan tersebut dan konteks perbuatannya.

Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik yang selanjutnya akan disebut dengan UU ITE, datang untuk menjadi sebuah peraturan hukum yang menyangkut tentang penanggulangan permasalahan yang timbul dari transaksi dan informasi elektronik, salah satunya adalah pencemaran nama baik yang diatur dalam Bab II, VIII, dan XVI di buku kedua Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). UU ITE mengalami pembaharuan di tahun 2016 dengan menambahkan penjelasan lebih lanjut tentang

(2)

tindak pidana pencemaran nama baik di dalam UU No. 19 Tahun 2016 yang selanjutnya akan disebut sebagai Amandemen UU ITE. Bentuk-bentuk penghinaan tercantum di dalam KUHP, Bab XVI yang berisi pencemaran nama baik secara lisan dan tertulis, penghinaan terhadap pejabat, fitnah, persangkaan palsu, dan pencemaran nama baik orang mati, sehingga melalui pernyataan tersebut, terlihat jelas bahwa penghinaan hanya mencakup ruang lingkup yang telah disebutkan saja. Telah tertulis dalam UU ITE dan Amandemennya yang mengatur tentang tindak pidana pencemaran nama baik dalam Pasal 27 Ayat 3 yang berisi:

“Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik.”

Menurut konteks diatas informasi elektronik dijelaskan dalam Pasal 1 Ayat 1 yaitu suatu kumpulan data elektronik yang mencakup tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto, electronic data interchange (EDI), surat elektronik, telegram, teleks, telecopy atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode akses, simbol atau perforasi yang telah diolah sehingga memiliki arti yang dapat dimengerti oleh orang awam dan tidak terbatas oleh hal-hal tersebut saja. Lalu dokumen elektronik adalah setiap informasi elektronik yang dibuat, diteruskan, diterima, di transmisi, disimpan dalam bentuk apapun melalui komputer atau sistem elektronik yang telah disebutkan. Hal-hal inilah yang menjadi sebuah alat bukti elektronik yang sah dalam kasus serupa seperti pencemaran nama baik.

Setelah UU ITE menjelaskan rincian mengenai informasi elektronik dan hubungannya dengan pencemaran nama baik, KUHP dalam Pasal 310 menguraikan unsur-unsur pencemaran nama baik atau penghinaan, yaitu

1) dengan sengaja;

2) menyerang kehormatan atau nama baik;

3) menuduh seseorang melakukan suatu perbuatan;

4) menyiarkan tuduhan tersebut untuk diketahui secara umum.

Unsur-unsur diatas dapat berupa lisan (Pasal 310 Ayat 1) dan berupa gambar atau surat yang disiarkan atau dipertunjukkan (Pasal 310 Ayat 2). Namun, terdapat beberapa kondisi untuk menghilangkan unsur hukum dalam permasalahan pencemaran nama baik, yaitu dengan alasan (1) penyampaian informasi memiliki tujuan awal untuk kepentingan umum, (2) untuk membela diri, (3) untuk mengungkapkan kebenaran. Dengan demikian, seseorang diberikan kesempatan untuk membuktikan kebenaran dari informasi yang disebarkannya, baik secara lisan atau tertulis. Ada pula pencemaran nama baik tidak hanya menyangkut ke dalam

(3)

perbuatan tindak pidana, melainkan tersebarnya informasi kepada khalayak umum mengenai adanya hubungan seksual di hotel oleh orang lain pun dapat dikatakan sebagai pencemaran nama baik.

Istilah penghinaan di dalam KUHP digunakan secara luas dan tersebar lalu menyatu menjadi Bab XVI yang berisi:

1. Bab V, Pasal 156: penghinaan golongan

2. Bab VIII, Pasal 207: penghinaan terhadap penguasa umum

3. Bab II, PAsal 134, Pasal 136bis dan Pasal 137: penghinaan terhadap Presiden atau Wakil Presiden.

Pasal pencemaran nama baik dalam UU ITE menimbulkan kondisi yang kontroversial akibat pasal ini dinilai lebih kejam daripada KUHP. Letak kejam yang dimaksud ada pada sanksi hukuman, yaitu maksimal 6 (enam) tahun penjara apabila dibandingkan dengan pasal 310 KUHP yang hanya memberikan ancaman hukuman 9 (sembilan) bulan penjara. Padahal di dalam UU ITE pasal 27 Ayat 3 dan Pasal 45 Ayat 1 tidak dijelaskan definisi dari apa yang dimaksud dengan penghinaan atau pencemaran nama baik, sehingga untuk menentukan kualifikasi dari sebuah kasus pencemaran nama baik, diperlukan rujukan pada Pasal 311 KUHP. Kekurangan dari UU ITE juga terlihat pada ketidakjelasan delik di Pasal 27 Ayat 3, tetapi Mahkamah Konstitusi menyatakan bahwa pada pokoknya Pasal 27 Ayat 3 UU ITE termasuk ke dalam delik aduan.

Maka, dapat ditarik kesimpulan bahwa Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik diatur secara rinci dan detail dalam KUHP yang dirumuskan dalam Pasal 310 dan 311 KUHP dan harus diingat bahwa pencemaran nama baik tidak hanya menyangkut tentang urusan tindak pidana dan dapat dipidana karena perbuatan tersebut jelas dilakukan untuk kepentingan umum dan pembelaan sebagaimana yang telah ditulis dalam Pasal 310 Ayat 3 KUHP. Dalam UU ITE Pasal 27 Ayat 3, untuk dapat dikategorikan sebagai tindak pidana pencemaran nama baik perlu mencakup 4 (empat) hal penting, yaitu

1. adanya kesengajaan;

2. tanpa izin;

3. bertujuan untuk menyerang nama baik atau kehormatan;

4. agar diketahui umum.

Referensi

Dokumen terkait

Pada saat pemberitaan yang dilakukan pers telah memenuhi unsur-unsur tindak pidana pencemaran nama baik, maka yang akan digunakan adalah Pasal yang mengatur

Tidak merupakan pencemaran atau pencemaran tertulis, jika perbuatan jelas dilakukan demi kepentingan umum atau karena terpaksa untuk membela diri tersebut untuk

Pengertiannya, jika penghinaan (Pencemaran Nama Baik) itu dilakukan dengan jalan menuduh seseorang telah "melakukan suatu perbuatan", maka hal itu tergolong

Data-data yang telah mengatur tindak pidana pencemaran nama baik akan diuraikan dalam setiap pasal dan dapat mengetahui secara rinci pendapat hukum pidana Islam

Pada saat pemberitaan yang dilakukan pers telah memenuhi unsur-unsur tindak pidana pencemaran nama baik, maka yang akan digunakan adalah Pasal yang mengatur

Dalam SE tersebut, Polri memiliki prinsip bahwa hukum pidana merupakan upaya terakhir dalam penegakan hukum (ultimatum remidium) dan mengedepankan restorative

Pengaturan pencemaran nama baik dalam UU No.11 Tahun 2008 terdapat dalam Bab VII tentang perbuatan yang dilarang yaitu Pasal 27 ayat (3), Pasal 28 ayat (1) dan Pasal

Orang yang memberikan informasi dapat melanggar hukum Pasal 45A ayat 2 UU ITE, yang berbunyi, “Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang ditujukan untuk