• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENCEMARAN NAMA BAIK BERDASARKAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA (KUHP) DAN UNDANG-UNDANG NO.11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENCEMARAN NAMA BAIK BERDASARKAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA (KUHP) DAN UNDANG-UNDANG NO.11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

YUSTISIA MERDEKA: Jurnal Ilmiah Hukum

UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA (KUHP) DAN

UNDANG-UNDANG NO.11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN

TRANSAKSI ELEKTRONIK

Krista Yitawati

Dosen Fakultas Hukum Universitas Merdeka Madiun ABSTRAK

Dampak negatif akibat pengaruh penggunaan media internet salah satunya seperti tindak pidana pencemaran nama baik. Tujuan penelitian untuk mengetahui penafsiran menganai perbuatan pencemaran nama baik menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Dan Undang-Undang No.11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik. Pengaturan pencemaran nama baik dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dapat ditemukan dalam Pasal 27 ayat (3) Undang Nomor 11 Tahun 2008. Ketentuan 27 ayat 3 dan Pasal 45 Ayat 1 UU ITE tidak terdapat definisi secara jelas apa yang dimaksud dengan penghinaan atau pencemaran nama baik. Pasal tersebut ditengarai menimbulkan multitafsir sehingga kerap digunakan untuk membatasi kebebasan berpendapat oleh pihak tertentu. Untuk itu pemerintah dan DPR sepakat untuk merevisi pasal ini karena sudah cukup banyak yang menjadi korban elastisitas pasal-pasal pencemaran nama baik dalam UU ITE.

Kata kunci : Pencemaran nama baik, UU ITE, KUHP ABSTRACT

The negative impact due to the effect of one of the internet media such as the crime of defamation. The purpose of this jornal to determine the interpretation of the act of defamation under the Criminal Code and Law No. 11 of 2008 concerning information and electronic. Regulation of defamation in the law number 11 of 2008 on information and eletronic technology cab be found in article 27, paragraph 3 that there is no clear definition of what constitues an insult or defamation. The article allegedly lead to multiple interpretations thar are often used to restrict freedom of speech by certain parties. For the government and the House agreed to revise this article because there are enough who are victims of elasticity articles of defamation in UU ITE.

(2)

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Saat ini perkembangan teknologi dan informasi di Indonesia sangat pesat. Peman-faatan dalam bidang teknologi informasi, media dan komunikasi telah membuat perilaku seseorang menjadi lebih baik dalam berperilaku dalam sebuah masyarakat. Per kembangan teknologi informasi dan komunikasi telah menyebabkan hubungan dunia menjadi tidak terhalang dengan batas dan norma yang ada sehingga dapat menimbulkan suatu perubahan dalam seluruh bidang misalnya bidang sosial, ekonomi, dan budaya secara cepat dan luas.

Teknologi informasi saat ini menjadi pedang bermata dua karena selain mem-berikan konstribusi bagi peningkatan kesejah-teraan, kemajuan, dan peradaban manusia, sekaligus menjadi faktor penting dalam perbuatan melawan hukum. Perubahan ini juga memberikan dampak yang begitu besar terhadap transformasi nilai-nilai yang ada dimasyarakat. Dampak yang ditimbulkan dari perkembangan teknologi bukan hanya dampak positif namun ada dampak negatif.

Salah satu kasus yang marak terjadi akhir-akhir ini di lingkungan sekitar kita adalah pencemaran nama baik. Peristiwa ini dapat menimpa kepada siapa saja, kapan pun, dan dimana pun. Publik figur seperti tokoh masyarakat, selebritas, rakyat jelata juga bisa menjadi korbannya. Kasus ini biasanya terjadi dalam lingkungan masyarakat, tetapi sering pula terjadi dalam dunia maya yakni melalui berbagai social media seperti facebook, twitter, dan lain-lain. Dalam hal ini kemajuan dan kecanggihan teknologi sangat berperan besar dalam mendukung terjadinya kasus pencemaran nama baik. Berbagai aplikasi

social networking yang tersedia saat ini seperti

facebook dan twitter yang sangat mudah diakses oleh para users di seluruh dunia khususnya di Indonesia sangat memungkinkan terjadinya tindak pencemaran nama baik. Karena setiap orang dapat memanage dan mengolah akunnya masing-masing dengan bebas dan dengan mudah.

Berbagai hal yang dapat dilakukan di dalam social media, salah satunya adalah para

users dapat mengupdate statusnya dengan

mengeluarkan statement atau pernyataan yang ditujukan kepada seseorang untuk menyindir orang tersebut dengan kata-kata dalam statusnya tersebut. Lalu, pihak yang dituju merasa tersinggung dengan pernyataan tersebut karena nama baiknya telah tercemar oleh statement yang dikeluarkan oleh oknum tersebut.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka permasalahan yang dikaji dalam jurnal ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

Bagaimana perbedaan penerapan tindak pidana pencemaran nama baik berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dan Undang-Undang No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik ?

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang akan dilakukan dalam mengkaji penelitian ini yang merupakan metode penelitian hukum normatif yaitu untuk menemukan hukum konkret yang sesuai untuk diterapkan guna menyelesaikan suatu permasalahan hukum tertentu.1 Yaitu untuk dapat memperoleh bahan hukum guna mengetahui dan menganalisis permasalahan 1 Rony Hanintyo Soemitro, 1982, Metodologi

(3)

yang timbul terkait pencemaran nama baik melalui media sosial. Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan undang-undang (statute approach) dan pendekatan konseptual (conceptual

approach).

Pendekatan undang-undang (statute

approach) dilakukan dengan menelaah

semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani.2 Fakta yang ada dikaitkan dengan peraturan perundang-undangan yang mengaturnya dan yang masih berlaku. Undang-undang dan regulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dan Undang-Undang No 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Setelah metode pendekatan undang-undang (statute

approach), pendekatan yang digunakan

selanjutnya adalah pendekatan konseptual (conceptual approach). Pendekatan konsep-tual (concepkonsep-tual approach) beranjak dari pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin yang berkembang di dalam ilmu hukum.3 Dalam penulisan ini, pendekatan konseptual (conceptual approach) digunakan adalah pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin yang terkait dengan permasalahan pencemaran nama baik.

Untuk memecahkan rumusan masalah dalam penelitian ini, diperlukan adanya sumber-sumber penelitian. Sumber-sumber tersebut dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu bahan-bahan hukum primer dan bahan-bahan hukum sekunder. Bahan 2 Peter Mahmud Marzuki, 2007,Penelitian

Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, h. 93.

3 Ibid., h. 95.

hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif, artinya mempunyai kekuasaan. Bahan-bahan hukum primer terdiri dari perundang-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam pembuatan perundang-undangan, dan putusan-putusan hakim. Sumber bahan hukum primer dalam penelitian ini adalah Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dan Undang-Undang No 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik..

Selain menggunakan bahan-bahan hukum primer, penelitian ini juga menggunakan bahan-bahan hukum sekunder. Bahan-bahan hukum sekunder berupa semua publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi. Bahan-bahan hukum sekunder yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain buku-buku literatur, kamus hukum, jurnal-jurnal hukum, serta komentar-komentar para ahli atas putusan pengadilan. Khususnya yang berkaitan dengan kasus pencemaran nama baik.

Prosedur pengumpulan bahan hukum untuk penelitian ini dilakukan dengan cara inventarisasi dan kategorisasi. Sumber bahan hukum yang telah dikumpulkan kemudian dikategorikan. Selanjutnya, sumber bahan hukum yang telah dikumpulkan dan dikategorikan tersebut berdasarkan cara studi kepustakaan dilakukan dengan mempelajari pendapat para ahli yang tertuang dalam buku-buku literatur, kamus hukum, jurnal-jurnal hukum, dan majalah hukum. Apabila berkaitan dengan rumusan masalah yang sedang dibahas dapat dilakukan pengutipan jika diperlukan.

Dalam penelitian ini, semua bahan hukum, baik sumber bahan hukum primer maupun sumber bahan hukum sekunder, dianalisis dengan menggunakan metode

(4)

deduktif, yaitu metode yang menganalisis ketentuan-ketentuan hukum sebagai suatu hal yang umum kemudian ditarik kesimpulan yang bersifat khusus.

PEMBAHASAN

Perbedaan Penerapan Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Dan Undang-Undang No.11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

Ketentuan-ketentuan tentang penghinaan yang terdapat dalam Bab XVI, Buku II KUHP masih relevan. Penghinaan atau

defamation secara harfiah diartikan sebagai

sebuah tindakan yang merugikan nama baik dan kehormatan seseorang. Dalam KUHP pencemaran nama baik diistilahkan sebagai penghinaan/ penistaan terhadap seseorang, terdapat dalam Bab XVI, Buku II KUHP khususnya pada Pasal 310 ayat (1) dan (2), Pasal 311 ayat (1) dan Pasal 318 ayat (1) KUHP.Mengenai perbuatan pidana yang sering mengundang perdebatan di tengah masyarakat adalah pencemaran nama baik bahkan telah disinggung dengan pengertian pencemaran nama baik di atas. Dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia, bahwa pencemaran nama baik diatur dan dirumuskan dalam Pasal 310 KUHP, yang terdiri dari 3 ayat yang berbunyi sebagai berikut :4

Pasal 310 Ayat (1) KUHP

“Barang siapa sengaja menyerang ke-hormatan atau nama baik seseorang,dengan menuduh sesuatu hal, yang maksudnya terang supaya hal itu diketahui umum, diancam

4 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

karena pencemaran, dengan pidana penjara paling lama Sembilan bulan atau denda paling banyak tiga ratus rupiah.”

Pasal 310 Ayat (2) KUHP

“Apabila perbuatan tersebut di lakukan dengan tulisan atau gambaran yang dengan tulisan atau gambaran yang disiarkan, dipertunjukan atau ditempelkan yang di muka umum, maka yang bersalah, karena pencemaran tertulis, diancam pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau denda paling banyak tiga ratus rupiah.”

Pasal 310 Ayat (3) KUHP

“Tidak merupakan pencemaran atau pencemaran tertulis, jika perbuatanterang dilakukan demi kepentingan umum atau karena terpaksa untukbela diri.”

Unsur-unsur yang terdapat dalam Pasal 310 ayat (1) tersebut yaitu :

1. Barang siapa; Yaitu selain ditafsirkan sebagai individu sebagai subjek hukum. 2. Sengaja; Yaitu melakukan perbuatan yang

bertentangan dengan undang-undang dan tindakan yang diancam hukuman. 3. Merusak kehormatan atau nama baik

seseorang; Yaitu melakukan perbuatan yang dapat merendahkan harga diri, status seseorang serta harkat dan martabat seseorang.

4. Menuduh; Yaitu memberikan suatu pernyataan yang belum jelas kebenarannya yang dapat menimbulkan suatu prasangka burukterhadap orang lain.

5. Melakukan suatu perbuatan dengan maksud yang nyata; Yaitu perbuatan yang dilkukan tersebut dilakukan atas kesadaran dan mempunyai suatu maksud dan tujuan yang ingin dicapai.

(5)

Unsur-unsur Pasal 310 ayat (2) tersebut adalah :

1. Barang siapa; Yaitu ditafsirkan sebagai individu sebagai subjek hukum.

2. Sengaja; Yaitu melakukan perbuatan yang bertentangan dengan undang-undang dan tindakan yang diancam hukuman. 3. Merusak kehormatan atau nama baik

seseorang; Yaitu melakukan perbuatan yang dapat merendahkan harga diri, sta-tus seseorang serta harkat dan martabat seseorang.

4. Menuduh; Yaitu memberikan suatu pernyataan yang belum jelas kebenarannya yang dapat menimbulkan suatu prasangka burukterhadap orang lain.

5. Melakukan suatu perbuatan dengan maksud yang nyata; Yaitu perbuatan yang dilkukan tersebut dilakukan atas ke sadaran dan mempunyai suatu maksud dan tujuan yang ingin dicapai.

6. Dilakukan dengan tulisan atau gambar; Yaitu dilakukan dengan cara tidak secara langsung bertatap muka dengan orang lain melainkan dilakukan dengan bentuk tulisan atau gambar.

7. Dipertunjukan pada umum atau ditem-pelkan; Yaitu tuduhan tersebut tidak ditujukan secara langsung terhadap orang lain melainkan ditempelkan di tempat-tempat umum dengan tujuan semua orang dapat mengetahuinya.

Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

Pengaturan pencemaran nama baik dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 ten-tang Informasi dan Transaksi Elektronik dapat ditemukan dalam Pasal 27 ayat (3) Undang

Nomor 11 Tahun 2008, yang berbunyi sebagai berikut:

“Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik”

Unsur-unsur yang terdapat dalam Pasal tersebut adalah :

a. Setiap orang;

Orang adalah orang perseorangan, baik warga negara Indonesia, warga negara asing, maupun badan hukum.

b. Dengan sengaja dan tanpa hak;

Dengan sengaja dan tanpa hak adalah tindakan yang dilakukan oleh pelaku kejahatan telah direncanakan atau di-niatkan terlebih dahulu dan tanpa sepenge tahuan dari orang yang berhak. c. Unsur mendistribusikan:

UU ITE tidak menjelaskan definisi dari mendistribusikan oleh karenaitu harus diambil definisi baku melalui Kamus Besar Bahasa Indonesia yang memberikan definisi sebagai berikut menyalurkan (membagikan, mengirimkan) kepada beberapa orang atau ke beberapa tempat 5. d. Unsur mentransmisikan:

UU ITE juga tidak menjelaskan definisi dari mentransmisikan olehkarena itu harus diambil definisi baku melalui Kamus Besar Bahasa Indonesia yang memberikan definisi sebagai berikut mengirimkan atau meneruskan pesan dari seseorang (benda) kepada orang lain (bendalain).

5 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai

(6)

e. Unsur membuat dapat diaksesnya: UU ITE juga sama sekali tidak mema-parkan definisi dari membuatdapat diaksesnya selain hanya memberikan definisi tentang akses yaitu kegiatan melakukan interaksi dengan Sistem Elektronik yang berdiri sendiri atau dalam jaringan.

f. Informasi elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik.:

Informasi elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pence-maran nama baik adalah satu atau sekumpulan data elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto, electronic

data interchange (EDI), surat elektronik

(electronic mail), telegram, teleks,

telecopy atau sejenisnya, huruf, tanda,

angka, kode akses, simbol, atau perforasi yang telah diolah sehingga di dalamnya mengandung unsur penghinaan atau pencemaran nama baik seseorang.

Informasi elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik adalah satu atau sekumpulan data elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, (electronic mail), telegram, teleks, telecopy atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode akses, simbol, atau perforasi yang telah diolahnya sehingga di dalamnya mengandung unsur penghinaan atau pencemaran nama baik seseorang. Sebenarnya ketentuan Pasal 27 Ayat 3 yang berbunyi:6

“Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan atau

6 Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008

tentang Inormasi dan Transaksi Elektronik

mentranmisikan dan atau membuat dapat diaksesnya informasi elektronik dan atau dokumen elektronik yang memuat muantan penghinaan dan atau pencemaran nama baik.”

Pasal 45 ayat 1

“Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 27 ayat 1, ayat 2, atau ayat 4 dipidana de3ngan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan atau denda paling banyak 1000.000.000, (satu milyar)”

Ketentuan 27 ayat 3 dan Pasal 45 Ayat 1 UU ITE tidak terdapat definisi secara jelas apa yang dimaksud dengan penghinaan atau pencemaran nama baik.7Karena itu, untuk menentukan apakah telah dipenuhinya unsur pencemaran nama baik harus merujuk pada Pasal 310KUHP.

Pengaturan pencemaran nama baik di dalam UU ITE mempunyai keistimewaan apabila dibandingkan dengan pengaturan yang terdapat dalam KUHP. Di dalam UU ITE setiap perbuatan yang melanggar hukum sanksinya tidak langsung terdapat dalam pasal yang sama melainkan terdapat dalam pasal yang berlainan, hal ini tentu berbeda dengan KUHP di mana setiap perbuatan yang melanggar hukum pasti sanksinya melekat dalam pasal yang sama.

Pengaturan pencemaran nama baik dalam UU No.11 Tahun 2008 terdapat dalam Bab VII tentang perbuatan yang dilarang yaitu Pasal 27 ayat (3), Pasal 28 ayat (1) dan Pasal 36.Ketentuan-ketentuan tentang pencemaran nama baik yang terdapat dalam Pasal 27 ayat (3) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik mengambil unsur-unsur pencemaran nama 7 Http:// Blogger, ronnywuisan@yahoo.com di

(7)

baik yang telah diatur sebelumnya di dalam Kitab Undang-UndangHukum Pidana (KUHP) yaitu dalam Bab XVI, Buku II KUHP. REVISI UNDANG-UNDANG (UU) INFOR-MASI DAN TRANSAKSI ELEK TRONIK (ITE) MENGENAI PENCEMARAN NAMA BAIK.

Salah satu perdebatan yang muncul dalam pembahasan revisi Undang-undang (RUU) Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) adalah adanya pasal pencemaran nama baik. Pasal tersebut ditengarai menimbulkan multitafsir sehingga kerap digunakan untuk membatasi kebebasan berpendapat oleh pihak tertentu.8

Dalam revisinya Pemerintah tetap meng hadirkan Pasal 27 untuk tetap melin-dungi warga negara dari pencemaran nama baik, pemerintah dan DPR sepakat untuk mengembalikan tafsir pencemaran nama baik ke KUHP Pasal 310-311.

Saat ini hukuman dari pencemaran nama baik yang dilakukan melalui dunia maya telah dikurangi menjadi di bawah lima tahun. Hal ini berimplikasi pada larangan penahanan bagi seseorang yang tengah disidik karena disangkakan melakukan pencemaran nama baik melalui dunia maya.

Sesuai Pasal 21 KUHAP, penyidik tidak diperkenankan menahan tersangka bila ancaman hukumannya di bawah lima tahun penjara. Jadi UU ITE yang baru ini pro-porsional, melindungi hak warga negara menyam paikan pendapat dan berekspresi sekaligus melindungi hak warga negara untuk terjaga kehormatan dan privasinya.

8 Partodihardjo, Soemarsono, 2008. Tanya jawab

Sekitar Undang-undang Nomor 11    Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elekronik, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Revisi ini diangap penting karena sudah cukup banyak yang menjadi korban elastisitas pasal-pasal pencemaran nama baik dalam UU ITE. Salah satu aturan yang disasar adalah sanksi pidana penghinaan dan/atau pencemaran nama baik sebagaimana diatur dalam Pasal 27 ayat (3) UU ITE. Ancamannya selama ini enam tahun penjara sehingga dengan memakai pasal ini seseorang yang dituduh mencemarkan nama baik bisa langsung ditahan polisi.9 Ancaman maksimal pidana diusulkan turun menjadi empat tahun. Perubahan lainnya adalah penegasan pasal tersebut sebagai delik aduan. “Artinya orang yang merasa dirugikan atau dicemarkan nama baiknya melalui media informasi lalu ingin menuntut, harus memasukan laporannya sebagai individu, tidak dapat diwakilkan pihak lain.

KESIMPULAN

Pengaturan mengenai pencemaran nama baik dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dapat ditemukan dalam Pasal 27 ayat (3) Undang Nomor 11 Tahun 2008 dan sanksi pidana pidana terdapat dalam Pasal 45 Ayat 1. Namun kelemahannya UU ITE tidak terdapat definisi secara jelas apa yang dimaksud dengan penghinaan atau pencemaran nama baik. Pengaturan pencemaran nama baik di dalam UU ITE mempunyai keistimewaan apabila dibandingkan dengan pengaturan yang terdapat dalam KUHP. Di dalam UU ITE setiap perbuatan yang melanggar hukum sanksinya tidak langsung terdapat dalam pasal yang sama melainkan terdapat dalam 9 Wuisan, Roni. Pidana Penjara dan Denda

terkait Pasal Pencemaran Nama baik dalam UU ITE. Diambil dari : www.p2kp.org/pengaduandetik. asp?mid=740&catid=6&.

(8)

pasal yang berlainan, hal ini tentu berbeda dengan KUHP di mana setiap perbuatan yang melanggar hukum pasti sanksinya melekat dalam pasal yang sama.

Pasal tersebut ditengarai menimbulkan multitafsir sehingga kerap digunakan untuk membatasi kebebasan berpendapat oleh pihak tertentu. Oleh karena itu pemerintah dan DPR sepakat untuk melakukan revisi terhadap pasal pencemaran nama baik dengan mengembalikan tafsir pencemaran nama baik ke KUHP Pasal 310-311. Ancamannya yang selama ini enam tahun penjara sehingga dengan memakai pasal ini seseorang yang dituduh mencemarkan nama baik bisa langsung ditahan polisi diturunkan menjadi empat tahun. Perubahan lainnya adalah penegasan pasal tersebut sebagai delik aduan. Revisi ini diangap penting karena sudah cukup banyak yang menjadi korban elastisitas pasal-pasal pencemaran nama baik dalam UU ITE. DAFTAR PUSTAKA

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai pustaka, 2002.

Partodihardjo, Soemarsono, 2008. Tanya jawab Sekitar Undang-undang Nomor 11  Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elekronik, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Peter Mahmud Marzuki, 2007,Penelitian

Hukum, Jakarta : Kencana Prenada Media

Group.

Rony Hanintyo Soemitro, 1982, Metodologi

Penelitian Hukum, Jakarta : Ghalia

Indonesia.

Wuisan, Roni. Pidana Penjara dan Denda terkait Pasal Pencemaran Nama baik dalam UU ITE. Diambil dari: w w w.p2kp.org/p engaduandet i k. asp?mid=740&catid=6&.

Http:// Blogger, ronnywuisan@yahoo.com di akses melalui google pada tanggal 12 November 2012

h t t p : / / t e k n o . k o m p a s . c o m / read/2016/10/27/14540587/revisi.uu.ite. disetujui.ini.poin.perubahannya, Kamis, 27 Oktober 2016 | 14:54 WIB

Kitab Undang-undang Hukum Pidana

Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

Referensi

Dokumen terkait

Emulsifier fase minyak merupakan bahan tambahan yang dapat larut dalam minyak yang berguna untuk menghindari terpisahnya air dari emulsi air

Perilaku moralis Indonesia yang membiarkan lautnya dieksplorasi serta fakta bahwa laut Indonesia memiliki potensi sedemikian besar dinilai telah membuat Amerika Serikat

Setelah pelaksanaan dan observasi tindakan, tahap selanjutnya adalah melakukan refleksi, berikut adalah beberapa hasil refleksi yang dilakukan bersama observer: (1) guru

Websocket sanggat cocok untuk sebuah aplikasi grup chatting, karena dengan fitur dan kelebihan yang dimiliki cocok dengan karakteristik chatting, seperti real time,

garis besar dari pengamatan peneliti mengenai pendidikan sikap toleransi yang terdapat di Pondok Pesantren Madrasah Aliyah Diponogoro Bali adalah cenderung baik

Aspek/Konsep Yang Dinilai

Dalam mendasain atau membangun jaringan komputer dengan GNS3 sebagai sebagai model virtual di sekolah diperlukan komponen-komponen yang harus terintegrasi terhadap

Sumber : Hamermesh dan Rees, (1987) Mereka menyimpulkan bahwa individu dengan pendidikan yang lebih tinggi awalnya mempunyai pendapatan yang lebih rendah dari pada