• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penataan Lingkungan Permukiman Rawan Banjir dengan Pendekatan Partisipatif di Kawasan Sub Urban Kota Makassar

N/A
N/A
choti mei

Academic year: 2024

Membagikan " Penataan Lingkungan Permukiman Rawan Banjir dengan Pendekatan Partisipatif di Kawasan Sub Urban Kota Makassar"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

345

JURNAL PELITA KOTA

Vol.4, No.1, Februari 2023, Hal 345-362 ISSN: 2723-651X (Online)

Online sejak 31 Februari 2020 di : https://ejurnal.universitaskarimun.ac.id/index.php/pelita/

VOLUME. 4 NO. 1, tgl 15 Februari 2023 Hal 345-362 PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN RAWAN BANJIR DENGAN PENDEKATAN

PARTISIPATIF DI KAWASAN SUB URBAN KOTA MAKASSAR

Jayanti Mandasari Andi Munawarah Abduh1, Jonathan Nawakaman Nifinluri2, Alya Nafisa Kadar3, Ummu Qalsum Putri Akhmad4, St. Rahma Nurannisa5

1Departemen Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota; Universitas Hasanuddin Email: [email protected]

2Departemen Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota; Universitas Hasanuddin Email: [email protected]

3Departemen Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota; Universitas Hasanuddin Email: [email protected]

4Departemen Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota; Universitas Hasanuddin Email: [email protected]

5Departemen Teknik Lingkungan; Universitas Hasanuddin Email: [email protected]

Abstract

According to Article 1 Paragraph 3 Chapter 1 General Provisions of Law of the Republic of Indonesia Number 1 of 2011 concerning Housing and Settlement Areas, a residential area is a living environment outside a protected area, either in the form of an urban area or a rural area, which functions as a residential or residential environment. and places of activities that support livelihoods and livelihoods. Many residential areas are found in the sub-urban areas of big cities in Indonesia, one of which is Makassar City, South Sulawesi Province. These residential areas generally consist of residential areas or residences, as well as infrastructure facilities to support the needs of community activities. Along with the development of community life in Makassar City, settlement problems arise which are caused by several factors, one of the most common is the flood disaster. According to the Head of BPPD Makassar, there are three worst flood points in Makassar City, one of which is Paccerakkang Sub-district. The area always experiences floods when the rainy season comes. One of the factors that cause frequent flooding in Paccerakang Sub-district is poor drainage quality, inadequate green space, poor arrangement of the residential environment, and the behavior of people who still litter, so that the area is no longer able to accommodate large amounts of water discharge. and become one of the flood-prone areas in Makassar City. After understanding the factors that cause the Paccerakkang Sub-district area to become a flood-prone area, it is hoped that it will be able to provide the right solution to fix flood-prone residential areas in order to increase the readiness of the environment and surrounding communities in dealing with flood disasters using a participatory approach that involves the community in the decision-making process of planning and development of the area.

Content from this work may be used under the terms of the Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International licence. Any further distribution of this work must maintain attribution to the author(s) and the title of the work, journal citation and DOL.Published under license by Universitas Karimun

(2)

346

Keyword: Flood-Prone Settlements; Participatory Approach; Paccerakkang Sub-District

Abstrak

Menurut Pasal 1 Ayat 3 Bab 1 Ketentuan Umum Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, kawasan permukiman adalah lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun kawasan pedesaan, yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. Kawasan permukiman banyak ditemui pada kawasan sub urban kota-kota besar di Indonesia, salah satunya Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan. Kawasan permukiman tersebut umumnya terdiri dari kawasan hunian atau tempat tinggal, serta sarana prasarana untuk menunjang kebutuhan aktivitas masyarakat. Seiring berkembangnya kehidupan masyarakat di Kota Makassar, muncul permasalahan permukiman yang disebabkan oleh beberapa faktor, salah satu yang paling umum adalah bencana banjir. Menurut Kepala BPPD Makassar ada tiga titik banjir terparah di Kota Makassar, salah satunya adalah Kelurahan Paccerakkang. Kawasan tersebut selalu mengalami bencana banjir ketika musim penghujan datang. Salah satu faktor yang menyebabkan sering terjadinya banjir di Kelurahan Paccerakang adalah, buruknya kualitas drainase, RTH yang tidak memadai, penataan kawasan lingkungan permukiman yang kurang baik, serta perilaku masyarakat yang masih membuang sampah sembarangan, sehingga kawasan tersebut tidak lagi mampu menampung debit air dalam jumlah besar dan menjadi salah satu kawasan rawan banjir di Kota Makassar. Setelah memahami faktor penyebab kawasan Kelurahan Paccerakkang menjadi kawasan yang rawan banjir, diharapkan mampu memberikan solusi yang tepat untuk membenahi kawasan lingkungan permukiman yang rawan banjir agar meningkatkan kesiapan lingkungan dan masyarakat sekitar dalam menghadapi bencana banjir menggunakan pendekatan partisipatif yang melibatkan masyarakat dalam pengambilan keputusan proses perencanaan dan pengembangan kawasa tersebut.

Kata Kunci : Permukiman Rawan Banjir; Pendekatan Partisipatif; Kelurahan Paccerakkan

PENDAHULUAN

Negara Indonesia adalah negara yang sedang berkembang. Perkembangan Indonesia menyebabkan kebutuhan masyarakat akan hunian meningkat, namun permintaan dan penyediaan hunian oleh pemerintah tidak seimbang. Ketidakseimbangan ini menyebabkan kepadatan permukiman tidak terkendali sehingga menyebabkan beberapa permasalahan di lingkungan permukiman, seperti tidak tersedianya ruang terbuka hijau, semakin banyak limbah sampah, dan bertambahnya permukiman kumuh.

Akibat pertumbuhan dan perkembangan kota yang pesat, masyarakat yang beraktivitas di pusat kota memilih bermukim di kawasan sub-urban sebagai solusi akibat tingginya harga lahan di pusat kota. Namun hal ini memicu timbulnya permasalahan lain, beberapa permasalahan

(3)

347

permukiman yang sering terjadi adalah tidak tersedianya ruang terbuka hijau akibat bangunan yang terlalu padat, rawan bencana banjir, rawan kebakaran akibat rumah semi-permanen, jaringan drainase yang tidak berfungsi dengan baik.

Partisipasi masyarakat berarti secara teknis memberikan kesempatan dan wewenanng untuk mengambil keputusan dan solusi dalam memecahkan permasalahan suatu kawasan.

Partisipasi masyarakat bertujuan untuk melibatkan masyarakat dalam penangangan permasalahan permukiman, masyarakat ikut memberikan konstribusinya sehingga implementasi dari solusi tersebut dapat berjalan lebih efektif, efesien dan berkelanjutan. Penanganan permasalahan yang menggunakan metode pendekatan partisipatif masyarakat dinilai lebih efektif karena sesuai dengan kepentingan, kehendak, dan kebutuhan masyarakat dalam suatu kawasan.

Kota Makassar mengalami perkembangan pesat dalam beberapa tahun terakhir.

Pertumbuhan ekonomi dan jumlah penduduk menunjukkan dinamika kehidupan di kota Makassar yang berdampak pada peningkatan permintaan lahan di kota. Peningkatan permintaan lahan yang meningkat menimbukan tanda-tanda dari urban sprawl yang dapat berpengaruh pada lingkungan di kota. Hal ini akan menyebabkan peningkatan urbanisasi dan peningkatan populasi pinggiran kota, hal ini dapat menurunkan kualitas lingkungan dan menyebabkan sarana dan prasarana tidak berfungsi dengan baik, kepadatan bangunan yang tinggi, rawan bencana banjir dan kebakaran,

Kelurahan Paccerakkang adalah salah satu kelurahan yang tiap tahun mengalami bencana banjir di Kota Makassar. Hal tersebut terjadi disebabkan oleh kondisi geografis Kelurahan Paccerakkang yang berada di kawasan dataran rendah sehingga saat musim hujan yang panjang tiba menyebabkan banjir. Selain kondisi geografis, kondisi jaringan drainase yang buruk, banyaknya sendimen yang menumpuk di drainase, kurangnya ruang terbuka hijau yang menjadi resapan air, air luapan dari sungai Balangturungan, dan tingginya kepadatan bangunan di Kelurahan Paccerakkang. Menyimak uraian tersebut, maka perlu penelitian tentang bagaimana penataan lingkungan permukiman rawan banjir dengan pendekatan partisipatif di kawasan sub- urban Kelurahan Paccerakkang Kota Makassar.

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian berbasis observasi lapangan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain pengumpulan data primer melalui melalui wawancara, kuesioner, observasi kapangan, serta pengumpulan data sekunder melalui telaah dokumen dan literatur yang terkait dengan penelitian.

Teknik sampling yang digunakan adalah Proportionate Stratified Random Sampling.

(4)

348

Tahapan analisis dalam penelitian untuk mencapai tujuan penelitian antara lain metode skoring dan overlay, dan pengelompokkan dengan menggunakan software GIS yang dimana memperhatikan setiap parameter faktor analisis rawan banjir. Parameter yang dipakai untuk analisis rawan banjir yaitu penggunaan lahan, curah hujan, kemiringan lereng, serta jenis tanah (Mayahati, 2019). Berikut merupakan parameter skor untuk setiap faktornya:

1. Jenis Tanah

Pengklasifikasian serta skoring jenis tanah dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 1 Klasifikasi dan Skoring Jenis Tanah

No. Jenis Tanah Skor

1. Kompleks Regosol Kelabu dan Grumusol Kelabu Tua

1

2 Mediteran Coklat Kemerahan Litosol 1 3. Kompleks Mediteran Coklat dan Litosol 2

4. Aluvial Kelabu kekuningan 3

5. Andosol Coklat 3

6. Asosiasi Litosol dan Grumusol Kelabu Tua

3

7. Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat Kemerahan

3

8. Hidromorf Kelabu dan Planosol Coklat Kekelabuan

3

9. Mediteran Coklat 3

10. Mediteran Coklat Kemerahan 3

11. Mediteran Coklat Kemerahan dan Grumusol Kelabu

4

12. Aluvial Coklat Tua Kekelabuan 4

13. Aluvial Hidromorf 4

14. Grumusol Kelabu Tua 4

15. Regosol Coklat 4

Sumber: Mayahati, 2019

Berdasarkan Tabel 1., terdapat skor dari satu sampai empat dengan jenis tanah yang berbeda-beda.

(5)

349 2. Kemiringan Lereng

Pengklasifikasian serta skoring kemiringan lereng dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 2 Klasifikasi dan Skoring Kemiringan Lereng (Mayahati, 2019) No. Kemiringan Lereng Keterangan Skor

1 0-8 % Datar 5

2 8-15 % Landai 4

3 15-25 % Agak Curam 3

4 5-40 % Curam 2

5 >40 % Sangat Curam 1

Sumber: Mayahati, 2019

Berdasarkan Tabel 2, parameter kemiringan lereng terdapat lima kelas yaitu datar dengan kemiringan lereng 0-8%, landai dengan kemiringan lereng 8-15%, kemudian agak curam dengan kemiringan lereng 15-25%, curam dengan kemiringan lereng 5-40%, dan sangat curam dengan kemiringan lereng >40%. Setiap kelas mempunyai skor dimana untuk kelas datar mempunyai skor 5, kelas landai mempunyai skor 4, kelas agak curam mempunyai skor 3, kelas curam mempunyai skor 2, dan kelas sangat curam mempunyai skor 1.

3. Curah Hujan

Pengklasifikasian serta skoring curah hujan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 3 Klasifikasi dan Skoring Curah Hujan

No. Intensitas Hujan Skor

1. <50 mm/bulan 1

2. 50-100 mm/bulan 2

3. 100-200 mm/bulan 3

4. 200-300 mm/bulan 4

Sumber: Mayahati, 2019

Berdasarkan Tabel 3, parameter curah hujan terdapat empat kelas yaitu curah hujan dengan intensitas hujan <50 mm/bulan yang memiliki skor 1, curah hujan dengan intensitas hujan 50-100 mm/bulan yang memiliki skor 2, lalu ada curah hujan dengan intensitas hujan 100-200 mm/bulan yang memiliki skor 3, dan ada kelas curah hujan dengan intensitas hujan 200-300 mm/bulan yang memiliki skor 4.

(6)

350 4. Penggunaan Lahan

Pengklasifikasian serta skoring penggunaan lahan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4 Klasifikasi dan Skoring Penggunaan Lahan

No. Penggunaan Lahan Skor

1. Air laut 1

2. Hutan 1

3. Belukar/semak 2

4. Rumput 2

5. Sawah Irigasi 2

6. Kebun 3

7. Tegalan 3

8. Waduk/Air Tawar 4

9. Empang 4

10. Penggaraman 4

11. Sawah Tadah Hujan 4

12. Gedung 5

13. Permukiman 5

Sumber: Mayahati, 2019

Berdasarkan Tabel 4, parameter penggunaan lahan terdapat tiga belas klasifikasi penggunaan lahan dengan skor yang berbeda, antara lain untuk air laut dan hutan memiliki skor 1;

untuk belukar/semak, rumput, dan sawah irigasi memilki skor 2; untuk kebun, dan tegalan memiliki skor 3; untuk waduk/air tawar, empang, penggaraman, dan sawah tadah hujan memiliki skor 4 dan untuk gedung serta permukiman memiliki skor 5.

Setelah mengetahui skor curah hujan, jenis tanah, kemiringan lereng, dan penggunaan lahan yang berada di Kelurahan Paccerakkang, maka selanjutnya melakukan metode overlay yang dimana pada metode ini menggunaan aplikasi Arcmap. Metode overlay ini merupakan metode dalam sistem informasi geofrafis yang terbentuk dari menggabungkan berbagai peta yang dimana mempunyai database yang merinci. Tools yang digunakan dalam metode overlay yaitu intersect tools. Database yang digabungkan adalah penggunaan lahan, Kemiringan Lereng, Curah Hujan, Jenis Tanah, dan Curah Hujan di Kelurahan Paccerakkang.

Setelah melakukan overlay dengan intersect tools, selanjutnya menghitung total skor secara keseluruhan dari faktor kerawanan banjir dan mengklasifikasikan tingkat kerawanan banjir

(7)

351

di Kelurahan Paccerakkang dengan memperhatikan parameter klasifikasi rawan banjir. Parameter klasifikasi skor kerawanan banjir dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5 Tingkat Kerawanan dan Skoring Banjir Tingkat

Kerawanan Banjir

Skor Kerawanan Banjir Keterangan

I 4-8 Tidak Rawan

II 9-12 Cukup Rawan

III 13-16 Sedang

IV 17-20 Sangat Rawan

Sumber: Mayahati, 2019

Berdasarkan Tabel 5., skor kerawanan banjir didapatkan dari hasil penjumlahan skor dari faktor kerawanan banjir yaitu skor curah hujan, jenis tanah, kemiringan lereng, dan penggunaan lahan. Tingkat kerawanan banjir terbagi atas empat tingkat yaitu tingkat I mempunyai skor kerawanan banjir 4-8 dengan keterangan tidak rawan, kemudian tingkat II mempunyai skor kerawanan banjir 9-12 dengan keterangan cukup rawan, lalu tingkat III mempunyai skor kerawanan banjir 13-16 dengan keterangan sedang, dan tingkat IV mempunyai skor kerawanan banjir 17-20 dengan keterangan sangat rawan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1.1.Gambaran Umum Kelurahan Paccerakkang 1. Jenis Tanah Kelurahan Paccerakkang

Tabel 6 Jenis Tanah Kelurahan Paccerakkang

No. Jenis Tanah Luas (ha) Persentase (%) Skor

1. Ultisol 160.18 74.01 4

2. Inceptisol 56.25 25.99 4

Total Luas 216.43 100

Sumber: hasil analisis, 2022; berdasarkan Mayahati, 2019; RTRW Kota Makassar 2019 Pada Kelurahan Paccerakkang terdapat dua jenis tanah, yaitu incepticol yang termasuk ke dalam klasifikasi tanah Aluvial Cokelat Kekelabuan dengan skor 4, serta tanah ultisol yang termasuk ke dalam klasifikasi tanah Aluvial Hidromorf dengan skor 4.

(8)

352

Jenis tanah di Kelurahan Paccerakkang didominasi oleh tanah ultisol yang mencakup 74,01% wilayah Kelurahan Paccerakkang (lihat Gambar 1).

Gambar 1 Peta Jenis Tanah Kelurahan Paccerakkang

Sumber: Hasil Analisis, 2022 2. Kemiringan Lereng Kelurahan Paccerakkang

Tabel 7 Kemiringan Lereng Kelurahan Paccerakkang

No. Kemiringan Lereng Luas (ha) Persentase (%) Skor

1. 0-2% 141.82 65.53 5

2. 2-5% 74.61 34.47 5

Total Luas 216.43 100

Sumber: hasil analisis, 2022; berdasarkan Mayahati, 2019; RTRW Kota Makassar 2019 Berdasarkan Tabel 7, Kelurahan Paccerakkang mempunyai kemiringan lereng 0- 2% dan 2-5% yang berarti kemiringan lereng di Kelurahan Paccerakkang berada di kelas datar dengan skor 5 (lihat Gambar 2).

(9)

353

Gambar 2 Peta Kemiringan Lereng Kelurahan Paccerakkang

Sumber: Hasil Analisis, 2022 3. Curah Hujan Kelurahan Paccerakkang

Tabel 8 Curah Hujan Kelurahan Paccerakkang No. Intensitas Hujan

(mm/th)

Luas (ha) Persentase (%) Skor

1. 1600-2715 216.43 100 4

Total Luas 216.43 100

Sumber: hasil analisis, 2022; berdasarkan Mayahati,2019, RTRW Kota Makassar 2019 Berdasarkan Tabel 8, Kelurahan Paccerakkang mempunyai intensitas hujan 1600- 2715 mm/tahun atau 133-266 mm/bulan dengan skor 4. Berdasarkan hal ini, Kelurahan Paccerakkang memiliki surah hujan golongan menengah (lihat Gambar 3).

Gambar 3 Curah Hujan Kelurahan Paccerakkang

Sumber: hasil analisis, 2022

(10)

354 4. Penggunaan Lahan Kelurahan Paccerakkang

Tabel 9 Penggunaan Lahan Kelurahan Paccerakkang

No. Jenis Tanah Luas (ha) Persentase (%) Skor

1. Permukiman 136.51 63.07 5

2. RTH 0.49 0.23 2

3. Sarana Ibadah 0.36 0.17 5

4. Sawah 72.63 33.56 2

5. Sempadan Sungai 4.19 1.94 4

6. Sungai 2.25 1.04 4

Total Luas 216.43 100

Sumber: hasil analisis, 2022; berdasarkan Mayahati, 2019; RTRW Kota Makassar 2019 Penggunaan lahan di Kelurahan Paccerakkang terdiri atas Permukiman dengan skor 5, RTH yang termasuk dalam rumput memiliki skor 2, Sarana Ibadah yang termasuk dalam klasifikasi gedung yang memiliki skor 5, sawah yang memiliki skor 2, serta sungai dan sempadan sungai yang masing-masing memilki skor 4 (lihat Gambar 4).

Gambar 4 Penggunaan Lahan Kelurahan Paccerakkang

Sumber: hasil analisis, 2022

(11)

355 5. Kerawanan Banjir Kelurahan Paccerakkang

Pada Kelurahan Paccerakkang terdapat skor kerawanan banjir yaitu 15 yang dapat dikelompokkan di tingkat III dengan keterangan sedang, dan terdapat juga skor kerawanan banjir di Kelurahan Paccerakkang yaitu 17 dan 18, dimana dapat dikelompokkan di tingkat IV dengan keterangan sangat rawan. Berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui peta rawan banjir di Kelurahan Paccerakkang (lihat Gambar 5).

Gambar 5 Kerawanan Banjir Kelurahan Paccerakkang

Sumber: hasil analisis, 2022

1.2.Karakteristik Lingkungan Permukiman Rawan Banjir di Kelurahan Paccerakkang 1. Jumlah Anggota Rumah Tangga

Jumlah anggota keluarga responden di Kelurahan Paccerakkang diperoleh dari pengisian kuesioner, sebanyak 53,2% berjumlah 1-4 orang dalam satu rumah, 36,2%

berjumlah 5-7 orang, dan selebihnya berjumlah lebih dari tujuh orang. Dari data tersebut, mayoritas responden berjumlah 1-4 orang yang tinggal dalam satu rumah. Berdasarkan kriteria rumah layak huni, jumlah anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah di Kelurahan Paccerakkang masih dikategorikan baik.

2. Lama Tinggal

Hasil wawancara dan pengisian kuesioner yang dilakukan pada responden menyatakan bahwa sebanyak 53,2% responden tinggal selama rentang waktu 5-15 tahun di kelurahan paccerakkang, 23,4% sudah menetap selama rentang waktu 15-25 tahun, 17%

menetap selama rentang waktu kurang dari 5 tahun, dan sebanyak 6,4% sudah menetap

(12)

356

selama lebih dari 25 tahun. Berdasarkan grafik yang disajikan menunjukkan bahwa mayoritas responden sudah menetap selama rentang waktu 5-15 tahun di Kelurahan Paccerakkang, sehingga responden sudah cukup untuk mengenali karakteristik lingkungan di Kelurahan Paccerakkang.

3. Status Kepemilikan Rumah

Status kepemilikan rumah responden di Kawasan rawan banjir RW 04 dan RW 06 Kelurahan Paccerakkang cukup bervariasi, dapat dilihat pada grafik bahwa status kepemilikan rumah oleh responden yaitu milik pribadi sebanyak 76,6 %, kontrak sebanyak 14,9%, rumah keluarga 4,3%, dan selebihnya 2,1% menjawab kost dan rumah orang tua.

Berdasarkan hasil wawancara, mayoritas status kepemilikan rumah responden di Kelurahan Paccerakkang adalah milik pribadi.

Gambar 6 Salah Satu Rumah di Kelurahan Paccerakkang

Sumber: hasil analisis, 2022 4. Sumber Air Non Konsumsi

Berdasarkan hasil kuesioner responden di Kelurahan Paccerakkang, sebanyak 76,6% responden menggunakan air sumur sebagai sumber air non konsumsi, sebanyak 14,95 menggunakan PDAM, dan sebanyak 8,5% menggunakan pompa. Berdasarkan data tersebut, mayoritas responden menggunakan air sumur sebagai sumber air non konsumsi.

Dari hasil wawancara, responden menyatakan bahwa sebagian besar warga di Kelurahan Paccerakkang menggunakan sumur dikarenakan akses PDAM belum terlalu luas.

5. Sistem Pengelolaan Sampah

Berdasarkan hasil wawancara, persentase dari sistem pengelolaan sampah di Kelurahan Paccerakkang yang menunjukkan sebanyak 63,8% responden menggunakan jasa pengangkut sampah, 19,1% dibawa ke TPA, 14,9% dibakar, dan sebanyak 2,1%

ditanam di belakang atau depan rumah. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan,

(13)

357

responden yang tidak berlangganan dengan jasa pengangkut sampah memilih untuk membakar sampahnya atau ditanam di pekarangan rumah. Berdasarkan indikator tersebut, sistem pengelolaan sampah di Kelurahan Paccerakkang dikategorikan kurang baik, karena tidak terdapat TPS dan warga yang tidak menggunakaan jasa pengangkut sampah memilih dibakar dan ditanam di sekitar rumah.

Gambar 7 Salah Satu Drainase di Kelurahan Paccerakkang

Sumber: hasil analisis, 2022 1.3.Karakteristik Banjir di Kelurahan Paccerakkang

1. Penyebab Banjir di Kelurahan Paccerakkang

Penyebab banjir yang paling sering terjadi di Kelurahan Paccerakkang yakni intensitas hujan yang cukup tinggi, sehingga menimbulkan genangan dan saluran drainase meninggi yang apabila terjadi bersamaan dengan pasangnya air laut, maka hal tersebut akan menyebabkan banjir. Data tersebut diperoleh dari hasil wawancara dan pengisian kuesioner yang dilalukan kepada responden. Selain itu, sebanyak 10,6% berasal dari banjir kiriman dari sungai, sebanyak 8,5% banyak tumpukan air, dan selebihnya karena masalah saluran pembuangan dan penimbunan daerah resapan air.

Gambar 8 Sungai di Kelurahan Paccerakkang

Sumber: hasil analisis, 2022

(14)

358

Gambar 9 Salah Satu Drainase di Kelurahan Paccerakkang

Sumber: hasil analisis, 2022 2. Kondisi Drainase

Dari pandangan hidrologi, banjir yang terjadi di suatu sungai apabila debit yang mengalir lebih besar dari debit rata-rata atau debit normal sungai tersebut. Suatu sungai atau saluran disebut banjir apabila air sungai/saluran meluap dari alurnya, melimpah ke daerah rendah, meluas dan menimbulkan gangguan pada lingkungan serta kerusakan fisik.

Sehingga indikator kondisi drainase sangat penting dalam penanggulangan banjir.

Berdasarkan hasil wawancara, sebanyak 68,1% menyatakan bahwa kondisi drainase di Kelurahan Paccerakkang kurang baik, sebanyak 23,4% menyatakan baik, dan 8,5% mengatakan buruk. Selain itu, dari hasil pengamatan di lokasi, didapatkan bahwa sebagian besar drainase di Kelurahan Paccerakkang tidak dapat mengalirkan air dengan baik,. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa mayoritas kondisi drainase di Kelurahan Paccerakkang berada dalan kondisi kurang baik, terdapat sendimen yang menumpuk di got, ukuran drainase yang tidak sesuai standar.

3. Kualitas Air

Kualitas air di suatu kawasan menjadi salah satu indikator karakteristik kondisi fisik. Kualitas air yang sesuai dengan baku mutu yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil wawancara, sebanyak 48,9% menyatakan bahwa kualitas air di Kelurahan Paccerakkang tergolong baik, sebanyak 29,8% menyatakan kurang baik, dan 21,3% sangat baik. Dapat disimpulkan bahwa kualitas air di Kelurahan Paccerakkang dapat dikategorikan baik.

4. Lama Durasi Banjir

(15)

359

Berdasarkan hasil wawancara, sebagian besar responden menyatakan bahwa lama durasi genangan banjir di Kelurahan Paccerakkang yakni selama rentang waktu 1-3 hari.

Hal tersebut didasari hasil kuesioner sebanyak 44,7%, selama 4-7 hari sebanyak 27,7%.

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa durasi lama genangan banjir di Kelurahan Paccerakkang berlangsung selama rentang waktu 1-3 hari.

5. Ketinggian Banjir

Berdasarkan hasil wawancara, sebanyak 46,8% responden menyatakan ketinggian banjir setinggi 70-100 cm, 31,9% responden mengisi 0-70 cm, dan sebanyak 21,3%

responden mengisi 100-200 cm. Berdasarkan data tersebut dapat dikategorikan kedalaman banjir cukup tinggi dengan mayoritas responden mengisi 70-100 cm.

6. Kesiapsiagaan Masyarakat

Kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi banjir dilakukan sebagai bentuk prevensi untuk meminimalisasi dampak negatif yang akan ditimbulkan dari banjir.

Berdasarkan data pada grafik, sebanyak 66% responden memilih untuk menyiapkan barang bawaan setelah banjir datang lalu mengungsi, sebanyak 23,4% merasa bahwa tidak ada yang perlu disiapkan karena banjir tidak berlangsung lama, sebanyak 8,5% merasa perlu untuk membersihkan saluran air agar dapat berfungsi dengan baik.

1.4.Strategi Adaptasi

1. Peninggian Tanggul Sungai

Berdasarkan hasil wawancara, sebanyak 51,1% memberikan jawaban sangat setuju, 44,7% memberikan jawaban setuju, dan 4,3% memberikan jawaban tidak setuju. Dari hasil wawancara, masyarakat RW 04 dan RW 06 memaparkan bahwa air luapan sungai saat hujan tidak bisa lagi ditahan oleh tanggul sungai. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa masyarakat menginginkan adanya peninggian tanggul sungai.

2. Pembangunan Ruang Terbuka Hijau

Berdasarkan hasil wawancara, sebanyak 42,6% memberikan jawaban sangat setuju, 40,4% memberikan jawaban setuju, dan 27% memberikan jawaban tidak setuju. Menurut observasi kondisi fisik, ruang terbuka hijau di Kelurahan Paccerakkang sanagt sedikit sehingga mengurangi daerah resapan air. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa masyarakat menginginkan adanya pembangunan ruang terbuka hijau.

(16)

360 3. Pelebaran/Pengerukan Drainase

Berdasarkan hasil wawancara, sebanyak 48,9% memberikan jawaban sangat setuju, 46,8% memberikan jawaban setuju, dan 4,3% memberikan jawaban tidak setuju. Menurut hasil wawancara dengan masyarakat, mereka memaparkan bahwa keadaan drainase di Kelurahan Paccerakkang tidak berfungsi karena banyaknya sampah yang mengendap dan ukurannya yang kecil. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa masyarakat menginginkan adanya pelebaran/pengerukan drainase.

4. Perbaikan/Pembuatan Sistem Drainase

Berdasarkan hasil wawancara, sebanyak 53,2% memberikan jawaban sangat setuju, 44,7% memberikan jawaban setuju, dan 2,1% memberikan jawaban tidak setuju. Menurut hasil observasi kondisi fisik di Kelurahan Paccerakkang, drainase di sana sebagian besar tegolong dalam drainase tertutup dengan ukuran yang kecil sehingga tidak dapat berfungsi dengan baik. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa masyarakat menginginkan adanya perbaikan/pelebaran drainase.

5. Membangun Posko Rawan Banjir

Berdasarkan hasil wawancara, sebanyak 29,8% memberikan jawaban sangat setuju, 68,1% memberikan jawaban setuju, dan 2,1% memberikan jawaban tidak setuju. Menurut hasil wawancara dengan masyarakat, mereka memaparkan bahwa tidak ada posko banjir untuk mengungsi, masyarakat biasanya mengungsi ke rumah kerabat atau masjid sekita.

Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa masyarakat menginginkan adanya posko rawan banjir.

SIMPULAN

Kawasan sub-urban di Kota Makassar menjadi salah satu kawasan permukiman rawan banjir, salah satunya di kawasan sub-urban Kelurahan Paccerakkang. Penyebab dari terjadinya banjir di kawasan ini yaitu kondisi drainase yang kurang baik, kurangnya ketersediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH), penataan kawasan lingkungan permukiman yang kurang baik, serta masih adanya perilaku masyarakat yang kurang peduli terhadap kondisi lingkungan dengan membuang sampah sembarangan. selain itu, beberapa faktor juga menjadi salah satu pertimbangan dalam mengambil langkah atau strategi dalam menghadapi kondisi rawan banjir khususnya di kawasan permukiman sub-urban. Dengan metode skoring dan overlay yang digunakan untuk menganalisis karakteristik kawasan Kelurahan Paccerakkang, data seperti jenis tanah, kemiringan lereng, curah

(17)

361

hujan, serta penggunaan lahan menjadi aspek yang penting dalam merencanakan strategi adaptif yang tepat untuk penataan lingkungan permukiman rawan banjir. Berdasarkan masukan dari masyarakat setempat mengenai bagaimana upaya yang cocok untuk menjadi strategi adaptif penanggulangan banjir merupakan hal yang penting dalam merencanakan penataan lingkungan kawasan permukiman rawan banjir yang sesuai dengan kondisi eksisting, yaitu peninggian tanggul sungai, pembuatan Ruang Terbuka Hijau (RTH), pelebaran atau pengerukan jaringan drainase, perbaikan atau pembuatan jaringan drainase baru, serta membangun posko rawan banjir.

DAFTAR PUSTAKA

Arjunawiwaha, & andidibyawidadi. (n.d.). Rumah, Perumahan, dan Permukiman. Retrieved February 12, 2022, from Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Kawasan Permukiman Kabupaten Kulon Progo: https://dpu.kulonprogokab.go.id/detil/52/rumah-perumahan-dan- permukiman

Asnudin, A. (2010, August). SMARTek. Pendekatan Partisipatif dalam Pembangunan Proyek Infrastruktur Perdesaan di Indonesia, 8, 182-190.

Nisarto, F. (2016). Pemetaan Kerawanan Banjir Daerah Aliran Sungai Tangka. Universitas Hasanuddin.

Mayahati, J. W., & Anna, A. N. (2019). Analisis Tingkat Kerawanan Banjir Di Kabupaten Pati Tahun 2018 (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).

Pasya, G. K. (2012). Permukiman Penduduk Perkotaan, 12. doi:10.17509

Peraturan Kepala Badan Informasi Geospasial Nomor 3 Tahun 2016 tentang Spesifikasi Teknis Penyajian Data Desa

Prospeku. (2021, October 26). Retrieved from Kawasan Permukiman: Tujuan, Syarat, Perbedaan dari Perumahan: https://prospeku.com/artikel/permukiman-adalah---3651

Rachmah, Z., Rengkung, M. M., & Lahamendu, V. (2018). Kesesuaian lahan permukiman di kawasan kaki Gunung Dua Sudara. Spasial, 5(1), 118-129.

Rauf, S., & Samang, L. (n.d.). Analisis Pemetaan Daerah Rawan Banjir di Kota Makassar Berbasis Spasial, 11.

Rizkiah, R., Poli, H., & Supardjo. (n.d.). Analisis Faktor-Faktor Penyebab Banjir di Kecamatan Tikala Kota Manado. Manado.

(18)

362

Sitorus, I. H. O., Bioresita, F., & Hayati, N. (2021). Analisa Tingkat Rawan Banjir di Daerah Kabupaten Bandung Menggunakan Metode Pembobotan dan Scoring. Jurnal Teknik ITS, 10(1), C14-C19.

SNI 02-2406-1991, Tata Cara Perencanaa Umum Drainase Perkotaan. (n.d.).

SNI 03-1733-2004, Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan. (n.d.).

Tjahjono, H. (2016). Upaya Pengurangan Risiko Bencana Terkait Perubahan Iklim. Penentuan Lingkungan Permukiman Rawan Banjir dan Upaya Penganggulangan Banjir di Kota Semarang, 610.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.

(n.d.).

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil studi kesesuaian lahan permukiman pada kawasan rawan bencana gunung berapi di Kota Tomohon berdasarkan persebaran kawasan permukiman menunjukkan kawasan

Berdasarkan peta draft revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) kota Makassar tahun 2010-2030 yang terdiri dari 13 Kawasan Terpadu, enam diantara berada pada zona rawan

Ada empat tahapan besar dalam analisis studi ini, yaitu: analisis tipologi permukiman; analisis karakteristik kawasan rawan bencana gerakan tanah (termasuk di

Lahan yang menjadi prioritas pada analisis ketersediaan lahan memiliki tiga kriteria, yaitu: (1) kawasan areal penggunaan laian (APL); (2) kawasan permukiman pada

Hasil wawancara dengan Bapak Affan Fandy Harahap, ST.,M.Si sebagai Kasi PTL Dinas Perumahan Kawasan Permukiman dan Penataan Ruang, Pada tanggal 11 Februari 2019.. Medan

Berdasarkan aspek penilaian di atas, maka tema khusus yang dipilih sebagai konsep dasar dan makro dalam penentuan kriteria dan konsep penataan adalah “ Experiencing Makassar

Peta zona prioritas pengembangan kawasan permukiman dihasilkan berdasarkan empat indikator yaitu: (1) Kesesuaian lahan untuk permukiman, (2) Ketersediaan lahan

Peningkatan kualitas ruang terbuka dengan pendekatan konsep Water Sensitive Urban Design, menghasilkan desain penataan jaringan ruang terbuka untuk permukiman yang dibagi atas 4