PENCUCIAN UANG
(MONEY LAUNDERING) PENCUCIAN UANG
(MONEY LAUNDERING)
Dr. Taufiq Supriadi
Dr. Juska Sjam
Dr. Taufiq Supriadi
Dr. Juska Sjam
TUJUAN PEMBELAJARAN TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Arti dari pencucian uang
2. Tujuan pelaku kejahatan melakukan pencucian uang
3. Dampak pencucian uang
4. Konsep follow the money dan pemberantasan pencucian uang secara global
5. Keberadaan PPATK dalam pemberantasan pencucian uang
1. Arti dari pencucian uang
2. Tujuan pelaku kejahatan melakukan pencucian uang
3. Dampak pencucian uang
4. Konsep follow the money dan pemberantasan pencucian uang secara global
5. Keberadaan PPATK dalam pemberantasan
pencucian uang
APAKAH PENCUCIAN UANG?
APAKAH PENCUCIAN UANG?
Pelaku kejahatan saat menerima uang suap tidak ingin diketahui orang lain. Pelaku kejahatan tersebut perlu untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal usulnya. Karena saat pelaku menerima uang suap dalam jumlah besar, apabila ia langsung menggunakan uang tersebut bisa jadi ia dicurigai banyak orang.
Pencucian Uang adalah perbuatan menyamarkan atau menyembunyikan uang atau harta kekayaan dari hasil tindak pidana.
Pelaku kejahatan saat menerima uang suap tidak ingin diketahui orang lain. Pelaku kejahatan tersebut perlu untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal usulnya. Karena saat pelaku menerima uang suap dalam jumlah besar, apabila ia langsung menggunakan uang tersebut bisa jadi ia dicurigai banyak orang.
Pencucian Uang adalah perbuatan menyamarkan atau
menyembunyikan uang atau harta kekayaan dari hasil
tindak pidana.
Cara Melakukan Pencucian Uang Cara Melakukan Pencucian Uang
Uang hasil kejahatan tadi dapat:
1.
Disimpan di bank bukan atas nama dirinya,
2.
Disetorkan secara tunai atau ditransfer ke rekening lain yang berbeda atas nama orang yang berbeda pula, atau
3.
Dipakai untuk menambah modal usaha atau bisnis legal.
Setelah “dicuci”, harta kekayaan hasil kejahatan tersebut seolah-olah berasal dari kegiatan yang sah, pelaku dapat lebih leluasa menggunakan uang tersebut.
Uang hasil kejahatan tadi dapat:
1.
Disimpan di bank bukan atas nama dirinya,
2.
Disetorkan secara tunai atau ditransfer ke rekening lain yang berbeda atas nama orang yang berbeda pula, atau
3.
Dipakai untuk menambah modal usaha atau bisnis legal.
Setelah “dicuci”, harta kekayaan hasil kejahatan tersebut
seolah-olah berasal dari kegiatan yang sah, pelaku dapat
lebih leluasa menggunakan uang tersebut.
Mengapa Pelaku Kejahatan Mencuci Uang?
Mengapa Pelaku Kejahatan Mencuci Uang?
Untuk menyembunyikan uang atau harta kekayaan yang diperoleh dari kejahatan. Agar uang/kekayaan tersebut oleh pihak yang berwajib tidak dipermasalahkan secara hukum dan tidak disita dan/atau agar tidak dicurigai banyak orang.
Untuk menghindari penyelidikan dan/atau tuntutan hukum. Pelaku ingin menghindari atau melindungi tuntutan hukum dengan cara “menjauhkan” diri mereka sendiri dari uang/kekayaan hasil kejahatan, misalnya dengan menyimpannya atas nama orang lain.
Untuk menyembunyikan uang atau harta kekayaan yang diperoleh dari kejahatan. Agar uang/kekayaan tersebut oleh pihak yang berwajib tidak dipermasalahkan secara hukum dan tidak disita dan/atau agar tidak dicurigai banyak orang.
Untuk menghindari penyelidikan dan/atau tuntutan
hukum. Pelaku ingin menghindari atau melindungi
tuntutan hukum dengan cara “menjauhkan” diri
mereka sendiri dari uang/kekayaan hasil kejahatan,
misalnya dengan menyimpannya atas nama orang
lain.
Mengapa Pelaku Kejahatan Mencuci Uang?
Mengapa Pelaku Kejahatan Mencuci Uang?
Untuk meningkatkan keuntungan. Pelaku kejahatan biasanya mempunyai beberapa usaha lain yang legal. Seringkali, uang hasil kejahatan disertakan ke dalam perputaran usaha-usaha yang sah tersebut. Akibatnya, uang hasil kejahatan bisa melebur ke dalam usaha atau bisnis yang sah, menjadi lebih sulit terdeteksi sebagai hasil kejahatan, dan juga dapat meningkatkan keuntungan bisnis sah tersebut.
Dengan mencuci uang, penerima suap tadi dapat leluasa menggunakan uangnya tanpa dicurigai. Misalnya, dengan pura- pura mendapatkan warisan yang ditransfer melalui bank. Selain itu, uang hasil suap yang seharusnya jadi barang bukti bahwa pelaku menerima suap pun bisa disamarkan dengan disimpan di bank atas nama orang lain. Akibatnya, penegak hukum akan kesulitan melakukan penyelidikan.
Untuk meningkatkan keuntungan. Pelaku kejahatan biasanya mempunyai beberapa usaha lain yang legal. Seringkali, uang hasil kejahatan disertakan ke dalam perputaran usaha-usaha yang sah tersebut. Akibatnya, uang hasil kejahatan bisa melebur ke dalam usaha atau bisnis yang sah, menjadi lebih sulit terdeteksi sebagai hasil kejahatan, dan juga dapat meningkatkan keuntungan bisnis sah tersebut.
Dengan mencuci uang, penerima suap tadi dapat leluasa
menggunakan uangnya tanpa dicurigai. Misalnya, dengan pura-
pura mendapatkan warisan yang ditransfer melalui bank. Selain
itu, uang hasil suap yang seharusnya jadi barang bukti bahwa
pelaku menerima suap pun bisa disamarkan dengan disimpan di
bank atas nama orang lain. Akibatnya, penegak hukum akan
kesulitan melakukan penyelidikan.
Mengapa Pencucian Uang Harus Diberantas?
Mengapa Pencucian Uang Harus Diberantas?
Mengembangkan kejahatan
Pelaku dapat menikmati hasil kejahatannya apabila berhasil mencuci uang hasil kejahatannya, atau pelaku dapat menggunakan hasil kejahatannya untuk mengembangkan kejahatan dan organisasinya. Hal ini akan merugikan masyarakat.
Merongrong stabilitas sistem keuangan
Banyaknya uang ilegal yang secara cepat masuk ke dalam negeri, berpindah-pindah, dan meninggalkan industri keuangan nasional tanpa didampingi kegiatan ekonomi produktif yang sepantasnya, cenderung dapat meningkatkan instabilitas sistem keuangan, menciptakan distorsi ekonomi, dan menyulitkan otoritas moneter dalam mengendalikan jumlah uang yang beredar.
Mengembangkan kejahatan
Pelaku dapat menikmati hasil kejahatannya apabila berhasil mencuci uang hasil kejahatannya, atau pelaku dapat menggunakan hasil kejahatannya untuk mengembangkan kejahatan dan organisasinya. Hal ini akan merugikan masyarakat.
Merongrong stabilitas sistem keuangan
Banyaknya uang ilegal yang secara cepat masuk ke dalam
negeri, berpindah-pindah, dan meninggalkan industri keuangan
nasional tanpa didampingi kegiatan ekonomi produktif yang
sepantasnya, cenderung dapat meningkatkan instabilitas
sistem keuangan, menciptakan distorsi ekonomi, dan
menyulitkan otoritas moneter dalam mengendalikan jumlah
uang yang beredar.
Mengapa Pencucian Uang Harus Diberantas?
Mengapa Pencucian Uang Harus Diberantas?
Menimbulkan risiko pada intermediasi yang digunakan untuk pencucian uang
Jasa-jasa yang diberikan oleh bank sebagai Penyedia Jasa Keuangan (PJK) dapat dipakai sebagai sarana pencucian uang dapat menimbulkan berbagai risiko.
Misalnya Penyedia Jasa Keuangan seperti bank yang digunakan sebagai sarana atau sasaran pencucian uang, dapat berakibat rusaknya reputasi, keterlibatan dalam masalah hukum, serta terganggunya operasional dan likuiditasnya.
Menimbulkan risiko pada intermediasi yang digunakan untuk pencucian uang
Jasa-jasa yang diberikan oleh bank sebagai Penyedia Jasa Keuangan (PJK) dapat dipakai sebagai sarana pencucian uang dapat menimbulkan berbagai risiko.
Misalnya Penyedia Jasa Keuangan seperti bank yang
digunakan sebagai sarana atau sasaran pencucian
uang, dapat berakibat rusaknya reputasi, keterlibatan
dalam masalah hukum, serta terganggunya
operasional dan likuiditasnya.
Follow the Money dan Upaya Pemberantasan Pencucian Uang Secara Global
Follow the Money dan Upaya Pemberantasan Pencucian Uang Secara Global
Follow the Money
Pendekatan follow the money merupakan istilah lain bagi Pendekatan Anti Pencucian Uang, yaitu mendahulukan mencari uang atau harta kekayaan hasil tindak pidana dibandingkan dengan mencari pelaku kejahatan. Setelah hasil tindak pidana
diperoleh melalui pendekatan analisa transaksi keuangan (financial analysis) kemudian dicarilah pelakunya dan tindak pidana yang dilakukan.
Manfaat Pendekatan Follow the Money
Beberapa manfaat atau kelebihan yang didapatkan melalui pendekatan follow the money adalah:
1. Jangkauannya lebih jauh sehingga dirasakan lebih adil;
2. Dapat dilakukan dengan ”diam-diam”, sehingga lebih mudah, dan risiko lebih kecil karena tidak berhadapan langsung dengan pelaku yang kerap memiliki potensi melakukan
perlawanan;
3. Pendekatan merampas hasil kejahatan mengurangi atau menghilangkan motivasi orang untuk melakukan tindak pidana.
4. Adanya insentif pengecualian ketentuan rahasia bank dan ketentuan kerahasiaan lainnya.
Follow the Money
Pendekatan follow the money merupakan istilah lain bagi Pendekatan Anti Pencucian Uang, yaitu mendahulukan mencari uang atau harta kekayaan hasil tindak pidana dibandingkan dengan mencari pelaku kejahatan. Setelah hasil tindak pidana
diperoleh melalui pendekatan analisa transaksi keuangan (financial analysis) kemudian dicarilah pelakunya dan tindak pidana yang dilakukan.
Manfaat Pendekatan Follow the Money
Beberapa manfaat atau kelebihan yang didapatkan melalui pendekatan follow the money adalah:
1. Jangkauannya lebih jauh sehingga dirasakan lebih adil;
2. Dapat dilakukan dengan ”diam-diam”, sehingga lebih mudah, dan risiko lebih kecil karena tidak berhadapan langsung dengan pelaku yang kerap memiliki potensi melakukan
perlawanan;
3. Pendekatan merampas hasil kejahatan mengurangi atau menghilangkan motivasi orang untuk melakukan tindak pidana.
4. Adanya insentif pengecualian ketentuan rahasia bank dan ketentuan kerahasiaan lainnya.
Pemberantasan pencucian uang bagian dari upaya global menghadapi kejahatan
Pemberantasan pencucian uang bagian dari upaya global menghadapi kejahatan
Peran dan tanggung jawab Indonesia dalam mencegah dan
memberantas tindak pidana pencucian uang memberikan kontribusi yang riil dalam kancah tata pergaulan internasional. Tindak pidana ini merupakan persoalan dan perhatian warga dunia. Untuk itu, berbagai organisasi internasional dan regional telah dibentuk untuk
memeranginya.
Menurut perkiraan beberapa lembaga international, pencucian uang secara global diperkirakan mencapai sekitar USD 1 triliun sampai USD 2,5 triliun per tahun. Jumlah ini sangat besar mengingat nilai
keseluruhan produk barang dan jasa yang diproduksi di Indonesia (PDB Indonesia) pada tahun 2007 hanya mencapai sekitar USD 435 milyar.
Peran dan tanggung jawab Indonesia dalam mencegah dan
memberantas tindak pidana pencucian uang memberikan kontribusi yang riil dalam kancah tata pergaulan internasional. Tindak pidana ini merupakan persoalan dan perhatian warga dunia. Untuk itu, berbagai organisasi internasional dan regional telah dibentuk untuk
memeranginya.
Menurut perkiraan beberapa lembaga international, pencucian uang secara global diperkirakan mencapai sekitar USD 1 triliun sampai USD 2,5 triliun per tahun. Jumlah ini sangat besar mengingat nilai
keseluruhan produk barang dan jasa yang diproduksi di Indonesia (PDB
Indonesia) pada tahun 2007 hanya mencapai sekitar USD 435 milyar.
Bagaimana Keberadaan PPATK dalam Pemberantasan Pencucian Uang?
Bagaimana Keberadaan PPATK dalam Pemberantasan Pencucian Uang?
Dalam melaksanakan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang, PPATK menerima beberapa laporan dari Pihak Pelapor, yaitu Transaksi Keuangan Mencurigakan (TKM), Transaksi Keuangan Tunai (TKT), dan transfer dana internasional dari Penyedia Jasa Keuangan (PJK), serta transaksi senilai Rp. 500 juta atau lebih dari Penyedia barang dan atau Jasa (PBJ). Dari Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, PPATK juga menerima laporan pembawaan uang tunai dan atau instrumen pembayaran senilai Rp 100 juta rupiah atau lebih baik yang masuk atau keluar wilayah Republik Indonesia.
Semua laporan di atas menjadi sumber utama PPATK dalam melakukan analisis dan pemeriksaan. Dalam hal terdapat indikasi tindak pidana pencucian uang dan atau tindak pidana asal, PPATK meneruskannya kepada Penyidik yang berwenang dalam bentuk Laporan Hasil Analisis (LHA) atau Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP). Keseluruhan laporan dari Pihak Pelapor di atas bersifat rahasia, sedangkan LHA dan LHP sebagai informasi intelijen yang wajib dirahasiakan juga.
Undang-undang yang mengatur tindak pidana pencucian uang telah beberapa kali disempurnakan. Pertama kali dikeluarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang, selanjutnya diubah dengan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2003. Pada tahun 2010, pengaturan pemberantasan tindak pidana pencucian uang digantikan melalui Undang-undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.
Dalam melaksanakan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang, PPATK menerima beberapa laporan dari Pihak Pelapor, yaitu Transaksi Keuangan Mencurigakan (TKM), Transaksi Keuangan Tunai (TKT), dan transfer dana internasional dari Penyedia Jasa Keuangan (PJK), serta transaksi senilai Rp. 500 juta atau lebih dari Penyedia barang dan atau Jasa (PBJ). Dari Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, PPATK juga menerima laporan pembawaan uang tunai dan atau instrumen pembayaran senilai Rp 100 juta rupiah atau lebih baik yang masuk atau keluar wilayah Republik Indonesia.
Semua laporan di atas menjadi sumber utama PPATK dalam melakukan analisis dan pemeriksaan. Dalam hal terdapat indikasi tindak pidana pencucian uang dan atau tindak pidana asal, PPATK meneruskannya kepada Penyidik yang berwenang dalam bentuk Laporan Hasil Analisis (LHA) atau Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP). Keseluruhan laporan dari Pihak Pelapor di atas bersifat rahasia, sedangkan LHA dan LHP sebagai informasi intelijen yang wajib dirahasiakan juga.
Undang-undang yang mengatur tindak pidana pencucian uang telah beberapa kali disempurnakan. Pertama kali dikeluarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang, selanjutnya diubah dengan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2003. Pada tahun 2010, pengaturan pemberantasan tindak pidana pencucian uang digantikan melalui Undang-undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.
Financial Action Task Force (FATF) Financial Action Task Force (FATF)
FATF merupakan intergovernmental body sekaligus suatu policy-making body yang berisikan para pakar di bidang hukum, keuangan dan penegakan hukum yang membantu yurisdiksi negara dalam penyusunan peraturan perundang - undangan. Pada saat ini keanggotaan FATF berjumlah 31 negara dan teritori, ditambah 2 organisasi regionaregional. Adapun tiga fungsi utama dari FATF adalah:
1. Memonitor kemajuan yang dicapai para anggota FATF dalam melaksanakan langkah-langkah pemberantasan money laundering;
2. Melakukan kajian mengenai money laundering trends, techniques dan counter- measures; dan
3. Mempromosikan pengadopsian dan pelaksanaan standar anti pencucian uang kepada masyarakat internasional.
Regional Bodies adalah Asia Pacific Group on Money Laundering (APG) yang Indonesia juga menjadi anggotanya. Councill of Europe MONEYVAL, eastern and Southern Africa Anti Money Laundering Group (ESAAMLG) dan Financial Action Task Force on Money Laundering in South America (GAFISUD). Keberadaan Indonesia menjadi anggota Asia/Pacific Group on Money Laundering (APG) sejak tahun 2000.
FATF merupakan intergovernmental body sekaligus suatu policy-making body yang berisikan para pakar di bidang hukum, keuangan dan penegakan hukum yang membantu yurisdiksi negara dalam penyusunan peraturan perundang - undangan. Pada saat ini keanggotaan FATF berjumlah 31 negara dan teritori, ditambah 2 organisasi regionaregional. Adapun tiga fungsi utama dari FATF adalah:
1. Memonitor kemajuan yang dicapai para anggota FATF dalam melaksanakan langkah-langkah pemberantasan money laundering;
2. Melakukan kajian mengenai money laundering trends, techniques dan counter- measures; dan
3. Mempromosikan pengadopsian dan pelaksanaan standar anti pencucian uang kepada masyarakat internasional.
Regional Bodies adalah Asia Pacific Group on Money Laundering (APG) yang Indonesia juga menjadi anggotanya. Councill of Europe MONEYVAL, eastern and Southern Africa Anti Money Laundering Group (ESAAMLG) dan Financial Action Task Force on Money Laundering in South America (GAFISUD). Keberadaan Indonesia menjadi anggota Asia/Pacific Group on Money Laundering (APG) sejak tahun 2000.
Sumber :
Tindak Pidana Pencucian Uang (Money Laundering) dalam Perspektif Hukum Internasional (Yunus Husein)
Sumber :
Tindak Pidana Pencucian Uang (Money Laundering) dalam
Perspektif Hukum Internasional (Yunus Husein)
Ringkasan Ringkasan
1.
Pencucian uang adalah semua perbuatan untuk menyembunyikan atau
menyamarkan asal usul harta kekayaan yang diperoleh dari hasil kejahatan agar nampak seolah-olah sebagai harta yang sah.
2.
Tujuan pelaku kejahatan melakukan pencucian uang terutama untuk
mempersulit penegak hukum dalam mengungkap perbuatan pidananya dan akhirnya pelaku pencuci uang dengan leluasa dapat memanfaatkan hasil kejahatannya baik untuk kegiatan yang sah atau untuk membiayai kejahatannya.
3.
Dampak pencucian uang antara lain dapat menumbuhsuburkan kejahatan, merongrong stabilitas sistem keuangan, dan meningkatkan risiko bagi
lembaga keuangan.
4.
Pendekatan follow the money merupakan istilah lain bagi Pendekatan Anti Pencucian Uang, yaitu mendahulukan mengejar uang atau harta kekayaan hasil tindak pidana dibandingkan dengan mencari pelaku kejahatan.
5.
Keberadaan PPATK dimaksudkan sebagai lembaga yang bertanggung jawab dalam upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang di Indonesia.
1.
Pencucian uang adalah semua perbuatan untuk menyembunyikan atau
menyamarkan asal usul harta kekayaan yang diperoleh dari hasil kejahatan agar nampak seolah-olah sebagai harta yang sah.
2.
Tujuan pelaku kejahatan melakukan pencucian uang terutama untuk
mempersulit penegak hukum dalam mengungkap perbuatan pidananya dan akhirnya pelaku pencuci uang dengan leluasa dapat memanfaatkan hasil kejahatannya baik untuk kegiatan yang sah atau untuk membiayai kejahatannya.
3.
Dampak pencucian uang antara lain dapat menumbuhsuburkan kejahatan, merongrong stabilitas sistem keuangan, dan meningkatkan risiko bagi
lembaga keuangan.
4.
Pendekatan follow the money merupakan istilah lain bagi Pendekatan Anti Pencucian Uang, yaitu mendahulukan mengejar uang atau harta kekayaan hasil tindak pidana dibandingkan dengan mencari pelaku kejahatan.
5.
Keberadaan PPATK dimaksudkan sebagai lembaga yang bertanggung
jawab dalam upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana
pencucian uang di Indonesia.
TERIMA KASIH
TERIMA KASIH