• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendaftaran Tanah Adat di Indonesia

N/A
N/A
Arif Hidayatulla

Academic year: 2024

Membagikan " Pendaftaran Tanah Adat di Indonesia"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hadiwiyono, Hukum Pertanahan di Indonesia: Progreseifitas Sistem Publikasi Positif Terbatas dalam Pendaftaran Tanah di Indonesia (Malang: inteleligasi Media, 2020) hlm. Status tanah atau riwayat tanah, pada saat ini dikenal dengan Surat Keterangan Pendaftaran Tanah (SKPT) untuk tanah-tanah bekas hak-hak barat dan hak-hak lainnya. Persoalan penyelenggaraan Pendaftaran Tanah mengenai tanah-tanah Indonesia baru mendapat penyelesaian secara prinsipil dengan diundangkannya Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960, yang menetapkan Pasal 19 ayat (1) sebagai dasar pelaksanaan pendaftaran tanah di Indonesia yang menyebutkan untuk menjamin Kepastian Hukum oleh Pemerintah diadakan pendaftaran tanah di seluruh Wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pendaftaran tanah sendiri pada dasarnya terbagi menjadi 2 jenis, yaitu pendaftaran tanah secara sporadik dan pendaftaran tanah sistematik lengkap. 11 Pasal 1 angka 2 Peraturan Mentri Agraria dan Tata Ruang/Kepala badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2018 tentang Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap. Namun dalam implementasinya masih banyak masyarakat umum yang belum mengetahui dan memahami arti pentingnya pendaftaran tanah.

Setelah dilakukan pengukuran, dilakukan pemetaan atas bidang tanah ulayat kesatuan masyarakat hukum adat dalam peta pendaftaran tanah.

Rumusan Masalah

Bidang tanah ulayat kesatuan masyarakat hukum adat diberikan nomor identifikasi bidang tanah dengan satuan wilayah kabupaten/kota. Bagaimana upaya perlindungan hukum hak milik atas tanah adat setelah berlakunya Undang-Undang Pokok Agraria.

Tujuan

PEMBAHASAN

Pengertian Hukum Tanah Adat

Menurut Sorojo Wignjodipoero Hukum adat adalah suatu kompleks norma- norma yang bersumber pada perasaan keadilan rakyat selalu. Istilah masyarakat hukum adat adalah istilah resmi yang tercantum dalam berbagai peraturan perundang-undangan, seperti dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar. Istilah masyarakat hukum adat dilahirkan dan digunakan oleh pakar hukum adat yang lebih banyak difungsikan untuk keperluan teoritik akademis.

Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan mengatur keberadaan masyarakat hukum adat yang tertuang di dalam. Menurut Hazairin, masyarakat hukum adat adalah kesatuan- kesatuan masyarakat yang mempunyai kelengkapan-kelengkapan untuk sanggup berdiri sendiri yang mempunyai kesatuan hukum, kesatuan penguasa dan kesatuan lingkungan hidup berdasarkan hak bersama atas tanah dan air bagi semua anggotanya (Rikardo Simarmata, 2006: 23). Menurut Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 35/PUU-X/2012 Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan.

Hukum adat mempunyai sifat visual, artinya- hubungan-hubungan hukum dianggap hanya terjadi oleh karena ditetapkan dengan suatu ikatan yang dapat dilihat (atau tanda yang tampak). Pengakuan dan penggunaan istilah hukum adat tidak ditunjukkan secara eksplisit dalam Undang-Undang Dasar sebelum amandemen. Hukum adat diakui sebagaimana dinyatakan dalam Undang- undang Dasar 1945 Pasal 18B ayat (2), bahwa Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak- hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang.

Memahami rumusan Pasal 18B UUD 1945, Konstitusi menjamin kesatuan masyarakat adat dan hak- hak tradisionalnya selama hukum adat itu terus bertahan, sesuai dengan perkembangan masyarakat, dan sesuai dengan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diatur dalam undang-undang. Konsep tanah dalam hukum adat juga dianggap merupakan benda berjiwa yang tidak boleh dipisahkan dari. Hak atas tanah yang terjadi menurut hukum adat adalah hak milik dengan cara melalui daluwarsa.

Hubungan hukum antara masyarakat hukum adat sebagai subjek hukum dan tanah, atau wilayah tertentu, ditunjukkan oleh hak ulayat sebagai tanah adat. Inilah yang kemudian diakui sebagai hak-hak atas tanah yang lahir karena ketentuan hukum adat. Hak milik atas tanah, atau adat atas tanah, adalah hak yang dimiliki oleh seseorang atas sebidang tanah tertentu yang terletak di dalam wilayah hak ulayat masyarakat hukum adat yang bersangkutan.

Hak pakai atas tanah, atau adat atas tanah, adalah hak yang diberikan oleh hukum adat kepada seseorang tertentu untuk menggunakan sebidang tanah tertentu untuk kepentingannya.

Kebijakan Hukum Terhadap Tanah Adat yang belum

Pendaftaran tanah dilaksanakan menurut Pasal, Pasal 19 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria. Pendaftaran tanah menurut Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah adalah sebagai berikut:13 “Rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah secara terus menerus, berkesinambungan dan teratur, meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang bidang-bidang tanah dan satuan rumah susun, termasuk pemberian sertifikat sebagai tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan Hak Milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya.”. Objek pendaftaran tanah menurut Pasal 9 Ayat (1) dan Ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, adalah sebagai berikut:14.

Kepastian hukum dalam bentuk peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang tanah adat sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria telah diatur juga dalam undang-undang tersebut mengenai ketentuan konversi serta dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. Tanah yang telah dipetakan atau mempunyai nomor pendaftaran yang tercatat pada kartu pendaftaran dimasukkan ke dalam pendaftaran tanah. Hak baru tersebut adalah hak yang diberikan sejak berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.

Karena banyaknya kepemilikan tanah, konversi terhadap semua Hak Milik Adat sangat tidak mungkin.21 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah mengakui dengan jelas kedudukan Hak Milik adat, baik bersifat perorangan atau kelompok. Pihak yang berkepentingan adalah pinak yang berhak atas bidang tanah yang bersangkutan atau kuasanya.30 Pendaftaran tanah secara sporadik dapat dilakukan secara individual (perseorangan) atau massal (kolektif) dari pemegang hak atas bidang tanah atau kuasanya. -wilayah yang belum ditunjuk sebagai wilayah pendaftaran tanah secara sistematik oleh Badan Pertanahan Nasional di usahakan tersedianya peta dasar pendaftaran untuk keperluan pendaftaran tanah secara sporadik.

Untuk wilayah-wilayah pendaftaran tanah secara sporadik yang belum tersedia peta pendaftaran, surat ukur dibuat dari hasil pengukuran bidang-bidang tanah yang sudah ditetapkan batas-batasnya.35. 35 Pasal 22 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. . saksi dan/atau pernyataan yang bersangkutan yang kadar sebenarnya oleh Kepala Kantor Pertahanan kabupaten/kota setempat yang cukup mendaftar hak, pemegang hak dan pihak-pihak lain yang membebaninya.36. Dalam melaksanakan pendaftaran tanah secara sistematik, Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota dibantu oleh Panitia Ajudikasi yang dibentuk oleh Kepala Badan Pertanahan Nasional atau pejabat yang ditunjuk.39.

Setelah jangka waktu pengumuman berakhir (lewat 30 hari), data fisik dan data yuridis yang diumumkan tersebut oleh panitia ajudikasi pendaftaran tanah secara sistematik disahkan dengan berita acara. Panitia A, peran panitia A dalam pendaftaran tanah secara sporadik adalah membantu kepala pantor pertanahan kabupaten/kota melaksanakan penelitian data yuridis dan untuk penetapan batas-batas tanah yang dimohon untuk didaftar atau disertifikatkan. Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT), peran Pejabat Pembuat Akta Tanah dalam pendaftaran tanah secara sporadik adalah membatu kepala kantor pertanahan kabupaten/kota dalam membuat akta jual beli tanah yang belum terdaftar apabila perolehan tanahnya dilakukan melalui jual beli.

Kepala kecamatan, peran kepala kecamatan sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah sementara dalam pendaftaran tanah secara sporadik adalah membantu kepala kantor pertanahan kabupaten/kota dalam membuat akta jual beli tanah yang belum terdaftar apabila perolehan tanahnya dilakukan menjual beli. Pendaftaran tanah di Indonesia diatu dalam UUPA dan Juga dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1999 yang dimana ada pendaftaran tanah pertama kali dan pemeliharaan pendaftaran tanah. Pendaftaran tanah sporadik dilakukan atas permintaan pihak yang berkepentingan, dengan tujuan untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum bagi pemegang hak atas tanah.

Perlindungan Hukum Terhadap Hak Milik Atas Tanah

Prosedur Pendaftaran Tanah Adat Di Indonesia

Jika dalam wilayah pendaftaran tanah secara sporadik belum ada peta dasarpendaftaran, dapat digunakan peta lain, sepanjang peta tersebut memenuhi syarat untuk pembuatan peta pendaftaran.33 e. Bagi bidang-bidang tanah yang sudah diukur serta dipetakan dalam peta pendaftaran, dibuatkan surat ukur untuk keperluan pendaftaran haknya. Pendaftaran tanah secara sistematik didasarkan pada suatu rancana kerja dan dilaksanakan di wilayah- wilayah yang ditetapkan oleh Menteri Negara Agraria (Kepala Badan Pertahanan Nasional).38.

Penetapan tanda-tanda batas termasuk termasuk pemeliharaan wajib dilakukan oleh pemegang hak atas tanah yang bersangkutan. Bidang-bidang tanah yang sudah ditetapkan batas-batasnya diukur dan selanjutnya dipetakan dalam peta dasar pendaftaran. Bidang atau bidang-bidang tanah yang sudah dipetakan atau membutuhkan nomor pendaftarannya pada peta pendaftaran dibukukan dalam daftar tanah.

Bagi bidang-bidang tanah yang sudah diukur serta dipetakan dalam peta pendaftaran, dibuatkan surat ukur unutk keperluan pedaftaran haknya.40. Hak atas tanah daftar dengan membukukannya dalam buku tanah yang memuat data fisik dan data yuridis bidang tanah yang bersangkutan, dan sepanjang ada surat ukurnya dicatat pula pada surat ukur tersebut. Kepala Desa/Kepala Kelurahan, peran kepala desa/kepala kelurahan dalam pendaftaran tanah secara sporadik adalah membantu kepala kantor pertanahan kabupaten/kota, berupa pembuatan Surat Kutipan Letter C (Pengganti Petuk), riwayat tanah, menandatangani penguasaan fisik sporadik, menandatangani berita acara pengukuran tanah.

Faktor kurang memahami fungsi dan kegunaan sertifikat masyarakat pada umumnya kurang memahami fungsi dan kegunaan sertifikat, hal ini dilatar belakangi masyarakat kurang mendapat informasi yang akurat tentang pendaftaran tanah. Dalam hal pendaftaran tanah sekalipun telah ada tarif pendaftaran tanah untuk setiap simpul dari kegiatan pendaftaran tanah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2002 namun dalam prakteknya baik pihak pertanahan maupun pemerintah pada tingkat daerah/terkecil seperti kepala desa, lurah, camat dalam hal menerbitkan alas hak tetap melaksanakan pengutipan di luar ketentuan yang berlaku. Upaya mengatasi terjadinya kendala-kendala dalam pelaksanaan pendaftaran tanah bagi masyarakat mengenai biaya pendaftaran tanah yang cukup besar, pemerintah mengupayakan memperkecil besarnya kewajibanyang harus dibayar dengan hanya mengenakan harga tanah saja untuk penentuan NJOP.

Sedangkan upaya yang dilakukan oleh kantor pertanahan yaitu dengan mengadakan pendaftaran tanah secara sistematik yang mana kegiatan ini akan meringankan biaya dan cepatnya proses penerbitan sertifikat sesuai dengan. Berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, maka hak-hak atas tanah yang tunduk pada hukum barat dan hukum adat semuanya diseragamkan. Pendaftaran tanah Sporadik yaitu kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali mengenai satu atau beberapa objek pendaftaran tanah dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa/kelurahan secara.

Pendaftaran tanah Sistematik adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali yang dilakukan secara serentak yang meliputi semua objek pendaftaran tanah yang belum didaftar dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa atau kelurahan.

Referensi

Dokumen terkait

Masalah yang sering dihadapi oleh masyarakat di Kabupaten Aceh Tamiang dalam pendaftaran tanah milik adat ini menyangkut akan penyesuaian data fisik dan data yuridisnya sehingga

Henny Suryani : Tinjauan Proses Pembuktian Kebenaran Dasar Penguasaan Tanah Dalam Pendaftaran Konversi Hak Atas Tanah Ex-Hukum Adat (Studi Di Kantor Pertanahan Kota Medan),

Tiga orang responden lainnya telah melaksanakan tahap pelaksanaan Pendaftaran Tanah pertama kali (konversi hak milik atas tanah adat) yaitu pengumpulan dan

Pendaftaran Tanah Konversi Hak Milik Atas Tanah Adat (Konversi) Dalam Mewujudkan Kepastian Hukum Melalui Program Larasita di Kecamatan

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul ” PELAKSANAAN PENDAFTARAN HAK ATAS TANAH BEKAS MILIK ADAT KARENA JUAL BELI DI KECAMATAN TAJURHALANG

Masalah yang sering dihadapi oleh masyarakat di Kabupaten Aceh Tamiang dalam pendaftaran tanah milik adat ini menyangkut akan penyesuaian data fisik dan data yuridisnya sehingga

Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah kesadaran hukum masyarakat dalam pendaftaran tanah milik adat menjadi hak milik pada Kantor Pertanahan Kabupaten

Makalah ini membahas tentang hak-hak warga negara asing terhadap penguasaan tanah di