• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAFTARAN TANAH MILIK ADAT MENJADI HAK MILIK PADA KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN ACEH TAMIANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENDAFTARAN TANAH MILIK ADAT MENJADI HAK MILIK PADA KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN ACEH TAMIANG"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

KABUPATEN ACEH TAMIANG

TESIS

Oleh

BAMBANG SUWITO S 117011105/M.Kn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2014

(2)

KABUPATEN ACEH TAMIANG

TESIS

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh

BAMBANG SUWITO S 117011105/M.Kn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2014

(3)

Nama Mahasiswa : BAMBANG SUWITO S Nomor Pokok : 117011105

Program Studi : MAGISTER KENOTARIATAN

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN)

Pembimbing Pembimbing

(Prof. Dr. Runtung, SH, MHum) (Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, MHum)

Ketua Program Studi, Dekan,

(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN) (Prof. Dr. Runtung, SH, MHum)

Tanggal lulus : 03 Februari 2014

(4)

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN Anggota : 1. Prof. Dr. Runtung, SH, MHum

2. Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, MHum 3. Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum 4. Notaris Syafnil Gani, SH, MHum

(5)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : BAMBANG SUWITO S

Nim : 117011105

Program Studi : Magister Kenotariatan FH USU

Judul Tesis : PENDAFTARAN TANAH MILIK ADAT MENJADI HAK MILIK PADA KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN ACEH TAMIANG

Dengan ini menyatakan bahwa Tesis yang saya buat adalah asli karya saya sendiri bukan Plagiat, apabila dikemudian hari diketahui Tesis saya tersebut Plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia diberi sanksi apapun oleh Program Studi Magister Kenotariatan FH USU dan saya tidak akan menuntut pihak manapun atas perbuatan saya tersebut.

Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dalam keadaan sehat.

Medan,

Yang membuat Pernyataan

Nama : BAMBANG SUWITO S Nim : 117011105

(6)

yang mudah dan dapat dipahami oleh masyarakat pemegang hak atas tanah milik adat menjadi sertipikat hak milik. Salah satu fungsi penting dalam pendaftaran tanah adalah menjamin adanya kepastian hukum mengenai berbagai hak atas tanah dan perlindungan hukum terhadap pemegang hak. Oleh karena itu maka dapatlah ditarik rumusan masalahnya, bagaimanakah kesadaran hukum masyarakat dalam pendaftaran tanah milik adat menjadi hak milik pada Kantor Pertanahan Kabupaten Aceh Tamiang, bagaimanakah syarat dan prosedur pendaftaran tanah milik adat menjadi hak milik pada Kantor Pertanahan Kabupaten Aceh Tamiang, bagaimanakah kendala yang dihadapi Kantor Pertanahan Kabupaten Aceh Tamiang dalam pendaftaran tanah milik adat menjadi hak milik pada Kantor Pertanahan Kabupaten Aceh Tamiang.

Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah kesadaran hukum masyarakat dalam pendaftaran tanah milik adat menjadi hak milik pada Kantor Pertanahan Kabupaten Aceh Tamiang, untuk mengetahui bagaimanakah syarat dan prosedur pendaftaran tanah milik adat menjadi hak milik pada Kantor Pertanahan Kabupaten Aceh Tamiang, untuk mengetahui bagaimanakah kendala yang dihadapi Kantor Pertanahan Kabupaten Aceh Tamiang dalam pendaftaran tanah milik adat menjadi hak milik pada Kantor Pertanahan Kabupaten Aceh Tamiang.

Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah melalui penelitian kepustakaan (library research) dengan mempelajari buku-buku, dan perundang-undangan yang ada kaitannya dengan penelitian ini, juga dilakukan penelitian lapangan (field research) dengan mewawancarai responden yang terkait dengan pokok pembahasan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa proses pendaftaran hak atas tanah milik adat sampai terbitnya sertipikat hak milik pada prinsipnya sudah sesuai dengan ketentuan Undang-undang yang berlaku akan tetapi kesadaran hukum mendaftarkan tanah di Aceh Tamiang masih kurang karena, masih kurang mengertinya masyarakat. Dalam proses pengurusan pendaftaran tanah memakai waktu yang lama dan biaya yang besar sehingga sangat memberatkan bagi masyarakat kecil, kurang memahami fungsi dari sertipikat akibat rendahnya pendidikan dan kurangnya penyuluhan dari pihak Kantor Pertanahan kedesa-desa terdalam. Pendaftaran tanah milik adat menjadi hak milik pada Kantor Pertanahan Kabupaten Aceh Tamiang, pendaftaran/

permohononan sertipikat tanah pertama kali yaitu dengan cara konversi penyesuaian hak-hak adat atau hak atas tanah yang bersifat tradisional atau kedaerahan kedalam hak-hak atas tanah yang bersifat unifikasi yang telah diatur dalam UUPA. Kendala yang dihadapi Kantor Pertanahan Kabupaten Aceh Tamiang dalam pendaftaran tanah milik adat menjadi hak milik. Tanah adat yang dimohonkan ada akan tetapi belum pernah terdaftar sebagai tanah milik adat pada Kantor Pertanahan Kabupaten Aceh Tamiang, objek tanah yang dimohonkan di kantor tidak sesuai dengan jumlah pada kenyataannya, subjek haknya yang tidak jelas untuk diberikan haknya.

Selanjutnya disarankan dengan adanya administrasi pertanahan yang tertib dan mutakhir, maka baik anggota masyarakat maupun pemerintah dapat dengan mudah memperoleh data yang diperlukan untuk melakukan perbuatan hukum atau perencanaan atas bidang-bidang tanah secara cepat dan tepat untuk menghindari pemanfaatan “percaloan” tanah yang akhirnya dapat menyebabkan timbulnya ekonomi biaya tinggi. Selalu dan tetap melakukan pemutihan status tanah terhadap tanah-tanah bagi masyarakat yang kurang mampu.

Kata Kunci : Pendaftaran Tanah, Milik Adat, Sertipikat Hak Milik.

(7)

understood by the holders of the rights to adat land who want to change their land document into the property right certificate. One of the important functions of land registration is to ensure the existence of legal certainty related to various rights to land and legal protection for the rights holders. Therefore, the questions to be answered in this study were how community legal awareness was performed in registering the change of the status of adat land into private property at Aceh Tamiang District Land Office, what terms and procedures were applied in registering the change of the status of adat land into private property at Aceh Tamiang District Land Office, and what constraints were faced by Aceh Tamiang District Land Office in the registration of the change of the status of adat land into private property.

The purpose of this study was to find out how community legal awareness was performed in registering the change of the status of adat land into private property at Aceh Tamiang District Land Office, what terms and procedures were applied in registering the change of the status of adat land into private property at Aceh Tamiang District Land Office, and what constraints were faced by Aceh Tamiang District Land Office in the registration of the change of the status of adat land into private property.

The data for this sudy were obtained through library research by studying the books, the legislations related to the topic of study and field research by interviewing the respondents related to the subject matter of this study.

The result of this study showed that the process of registering the change of the status of adat land up to the isuance of the certificate of proprietary rights had principally done in accordance with the existing law but legal awareness of the community members in Aceh Tamiang to register their land is still less due to their lack of understanding, the process of land registration was time consuming and very costly that it is very burdensome for the common people, the common people did not understand the function of land registration due to their less education and lack of extension provided by the District Land Office up to the remote villages. The process of the registration of the change of status of adat land into private property at Aceh Tamiang District Land Office begins with applying for land certificate by converting the traditional (adat) rights to land into the rights to land in the unification form regulated in Agrarian Law. The constraints faced by Aceh Tamiang District Land Office in the registration of the change of the status of adat land into private property were that the adat land filed does exist but it has never been registered as adat land at Aceh Tamiang District Land Office, the object of the land filed is different from the reality, and to whom the right to be given is not clear.

It is suggested that with the orderly and up to date land administration, the community members and the government can easily get the data needed to do a legal action or to make a planning for the plots of lands quickly and acuurately to avoid “brokering of land” that eventually can result in high cost economy. The government should keep legalizing the status of the lands belong to the underprivileged communities.

Keywords: Land Registration, Adat Land, Certificate of Proprietary Rights

(8)

iii

Segala puji dan syukur Alhamdulillah penulis sampaikan kehadirat Allah swt.

atas rahmat dan karunia-Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan judul “Pendaftaran Tanah Milik Adat Menjadi Hak Milik di Kantor Pertanahan Kabupaten Aceh Tamiang”. Selanjutnya, shalawat beserta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad saw yang telah membimbing dan mengangkat derajat umat manusia dari alam kebodohan menuju alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.

Terwujudnya tesis ini merupakan usaha maksimal yang telah penulis lakukan, dan penulis menyadari dalam penyusunan Tesis ini banyak mengalami hambatan/

kendala walaupun demikian dapat diatasi berkat bantuan dan pertolongan Allah SWT, dan juga bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setulusnya kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp. A (K), selaku Rektor atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

2. BapakProf. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN, pada waktu penyusunan Tesis ini telah menjabat ketua Prodi Kenotariatan, sebagai dosen pembimbing I dan juga sekaligus dosen dalam perkuliahan yang telah memberikan motivasi yang dapat menumbuhkan keyakinan dan kekuatan mental penulis dalam menyelesaikan masa perkuliahan sampai kepada penyelesaian Tesis ini, sehingga dapat terlaksana dengan sebaik-baiknya.

3. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum selaku pembimbing II yang dengan kesabaran telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing, memberi arahan, saran-saran, dan motivasi kepada penulis baik pada saat

(9)

iv

4. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, Mhum selaku pembimbing III yang dengan kesabaran, telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing, memberi arahan, saran-saran dan motivasi kepada penulis baik pada saat mengikuti perkuliahan di Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara maupun selama penyusunan Tesis.

5. Keluarga sebagai pemicu semangat dan tulang punggung kekuatan penulis dalam menyelesaikan perkuliahan yaitu Istriku tercinta Rumiati, Ibunda tercinta Sriwati dan Ayahanda Sumardi, S.H, S.pN mereka inilah yang selalu memberikan semangat dan dorongan yang sangat berarti dalam perjalanan mengikuti perkuliahan penulis sampai kepada tahap penyelesaian perkuliahan serta penyelesaian Tesis ini.

1. Kepada semua pihak yang terlibat, baik langsung maupun tidak langsung memberikan bantuan bagi penulis sehingga sukses dalam menyelesaikan tesis ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Akhirnya atas bantuan yang penulis sebutkan di atas, penulis ucapkan banyak terimakasih dan berharap serta berdo’a kepada Allah Swt. Semoga segala bantuan dan dorongan semangat yang telah diberikan, dibalas oleh Allah Swt. dengan balasan yang berlipat ganda, dengan harapan semoga tesis ini memberikan sedikit kontribusi bagi dunia pendidikan khususnya bagi pemerintahan Kabupaten Aceh Tamiang.

Semoga Allah yang Maha Rahman dan Maha Rahim meridhai semua amal baik kita.

Kuala Simpang, Februari 2014 Penulis

BAMBANG SUWITO S

(10)

I. IDENTITAS PRIBADI

Nama : Bambang Suwito S

Tempat/Tgl Lahir : Langsa 24 Juni 1985

Status : Menikah

Agama : Islam

Alamat : Dusun Setia Desa Purwodadi

Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang II. KELUARGA

Istri : Rumiati, S.Pd

Ayah : Sumardi, SH, S.pN

Ibu : Sriwati

III. PENDIDIKAN

SD Muhammadiyah 02 Medan : 1991-1997 SLTP Muhammadiyah Langsa : 1997-2000 SMU Alwasliah Kualasimpang : 2000-2003 S1 Fakultas Hukum Samudera Langsa : 2004-2009 S2 Program Magister Kenotariatan FH USU : 2011-2014

(11)

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR SINGKATAN ……….. viii

DAFTAR ISTILAH ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFAR BAGAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 14

C. Tujuan Penelitian ... 15

D. Manfaat Penelitian ... 15

E. Keaslian Penelitian ... 16

F. Kerangka Teori dan Konsepsi ... 16

1. Kerangka Teori ... 16

2. Konsepsi ... 25

G. Metode Penelitian ... 27

1. Sifat Penelitian ... 27

2. Lokasi Penelitian ... 28

3. Jenis Penelitian ... 28

4. Teknik Pengumpulan Data ... 28

5. Alat Pengumpul Data ... 29

6. Analisis Data ... 30

(12)

KABUPATEN ACEH TAMIANG ... 31

A. Keberadaan Tanah Adat di Aceh Tamiang ... 31

B. Hukum Pendaftaran Tanah Milik Adat ... 35

C. Kesadaran Hukum Masyarakat Dalam Mendaftarkan Tanah Milik Adat Menjadi Hak Milik ... 58

BAB III PENDAFTARAN TANAH MILIK ADAT MENJADI HAK MILIK PADA KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN ACEH TAMIANG ... 61

A. Hukum Pendaftaran Tanah Milik Adat Menjadi Hak Milik Pada Kantor Pertanahan di Kabupaten Aceh Tamiang ... 61

B. Permohonan Pendaftaran Tanah Pada Kantor Pertanahan Kabupaten Aceh Tamiang... 63

C. Keadaan Yang dialami Oleh Masyarakat Dalam Pengurusan Pendaftaran Hak Atas Tanah Miliknya ……….. .. 87

BAB IV KENDALA YANG DIHADAPI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN ACEH TAMIANG DALAM PENDAFTARAN TANAH MILIK ADAT MENJADI HAK MILIK PADA KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN ACEH TAMIANG 89 A. Permasalahan Dalam Kantor Pertanahan Terhadap Tanah Milik Adat ... 89

B. Penyelesaian Kasus Tanah ... 97

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 103

A. Kesimpulan ... 103

B. Saran ... 105

DAFTAR PUSTAKA ... 107

(13)

BPN : Badan Pertanahan Nasional BARAK : Bumi Air dan Ruang Angkasa

BW : Burjelijk Wetboek

HAN : Hukum Agraria Nasional

HM : Hak Milik

HP : Hak Pakai

HGU : Hak Guna Usaha

HGB : Hak Guna Bangunan

HPL : Hak Pengelolaan

HTN : Hukum Tanah Nasional

HMN : Hak Menguasai Negara

HSUB : Hak Sewa Untuk Bangunan HTPT : Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah INPRES : Instruksi Presiden

IMPRES : Imbauan Presiden

KASI : Kepala Seksi

KANWIL : Kantor Wilayah

KAKAN : Kepala Kantor

KEPRES : Keputusan Presiden

(14)

MA : Mahkamah Agung

MPR : Majelis Permusyawaratan Rakyat MNA : Menteri Negara Agraria

PERPU : Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang PENPRES : Penetapan Presiden

PERMEN : Peraturan Menteri PEMKAB : Pemerintah Kabupaten

PP : Peraturan Pemerintah

PPAT : Pejabat Pembuat Akta Tanah

PERDA : Peraturan Daerah

RTRW : Rencana Tata Ruang Wilayah

RUU : Rancangan Undang Undang

SKPT : Surat Keterangan Pendaftaran tanah

UU : Undang-undang

UUD : Undang-undang Dasar

UUPA : Undang-undang Pokok Agraria

(15)

Abstraksi : Gambaran Berinterkoneksi : Menghubungkan

Bidang : Lahan

Catur Tertib : Tertib Hukum, Tertib Administrasi, Tertib Penggunaan Dan Tertib Pemeliharan Lingkungan

Continous Recording : Pendataan Lanjutan

Dubius : Dua Pengertian

Disaneer : Dibersihkan

Dualisme : Dua Pemahaman

Eksistensi : Keberadaan

Eksplisit : Diuraikan Secara Jelas Dan Tegas

Equality Befor The Law : Suatu Hak Asasi Manusia Yang Sangat Funda Mental Implementasi : Penerapan

Konstatir : Segala Sesuatu Yang Ditulis Dan Diterapkan Adalah Benar

Konsisten : Teguh Dalam Pendirian

Komunikasi : Alat Untuk Menyampaikan Pesan Lewat Lisan

Landreform : Pengaturan Penguasaan, Penggunaan, Peruntukan Dan PemanfaatanTanah

Landuse : Pengaturan Dan Penatagunaan Tanah

(16)

Optimal : Sempurna

Pluralisme : Banyak Pengertian

Produksi : Hasil Usaha Untuk Rekreasi

Publisitas : Mengumumkan

Pra-Survei : Persiapan Yang Dilakukan Sebelum Pengukuran Tanah Rachtskadaster : Pendaftaran Tanah

Recording Of Title : Pendaftaran Pertama kali Rechtsidee : Cita-Cita Hukum

Spesialitas : Pengkhususan

Solusi : Jalan Keluar

Sertifikasi Tanah : Sertipikat Tanah

Tanah : Lapisan Lepas Permukaan Bumi Paling Atas

Volumenya : Isinya

(17)

TABEL I : Rekapitulasi Bidang Tanah Yang Terdaftar Pada Kabupaten Aceh Tamiang halaman 65.

TABEL II : Rekapitulasi Luas Wilayah Kabupaten Aceh Tamiang halaman 67.

(18)

BAGAN 1 : Proses pendaftaran halaman 12.

BAGAN 2 : Pemastian Lembaga halaman 48.

BAGAN 3 : Forum Adat Musafat/Peradilan Adat halaman 99.

(19)

A. Latar Belakang Masalah

Memperhatikan Aceh umumnya dan Aceh Tamiang khususnya dalam segala upaya kearah pelaksanaan pendaftaran tanah. Sehubungan dengan keadaan konflik yang terjadi di Provinsi Aceh telah membuat masyarakat ketakutan terlebih-lebih khususnya bagi masyarakat yang tinggal di belahan daerah pedalaman, sehingga timbul perasaan tidak nyaman yang dikarenakan keadaan yang demikian itu untuk pengurusan atau mendaftarkan tanah dari milik adat untuk menjadi sertipikat hak milik menjadi terhambat dan bahkan sebahagian masyarakat berfikir bahwa melakukan pendaftaran tanah itu tidaklah penting melainkan asalkan bisa memiliki tempat tinggal, tempat untuk menyambung kehidupan sudahlah cukup.

Rumah sebagai tempat berlindung serta berbagai gedung kantor, pabrik, pusat perbelanjaan, sekolah, dan sebagainya didirikan di atas tanah. Bahan makanan yang dibutuhkan manusia juga ditanam diatas tanah. Manusia adalah makhluk social yang tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain.1 Manusia juga membutuhkan sehingga melakukan eksploitasi bahan tambang yang ada di dalam atau dibawah permukaan tanah untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Kadang-kadang manusia terpengaruh dengan lingkungan dan menolak adanya kebenaran yang lain, ada pula

1Suprayetno W, Psikologi Agama, Cita Pustaka Media Perintis, Bandung 2009, Hal. 182.

(20)

yang terkadang timbul perselisihan lain dalam perebutan masalah-masalah politik, pengaruh golongan dan sebagainya.2 Tanah menjadi suatu kebutuhan dimana setiap orang membutuhkannya, hal ini mendorong setiap orang untuk dapat memiliki dan menguasai tanah yang dibutuhkannya.3 Pendaftaran tanah diselenggarakan oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN), dimana pelaksanaannya dilakukan oleh Kepala Kantor Pertanahan (KAKAN). Dalam menjalankan tugasnya, Kantor Pertanahan dibantu oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) yang diangkat dan diberhentikan oleh Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Repulik Indonesia.

Pendaftaran tanah dilakukan Untuk menjamin kepastian hukum terhadap hak-hak atas tanah, sebagaimana yang diamanatkan dalam Pasal 19 Undang-undang Pokok Agraria Nomor 5 tahun 1960 tentang Pertaturan Dasar Pokok-pokok Agraria (UUPA), Pemerintah wajib menyelenggarakan pendaftaran tanah diseluruh wilayah Indonesia dan mengharuskan kepada pemegang hak atas tanah untuk mendaftarkan.

Hak atas tanah berbeda dengan hak penggunaan atas tanah. Ciri khas dari hak atas tanah adalah seseorang yang mempunyai hak atas tanah mempunyai kewenangan untuk mengurus, mempergunakan atau mengambil manfaat atas tanah yang menjadi haknya. Eksistensi tanah adat didalam UUPA ini terdapat dalam Pasal 3 dan Pasal 5.

Pasal 3 UUPA berbunyi :

2Triyana Harsa, Taqdir Manusia alam Pandangan Hamka Kajian Pemikiran Tafsir Al-aqhar, Pena, Banda Aceh 2008, Hal. 106.

3Wayan Suandra, Hukum Pertanahan Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta, 1991, Hal. 31.

(21)

“Dengan mengingat ketentuan Pasal 1 dan 2 pelaksanaan hak ulayat dan hak-hak yang serupa itu dari masyarakat-masyarakat hukum adat, sepanjang menurut kenyataannya masih ada, harus sedemikian rupa sehingga sesuai dengan kepentingan Nasional dan Negara yang berdasarkan atas persatuan Bangsa serta tidak boleh bertentangan dengan Undang-undang dan Peraturan-Peraturan yang lain yang lebih tinggi.”

Selanjutnya menurut Pasal 5 UUPA berbunyi :

“Hukum Agraria berlaku atas bumi, air dan ruang angkasa ialah hukum adat, sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan nasional dan negara, yang berdasarkan atas peraturan Bangsa, dengan sosialisme Indonesia serta dengan Peraturan-peraturan yang tercantum dalam Undang-undang ini dan dengan Peraturan- peraturan lainnya, segala sesuatu dengan mengindahkan unsur-unsur yang berdasarkan pada agama”.

Dengan kedua Pasal tersebut di atas terkandung maksud bahwa : hukum agraria yang berlaku atas bumi, air dan ruang angkasa ialah hukum adat sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan nasional dan negara, yang berdasarkan atas persatuan bangsa dan dengan sosialisme negara. Keistimewaannya hak milik itu adalah masa berlakunya yang tidak terbatas, tidak memerlukan izin siapa-siapa bila pemiliknya bermaksud menjaminkan tanahnya menjadi hak milik dimana dalam hal Tanah adat di daftarkan di kantor pertanahan untuk sebagai anggunan atau pinjaman

(22)

uang ke bank, dan masih banyak lagi sisi keistimewaan dari tanah yang berstatus hak milik bila dibandingkan dengan tanah berstatus lain.4

Pengertian pendaftaran tanah dalam Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 tampaknya mendekati pengertian yang dikonstatir oleh Boedi Harsono, yang mendefinisikan pendaftaran tanah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Negara/ Pemerintah secara terus-menerus dan teratur, berupa pengumpulan keterangan atau data tertentu mengenai tanah-tanah tertentu yang ada diwilayah- wilayah tertentu, pengolahan, penyimpanan, dan penyajiannya bagi bagi kepentingan rakyat, dalam rangka memberikan jaminan kepastian hukum dibidang Pertanahan, termasuk penerbitan tanda bukti dan pemeliharaannya.5

Pendaftaran tanah yang merupakan kepunyaan bersama menurut hukum adat tidak dapat didaftarkan begitu saja tanpa ada musyawarah dari kaum dan pemilik tanah, oleh sebab itu petugas Kantor Pertanahan harus menanyakan terlebih dahulu pada pemilik tanah adat tersebut, apakah sudah merupakan kesepakatan bersama dari anggota kaum untuk mendaftarkan tanah adat tersebut. Untuk mendaftarkan tanah adat haruslah ada kesepakatan atau persetujuan dari anggota kaum yang gunanya untuk menjaga jangan timbulnya sengketa nantinya.

4 G. Kartasapoetra, Masalah Pertanahan di Indonesia, (Jakarta : Rineka, 1992), Hal. 11

5 Mhd. Yamin Lubis Dan Abd. Rahim Lubis, Hukum Pendaftaran Tanah, Edisi Revisi, Peraturan Pemerintah No. 13 Tahun 2010 Tentang Jenis Dan Tariff Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Badan Pertanahan Nasional, Mandar Maju, Bandung 2010. Hal.

389. Dikutip dari Boedi Harsono, Hukum Agrarian Indonesia, Sejarah Pokok Pembentukan Undang- Undang Pokok Agrarian, Isi Dan Pelaksanaannya, (Jakarta: Penerbit Djambatan, Cetakan Kelima, 1994), Hal. 63.

(23)

Pembuatan dan penerbitan sertipikat hak atas tanah merupakan salah satu rangkaian kegiatan pelaksanaan pendaftaran tanah di Indonesia sebagaimana diatur dalam UUPA dan Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997, yang bertujuan untuk menjamin kepastian hukum bagi pemegang hak atas tanah. Disamping itu dengan dilakukannya pendaftaran tanah secara tertib dan teratur akan merupakan salah satu perwujudan daripada pelaksanaan catur tertib pertanahan.

Ada tiga hal yang menjadi dasar lahirnya hak milik atas tanah hal ini tercantum dalam Pasal 22 dan Pasal 26 UUPA :

1. Menurut ketentuan hukum adat, yang diatur dalam suatu Peraturan Pemerintah;

2. Karena ketentuan Undang-undang;

3. Karena adanya suatu peristiwa perdata, baik yang terjadi karena dikehendaki, yang lahir karena perbuatan hukum dalam bentuk perjanjian, misalnya dalam bentuk jual beli, hibah, tukar menukar, ataupun karena peristiwa perdata semata-mata, misalnya karena perkawinan yang menyebabkan terjadinya persatuan harta dengan berlakunya Undang-undang perkawinan, kematian yang melahirkan warisan ab intestato, maupun warisan dalam bentuk hibah wasiat.

Tanah merupakan salah satu modal utama dalam mewujudkan cita-cita Nasional yang hendak dicapai dengan menyelenggarakan pembangunan, menegakkan Undang-undang Pokok Agraria (UUPA) pun didalamnya juga kita kenal dengan

(24)

prinsip hukum agraria untuk seluruh wilayah tanah air. Dengan prinsip ini telah dinyatakan kita telah melepaskan adanya dualisme dalam hukum agraria di Indonesia, yang pernah berlaku pada zaman penjajahan di Indonesia dan demikian pula kita telah melepaskan pluralisme dalam pelaksanaan hak-hak adat di Indonesia (khususnya mengenai keagrariaan) sebagaimana yang telah ditemukan oleh Vanvolenhoven dengan 19 lingkungan adatnya dengan demikian hanya berlaku satu hukum yang mengatur keagrarian di tanah air kita. Untuk itu telah dipercayakan kepada UUPA yang akan memberikan semua jawaban-jawaban tentang persoalan- persoalan tentang keagrariaan. Dengan berlandaskan Pasal 33 ayat 3 Undang-undang Dasar (UUD) 1945 yang menyatakan: “Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan bangsa Indonesia. Hal ini sesuai dengan penjelasan dari UUPA tersebut sehingga negara sebagai suatu organisasi kekuasaan seluruh rakyat (bangsa) bertindak selaku badan penguasa.

Dari penjelasan UUPA mengenai hal ini dinyatakan bahwa wewenang hak menguasai dari Negara ini dalam tingkatan tertinggi :

a. Mengatur dan menyelenggarakan peruntukkan, penggunaan, persediaan dan pemeliharaannya.

b. Menentukan dan mengatur hak-hak yang dapat dipunyai atas (bagian dari) bumi, air dan ruang angkasa itu.

(25)

c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antar orang-orang dan perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan ruang angkasa.6

Dalam kegiatan pembangunan diperlukan tanah, baik untuk diusahakan atau usaha pertanian, perkebunan, peternakan, perikatan ataupun sebagai tempat pemukiman, kantor untuk berbagai pelaksanaan tugas negara di bidang pemerintahan, pertahanan dan keamanan. Selain itu juga sebagai pusat kegiatan produksi, perdagangan, transportasi, komunikasi, pendidikan, peribadatan dan rekreasi.

Dalam Garis-garis Besar Haluan Negara 1995 telah diletakkan dasar-dasar pembangunan sumber daya manusia dalam bidang hukum yaitu “Hal ini tercermin dalam suatu keinginan untuk mencapai tujuan pembangunan secara optimal yaitu masyarakat adil, makmur dan sejahtera”. Pembangunan bidang hukum yang menyeluruh dan pelaksanaan serta peraturan hukum dan peran para aparat dalam mengayomi masyarakat diharapkan dapat mendukung pembangunan nasional dengan memantapkan aparatur dan kemampuan profesional para aparat yang bersih dan berwibawa.7

Kemakmuran akan dicapai dengan terpenuhinya kebutuhan negara, masyarakat dan perseorangan secara memuaskan. Dalam memenuhi kebutuhan akan tanah kita dihadapkan pada kenyataan bahwa satu pihak tanah yang tersedia adalah terbatas jenis dan luasnya, sedang dilain pihak kebutuhan negara, masyarakat dan

6 AP. Perlindungan, Komentar Atas Undang-Undang Pokok Agraria, Bandung, Mandar Maju, 2008, Hal. 44.

7Djuhaendah Hasan, Kualitas Sumber Daya Manusia PPAT, disampaikan dalam Lokakarya Pola Pembinaan Pejabat Pembuat Akta Tanah, Bandung, 25 Agustus 1997, Hal. 1

(26)

perseorangan terus meningkat jenis dan volumenya. Sehubungan dengan itu akan meningkat pula kebutuhan akan adanya dukungan berupa terwujudnya jaminan kepastian hukum di bidang pertanahan.

Sebagaimana halnya dibidang-bidang lain, pemberian jaminan Kepastian Hukum dibidang pertanahan adalah memerlukan tersedianya perangkat hukum yang tertulis, lengkap dan jelas serta dilaksanakan secara konsisten, sesuai dengan ketentuan-ketentuannya. Disamping itu guna menghadapi kasus-kasus dibidang Pertanahan selain diperlukan tersedianya perangkat hukum dan tersedianya berbagai keterangan mengenai tanah yang menjadi objek dari perbuatan hukum yang dilakukan. Dilihat dari segi fisik tanahnya untuk memberikan hak tertentu diperlukan adanya kepastian mengenai letak, batas-batas dan luas serta pemilikan bangunan serta tanaman-tanaman yang mungkin ada di atas tanah tersebut. Dari segi data yuridisnya, diperlukan adanya status hukum tanahnya dan status pemegang hak dan tentang ada atau tidak hak-hak pihak lain yang membebani tanah tersebut. Dan data fisik diperlukan untuk mengetahui mengenai letak, batas, dan luas bidang tanah dan satuan rumah susun yang didaftar termasuk keterangan mengenai adanya bangunan atau bagian bangunan diatasnya.

Sedangkan untuk hubungan dengan pihak lain, para pemegang hak memerlukan surat-surat tanda bukti haknya yang memungkinkan para pemegang hak tersebut mudah membuktikan hak atas tanah yang dimilikinya. Hal-hal tersebut diatas dapat dipenuhi dengan menyelenggarakan “Pendaftaran Tanah” dalam menjamin kepastian hukum yang dalam bahasa asing disebut “Legal Cadastre” atau

(27)

“Rachtskadaster” penyelenggaraan pendaftaran tanah dengan mudah akan dapat memperoleh data yang diperlukan karena tata-usaha pendaftaran tanah mempunyai sifat terbuka untuk umum sesuai dengan Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997. Salah satu fungsi penting dalam bidang Pertanahan adalah menjamin adanya kepastian hukum mengenai berbagai hak atas tanah dan perlindungan terhadap pemegang hak. Oleh karena itu maka dalam Pasal 19 Undang-undang Nomor 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria, yang lazim disebut Undang-undang Pokok Agraria (UUPA), diatur bahwa “untuk menjamin kepastian hukum atas tanah perlu diselenggarakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Indonesia pada umumnya dan khususnya di Provinsi Aceh (Aceh Tamiang)”.

Untuk melaksanakan pendaftaran tanah sebagaimana diamanatkan oleh Pasal 19 Undang-Undang Pokok Agraria tersebut, Dalam pelaksanaannya selama kurun waktu lebih dari 35 (tiga puluh lima) tahun, peraturan ini belum dapat memberikan hasil yang memuaskan. Terlihat bahwa dalam kurun waktu tersebut masih banyak bidang tanah hak yang belum memenuhi syarat untuk didaftarkan sebab syarat pendaftaran yang dilakukan belum sesuai dengan ketentuan dari perundang-undangan atas tanah. Oleh karena itu peranan PPAT dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya sangatlah erat hubungannya dengan pendaftaran tanah.

Pembangunan dibidang pertanahan diharapkan dapat mewujudkan kondisi pemanfaatan dan kepemilikan tanah yang tertib, yang pada akhirnya dapat mendatangkan kesejahteraan dan ketenteraman serta keamanan warga masyarakat, negara dan bangsa. Saat ini masih banyak kepemilikan dan penguasaan tanah, baik

(28)

oleh perorangan maupun badan hukum atau lembaga atau instansi pemerintah atau swasta yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Disamping itu masih terdapat penguasaan tanah tanpa dilandasi dengan suatu hak atas tanah serta penguasaan tanah pertanian yang melampaui batas sehingga memungkinkan timbulnya sengketa di bidang pertanahan.

Dengan adanya administrasi pertanahan yang tertib dan mutakhir, maka baik anggota masyarakat maupun pemerintah dapat dengan mudah memperoleh data yang diperlukan untuk melakukan perbuatan hukum atau perencanaan atas bidang-bidang tanah secara cepat dan tepat untuk menghindari pemanfaatan “percaloan” tanah yang akhirnya dapat menyebabkan timbulnya ekonomi biaya tinggi bahwa Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 1961 dipandang tidak dapat lagi sepenuhnya mendukung tercapainya hasil yang lebih nyata pada pembangunan nasional, sehingga pada tanggal 8 juli 1997 Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah sebagai pengganti Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 1961. Untuk mencapai tertib administrasi tersebut setiap bidang tanah dan satuan rumah susun, termasuk peralihan, pembebanan dan hapusnya wajib didaftarkan.8

Kegiatan pendaftaran tanah meliputi sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 10 Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 kegiatan pengumpulan, pengolahan, penyimpanan dan penyajian data fisik dan data yuridis bidang-bidang tanah hak-hak tertentu serta penertiban surat-surat tanda bukti hak yang bersangkutan. Rangkaian

8Rustam Effendi Rasyid, Pendaftaran Tanah & PPAT,…….

(29)

kegiatan tersebut diawali dengan kegiatan pendaftaran untuk pertama kali berupa pembuatan peta-peta pendaftaran tanah dan surat ukur untuk menyimpan dan menyajikan data fisik bidang-bidang tanah yang bersangkutan serta pembuatan buku tanah untuk menyimpan dan menyajikan data yuridisnya, diakhiri dengan penertiban sertipikat haknya sebagai surat tanda bukti hak yang didaftar. Karena data yang disimpan dan disajikan di Kantor Pertanahan tersebut selalu mengalami perubahan, maka kegiatan pendaftaran tanah meliputi juga pemeliharaannya, agar data tersebut tetap cocok dengan keadaan sebenarnya.

Pasal 12 Undang-Undang Pokok Agraria Tugas-tugas Kantor Pertanahan selaku instansi vertikal adalah “Recording of Title dan Continous Recording” dan kemudian menerbitkan bukti haknya yang disebut sertipikat hak atas tanah, sedangkan PPAT, tugas utamanya adalah “Recording of Deeds of Conveyance” yang secara khusus tidak ada instansi lain yang boleh melakukannya. Deeds of conveyance itu meliputi mutasi hak, pengikatan jaminan, pemberian hak baru (Hak Guna Bangunan atau Hak Pakai di atas Hak Milik) dan pendaftaran dari sewa menyewa tanah untuk mendirikan bangunan di atas tanah orang lain”. Masalah yang sering dihadapi oleh masyarakat di Kabupaten Aceh Tamiang dalam pendaftaran tanah milik adat ini menyangkut akan penyesuaian data fisik dan data yuridisnya sehingga dasar- dasar dari alas hak seseorang dapat dikenali dan dapat pula dijadikan sebagai bukti awal untuk melakukan upaya pendaftaran hak atas tanah yang kemudian oleh kantor pertanahan diterbitkan sertipikat yang berlaku sebagai alat bukti yang kuat. Yang menjadi kendala masih banyak lagi warga masyarakat yang belum mengetahui

(30)

peraturan yang berkaitan dengan masalah perdaftaran tanah ini. Sehingga berdasarkan penelitian di lapangan prosesnya belum terlaksana sebagaimana yang di inginkan oleh pasal 19 ayat (1) Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) Adapun hambatan yang sering terjadi adalah masalah kurang proaktifnya masyarakat bukan kesalahan Badan Pertanahan Nasional (BPN) sehingga penerbitan Sertipikat Hak Milik (SHM) agak terlambat dari tempo waktu yang sudah ditentukan. Badan Pertanahan Nasional (BPN) sebagai organisasi publik mempunyai tugas pelayanan kepada masyarakat.

Sebagai organisasi publik dan mendorong pelaksanaan good governance, Badan Pertanahan Nasional (BPN) berupaya menciptakan pelayanan yang lebih transparan, sederhana, murah dan akuntabilitasnya dapat dipertanggungjawabkan kepada publik.

Sebagai upaya untuk meningkatkan pelayanan dibidang pertanahan, maka pemerintah dalam hal ini kantor pertanahan Kabupaten Aceh Tamiang harus menyelenggarakan penyertipikatan tanah rutin secara kolektif dibeberapa kecamatan di wilayah Kabupaten Aceh Tamiang.

Bagan 1 Proses Pendaftaran:9

9Catatan Kuliah Umum Bersama Abd. Rahim Lubis.

Pengukuran

Pemetaan

Pembuktian

Tanah Adat konversi

Tanah Negara Pemeriksaan&

Pemberian Hak

Pembukuan&

Pendaftaran (Pensertipikatan)

(31)

Seluruh masyarakat sangat menginginkan pelayanan pendaftaran di bidang pertanahan tanah dengan prosedur yang mudah dan dapat dipahami oleh masyarakat pemegang hak atas tanah.

Dari hasil pra-survei di kampung Purwodadi dan kampung Jawa Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang yang merupakan bagian dari desa yang menjadi target peneliti atas pelaksanaan pendaftaran tanah menunjukkan bahwa masih banyak tanah-tanah yang diperoleh masyarakat melalui warisan, akan tetapi belum didaftarkan di Kantor Pertanahan Kabupaten Aceh Tamiang. Hal tersebut terkait dengan keamanan, biaya, prosedur pendaftaran dan pengetahuan masyarakat.

Disisi lain meskipun dalam masyarakat pedesaan khususnya di daerah wilayah Kabupaten Aceh Tamiang, berdasarkan keterangan dari kantor pertanahan kesadaran masyarakatnya masih rendah dalam hal pendaftaran hak atas tanahnya (warisan), misalnya :

1. Masih ada masyarakat atau ahli waris yang hanya mempunyai kepemilikannya berupa bentuk pajak.

2. Ahli waris yang masih enggan melakukan pendaftaran hak atas tanah lebih dari 6 (enam) bulan batas akhir yang ditentukan peraturan pemerintah.

3. Masih ada beberapa masyarakat atau ahli waris yang belum mengetahui tentang prosedur dan proses tentang pendaftaran tanah, dalam hal ini mereka mempunyai anggapan bahwa prosedur dan proses pendaftaran hak atas tanahnya dilakukan berbelit-belit sehingga mereka belum berani untuk melakukan pendaftaran hak atas tanahnya tersebut kepada Kantor Pertanahan.

(32)

4. Masih ada masyarakat atau ahli waris beranggapan biaya pengurusan pendaftaran hak atas tanah besar/ mahal, karena kesediaan biaya belum mencukupi, mereka menunda untuk pendaftaran hak atas tanahnya.

Berangkat dari adanya ketentuan normatif mengenai peraturan pendaftaran pewarisan hak atas tanah dengan praktek yang ada dalam masyarakat, maka dengan ini sangat tertarik untuk mengevaluasi dan mengkajinya kedalam penulisan tesis dengan judul : “Pendaftaran Tanah Milik Adat Menjadi Hak Milik Pada Kantor Pertanahan Kabupaten Aceh Tamiang”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan judul dan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut untuk dijadikan sebagai penelitian lanjutan:

1. Bagaimanakah kesadaran hukum masyarakat dalam pendaftaran tanah milik adat menjadi hak milik pada Kantor Pertanahan Kabupaten Aceh Tamiang?

2. Bagaimanakah syarat dan prosedur pendaftaran tanah milik adat menjadi hak milik pada Kantor Pertanahan Kabupaten Aceh Tamiang?

3. Bagaimanakah kendala yang dihadapi Kantor Pertanahan Kabupaten Aceh Tamiang dalam pendaftaran tanah milik adat menjadi hak milik pada Kantor Pertanahan Kabupaten Aceh Tamiang?

(33)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan diatas maka tujuan yang hendak dicapai adalah :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis kesadaran hukum masyarakat dalam pendaftaran tanah milik adat menjadi hak milik pada Kantor Pertanahan Kabupaten Aceh Tamiang.

2. Untuk mengetahui syarat dan prosedur pendaftaran tanah milik adat menjadi hak milik pada Kantor Pertanahan Kabupaten Aceh Tamiang.

3. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi Kantor Pertanahan Kabupaten Aceh Tamiang dalam pendaftaran tanah milik adat menjadi hak milik pada Kantor Pertanahan Kabupaten Aceh Tamiang

D. Manfaat Penelitian

Kegiatan penelitian ini diharapkan dapat memberi kegunaan baik secara teoritis maupun praktis yaitu :

1. Secara Teoritis

a. Sebagai bahan informasi bagi akademisi dan untuk pengembangan wawasan dan kajian tentang pendaftaran tanah untuk dapat menjadi bahan perbandingan bagi kepemilikan lanjutan.

b. Memperkaya khasanah perpustakaan hukum khususnya di bidang hukum pertanahan.

2. Secara Praktis

(34)

a. Diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi penegak hukum dalam menyelesaikan masalah terhadap pelaksanaan pendaftaran hak atas tanah.

b. Untuk memberikan sumbangan informasi kepada masyarakat khususnya mengenai pelaksanaan pendaftaran tanah milik adat menjadi hak milik.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan penelusuran keperpustakaan yang ada di lingkungan Universitas Sumatera Utara, khususnya pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara menunjukkan bahwa penelitian yang berjudul “Pendaftaran Tanah Milik Adat Menjadi Hak Milik Pada Kantor Pertanahan Kabupaten Aceh Tamiang” belum ada yang melakukan penelitian sebelumnya.

Dengan demikian, maka penelitian ini dapat dijamin keasliannya sehingga tesis ini dapat dipertanggung jawabkan keasliannya secara akademis.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

Buat langkah yang awal dalam penulisan ini maka sudah seharusnya penulis perlu mengetahui apa itu kerangka teori?

Teori merupakan generalisasi yang dicapai setelah mengadakan pengujian dan hasilnya menyangkut ruang lingkup dan fakta yang luas.10 Teori adalah suatu sistem

10 Soejono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia Press, Jakarta, 1986, Hal. 126

(35)

yang tersusun oleh berbagai abstraksi yang berinterkoneksi satu sama lainnya atau berbagai ide yang memadatkan dan mengorganisasi pengetahuan tentang dunia.11

Sedangkan menurut M. Solly Lubis kerangka teori adalah suatu kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis, mengenai suatu kasus atau permasalahan yang menjadi bahan perbandingan, pegangan teoritis, yang mungkin disetujui ataupun tidak disetujui yang dijadikan masukan dalam membuat kerangka berfikir dalam penulisan.

Berkenaan dengan penelitian ini, maka kerangka teori diarahkan secara khusus pada ilmu hukum yang mengacu pada penelitian hukum normatif dan empiris.

Penulisan ini berupaya guna menganalisis secara hukum terhadap proses pendaftaran tanah milik adat menjadi hak milik.

Tujuan hukum pendaftaran tanah tidak terlepas dari tujuan hukum pada umumnya. Tujuan hukum menurut hukum konvensional adalah mewujudkan keadilan (Rechts Gerechtigheid), kemanfaatan (Rech Tsutiliteit) dan kepastian hukum (rechtzekerheit).12

Menurut Utrecht, hukum bertugas menjamin adanya kepastian hukum (Rechtzekerheit) dalam pergaulan manusia dan hubungan-hubungannya dalam

11HR. Otje Salman dan Anton F. Susanto, Teori Hukum, Refika Aditama, Bandung, 2005, Hal. 22

12Ahmad Ali, Menguak Takbir Hukum Suatu Kajian Filosofis dan sosiologis), Jakarta, PT.

Gunung Agung, Tbk, 2002, Hal. 85

(36)

pergaulan kemasyarakatan. Hukum menjamin kepastian pada pihak yang satu terhadap pihak yang lain.13

Hukum pertanahan di Indonesia menginginkan kepastian mengenai siapa pemegang hak milik. Kebutuhan masyarakat akan suatu peraturan kepastian hukum terhadap tanah, sehingga setiap pemilik dapat terjamin haknya dalam mempertahankan hak miliknya dari gangguan luar.14

Van Apeldoorn dalam bukunya Inleding Toot De Studies van Het Ederlands Recht, mengatakan : Tujuan hukum adalah untuk mengatur pergaulan hidup secara damai. Hukum menghendaki kedamaian, yang mana kedamaian diantara manusia dipertahankan oleh hukum dengan melindungi kepentingan-kepentingan manusia yang tertentu yaitu kehormatan, kemerdekaan, jiwa, harta dan sebagainya terhadap yang merugikannya.

Kepentingan individu dan kepentingan golongan manusia selalu bertentangan satu sama lain. Pertentangan-pertentangan kepentingan ini selalu akan menyebabkan pertikaian-pertikaian dan kekacauan satu sama lain, kalau tidak diatur oleh hukum untuk menciptakan kedamaian. Dan hukum pertahankan kedamaian dengan mengadakan keseimbangan antara kepentingan yang dilindungi, dimana setiap orang harus memperoleh sedapat mungkin yang menjadi haknya.15

13M. Solly Lubis, Beberapa Pengertian Umum Tentang Hukum, (Program Studi Ilmu Hukum Sekolah Pasca Sarjana USU), Hal. 17

14Wirjono Prodjodikoro, Hukum Perdata Tentang Hak Atas Benda, (Jakarta: PT. Intermasa, 1980), Hal. 2

15Van Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum (Terjemahan Inleding Toot De Studies Van Hed Nederlands Recht,cetakan ke-4 oleh M. Oetarid Sadino), Jakarta : Noordhoff-kolff NV, 1958, Hal. 20

(37)

Dalam perkembangan masyarakat modern yang ditandai dengan kemajuan pola pikir dan teknologi dalam kehidupan masyarakat terutama dalam dunia usaha sertipikat tanah sangat diperlukan.

Untuk mengetahui sejauh mana tentang fungsi dan tugas PPAT dalam pelaksanaan pendaftaran tanah terlebih dahulu dilihat peraturan yang mendasari diadakannya pendaftaran tanah tersebut. Pasal 19 ayat (1) Undang-Undang Pokok Agraria menyebutkan bahwa : “Untuk menjamin kepastian hukum oleh pemerintah diadakan pendaftaran tanah diseluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan yang diatur dengan peraturan pemerintah.

Sebelum berlakunya Undang-undang Pokok Agraria sistem yang kita pergunakan adalah sistem ”Cadaster” sebagaimana dikembangkan pada zaman Belanda. Sistem ini selain sederhana, juga efisien dan murah. Dengan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 tersebut, para pendahulu kita dibidang pertanahan telah meletakkan landasan-landasan bagi pelaksanaan tugas dan fungsi pendaftaran tanah, yang sangat diperlukan untuk segera melaksanakan Undang-undang Pokok Agraria. Landasan tersebut tentu saja disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan pada waktu itu. Dan kalau dibandingkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 adalah negatif bertendensi positif artinya bahwa sertipikat yang telah diterbitkan sepanjang orang lain bisa membuktikan bahwa itu haknya, maka sertipikat tersebut dapat diajukan pembatalan, namun dalam batas-batas waktu tertentu berubah menjadi positif apabila sertipikat yang telah dikeluarkan sudah berlangsung 5 (lima) tahun.

(38)

Asas publisitas dimaksudkan bahwa pendaftaran itu bersifat umum dan terbuka, oleh karena itu setiap orang berhak untuk meminta informasi dari kantor pendaftaran tanah serta surat keterangan pendaftaran tanah yang berisikan jenis hak, luas, lokasinya dalam keadaan sita atau berperkara dan lain sebagainya.

Sebagaimana yang dijelaskan bahwa disamping asas publisitas juga dalam Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 1961 dikenal juga asas spesialitas, yaitu sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 1961, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 ketentuan tersebut maka asas publisitas lebih memberikan jaminan sedangkan asas spesialitas kepastian hukum.

Asas spesialitas berarti bahwa pendaftaran tanah itu jelas dan diketahui lokasinya sehingga peranan dari surat ukur adalah memperjelas lokasi tanah tersebut.

Kalimat-kalimat tersebut seolah-olah berdiri sendiri-sendiri, tidak merupakan suatu rangkaian uraian mengenai sesuatu. “Rechtcadaster” dimaksudkan bahwa pendaftaran ini hanya demi untuk pendaftaran hak dan bukan sebagai tagihan pajak.

Kepastian hukum sebagaimana dimaksud oleh Pasal 19 ayat (1) Undang-undang Pokok Agraria adalah demi kepastian hukum dari hak tanah tersebut. Pemastian lembaga dimaksudkan bahwa Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) sebagai satu- satunya pejabat yang berwenang untuk membuat akta-akta peralihan, pendirian hak baru dan pengikatan tanah sebagai jaminan.

Dengan berlakunya Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 1988 tentang Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia (BPN-RI), penyelenggaraan pendaftaran

(39)

tanah ini kemudian dilakukan oleh Kantor Pertanahan. Penyelenggaraan pendaftaran tanah secara garis besar meliputi kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali dan pemeliharaan pendaftaran tanah. Kedua hal tersebut sama pentingnya karena apabila salah satu dari kedua hal tersebut kurang diperhatikan maka akan mendatangkan hal- hal yang tidak diharapkan di kemudian hari.

Penjelasan umum tentang Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 mengemukakan perlunya diadakan peraturan pendaftaran tanah yang baru yang dinyatakan sebagai jaminan kepastian hukum dibidang pertanahan. Pemberian jaminan kepastian hukum dibidang pertanahan pertama-tama memerlukan tersedianya perangkat hukum yang tertulis, lengkap dan jelas yang dilaksanakan secara konsisten sesuai dengan jiwa dan isi ketentuan-ketentuannya. “Sehubungan dengan itu Undang- Undang Pokok Agraria memerintahkan diselenggarakan Pendaftaran Tanah dalam rangka menjamin kepastian hukum sebagaimana dimaksud di atas”. Tujuan diselenggarakannya Pendaftaran Tanah sebagaimana diamanatkan oleh Pasal 19 Undang-undang Pokok Agraria adalah bahwa pendaftaran tanah diselenggarakan dalam rangka menjamin kepastian di bidang pertanahan yaitu :

a. Untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hak-hak lain yang terdaftar, agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang bersangkutan.

b. Untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan, termasuk Pemerintah agar dengan mudah dapat memperoleh data yang

(40)

diperlukan dalam mengadakan perbuatan hukum mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun yang sudah terdaftar.

c. Untuk terselenggaranya tertib administrasi pertanahan.

Sertipikat tanah sebagai suatu barang berharga yang dapat dipakai untuk memajukan suatu usaha yang berdampak pada lahirnya Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 suatu peraturan pendaftaran tanah yang menghasilkan sertipikat yang dibutuhkan tersebut, namun kendala pelaksanaan pendaftaran tanah akan berdampak pada dunia usaha.

Untuk tidak timbulnya ketidakpastian hukum khususnya pada pelaksanaan pendaftaran tanah pemerintah harus mencari solusi bagaimana agar pelaksanaan pendaftaran tanah di Indonesia dapat lebih cepat dan terarah agar tidak bermunculan masalah-masalah pertanahan dalam masyarakat. Timbulnya masalah-masalah pertanahan dalam masyarakat, hal ini tidak terlepas dari ketidakpastian akan kepemilikan tanah. Ketidakpastian ini muncul karena tanah-tanah yang dimiliki itu belum terdaftar.16

Dalam membicarakan tentang pendaftaran tanah yang belum bersertipikat maka harus diketahui dahulu apa pengetian tanah dan dasar hukum mengenai tanah itu sendiri.

Menurut geologis-agronomis, pengertian tanah adalah lapisan lepas permukaan bumi paling atas yang dapat dimanfaatkan untuk menanami tumbuhan

16Van Apeldoorn , Op.Cit, Hal. 7

(41)

disebut tanah garapan, tanah pekarangan, tanah pertanian, tanah perkebunan.

Sedangkan tanah bangunan digunakan untuk menegakkan rumah.

Didalam tanah garapan ini dari atas kebawah berturut-turut terdapat sisiran garapan sedalam irisan bajak, lapisan pembentukan kukus dan lapisan dalam.17

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, pengertian tanah adalah : a. Permukaan bumi atau lapisan bumi yang diatas sekali

b. Keadaan bumi disuatu tempat c. Permukaan bumi yang diberi batas

d. Bahan dari bumi, bumi sebagai lahan sesuatu (pasir, cadas, aspal dan lain- lain).18

Undang-undang Pokok Agraria (UUPA) memberikan definisi tanah, sesuai dengan Pasal 4 (empat) ayat (1) yang menyebutkan bahwa “atas dasar hak mengusai dari negara sebagai yang dimaksud dalam Pasal 2 ditentukan adanya macam-macam hak atas permukaan bumi, yang disebut tanah yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh orang-orang baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang-orang lain serta badan-badan hukum”. Sehingga secara yuridis, pengertian tanah adalah permukaan bumi.

AP Parlindungan menyebutkan bahwa, sebelum berlakunya Undang-undang Pokok Agraria (UUPA), Negara kita masih terdapat dualisme dalam hukum agraria.

Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa masih berlakunya dua macam hukum yang

17AP Parlindungan, Berbagai Aspek Pelaksanaan UUPA, (Bandung, Alumni, 1973), Hal. 35

18Kamus Besar Bahas Indonesia, Balai Pustaka Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Jakarta, Edisi E-II, Cetakan Ketiga, 1994, Hal. 12

(42)

menjadi dasar bagi hukum pertanahan kita, yaitu hukum adat dan hukum barat sehingga terdapat dua macam tanah yaitu tanah adat dan tanah barat.19

Pendaftaran tanah di Indonesia menggunakan sistem publikasi negatif yang mengandung unsur positif, demikian Undang-undang Pokok Agraria (UUPA) dan Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997, hal ini dapat dilihat pada Pasal 19 ayat (2) huruf (c) Undang-undang Pokok Agraria (UUPA), bahwa pendaftaran menghasilkan surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat.

Dalam mengatasi kelemahan sistem publikasi negative/ stelsel negatif ini, maka dipergunakan lembaga yang terdapat dalam hukum adat yaitu lembaga Rechts Verwerking.

Rechts verwerking yaitu apabila suatu bidang tanah sudah diterbitkan sertifikatnya secara sah atas nama orang atau badan hukum yang memperoleh tanah tersebut dengan itikat baik dan secara nyata merasa menguasai tanah tersebut, maka pihak lain yang merasa mempunyai hak atas tanah tersebut tidak dapat lagi menuntut haknya. Apabila dalam jangka waktu 5 tahun sejak diterbitkannya sertipikat tersebut tidak mengajukan keberatan secara tertulis kepada pemegang hak atau kepala kantor pertanahan atau tidak mengajukan gugatan ke pengadilan mengenai penguasaan tanah atau penerbitan sertipikat.20

19AP Parlindungan, Op.Cit, Hal. 40

20Muhammad Yamin Lubis dan Abdul Rahim Lubis, Hukum Pendaftaran Tanah, (Bandung, CV. Mandar Maju, 2008), Hal. 147

(43)

2. Konsepsi

Konsepsi adalah salah satu bagian terpenting dari teori. Peranan konsep dalam penelitian adalah untuk menghubungkan dunia teori dan dunia observasi, antara abstraksi dan realitas.21 Konsep adalah suatu konstruksi yang dihasilkan oleh suatu proses yang berjalan dalam pikiran peneliti untuk keperluan analisis.22 Konsep diartikan sebagai kata yang menyatakan abstraksi yang digeneralisasikan dari hal-hal yang khusus, yang disebut dengan definisi operasional.23

Pentingnya definisi operasional adalah untuk menghindarkan pengertian atau penafsiran mendua (Dubius) dari suatu istilah yang dipakai. Agar tidak terjadi kekeliruan dalam memahami istilah atau konsep yang digunakan maka dapat diberikan konsep secara definisi operasional sebagaimana yang disebut dalam Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 tentang pendaftaran tanah sebagai berikut:

“Pendaftaran tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah secara terus-menerus, teratur dan berkesinambungan, meliputi pengumpulan, pengelolaan, pembukuan dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun, termasuk pemberian surat tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah

21Mariam Darus Badrulzaman, Mencari Sistem Hukum Benda Nasional, Bandung, Alumni, 1983, Hal. 19

22Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, citra Aditya Bandung, 1996, Hal. 397.

23Masri Singarimbun dkk, Metode Penelitian survei, LP3ES, Jakarta, 1989, Hal. 34

(44)

yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya”.24

Tanah adalah permuakan bumi, yang dalam penggunaannya meliputi juga sebagian tubuh bumi yang ada dibawahnya dan sebagian dari ruang yang ada diatasnya dengan pembatasan dalam Pasal 4 yaitu sekedar diperlukan untuk kepentingan yang langsung berhubungan dengan penggunaan tanah yang bersangkutan, dalam batas-batas menurut UUPA dan peraturan yang lainnya yang lebih tinggi.25

Tanah milik adat adalah hak atas tanah dari masyarakat hukum adat yang belum pernah didaftarkan, yang dibeberapa wilayah di Indonesia dikenal dengan berbagai nama seperti, hak ulayat misalnya. Hak ulayat adalah suatu rangkaian dari hak-hak dan kewajiban masyarakat hukum adat yang berhubungan dengan tanah- tanah yang termasuk lingkungan wilayah. Hak persekutuan hukum atas tanah sekitar lingkungannya yang dikenal dengan hak ulayat itu merupakan hak tertinggi atas tanah yang dimiliki oleh suatu persekutuan hukum, dimana masyarakat tersebut mempunyai hak untuk menguasai tanah atau sebidang tanah yang ada disekitar lingkungannya.

Kantor Pertanahan Kabupaten Aceh Tamiang adalah kantor pelayanan publik atas tanah yang terletak di Aceh Tamiang sebagai tempat penyelenggaraan administrasi pendaftaran tanah.

24Pasal 1 Angka (1) Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah.

25Rustam Efendi Rasyid, pendaftaran tanah dan PPAT

(45)

G. Metode Penelitian

Dalam setiap penelitian pada hakikatnya mempunyai metode penelitian masing-masing dan metode penelitian tersebut ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian.26Kata metode berasal dari bahasa Yunani “Metods” yang berarti cara atau jalan sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan.27 Adapun dalam penulisan ini, digunakan metode penelitian sesbagai berikut:

1. Sifat Penelitian

Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode ini menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan.28

Sebagai suatu hasil karya ilmiah yang memenuhi nilai-nilai ilmiah, maka menurut sifatnya penelitian yang dilaksanakan ini dikatagorikan sebagai penelitian yang bersifat deskriftif analisis, maksudnya adalah suatu analisis data yang berdasarkan pada teori hukum yang bersifat umum dipublikasikan untuk menjelaskan tentang seperangkat data yang lain.29

Penelitian ini adalah bersifat deskriptif analisis sebab penelitian ini akan menggambarkan dan melukiskan azas-azas dan peraturan-peraturan yang

26Jujun Suria Sumantri, Filsafat Hukum Suatu Pengantar Populer, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1995, Hal. 328

27Koentjaningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1997, Hal. 16

28Koentjaningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, Jakarta, PT. Gramedia, Hal. 70

29Bambang sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo, Persada, Jakarta, 1997, Hal. 38

(46)

berhubungan dengan tujuan penelitian yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan tentang fakta dan kondisi atau gejala yang menjadi objek penelitian setelah itu diadakan telah secara kritis, dalam arti memberikan penjelasan-penjelasan atas fakta atau gejala tersebut, baik dalam kerangka sistematisasi maupun singkronisasi dan berdasarkan pada aspek yuridis. Dengan demikian akan menjawab permasalahan yang menjadi objek penelitian.

2. Lokasi Penelitian

Daerah penelitian yang menjadi target untuk dijadikan sebuah penelitian adalah di daerah Kabupaten Aceh Tamiang Propinsi Aceh.

3. Jenis Penelitian

Penelitian ini lebih kepada “empiris. Hal tersebut disebabkan tujuan akhir yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana Pelaksanaan Undang-undang Nomor 5 tahun 1960 pada daerah penelitian yang menjadi target peneliti.

4. Teknik Pengumpulan Data

Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan tesis ini adalah penelitian kepustakaan (library research) dan penelitian lapangan (field research). Penelitian ini termasuk kedalam penelitian hukum sosiologis (Socio-legal Research) atau empiris yaitu didasarkan pada data primer atau fakta-fakta dan masalah-masalah yang ada

(47)

dalam masyarakat mengenai pendaftaran tanah hak milik adat di kabupaten Aceh Tamiang atau disebut juga dengan penelitian lapangan.

5. Alat Pengumpul Data 1. Studi Dokumen

Yaitu data yang diperoleh dari buku-buku, peraturan perundang-undangan, dokumen lain yang terkait dengan judul ini. Data yang diperoleh disebut data sekunder, yang terdiri dari :

a. Bahan hukum primer b. Bahan hukum sekunder c. Bahan hukum tersier

2. Wawancara

a. Terhadap Responden

Dengan membuat Kuesioner, ini dilakukan terhadap beberapa orang dari responden yang telah mendaftarkan tanahnya, dan beberapa orang responden yang belum mendaftarkan tanahnya.

b. Terhadap narasumber

Dalam melakukan wawancara yang merupakan alat pendukung pengumpulan data dalam penelitian ini. Wawancara yang dilakukan terhadap informan dengan mengajukan pertanyaan secara langsung.

(48)

6. Analisis Data

Analisis data adalah sebagai tindak lanjut proses pengolahan data merupakan kerja seorang peneliti yang memerlukan penelitian, dan pencurahan daya pikir secara optimal.30 Dan analisis data juga merupakan sebuah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola katagori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan.

Data yang telah dikumpulkan, kemudian dimanfaatkan sedemikian rupa sampai berhasil menyimpulkan kebenaran-kebenaran yang dapat dipakai untuk menjawab permasalahan dalam penelitian. Analisis dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif dengan sifat deskriptif analitis, karena penelitian ini tidak hanya bermaksud mengungkapkan atau melukiskan data sebagaimana adanya, tetapi juga bermaksud melukiskan realitas dari kebijakan legislatif sebagaimana yang diharapkan.

Selanjutnya data tersebut baik data primer dan sekunder, ditarik kumpulkan dengan menggunakan metode deduktif sehingga dapat diperoleh kumpulan akhir yang tepat setidak–tidaknya mendekati kebenaran ilmiah yang penulis harapkan dalam tulisan ini.

30Bambang waluyo, Penelitian Hukum Dalam Peraktek, sinar Grafika, Jakarta, 1996, Hal. 77

(49)

BAB II

KESADARAN HUKUM MASYARAKAT DALAM PENDAFTARAN TANAH MILIK ADAT MENJADI HAK MILIK PADA KANTOR PERTANAHAN

KABUPATEN ACEH TAMIANG

A. Keberadaan Tanah Adat di Aceh Tamiang

Tanah adat dalam praktek lapangan adalah tanah yang dikuasai secara turun- temurun oleh suatu masyarakat tertentu yang dari zaman nenek moyangnya yang dikuasai minimal 20 tahun sebelum berlakunya UUPA yang dalam fisiknya didapati ada tanaman-tanaman keras yang ditanam dahulu seperti kayu-kayu besar yang diantaranya;

1. Kayu Kempas;

2. Kayu Kruweng;

3. Kayu Damar;

4. Kayu Meranti dan lain sebagainya, yang usianya lebih dari 30 tahun.31

Hak ulayat sebutan yang dikenal dalam kepustakaan hukum adat dan dikalangan masyarakat hukum adat dikenal dengan nama yang berbeda-beda. Untuk didaerah Aceh khususnya Aceh Tamiang tidak ada kita temukan penamaan khusus atas tanah adat akan tetapi masyarakat setempat menyebutnya dengan nama tanah adat. Hak ulayat mengandung dua unsur. Unsur pertama adalah unsur hukum perdata, yaitu sebagai hak kepunyaan bersama para warga masyarakat hukum adat yang

31 Wawancara dengan Bapak Sugiono pada tanggal 22 Juli 2013 (Kepala Seksi Sengketa pada Kantor Pertanahan Kabupaten Aceh Tamiang)/ diolah.

(50)

bersangkutan dari tanah ulayat, yang dipercayai mula-mula berasal dari peninggalan nenek moyang mereka dan merupakan karunia suatu kekuatan gaib, sebagai pendukung utama kehidupan dan penghidupan serta lingkungan hidup seluruh warga masyarakat hukum adat. Unsur kedua adalah unsur hukum politik, yaitu sebagai kewenangan untuk mengelola dan mengatur peruntukan, penggunaan dan penguasaan tanah ulayat tersebut, baik dalam hubungan interen dengan para warganya sendiri maupun eksteren dengan orang-orang bukan warga atau orang luar. Dalam hukum agraria adat ada ciri-ciri umum yang mudah kita kenali yaitu;

1. Asli, gotong-royong, kekeluargaan.

2. Kedaerahan, pluralistis, kurang menjamin kepastian hukum karena tidak pernah dibuat dalam bukti tertulis.

3. Sebagai hukum yang hidup, dipengaruhi masyarakat sekitarnya. Oleh sebab itu perlu “disaneer” (dibersihkan) dari cacadnya.

Subjek hak ulayat adalah masyarakat hukum adat itu sendiri baik yang merupakan persekutuan hukum yang didasarkan kesamaan tempat tinggal maupun yang didasarkan pada keturunan. Hak ulayat memberikan kewenangan tertentu kepada masyarakat hukum adat terhadap tanah ulayatnya yang sumber pelaksaan dan ketentuan tata cara pelaksanaannya adalah dengan hukum adat yang bersangkutan dasar hukumnya Pasal 4 ayat satu huruf (a) dan pelepasan tanah untuk keperluan

‘‘orang luar” Pasal 4 ayat (1) huruf (b). Penguasaan tanah muncul dalam praktek dilapangan ada dua yaitu; pertama “Legal” dan yang kedua “Ilegal”

(51)

Hak penguasaan tanah tanah yang dimaksud terdiri atas:32 1. Hak Penguasaan Legal terdiri atas;

1) Legal Umum :

a) Lembaga hukum yang dapat dilihat dalam Pasal 20 sampai Pasal 45 UUPA

b) Hubungan hukum konkrit dapat dilihat dalam Pasal yang berkaitan dengan Konversi UUPA

2) Legal Khusus :

Hak Menguasai Negara (dapat dilihat dalam Pasal 2 ayat (2) UUPA) 3) Legal Fisik dan Yuridis.

2. Hak Penguasaan Ilegal

Hak penguasaan illegal yaitu kepemilikan tanah yang tanpa adanya alas hak apapun seperti tidak adanya surat keterangan dari datok penghulu atau kepala desa atau tidak adanya pengakuan dari ketua adat ataupun surat keterangan camat.

Sebagaimana yang kita ketahui bersama dasar UUPA kita sebenarnya terdapat dalam Pasal 33 ayat 3 UUD 1945 juga sebagai pelaksanaan dari pada Pancasila dalam kehidupan hukum di Indonesia. Dalam “penjelasan UUPA” kita baca sebagai berikut;

“Meletakkan dasar-dasar bagi penyusunan hukum agraria nasional, yang akan merupakan alat untuk membawa kemakmuran, kebahagian dan keadilan bagi negara dan rakyat, terutama rakyat tani dalam rangka masyarakat yang adil dan makmur.

32Wawancara Dengan Yendarino (55 Tahun) Datok Penghulu Kampung Purwodadi tanggal 02 November 2013 (diolah).

(52)

Meletakkan dasar-dasar untuk mengadakan kesatuan dan kesederhanaan dalam hukum pertanahan. Meletakkan dasar-dasar untuk memberikan kepastian hukum mengenai hak-hak diatas tanah bagi rakyat seluruhnya.33

Dengan melihat dasar-dasar hukum agraria nasional kita maka dasar kenasionalan (Pasal 1 ayat 1,2,3) Kesatuan; Kekayaan Nasional; Hubungan Bersifat Abadi; Hubungan itu semacam Hak Ulayat. Tidak dikenal Azas Domein BARA:

dikuasai negara sabagai organisasi kekuasaan. Kekuasaan negara terhadap hak perseorangan dibatasi oleh isi haknya. Kekuasaan negara dibatasi oleh hak ulayat (Pasal 2 ayat (1), (2), (3), (4)). Dalam pelaksanaan hak ulayat (Pasal 3), sepanjang menurut kenyataan masih ada; sesuai dengan kepentingan nasional dan negara; tidak bertentangan dengan undang-undang dan peraturan yang lebih tinggi. Tanda-tanda yang perlu dilihat untuk menentukan masih adanya hak ulayat meliputi 3 unsur yaitu;34

a. Unsur masyarakat adat, yaitu terdapatnya sekelompok orang yang masih merasa terikat oleh tatanan hukum adatnya sebagai warga bersama suatu persekutuan hukum tertentu, yang mengakui dan menerapkan ketentuan- ketentuan persekutuan tersebut dalam kehidupannya sehari-hari.

33A.P. Parlindungan, Pedoman Pelaksanaan UUPA dan Tata Cara Pejabat Pembuat Akta Tanah, Alumni, Bandung 1982, Hal. 1.

34 Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, Cetakan Ke-17 Edisi Revisi Djambatan, Jakarta 2006, Hal. 59.

(53)

b. Unsur wilayah, yaitu terdapatnya tanah ulayat tertentu yang menjadi lingkungan hidup para warga persekutuan hukum tersebut dan tempatnya mengambil keperluan hidupnya sehari-hari, dan

c. Unsur hubungan antara masyarakat tersebut dengan wilayahnya, yaitu terdapatnya tatanan hukum adat mengenai pengurusan, penguasaan dan penggunaan tanah ulayatnya yang masih berlaku dan ditaati oleh para warga persekutuan hukum tersebut.

Semua hak atas tanah mempunyai fungsi sosial (Pasal 6). Tanah, terutama untuk kepentingan warga negara Indonesia (Azas Kebangsaan Pasal 1), Hanya warga negara Indonesia yang dapat mempunyai hubungan penuh dengan tanah (Pasal 9 ayat (1) jo. Pasal 21 ayat (1)). Warga negara asing dapat mempunyai tanah tertentu, dan tidak kuat. Badan hukum tidak dapat mempunyai hak milik, kecuali ditentukan khusus. Laki-laki dan perempuan mempunyai hak dan kesempatan yang sama (Pasal 9 ayat 2) perlindungan terhadap golongan ekonomi lemah.

B. Hukum Pendaftaran Tanah Milik Adat

Tanah adat dan masyarakat hukum adat mempunyai hubungan yang sangat erat satu dengan yang lainnya. Dalam masyarakat adat lebih mengedepankan rasa kekeluargaan. Asas kekeluargaan mengandung keadilan, kearifan, kebersamaan, kesamaan, gotong-royong, tenggang rasa, dan tanggung jawab dalam kehidupan

Referensi

Dokumen terkait

It was Suggested that angiogenic factors play a role in mechanism of preeclampsia such as soluble fms like tyrosine kinase-1 (SFLT-1) and Placental Growth Factor

Pada siklus ovarium terdiri dari fase folikel, fese ovulasi, dan fase luteal.. Pada

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan mengenai Kedisiplinan Aparatur Sipil Negara pada kantor Badan Kependudukan dan Keluarga

Peneliti juga mengajukan saran yang dapat dilakukan dalam penelitian selanjutnya dengan variabel independen yang berbeda, agar didapatkan hasil yang akurat mengenai

Penelitian ini menjadi menarik untuk diteliti karena dapat memberikan gambaran bagaimana Pola komunikasi antarpribadi maupun penggunaan media yang dijalankan oleh

Kegiatan pembelajaran yang ada di Buku Siswa lebih merupakan contoh yang dapat dipilih guru dalam melaksanakan pembelajaran.. Guru diharapkan mampu mengembangkan ide-ide kreatif

Salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai alternatif insektisida dan larvisida adalah pegagan (Centella asiatica) yang mengandung alkaloid, saponin, dan

Melihat fenomena diatas, terutama dalam upaya yang telah dilakukan untuk mencegah penyakit demam berdarah dengue dengan cara 3M (menguras tempat penampungan