• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENDAHULUAN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

JPPI Edisi Sumber Daya dan Penangkapan Vol.8 No.1 Tahun 2002

INDEKS KELIMPAHAN STOK DAN PROPORSI UDANG DALAM KOMUNITAS SUMBER DAYA

DEMERSAL DI PERAIRAN KEPULAUAN ARU, LAUT

ARAFUR^A

Badrudin) dan Bambang Sumiono') ABSTRAK

-

Sumber daya udang di perairan Laut Arafura sudah dieksploitasi sejak tahun enarn puluhan.

Sampel data yang dianalisis merupakan sebagian hasil tangkapan komersial yang beroperasi di perairan sekitar Kepulauan Aru, Laut Arafura. Dari analisis dapat dilihat bahwa'freid laju tangkap (catch perunit effott, CPUE) sumber daya udang selama periode 1975-2000 menunjukkan adinya sedikit fluktuasi yang secara keseluruhan dapat dikatakan cenderung mendatar 77,1 (simpangan baicu

$77) ton/kapal/tahun, Dari lima sampel kapal pukat udang yang diambit pada bulan bktober- November 2000, tampak bahwa persentase hasil tangkapan udang terhadap ikan dernersal berada pada kisaran antara 5,1-10,3o/o dengan rata-rata sekitar 7,5%. Dengan metode 'swepf arca' rata-rala dugaan kepadatan stok udang pada tahun 2000 adalah sekitar 0,29 ton/km2, dan ikan demersal sekitar 3,5 ton/km'. Dari data komposisi hasil tangkapan periode '|977-2OOO tampak bahwa persentase tahunan udang windu terhadap total hasil tangkapan udang berfluktuasi antara 7o/o-S2o/o

(rata-rata 29,5o/o), udang jerbung antara 19%-60% (rata-rata 35,4Ya), udang dogol antara 12o/o-33o/o

(rata-rata 22,3%) dan udang krosok anlara 60/o-31%0 (ralaiata 11,7o/o). Secara umum dapat disimpulkan bahwa frend persentase terhadap total hasil tangkapan udang selama periode tersebut tampak bahwa udang,windu, udang jerbung dan udang dogol cenderung menurun sedangkan udang krosok cenderung naik. Fenomena ini merupakan salah satu indikasi bahwa kondisi srimber dayi udang di Laut Arafura sudah mengalami tekanan penangkapan yang berat.

ABTRACT;

Sfock abundance index

and the

proportion

of

shrimps

in the

demersall communlty in the waters of Aru lslands of the Arafura sEa. By : Badrudln and

Bambang Sumlono

,

The shimp /Bsou/ces in the waters of the

Anfun

Sea haye been exptoited since 1960-s by the Japanesse-/ndonesian joint venturc fishing companies. Data analyzed were obtained fr6m a commercial flshing company operated in the Aru /s/ands of the Arafura Sea. From the analysis it was found that the trcnd of the total catch nte during the period

ot

1975-2000 was ralativety sta-ble atT7.l Fd. 9.77) tonlvesseltlear, Frcm the five shdmp trawlers sampled in Oktober-November 2000, lt was found that the percentage of shlmp on tha total demersal

fish

ranging ftom 5.1-10.3%, wtth the

?venge_ o17,5%, By uslng the swept arca methgd, tha avaraga stock density of shimp was 0,29 tonneskm', and demercalftsh was 3.5 tonnestkm'. From the 1977-2000 catch data, tha percentages 9f llgen b3qa4a, endeavour and others shrimp were rcmad<ably fluctuated. The tlgar'shnmp fuas betwean 7%-52% (m.ean 29,5%), banana shrlmp between 19%.60% (mean 34,4%), eideavourshrtmp batween 12%.33% (mean 22,3%) and othere shilmp betwasn 6%-31% (mean 1'1,7%).

ln

genenl,'lt was apparenl thq! tha annual percentage trends

of

ilger, banana and endeavour shrimps were lecreaslng whlla the percentage of others shlmp was /ncnrasing, This phenamona pmvlde one of the lndlcators that the shdmp resoutuos ln tha

Anfun

Sea dudng inat peitoa wera under heavity frshlng ptp.Ssu/€.

KEY WORDS

:

ctoctr tbundancc lndex, thrlmp, demenal ftsh,

Anfun

gea

PENDAHULUAN

dieksploitasi

tahun enam puluhan di

mana

sebagian besar dari usaha

penangkapannya Dalam konteks pengelolaan sumber daya

ikan,

bersifat 'joint vanture' antara Indonesia-Jepang.

wilayah

perairan

lndonesia dibagi ke

dalam

sembilan wilayah pengelolaan

di mana semua

Secara ekologis sebagian besar populasi ikan kegiatannya tergabung

dalam FKPPS (Forum

demersal

dan

udang penaeid menghuni habitat

Koordinasi Pengelolaan dan

Penangkapan yang relatif sama, yaitu di dasar atau dekat dasar Sumber Daya lkan). Salah satu wilayah

FKPPS

perairan dan sering tertangkap secara bersama.

yang kaya akan sumber daya ikan demersal

Sumber daya tersebut bersifat 'multispecies' yang adalah Laut Arafura, Sumber daya ikan

demersal

saling berinteraksi

satu sama lain baik

secara

dan udang di perairan Laut Arafura sudah

biologis, melalui persaingan (competition) dan/atau ') Pencliti pada Balai Penelitian Perikanan Laut

95

(2)

Badrudin dan Bambang Sumiono

pemangsaa

n

(predator-prey relationshrp), ataupun secara teknologis.

Kegiatan usaha penangkapan

di

Laut Arafura

sudah berkembang sangat pesat,

sehingga

informasi yang diperlukan untuk menunjang upaya pengelolaannya

harus lebih rinci.

Kegiatan

pengkajian yang dilakukan selain

kegiatan

inventarisasi juga diperlukan adanya kajian-kajian analitik tentang

:

kebiasaan makan dan makanan, life history

,

struktur populasi dan komposisi jenis

ikan. Dari

kegiatan tersebut diharapkan dapat diperoleh gambaran tentang populasi udang dan ikan demersal serta fenomena interaksinya. Dari gambaran interaksi yang terjadi diharapkan dapat diperkirakan

dugaan

besarnya populasi udang yang menjadi mangsa

ikan

demersal

atau

ikan lainnya. Informasi tersebut dapat dijadikan bahan

bagi perumusan kebijakan

pengelolaan dan pemanfaatan yang optimal.

Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan data dan informasi tentang potensi dari stok udang dan ikan demersal di perairan Laut Arafura, yang dapat dijadikan salah satu dasar bagi upaya pengelolaan

dan pemanfaatan yang berlanjut.

Sasaran

penelitian ini adalah

mendapatkan

data

laju

tangkap ( sebagai indeks

kelimpahan stok), komposisi

hasil

tangkapan, parameter populasi

dan aspek-aspek biologi penunjang

yang

diperlukan bagi

langkah-langkah pengelolaan jangka panjang. Selain itu, informasi tersebut juga dapat merupakan salah satrt dasar

bagi

kajian investasi

di bidang

perikanan

udang di

Laut

Arafura.

BAHAN DAN METODE

Wilayah perairan Laut Arafura yang menjadi

daerah survei adalah perairan yang

meliputi

Kepala Burung-Teluk Sele, Teluk

Bintuni,

Kaimana, Dolak dan Aru. Perairan

tersebut

merupakan bagian dari Paparan Sahulyang subur.

Suburnya perairan tersebut antara lain dipengaruhi

oleh

banyaknya sungai

dari

daratan

lrian

Jaya yang bermuara ke paparan tersebut.

lkan

demersal pada usaha perikanan udang sebenarnya merupakan'hasil tangkap sampingan (HTS)',

di

mana sebagian dibuang. Kedalaman perairan daerah penangkapan berkisar antara 10-

50 meter

dengan

dasar

perairan lumpur atau lumpur berpasir,

Data sampel hasil tangkapan yang dianalisis diperoleh dari suatu perusahaan yang beroperasi

di

perairan

Laut

Arafura. Selain

itu juga

telah dianalisis

data

produksi beberapa

jenis

udang

yang diperoleh antara periode tahun 1994-2000,

dengan daerah

penangkapan

sebagian

besar

dilakukan di sekitar

Kepulauan

Aru.

Secara

geografis daerah penangkapan tersebut terletak

padi

posisi o5o oo'

- oi

o 30

Ls

dan 133 o

00-

136000 BT.

Dugaan kepadatan

stok

sumber

daya

ikan demersal

dan

udang dihitung

dengan

metode swepf area dengan mengacu kepada Sparre and Venema (1992).

HASIL DAN BAHASAN

l.

Indeks Kelimpahan Stok

Indeks kelimpahan

stok

suatu sumber daya dapat dicerminkan dari angka laju tangkap (catch rafe). Adanya fluktuasi indeks kelimpahan stok

merupakan indikasi dari adanya

pengaruh

penangkapan terhadap

stok, baik yang

bersifat eksternal ataupun internal. Pada perikanan yang sudah dieksploitasi pengaruh yang paling besar adalah kegiatan penangkapan (frshing).

Dari analisis

data

hasil tangkapan komersial dapat dilihat bahwa trend lai,u tangkap sumber

daya

udang (catch per unit effort, CPUE) selama

periode

1975-2000

secara

menyeluruh dapat dikatakan cenderung mendatar (Gambar 1). Hal ini bisa diketahui dari hubungan regresi antara total

upaya dan CPUE selama periode

tersebut menunjukkan koefesien

yang positif.

Dengan demikian

maka model

produksi

surplus

untuk menghitung

tingkat'maximum

sustainable yield (MSY) dengan menggunakan data selama periode 1975-2000 tersebut tidak dapat diterapkan. Seperti diketahui bahwa dalam model produksi koefisien regresi linier

dari

hubungan antara

total

upaya dengan indeks kelimpahan

stok selalu

bersifat negatif (Spane dan Venema, 1992).

Dengan asumsi bahwa data laju tangkap dari usaha penangkapan komersial tersebut mewakili

laju tangkap sumber daya udang

secara

keseluruhan, maka nilai MSY

dengan

menggunakan model produksi surplus belum dapat dihitung.

Jika asumsi ini benar, maka

status perikanan udang

di Laut

Arafura masih dapat bertahan terhadap tekanan penangkapan yang cukup tinggi. Sehubungan dengan itu pada saat ini

tampaknya harus segera dimulai

upaya

pemantauan

laju

tangkap

dari kapal

komersial

yang

lainnya, mengingat

jumlah sampel

kapal penangkap udang relatif sedikit.

Sesuai dengan ketersediaan data yang dapat diperoleh,

angka laju tangkap yang

dianalisis

(3)

JPPI Edisi Suntber Daya dan Penangkas.san Vol.g No.1 Tahun 2002

adalah data 'hasil tangkapan

per kapal,

dengan

asumsi bahwa 'catch abililty dari

kapal-kapal tersebut adalah sama. Hal

ini

dilakukan dengan mengingat

bahwa

meskipun

ukuran GT

kapal udang tersebut beryariasi

antara

137-192 GT, namun ukuran jaring yang digunakan relatif sama.

Informasi tentang CPUE dalam bentuk 'has/

tangkapan

per kapal

per tahun' sangat penting

dilihat dari aspek ekonomi jangka

panjang

terutama dalam

kaitannya

dengan

pengkajian

kelayakan investasi, yang biasanya

disusun dengan berbasis tahunan, Tersedianya informasi tersebut akan merupakan dasar yang diperlukan bagi kajian-kajian tentang lntarnal Rate

of

Return

(lRR),

Discounted Cash

Flow (DCF) dan

Nef Present Value (NPV)

dari suatu

investasi baik

jangka menengah (5-10 tahunan)

lebih-lebih jangka panjang sebagaimana halnya investasi di

bidang perikanan seperti pengadaan kapal dan prasarana perikanan lainnya (Anonymous, 1 985).

Dari aspek hasil tangkapan total

yang

cenderung naik, merupakan fenomena yang umum

di mana kenaikan hasil

tangkapan tersebut

diakibatkan oleh adanya kenaikan jumlah upaya.

l'{al yang perlu diupayakan dalam rangka 'sfock assessmenf

adalah

mendapatkan

data

'effort yang lebih akurat, misalnya jumlah hari layar yang efektif (effective fishing day) sehingga data laju tangkap yang diperoleh menjadi lebih akurat, 2. Proporsl Udang dan lkan

Udang merupakan salah satu hasil perikanan

yang

bernilai

tinggi,

Kuantitas

hasil

tangkapan udang

tidak

terlalu besar dibandingkan dengan

ikan

demersal,

Pada

periode

awal

eksploitasi pengusahaan udang

di

Laut Arafura, persentasa udang

dalam hasil

tangkapan beruariasi cukup

tinggi,

Berdasarkan

hasil

survei

dan

eksplorasi

yang

dilakukan

pada tahun 1991,

persentase udang terhadap hasil tangkapan total

di

perairan

sub area Bintuni adalah sekitar 20,!Vo, Kaimana-

Tembagapura 22,2o/o, Dolak

I2%

dan Aru 7,g%

Laju tangkap total

di

ke-enrpat perairan tersebut berturut-turut

adalah

90,7

236,9 kg/jam dan

242,2 Karyana, 1993). Naamin

kgilani, 103,2 kg/jam, kgijarn (Badrudin dan

rlan

Sumiono (1982), melaporkan bahwa $ecara keseli-iruhan perairan l-.aut Arafura, proporsi u<iang clan ikan demersal berbanding

1:13. Dari Tabei 3

{Lampiran 1)

diperoieh informasi

bahwer persentase udang

berukuran kecil untuh periodo

1gg4-2000 cenderung bertambah

tingpi

F,lrronrena ini juga merupakan

salah satu

inciiias;:

bahwa

kondisi

sumber daya sucJilh nteqqalarni

tekanan penangkapan yang cukup b*iat

Lldang darr ikan demersai bei'ada pada habitat

yang

relatif sarna

dan salilrg

l_rerinteraksi satu

sama iain.

Pada kondisi brclmassa yang virgin populasi udang dan rkan beracla tjlatam keadaan

seimbang. $etelah aCanya

pengaruh

penangl<apan, kelimpahan populasi

akan tergantung kepada sejauh mana populasi tersebut dapat bertahan terhadap tekanan penangkapan, vang dicerminkan

oleh

besaran

dari

parameter

populasi Dari ke lima sampet pukat udang tampak

bahwa persentase hasil tangkapan

udang terhadap

ikan

berada paCa icisaran antara 5,1- 11,5% dengan

rata-rata

sekitar 8,2% (Tabel 2).

Persentase

tersebut tarnpaknya relatif

stabil dibandingkan

dengan keadaan tahun

l ggl

(Badrudin dan Karyana, 1gg3), di

mana

persentase udang terhadap rkan

di

perairan yang sama adalah sekitar 7,9% atau menurun sebesar 0,4%, suatu penurunan yang relatif kecil. Angka persentase tersebut meruparkan indikasi bahwa keberadaan bionrassa udarrg

dalam

komunitas

demersal relatif tetap. Datarn kaitan

dengan keberadaan populasi

yang

hiasanva dirryatakan

dalam jumlah

indivicju, rJaoat dictuga bahwa persentasenya akan berbeda, Perbedaan tersebut dapat,luga dilihat dalarn bentr.rh berat, dinrarra laju tanskap pada tahun 1991 iittarah s*besar 242,2 kg/jam (Badrudin dan Karyana 1993), sedangkan pada tahun 200Ct adalah

sebesar

36b,2 kg/jam (Tabel 1).

Ia9gl 1 laiu

tangkap- udang dan ikan (kg/jam) pukat udang di Laut Arafura

Tablel.

catch rate of shrimp and fish (kg/hour) in shrimp iet at Arafura sera

$am

, E Totul

Rata.rata

i-&ta-{L*1.1_ysrasgl_

20,1

40,4

136,6 27,3

$-et*_ - _ 9sz,+ gg?,+_ *-slqA-.."_*W-

I !;.q-s-g_.-***-. . illz, e

_gsn*_ - !o{,1 332,4_ *-3ltE,2.."_*aal*g**--_"dg"J

I.=otet_-=-_ ,_ 909,0

- 9se,+

_,

_

.Lqjg*::&Z"q:::*q1_fr

*-*-- - r;";r.L.'..***-**-=-E:J:_

ag-,6. .._"-*qJJ"A**--Jp?-q,L* *.

Q9.5,2

9danq.(Y.o)

, = . ,5,1 .-0,2. _._J09":*--:g,J

Sumbcr (Sourca) : Sumlono, 2000,

LE--** .--- -:-*- 7,L

1 Sampoi A,B,C,b drn E rdilrh krprl pukrt Udang (Oktober. Novenrbsr ?000)

97

(4)

Earlrudin dan Bambang Sumiono

3"

Komposisi

Hasil Tangkapan

dan

Fenomena lnteraksi

Informasi tentang komposisi hasil tangkapan di suatu perairan dapat merupakan salah satu dasar bagi kajian dinamika komunitas sumber daya ikan.

Kegiatan penangkapan yang

intensif,

sebagaimana

terjadi di perairan Laut

Arafura

dewasa ini akan mengarah kepada keadaan over- eksploitasi seperti telah terjadi

di

perairan Laut

Arafura sektor Australia (Ramm ef a/., 1990).

Berdasarkan

data hasil

tangkapan periode 1977-2000

tampak

adanya fluktuasi komposisi

hasil tangkapan. Persentase udang

windu

terhadap total hasil tangkapan udang berfluktuasi antara 7a/o-52o/o, udang jerbung antara 190/o-600/o,

udang dogol antara 12o/o-33Yo dan udang krosok antara 6a/o-31Vo. Adanya fluktuasiyang cukup lebar

tersebut diduga berkaitan dengan

adanya fenomena interaksi. Fenomena interaksi antara udang

jerbung dan

udang

windu yang

secara runtun waktu dapat dilihat pada Gambar

2a,

di mana jika persentase udang windu terhadap hasil tangkapan total cukup tinggi seperti terjadi pada tahun 1980, maka persentase udang jerbung pada tahun tersebut rendah. Keadaan yang sebaliknya terjadi pada tahun 1989, dimana persentase udang windu terhadap total hasil tangkapan udang hanya sekitar 7%, sedangkan persentase udang jerbung

hampir

mencapai 600/o.

Bentuk

interaksi yang

paling dominan antara kedua spesies

udang tersebut diduga terjadi dalam bentuk persaingan makanan. Sebagaimana diketahui bahwa kedua species

tersebut

menghuni

suatu

habitat yang sama dalam kornunitas sumber daya demersal.

lnteraksi

yang

sama

juga

terjadi antara udang

dogol

dengan udang krosok (Gambar

2b,

dan Lampiran 2).

Fenomena interaksi lainnya bisa

juga

terjadi dalam nentuk pemangsaan. Terjadinya hubungan

fj*mangsaan yang terus menerus

akan rnengganggu keseirnbangan komunitas, sehingga organisme dengan daya tahan yang rendah yang

nrenjadi mangsa lambat laun akan

menuju kepunahan. Selanjutnya dilaporkan

oleh

Jones

(1982) bahwa dampak

langsung

dari

adanya pemangsaan suatu organisme oleh organisme lain akan mengurangi/menghiiangkan populasi hewan

yang dimangsa. Sebaliknya

dengan mengurangi/menghilangkan

populasi

predator, akan mengkibatkan meningkatnya populasi hewan yang dimangsa (prey). Adanya informasi tentang besarnya dugaan populasi udang yang dimangsa

oleh ikan dapat

merupakan langkah

awal

bagi perLrmusan strategi pengelolaan dan pemanfaatan yang optimal dan berlanjut.

Pada tahap tertentu beberapa

jenis

ikan dan

udang sangat sensitif terhadap

perubahan

lingkungan sepanjang tahapan dari

siklus

hidupnya. Perubahan global lingkungan laut juga berpengaruh terhadap populasi

dan

komunitas sumber daya. Perubahan lingkungan oseanografis perairan bisa berlangsung secara harian, bulanan, musiman, tahunan

sampai

beberapa tahunan, sehingga

cukup banyak

aspek-aspek interaksi yang mungkin terjadi berkenaan dengan faktor- faktor lingkungannya.

Aspek lain yang langsung

berpengaruh terhadap komunitas sumber daya adalah kegiatan

penangkapan. Kegiatan penangkapan

akan mengurangi jumlah individu populasi. Individu yang mempunyai

laju

pertumbuhan

yang

tinggi akan

lebih

tahan terhadap penangkapan. Sebaliknya, individu dengan

laju

pertumbuhan

yang

rendah (slow-growing specles) mempunyai

daya

tahan

yang rendah

terhadap

tekanan

penangkapan, sehingga

jika

laju penangkapan yang tinggi terus berlangsung, maka

jenis

tersebut

akan

punah.

Kepunahan

suatu pnis sumber daya

tertentu

dalam suatu komunitas akan

mempengaruhi kelimpahan. Seperti diketahui bahwa

di

perairan

Laut Arafura, sampai saat ini masih berlangsung kegiatan penangkapan yang nyaris tanpa kendali terutama untuk

eks

kapal-kapal

'chaftef

dengan

anak buah kapal

negara

asal

(sebagian besar Thailand). Hasil tangkapan kapal-kapal tersebut sebagian besar tidak dicatat

/

dilaporkan karena langsung dibawa ke negara asal mereka. Keadaan

ini

tentunya

akan

sangat merugikan Indonesia,

mengingat bahwa selain akan

menurunkan

kelimpahan stok sumber daya juga

hasil pendugaanipengkajian

stoknya menjadi

tidak akurat.

4. Kepadatan Stok

Dugaan kepadatan stok merupakan salah satu

tolok ukur bagi

identifikasi

stok.

Diketahuinya dugaan kepadatan stok merupakan langkah awal bagi diketahuinya potensi sumber daya

di

suatu perairan.

Pendugaan

stok dewasa ini lebih

banyak

didasarkan

atas

model-model'holistik' (terutama

model

produksi surplus)

yang

dianggap terlalu menyederhanakan fenomena

alam yang

terjadi pada lingkungan

di

mana stok tersebut berada, tanpa mempertimbangkan struktur populasi yang menentukan keberadaan stok tersebut. Fenomena

interaksi baik berupa pemangsaan

ataupun

persaingan makanan antar spesies

dalam komunitas merupakan fenomena alam yang tidak mudah diformulasikan.

(5)

Gambaran kuantitatif tentang kepadatan stok dihitung

dengan metode 'swept area'.

Sesuai dengan

data

dimensi alat tangkap pukat udang seperti dilaporkan oleh Sumiono (2000),

di

mana panjang

'head rope' adalah

19,64

m,

dengan kecepatan kapal pada waktu penarikan jaring rata- rata 2,85 knot, dan asumsiefektifitas bukaan mulut .jaring serta'escapement

factol

masing-masing adalah 0,66 dan 0,55, maka kepadatan stok udang pada waktu itu berkisar antara 0,22-0,36 ton/km',

atau

rata-rata sekitar

0,29

ton/km?, sedangkan kepadatan

stok

ikan demersal antara 3,1

-

3,9

ton/km' atau rata-rata sekitar 3,5

ton/km'.

Dari

hasil penelitian yang dilakukan

di

perairan ZEEI seperti dilaporkan

oleh

Budiharjo

et at.

(1993) diperoleh informasi bahwa rata-rata kepadatan

stok

sumber

daya ikan

demersal

pada

bulan

JPPI Edisi Sumber Daya dan Penangkapan Vo!.g No.1 Tahun 2002

November-Desember

1992

adalah

sekitar

1.44 ton/knrz. Dari fenomena tersebut tampak bahwa kepadatan stok ikan

di

perairan pantai jauh lebih

tinggi

dibandingkan dengan kepadatan

stok

di perairan

lepas pantai.

Terjadinya perbedaan kepadatan stok yang cukup tinggi tersebut antara

lain

dapat disebabkan karena cakupan wilayah perairan yang rnenjadi daerah survei, ukuran jaring

pada

bagian kantong, performansi

jaring

pada waktu 'towing" akibat kecepatan penarikan jaring, dan jarak dari pantai.

Gambaran total biomassa sumber daya udang

dan ikan

demersal

di

perairan

Laut

Arafura, dengan asumsi bahwa sebaran udang dan ikan demersal tersebut merata dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel

2.

Estimasi biomassa udang dan ikan demersal Laut Arafura tahun 2000 Table

2.

Estimation of shrimp blomasss and demersalfish in Arafura Sea 200A Sumber Daya

Udang

Luas perairan (kmz) Water

119.000 0,29 34.510

1.151.500

lkan .000 ")

Keterangan (Remark) : Sumiono dan Priyono (1998), -1 Badrudin otal., (1998)

Berdasarkan model prodrrksi surplus, tingkat MSY sumber tlaya udang penaeid di perairan Laut Arafura yang dihitung dengan menggunakan data

statistik

perikanan

adalah sekitar 21.700

ton (Sumiono dan Priyono, 1998). Jika'potentiat yietd (yang setara dengan MSY) dianggap separuh dari biomassa,

maka

MSY sumber daya udang pada tahun 2000 ini adalah sekitar 17.250 ton. Dengan demikian tingkat MSY tersebut telah mengatami penurunan sekitar 20% dari MSY tahun 1997.

Berbeda dengan biomassa udang yang telah mengalami penurunan, biomassa ikan demersal

tampaknya masih lebih besar dari

estimasi

Badrudin et a/. (1998). Perbedaan tersebut antara lain terjadi pada pendugaan kepadatan stok 1998 didasarkan kepada hasil perhitungan Budihardjo ef a/, (1993), yaitu kepadatan stok ikan demersal di

perairan ZEE selatan lrian Jaya,

sedangkan kepadatan stok tahun 2000 ini diperoleh dari hasil sampling dengan menggunakan kapal pukat ikan,

yang

dioperasikan

di sekitar

perairan pantai.

Keadaan ini menunjukkan bahwa perairan pantai biasanya merupakan perairan yang lebih subur

dengan kepadatan stok yang lebih

tinggi dibandingkan

dengan perairan lepas

pantai.

Dengan demikian maka asumsi bahwa stok ikan dan udang menyebar secara merata

di

perairan

Laut Arafura yang sangat luas

tersebut

memerlukan koreksi, dan penghitungan besarnya biomassa sebaiknya dilakukan melalui stratifikasi.

KESIMPULAN

Dari uraian terdahulu dapat diambil beberapa kesimpulan berikut:

1.

Trend laju tangkap (catch per unit efforf, CPUE) sumber daya udang selama periode 1975-2000 menunjukkan adanya

sedikit

fluktuasi yang secara menyeluruh dapat dikatakan cenderung mendatar,

2.

Dari lima sampel kapal pukat udang pada bulan Oktober-November

2000, tampak

bahwa persentase

hasil

tangkapan udang terhadap ikan demersal berada pada kisaran antara 5,1- 10,3o/o dengan rata-rata sekitar 7,5%. Gross Tonnage (GT) kapal tersebut bervariasi antara 137-192

GT,

sedangkan ukuran

jaring

yang digunakan relatif sama,

3,

Rata-rata dugaan kepadatan stok udanq pada tahun 2000 adalah sekitar 0,29 ton/km', dan ikan demersal sekitar 3,5 ton/km'.

4.

Secara umum dapat disimpulkan bahwa trend persentase

terhadap total hasil

tangkapan udang selama periode tersebut tampak bahwa

99

(6)

Badrudin dan Bambang Sumiono

udang windu, udang jerbung dan udang dogol cenderung menurun sedangkan udang krosok cenderung

naik.

Fenomena

ini

merupakan

salah satu indikasi bahwa kondisi sumber daya sudah mengalami tekanan penangkapan yang berat.

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous.,

1985.

lnvestement

Appraisal

in

Fisheries. School of Fisheries

Studies.

Humberside

College of Higher

Education.

Hull.England. 18 p. (Mimeo).

Badrudin dan Karyana., 1993. Proporsi Komposisi Hasil Tangkapan Sampingan Pukat Udang di

Perairan Maluku-lrian Jaya. Jur.

Pen.

Perik.Laut, 79:14-23.

Badrudin,

M.,

G.H.Tampubolon, B.lskandar PS, P.Raharjo dan R.Basuki., 1998. Sumber Daya lkan Demersal.

Dalam

Widodo,

J.,

K.A.Azis,

B.E.Priyono, GH. Tampubolon, N.Naamin dan

A.Djamali (Eds). Potensi dan

Penyebaran

Sumber Daya lkan Laut

di

Perairan Indonesia Komisi Nasional Pengkajian Stok Sumber Daya lkan Laut

-

LlPl.

Budiharjo,

S.,

Sudjianto dan T.S.Murtoyo., 1993.

Penelitian Pendahuluan Potensi Sumber Daya

lkan Demersal di

Wilayah

Zona

Ekonomi Eksklusif Selatan lrian Jaya Bulan Nopember- Desember 1992. Jur. Pen. Perik. Laut. B0: 82- 93.

Gulland.

J.A..

1993. Fish Stock Assessment. A Manualof Basic Methods. John Wiley & Sons.

FAO., 1974. FAO Species ldentification Sheets for

Fishery Purposes. Eastern Indian

Ocean (Fishing Area 57) and Western Central Pasific (Fishing Area 71). Page var.

Jones,

R.,

1982. Ecosystems, Food Chains and Fish Yields.

/n

D.Pauly and G.l.Murphy (Eds).

Theory and Management of Tropical Fisheries.

'CLARM-CSIRO.

360 p.

Naamin, N. dan B.Sumiono.. 1982.

Hasil Sampingan (By-Catch)

pada

Penangkapan Udang di Perairan Laut Arafura dan Sekitarnya.

LPPL, No.2411982.

Ramm, D.C., P.J.Pender, R.S.Willing,

and R.C.Buckworth.,

1990.

Large-Scale Spatial Pattern of Abundance within the Assemblage of Fish Caught

by

Prawn Trawlers

in

Northern

Australian Waters. Austr. J.Mar.

and Freshwater Res., 1990,41: 79-95.

Sparre, P. and S.C.Venema., 1992.lntroduction to Tropical

Fish

Stock Assessment.

FAO

Fish.

Tech.Paper. No.361/1.

Sumiono,

8.,

2000. Pengkajian Perikanan Udang Penaeid di Laut Arafura. Laporan Teknis Intern.

Balai Penelitian Perikanan Laut. Jakarta. 23 p.

Sumiono,

8., dan

B.E.Priyono.,

1998.

Sumber Daya Udang Penaeid dan Krustasea Lainnya.

Dalam Widodo, J., K.A.Azis, B.E.Priyono, GH.

Tampubolon, N.Naamin dan A.Djamali (Eds).

Potensi

dan

Penyebaran Sumber Daya lkan Laut

di

Perairan Indonesia. Komisi Nasional Pengkajian Stok Sumber Daya lkan

Laut'

LlPl.

(7)

Lampiran 1 Appendix 1

JPPI Edisi Sumber Daya dan Penangkapan,Vol.S NaJ Tahun.2002

Lelu t€ngl€p ( ton/kaprlnahun )

--ffi

,.d"

.d .6" .d

.cP ^cP

.S C .d .d d .d .d

12!

1@

80 60 .O

20 0

Gambar

1.

Trend laju tangkap sumberdaya udang di perairan Laut Arafura (1975-2000) Figure

1.

Catch rate trcnd of shrimp resources in Arafura Sea Waters (19752000)

70 60 50 40 30 20 10 0

-=O-% windu

-{-%

jerbung

C"S C."s.d."f ."s^ee."sCCBa C

Gambar 2a. Trend persentase udang windu dan jerbung di perairan Laut Arafura (1975-2000) Figure

2a

Percentage trends of tiger and banana shrimp in Arafura Sea Wafers (1975-2000)

<-%

dogol

-+-%

kosok

#o/o

bhcktiger

.d,".S C.$C."tr.d C."+.SC^"4 C

40 35 30 25 20 15 10 5 0

Gambar 2b. Trend persentase udang dogol, udang krosok dan 'black tiger' Arafura (1977-2000)

Figure

2b.

Percentage trends of endaavor and black tiger shrimp in Arafura 2000)

di

perairan Laut Sea Water (1977-

101

(8)

\l

I Fl

-l

I

-l

rol

I

I

_l6il

*l

I

-l

'rt I

-l

I

"l

*l

I

I

I

I

I

I

I

I

I

I

I

I

t_lq)

t3 le

t\

It

lElrl Irul5

I0.

Io leta ts t9lG

II

lc

t;

to t5lc t(!to

I(Elo

*a

-lo

s3

sflr)

EEHFkFfr EE+$eeifi HRs$+HHfi a;E$

EE$lUSffSfreFEHorEEFQsftffEskHp

(t rrl l- t\ f.- @ 6 co to @ @ @ @ @ ol g) O) g) O, or : : : : S g

c e E I c c F P S S RE$ r E- E 53': 3 E g S I

R

lfr;uifib++EERuRaFeaE€ssseR$

rO * - (o rl) (o 1!) lft (O @ -, (o oD (O @,- @ @ O, (o € l*

F- (') @ |r) o (o rt () nt t o) o rI) sf ro c) 6 t - n'- 5 R I X n n d) tft (o (o F- @ tf N rJ) (') F @ t- o| O @ @ F (Y) O ": -: r. Y - - €d c\t rf rt |o Gi d d d'd rO (O \i t- (o ro t t ro + d ri c.i t- d (O <c; |r) d ci - - * @ P A S C\t rrl t t @ g, Ri : in Rin

(o.^-(O(o(9(ta(Olr)

E tr € a, E ! tt C C c C C C C g C E C C C E C E6r(tOtt)rl)o|t;F-O15 o E p E l, !, E u rj l: : I I c? q 6 C c'l

CrIFF-(A-FF

-- @': or I n u1 o (t r |J) o! @ F $ qo <9 (o o c'r'o !

- ; S ;r I : ; ; li I ; ": ; ; ; ; i R R E g

R

.:u?q09rur

@tFFl:t-

-N(\IF

c) ti @ (o .^ tr) (') F C.,l @ l: e t N - N (') rO O) (f, - 6l CD

- - EEb$F$g$n:Eps:ggEgrE*pEbEE

a?

c \

c?

r :i

oq a?

: ol \ q c |- o)'t

F-

r \' () r + q

oq

.\t F CO rO CD O) Al L Ol N CO t l.) rf, CD |J) rO !C Ol (\l f- (o l>

- - @ - cO O F N - 1l - Ot.(l @ O F t t (O l'- (O @ oO @ (t tr)

E ER6s eBBNHUSBEgEpRFRSB&;gs

(\l ' . N d) (\t st d) (\t (\,t c) (\t (D (a (')

EEFfrfiX$EIBiEEIg;;ii$KH$$il$

51 lr, (o F- @ (D O e (\l Cl t tO (D t\ cO O) O F C.,l (t $ (t (O F- @ o) O lal F- F- F- 1.- F- @ Ct @ @ @ @ @ @ @ O o) o) O) O) O) o) O) O' O) O) O JUI o) o) o) O) O) o) (') Or o) (D (D CD (D O) CD o) o) O) O) (') Or o) O' (') O! O

>IFFF-F--N

oo9u?9

CC(OF-i-

E E o E D ! ! E o c c c C c c c c E c c 1c o E E rr E o "! q r a \ q q : c c c c CEC.{(')(! F F { FFol

r _ oq \ q ol a?'q c! a? u? c! I oQ - a ^ ol cl

E ESNNRNSERRRN9NNi(F:

O) @ e N F -- - (', ra) N t- .t <'r rO oQ - e Ot rr) N r() l\ (t

RRB;UpF36bIRRNNE€xEsRrsrrE

olol El

sl -l

I

olot

i:lvl G'l -ol

xl^l

:ttl

>l 6l(l)l

sl

6l '.1

(ul ol 6l

sl

-l

I

-lI

6I(tI

=l>st

-l

I

I

uII

f,!(Ll

()l

I I

_lolal.tl ol

il

zl

ol

I I

*lI

(5l FI

I I

I I

elol

€lol

I

-lol .slFl

-YlOI

sl

6j

-l

ol

>l

(El

EIQ'I LlJ I

(!

(E CO

Badrudin dan Bambang Sumiono

'g- o

o) ct

@ r0 .aoo

-oL

-oc, o)

-

$ o) rc(It

cF $x

fir \- t\

u)c

E(u

$Q-r

ox

nv

Fur

(Il.\

-c€ s€

PB ;io xq -(u

'-.Q

.So

;A co

h(4

rnQc-€

$tc

-o

ol*cv

?ibF:

io

t'{ A

(r<

-YQ E.=

o^\

L\

a- v) N C\I

CX

gE do.j

9d oQ

ts

q -aQ

(U

cL o.o

J< FF*

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh pemberian pakan udang rebon terhadap pertumbuhan ikan bawal (C. macropomum) menunjukkan hasil terbaik pada perlakuan B dengan dosis 50% udang rebon dan

Sedangkan udang yang diproduksi oleh tempat pelelangan ikan yang dapat dikategorikan sebagai jenis udang kecil dan udang biasa, udang windu, udang lainnya, dan udang hidup secara total