• Tidak ada hasil yang ditemukan

pendapat tokoh masyarakat tentang status

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "pendapat tokoh masyarakat tentang status"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

Topik yang diangkat peneliti dalam penelitian ini adalah “Pendapat tokoh masyarakat mengenai status aset perempuan bekerja (studi kasus di Desa Banaran Kecamatan Geger Kabupaten Madiun)”. Pendapat tokoh masyarakat mengenai status aset perempuan bekerja (studi kasus di Desa Banaran, Kecamatan Geger, Kabupaten Madiun)”.

Metode Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sejarah desa, pilihan lokasi, dan pendapat tokoh masyarakat tentang istri bekerja. Sumber data primer yaitu berupa sumber data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian17 yaitu data yang diperoleh dari wawancara dengan tokoh masyarakat di Desa Banaran Kecamatan Geger Kabupaten Madiun.

Sistematika Pembahasan

Lebih lanjut dijelaskan pula temuan wawancara dengan tokoh masyarakat di Desa Banaran Kecamatan Geger Kabupaten Madiun mengenai istri bekerja, status harta kekayaan istri bekerja dan pemanfaatan harta kekayaan istri bekerja. Bab Keempat : Bab ini berisi analisis pendapat tokoh masyarakat mengenai istri bekerja, status harta kekayaan istri bekerja dan pemanfaatan harta kekayaan istri bekerja di Desa Banaran Kecamatan Geger Kabupaten Madiun.

KAJIAN TEORI

Pengertian Harta

Dasar Hukum Harta

1 Tahun 1974. Ayat pertama Pasal 35 menyatakan bahwa harta bersama berarti harta yang diperoleh selama perkawinan menjadi milik bersama. Kumpulan Hukum Islam Pasal 85 yang berbunyi: Adanya harta bersama dalam perkawinan tidak menutup kemungkinan adanya harta milik masing-masing suami istri.36 ​​Pasal ini menyebutkan adanya harta bersama dalam perkawinan, namun tidak menutup kemungkinan keluar kemungkinan bahwa di sana ada harta milik masing-masing suami istri.

Macam-macam Harta Perkawinan

Harta bersama dikelola oleh suami istri, sedangkan harta warisan atau asli tetap dikelola oleh kedua suami istri. Harta yang diperoleh dari usaha suami istri yang diperoleh sebelum dan selama perkawinan.

Manfaat Harta

Yahya Harahap menyatakan, pada dasarnya semua harta benda yang diperoleh selama perkawinan adalah milik harta bersama yang berkembang dalam proses peradilan. Yang dimaksud dengan harta bersama adalah harta yang diperoleh selama perkawinan, tidak termasuk hadiah dan warisan. Ayat pertama Pasal 36 UU Perkawinan mengatur bahwa suami atau istri dapat mengurus harta bersama atas persetujuan kedua belah pihak.

Apabila penggunaan harta bersama tidak disetujui oleh salah satu pihak, maka perbuatan tersebut dianggap melanggar hukum. Dasarnya adalah rangkuman hukum Islam pasal 92 yang menyatakan: Suami atau istri tidak boleh menjual atau memindahtangankan harta bersama tanpa persetujuan pihak lain. Suami istri juga diperbolehkan menggunakan harta bersama sebagai jaminan asalkan mendapat persetujuan dari salah satu pihak.

Sehubungan dengan itu, Pasal 91 ayat (4) Kompilasi Hukum Islam menjelaskan sebagai berikut: Harta bersama dapat dijadikan jaminan oleh salah satu pihak atas persetujuan pihak yang lain.

Istri Yang Berkerja Menurut Islam

Asas di atas berbeda dengan asas yang diatur dalam KUH Perdata, dimana Pasal 124 ayat Pasal 1 menyatakan bahwa harta bersama atau milik bersama adalah mutlak dalam urusan suami, bahkan pada par. Pasal 2 menyatakan bahwa suami boleh menjual, memindahtangankan, dan membebani harta bersama. tanpa persetujuan atau campur tangan istri, kecuali ada perjanjian pranikah. Ketertarikan perempuan dalam bekerja adalah sebagai upaya dan harapan untuk memperoleh penghasilan dan kehidupan yang lebih baik. Misalnya Halimah As-Sadiyah yang bekerja merawatnya.49 Istri Nabi, Siti Khadijah binti Khuwailid, dikenal sebagai saudagar sukses dan berperan sangat penting dalam membantu perjuangannya50.

Perempuan mempunyai hak untuk bekerja sepanjang pekerjaannya memerlukannya dan/atau selama perempuan tersebut membutuhkan pekerjaan tersebut dan sepanjang norma-norma agama dan moral tetap dipertahankan. Apabila dalam sebuah keluarga terdapat kendala keuangan yang mengharuskan istri bekerja untuk mencari nafkah, namun dalam bidang pekerjaan istri, suami berhak menerima/menolak keinginan istri. Pendapat lain dari madzhab fuqaha Hanafi berpendapat bahwa perempuan harus keluar rumah untuk bekerja tanpa izin suaminya.51.

Ketika seorang perempuan telah selesai bekerja di luar, hendaknya ia segera kembali ke rumah, karena tanggung jawabnya di rumah lebih penting, namun peran dan tanggung jawabnya dalam keluarga tidak dapat digantikan oleh siapapun.

يراخ لا هاور)

Status Harta

Lelaki berhak mendapat sebahagian dari harta peninggalan ibu bapa dan kerabatnya, dan wanita berhak atas sebahagian (pula) dari harta peninggalan ibu bapa dan kerabatnya, lebih kurang menurut bahagian yang telah ditentukan.” K.S. An-Nisa>': 7) Penentuan status pemilikan harta semasa perkahwinan adalah penting untuk mendapatkan kejelasan mengenai kedudukan harta sekiranya berlaku kematian salah seorang suami atau isteri, yang mana ianya adalah harta pusaka untuk dijadikan. diwarisi oleh waris masing-masing.Begitu juga apabila berlaku penceraian, hendaklah jelas yang mana hak isteri dan mana hak suami.

Gono-gini atau harta bersama adalah harta yang diperoleh bersama oleh suami istri selama masa perkawinan. Sebagaimana diketahui, dalam hukum waris Islam terdapat pemisahan antara harta suami dan istri, khususnya dalam hal ini harta warisan dan harta asli, dan keberadaan harta diakui dalam hukum waris Islam. Artinya menurut hukum Islam, perkawinan antara seorang perempuan dan laki-laki tidak sah dan harta benda yang dimilikinya menjadi milik bersama, sepanjang kedua bentuk harta tersebut, yaitu harta warisan dan harta asal, tetap menjadi milik pribadinya.

Demikian pula hak milik yang sebenarnya atas harta benda yang diperoleh suami atau istri selama perkawinan, berdasarkan surat An-Nisa>' ayat 32 (4:32), adalah hak pribadi masing-masing.

Stratifikasi Sosial

Para sosiolog hukum biasanya berhipotesis bahwa semakin kompleks stratifikasi sosial dalam suatu masyarakat, maka semakin banyak undang-undang yang mengaturnya.56 Kompleks stratifikasi sosial yang dimaksud diartikan sebagai suatu keadaan yang mempunyai banyak kriteria atau ukuran yang menjadi indikator penempatan yang digunakan. seseorang dalam kedudukan sosial tertentu. Dapat dikatakan bahwa stratifikasi sosial merupakan gejala umum yang terdapat pada setiap masyarakat, oleh karena itu perbedaan dapat menjadi suatu sistem tersendiri dalam proses stabilitas kehidupan bermasyarakat. Anggota masyarakat yang menempati strata tertinggi tentu mempunyai kemampuan dan kapasitas yang lebih besar dibandingkan anggota masyarakat di bawahnya.

Letak Geografis Desa Banaran Kecamatan Geger Kabupaten Madiun. Sejarah Asal Usul Desa Banaran Kecamatan Geger Kabupaten Madiun.

Letak Geografis Desa Banaran Kecamatan Geger Kabupaten Madiun Sejarah asal mula Desa Banaran Kecamatan Geger Kabupaten Madiun,

Sedangkan untuk mutasi penduduk pada tahun 2015, lahir 21 orang, tiba 19 orang, meninggal 21 orang, dan pindah 11 orang. Agama Masyarakat Desa Banaran Kecamatan Geger Kabupaten Madiun Agama Masyarakat Desa Banaran Kecamatan Geger Kabupaten Madiun.

Agama Masyarakat Desa Banaran Kecamatan Geger Kabupaten Madiun Keadaan Agama Masyarakat Desa Banaran Kecamatan Geger Kabupaten

Jenjang Pendidikan Masyarakat Desa Banaran Kecamatan Geger Kabupaten Madiun

Istri Yang Bekerja Dan Status Hartanya Di Desa Banaran Kecamatan Geger Kabupaten Madiun

  • Pendapat Tokoh Masyarakat Tentang Status Harta Istri Yang Bekerja
  • Pendapat Tokoh Masyarakat Tentang Pemanfaatan Harta Istri Bekerja Untuk Kebutuhan Keluarga

Sedangkan menurut Soleh, hal tersebut diperbolehkan bagi istri yang bekerja penuh waktu, namun hanya untuk anaknya dalam rangka menafkahi keluarga. Samsuhadi selaku kepala dusun berpendapat bahwa istri boleh saja bekerja, namun hanya jika ia mau membantu dan mendapat izin dari suaminya. Istri diperbolehkan bekerja, namun ada syarat yang harus dipenuhi oleh seorang istri yaitu harus mendapat izin suami dan juga tidak meninggalkan kewajibannya sebagai istri.

Namun permasalahan istri yang bekerja penuh waktu bergantung pada suaminya karena setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda-beda. Sedangkan mengenai status harta benda istri yang bekerja, peneliti dalam hal ini terlebih dahulu mendalami pengertian harta benda. Namun bagaimana jika harta tersebut adalah harta yang diperoleh istri yang bekerja, baik statusnya sama atau tidak.

Terkait pemanfaatan sumber daya istri yang bekerja, peneliti menggali pengetahuan melalui pendapat tokoh masyarakat di Desa Banaran, Kecamatan Geger, Kabupaten Madiun.

Analisa Pendapat Tokoh Masyarakat Tentang Istri Yang Bekerja

Beberapa hal di bawah ini adalah pembahasan mengenai perempuan pekerja dan status harta kekayaannya. Tokoh masyarakat di Desa Banaran, Kecamatan Geger, Kabupaten Madiun, mempunyai pendapat mengenai status perempuan bekerja. Soleh sebagai tokoh agama mengutarakan pendapatnya, menurutnya perempuan boleh bekerja, namun perempuan tidak boleh meninggalkan kodratnya sebagai perempuan.

Sebagai tokoh agama, Qasim juga berpendapat bahwa perempuan bekerja di dalam dan luar negeri diperbolehkan, selama diperlukan dan izin suami tetap diutamakan. Pandangan lain mengatakan bahwa perempuan bekerja diperbolehkan, namun ada syarat yang harus dipenuhi oleh perempuan tersebut, yaitu mendapat izin dari suaminya dan juga tidak melepaskan tugasnya sebagai seorang istri. Maka dengan demikian pandangan tokoh masyarakat di Desa Banaran Kecamatan Geger Kabupaten Madiun tentang perempuan bekerja diperbolehkan, namun dengan syarat harus mendapat izin dari suami dan tidak boleh melepaskan hak dan kewajibannya sebagai istri dan anak mereka. alam sebagai seorang wanita.

Dari pengelompokan di atas dapat disimpulkan bahwa bagi perempuan yang bekerja di dalam atau di luar negeri (TKW) diperbolehkan, dengan syarat mutlak ia mendapat izin dari suaminya dan tidak boleh melanggar ketentuan syariah.

Analisa Pendapat Tokoh Masyarakat Tentang Status Harta Istri Yang Bekerja

Pasal ini menyebutkan adanya harta bersama dalam perkawinan, namun tidak menutup kemungkinan juga terdapat harta milik masing-masing suami dan istri. Pendapat ketiga ini sedikit berbeda karena harta yang diperoleh istri termasuk dalam harta bersama, namun dengan syarat merupakan harta (hasil pekerjaan). Pernyataan selanjutnya mempunyai pengertian bahwa harta bersama adalah harta milik suami atau istri secara bersamaan setelah perkawinan.

Yahya Harahap menyatakan, hakikatnya semua harta yang diperoleh selama perkawinan menjadi harta bersama yang dikembangkan dalam proses hukum. Menanggapi pandangan tokoh masyarakat di atas, maka harta istri yang bekerja termasuk dalam kategori harta bersama. Harta yang diperoleh setelah perkawinan menjadi harta bersama, namun harta yang diwariskan dan diwariskan dapat dimasukkan dalam kategori harta bersama tergantung pada kesepakatan suami dan istri.

Harta yang diperoleh setelah perkawinan menjadi harta bersama dan Masruri tidak memahami harta warisan dan warisan.

Analisa Pendapat Tokoh Masyarakat Tentang Pemanfaatan Harta Istri Bekerja Untuk Kebutuhan Keluarga

Dengan demikian, harta warisan yang diperoleh baik sebelum perkawinan maupun setelah perkawinan, harta itu tetap menjadi milik pribadi. Artinya sama-sama mempunyai hak untuk menggunakan harta itu, dengan syarat harus mendapat persetujuan dari pasangannya. Pertama, pendapat Soleh, Qasim, Komari, Masruri, Lukman, Samsuhadi, Fatoni, Suradi dan Siti Muawanah berpendapat bahwa harta tersebut pada hakekatnya dapat digunakan untuk hal-hal yang baik, seperti membiayai pendidikan anak.

Namun penggunaan cara-cara tersebut harus seizin istri, karena jika tidak maka akan melanggar hukum. Dana tersebut dapat digunakan untuk hal-hal yang kelihatannya baik seperti membiayai pendidikan anak dan kebutuhan sehari-hari, namun dalam hal ini ada batasannya yaitu istri mengizinkan. Tidak diperbolehkan memiliki harta dan sah dalam hal ini jika suami menggunakan harta tersebut untuk menafkahi keluarga.

Dari penjelasan di atas, aset harus beredar dan berpindah terlebih dahulu di masyarakat, baik dalam bentuk konsumsi maupun investasi, sehingga dalam hal ini aset tersebut harus dimaknai sebagaimana mestinya.

PENUTUP

Saran

Bagi pasangan suami istri, dengan perkembangan zaman yang semakin pesat dengan segala macam teknologi, sebaiknya bijak dalam memutuskan suatu permasalahan. Pada dasarnya sebagai kepala keluarga, suami bertanggung jawab memenuhi kebutuhan keluarganya, sedangkan istri mengurus rumah tangga. Walaupun istri bekerja, namun tanggung jawab suami tidak berakhir begitu saja, suami harus tetap bekerja dan berusaha memenuhi kebutuhan keluarganya, dan apabila penghasilan suami tidak mencukupi maka ia dapat menggunakan penghasilan yang diperoleh istri.

Harta sepencarian (kajian tentang kesaksamaan. Hak dan kedudukan suami isteri berkenaan pemilikan harta dalam perkahwinan).

Referensi

Dokumen terkait

Adapun kewajiban dari suami adalah memberi nafkah kepada istri, tetapi fenomena yang terjadi pada zaman sekarang adalah sudah terbalik istri yang mencari nafkah keluarga dan istri yang