• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR GAJI, PENDAPATAN SAMPINGAN DAN JUMLAH TANGGUNGAN KELUARGA DALAM MEMPENGARUHI TINGKAT KONSUMSI RUMAH TANGGA APARATUR DESA (Studi Kasus: 13 Desa di Kecamatan Kotaanyar Kabupaten Probolinggo)

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "ANALISIS FAKTOR GAJI, PENDAPATAN SAMPINGAN DAN JUMLAH TANGGUNGAN KELUARGA DALAM MEMPENGARUHI TINGKAT KONSUMSI RUMAH TANGGA APARATUR DESA (Studi Kasus: 13 Desa di Kecamatan Kotaanyar Kabupaten Probolinggo)"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR GAJI, PENDAPATAN SAMPINGAN DAN JUMLAH TANGGUNGAN KELUARGA DALAM MEMPENGARUHI TINGKAT

KONSUMSI RUMAH TANGGA APARATUR DESA (Studi Kasus: 13 Desa di Kecamatan Kotaanyar

Kabupaten Probolinggo)

JURNAL ILMIAH

Disusun oleh :

Muhammad Ivan Fadillah NIM: 165020500111030

JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

2020

(2)
(3)

Analisis Faktor Gaji, Pendapatan Sampingan dan Jumlah Tanggungan Keluarga dalam Mempengaruhi Tingkat Konsumsi Rumah Tangga Aparatur Desa di Kecamatan Kotaanyar.

Studi Kasus: 13 Desa di Kecamatan Kotaanyar Kabupaten Probolinggo.

Muhammad Ivan Fadillah, Ajeng Kartika Galuh Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya.

Email:ivan16@student.ub.ac.id ABSTRAK

Setiap rumah tangga tidak akan terlepas dengan perilaku konsumsi, baik untuk memenuhi kebutuhan primer maupun kebutuhan sekunder dalam kelangsungan hidup berumah tangga.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan data primer dan penelitian ini mengunakan uji regresi berganda Berdasarkan hasil pengujian uji Thitungmenunjukkan bahwa variabel gaji (X1) dan jumlah tanggungan keluarga (X3) berpengaruh positif namun tidak signifikan sedangkan variabel pendapatan sampingan (X2) berpengaruh positif dan signifikan, Berdasarkan hasil pengujian uji Fhitung menunjukkan bahwa variabel X secara bersama-sama terdapat pengaruh signifikan secara serentak. Besarmya kontribusi koefisien determinasinya (R2) yaitu sebesar 0,775 atau 75% dalam penelitian ini.

Kata Kunci: Konsumsi Rumah Tangga, Gaji, Pendapatan Sampingan, Jumlah Tanggungan keluarga

A. PENDAHULUAN

Setiap kehidupan rumah tangga pasti mempunyai pola perilaku konsumsi yang berbed- beda mencakup apa saja yang ingin dikonsumsi. Berapa banyak barang atau jasa yang ingin dikonsumsi dan bagaimana mengkonsumsinya. Merupakan hal yang sangat wajar apabila rumah tangga yang memiliki pendapatan atau penghasilan yang besar akan melakukan konsumsi lebih banyak dari pada rumah tangga yang memiliki pendapatan atau penghasilan rendah.

Faktor-faktor pengeluran konsumsi adalah pendapatan, selera, faktor sosial kultur, kekeyaan, hutang pemerintah, capital gain, tingkat susku bunga, tingkat harga, money illusion, distribusi, umur, letak geografis, dan distribusi pendapatan. Pada dasarnya faktor yang paling berpengaruh terhadap konsumsi adalah pendapatan, namun tidak dapat dipengaruhi terhadap faktor-faktor yang lain cukup berpengaruh kuat terhadap konsumsi masyarakat (Naga, 2001).

Besarnya pendapatan yang diterima rumah tangga dapat menggambarkan kesejahteraan suatu masyarakat. Walaupun data pendapatan yang akurat sulit diperoleh, sebenarnya melalui data pengeluaran rumah tangga yang terdiri dari pengeluaran makanan dan bukan makanan dapat menggambarkan bagaimana penduduk mengalokasikan kebutuhan rumah tangganya. Walaupun harga antar daerah berbeda, namun nilai pengeluaran rumah tangga masih dapat menunjukkan perbedaan tingkat kesejahteraan penduduk antar daerah khususnya dilihat dari segi ekonomi.

Aparatur desa merupakan bagian dari unsur Pemerintah Desa yang terdiri dari Sekretaris desa dan Perangkat desa lainnya yang merupakan aparatur desa dibawah naungan Kepala Desa.

Perangkat desa dituntut dapat mengelola dan mengembangkan masyarakat serta sumber daya yang dimiliki secara baik. Aparatur desa sama dengan profesi lainnya yang memperoleh gaji atas jasa yang sudah mereka lakukan. Dari hasil gaji yang mereka peroleh tentunya dimanfaatkan untuk memenuhi keberlangsungan kebutuhan pribadi dan juga keluarganya.

Dalam hal yang mempengaruhi aparatur desa dalam mengkonsumsi sesuatu, ada beberapa faktor menurut Penulis yang mempengaruhinya selain faktor gaji sebagai aparatur desa, yakni pendapatan dari pekerjaan lainnya dan jumlah tanggungan dalam suatu rumah tangga juga dapat mempengaruhi besarnya pengeluaran untuk keperluan konsumsi suatu rumah tangga, baik berupa kebutuhan konsumsi berupa makanan maupun bukan makanan.

Permasalahan yang dihadapi oleh aparatur desa dalam melakukan konsumsi ialah bagaimana mereka bisa memenuhi kebutuhannya terutama kebutuhan makan sehari-hari karena gaji mereka sebagai aparatur desa tidak secara rutin dibayar tiap bulan atau dalam hal ini gaji sebagai aparatur desa dibayar setiap 3-4 bulan. Dalam waktu yang cukup lama untuk memperoleh pendapatan sedangkan kebutuhan itu merupakan hal wajib dalam waktu sehari hari, tentu ini merupakan permasalahan yang akan menjadi beban buat aparatur desa dalam menentukan preferensinya dalam mengkonsumsi sesuatu. Penulis tertarik menulis atau melakukan penelitian ini

(4)

dilatar belakangi karena keingintahuan Penulis apa saja yang mempengaruhi aparatur desa dalam melakukan konsumsinya.

Pendapatan dari gaji sebagai aparatur desa tentu merupakan faktor utama aparatur desa dalam memilih keputusannya untuk mengkonsumsi sesuatu. Namun, selain dari pendapatan utamanya sebagai aparatur desa, tentu memerlukan pendapatan tambahan sebagai pemasukan atau pendapatan keluarganya, dalam hal ini banyak contohnya misalnya hasil pertanian (bagi yang juga berprofesi sebagai petani), usaha toko atau umkm, dan profesi lainnya. Pendapatan tambahan ini juga bisa dijadikan solusi atas tidak teraturnya waktu dalam pemberian gaji sebagai aparatur desa seperti yang sudah dipaparkan dalam paragraf sebelumnya.

B. KAJIAN PUSTAKA Teori Konsumsi Keynes

Keynes membuat beberapa dugaan mengenai fungsi konsumsi, dugaan tersebut diantaranya adalah kecenderungan mengkonsumsi marjinal, kecenderungan mengkonsumsi rata- rata. Kecenderungan mengkonsumsi marjinal (Marginal Propensity to Consume/MPC) adalah konsep yang memberikan gambaran tentang suatu konsumsi akan bertambah apabila pendapatan disposibel bertambah satu unit. Keynes juga menjelaskan bahwa konsumsi saat ini (current consumption) sangat dipengaruhi oleh pendapatan disposabel saat ini (current disposable income).

Menurut Keynes, ada batas konsumsi minimal yang tidak tergantung tingkat pendapatan. Artinya, tingkat konsumsi tersebut harus terpenuhi, walaupun tingkat pendapatan sama dengan nol. Itulah yang disebut dengan konsumsi otonomus (autonomous consumption). Jika pendapatan disposabel meningkat, maka konsumsi juga meningkat. Hanya saja peningkatan tersebut tidak sebesar peningkatan pendapatan disposabel.

Teori Pendapatan Permanen

Teori pendapatan permanen (Permanent Income Hypothesis) ini diajukan oleh Milton Friedman. Teori pendapatan permanen meyakini bahwa pendapatan merupakan faktor dominan yang mempengaruhi tingkat konsumsi. Pendapatan permanen adalah tingkat pendapatan rata-rata yang diharapkan dalam jangka panjang. Sumber pendapatan itu dapat berasal dari gaji/upah dan non gaji atau non upah.

Teori Pendapatan Relatif

Teori pendapatan relatif (Relative Income Hypothesis) ini dikembangkan oleh James Duessenberry. Meskipun teori ini mengakui pengaruh dominan pendapatan terhadap konsumsi, tetapi teori ini lebih memperhatikan aspek psikologis rumah tangga dalam menghadapi perubahan pendapatan. Konsumsi tetangga disekitar akan mempengaruhi tingkat konsumsi seseorang.

Apabila tingkat pendapatan individu semakin tinggi maka konsumsi juga akan meningkat secara proporsional terhadap peningkatan pendapatan tersebut. Sedangkan apabila tingkat pendapatan mengalami penurunan, tingkat konsumsi tidak akan turun secara proporsional mengikuti konsumsi jangka panjang, tetapi mengikuti fungsi jangka pendek.

Teori Pendapatan dalam Islam

Distribusi pendapatan merupakan suatu proses pembagian (sebagian hasil penjualan produk) kepada faktor-faktor ptoduksi yang ikut dalam menentukan pendapatan. Prinsip utama dalam konsep distribusi menurut pandangan Islam adalah peningkatan dan pembagian bagi hasil kekayaan agar sirkulasi kekayaan dapat ditingkatkan, sehingga kekayaan yang ada dapat melimpah dengan merata dan tidak hanya beredar diantara golongan tertentu saja.

Teori Ekonomi Mikro

Teori mikro ekonomi atau ekonomi mikro boleh diartikan sebagai “ilmu ekonomi kecil”.

Berdasarkan kepada pola dan ruang lingkup analisisnya, teori mikroekonomi dapat didefinisikan sebagai: satu bidang studi dalam ilmu ekonomi yang menganalisis mengenai bagian-bagian kecil dari keseluruhan kegiatan perekonomian. Ekonomi mikro konvensional ini didasarkan pada prilaku individu-individu yang secara nyata terjadi disetiap unit ekonomi, prilaku individu dari setiap unit ekonomi tersebut akan bertindak dan berprilaku sesuai dengan norma dan aturan menurut persepsinya masing-masing.

(5)

Pemerintah Desa

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa Pasal 25 bahwa Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dan yang dibantu oleh perangkat desa atau yang disebut dengan nama lain. Dalam ilmu manajemen pembantu pimpinan disebut staf. Staf professional diartikan sebagai pegawai yaitu pimpinan yang memiliki keahlian dalam bidangnya, bertanggungjawab, dan berperilaku professional dalam menjalankan tugasnya.

Hubungan Konsumsi dengan Pendapatan (Gaji Aparatur Desa)

Salah satu variabel yang dapat mempengaruhi tingkat konsumsi rumah tangga (mikro) maupun negara (makro) adalah pendapatan. Pendapatan menjadi faktor penting yang mempengaruhi perilaku konsumsi. Pendapatan dapat menggambarkan kemampuan seseorang dalam melakukan konsums baik secara kualitas maupun kuantitas. Kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan pangan maupun kebutuhan bukan makanan akan semakin meningkat apabila pendapatan yang diperoleh semakin besar, begitu pula sebaliknya.

Hubungan Konsumsi dengan Pendapatan lainnya (Sampingan)

Tingkat pendapatan yang diperoleh dari pekerjaan sampingan juga dapat menambah pendapatan dalam rumah tangga itu sendiri. Pendapatan sampingan dapat membantu memberikan pengaruh terhadap meningkatnya pengeluaran konsumsi rumah tangga. Semakin banyak pendapatan sampingan yang dikumpulkan maka variasi dalam mengkonsumsi barang/jasa akan semakin beragam. Suatu rumah tangga ketika dihadapkan dalam variasi keputusan dalam konsumsi, maka juga akan memperhatikan pengeluaran konsumsi lebih kearah non-makanan seperti biaya kesehatan, pendidikan, hiburan dan lain-lainnya.

Hubungan Konsumsi dengan Jumlah Tanggungan Keluarga

Jumlah tanggungan anggota keluarga dalam suatu kehidupan rumah tangga dapat mempengaruhi tingkat konsumsi yang harus dikeluarkan oleh rumah tangga yang bersangkutan karena berhubungan dengan kebutuhannya yang semakin banyak. Mapadin (2006) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi rumah tangga adalah jumlah tanggungan anggota keluarga. Dalam penelitian tersebut Beliau menjelaskan bahwa adanya keterkaitan sosial mempunyai korelasi positif terhadap tingkat konsumsi rumah tangga. Semakin banyak jumlah tanggungan keluarga maka pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga juga akan semakin meningkat atau bertambah.

C. METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif. Pendekatan deskripsi ditujukan untuk mendeskripsikan hasil tersebut. Dimana penelitian ini merupakan penelitian terhadap data primer melalui kuisioner melalui angket, yaitu aparatur desa di Kecamatan Kotaanyar. Sedangkan data sekunder yang digunakan berasal melalui berbagai sumber terkait.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilaksanakan di Kecamatan Kotaanyar, Kabupaten Probolinggo. Dengan pertimbangan waktu penelitian sekitar 3sampai 5 bulan pengerjaan atau pelaksanaan.

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian Variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :

1. Variabel dependen: Konsumsi Aparatur Desa (Y) adalah pembelanjaan yang dilakukan oleh rumah tangga atas barangbarang dan jasajasa dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dimana konsumsi masyarkata diukur dengan menggunakan satuan rupiah.

2. Variabel Independen, terdiri dari:

(6)

i. Gaji Aparatur Desa (X1). Penerimaan yang diperoleh yaitu berupa gaji pokok dan tunjangan lainnya selama periode tertentu, diukur menggunakan satuan rupiah.

ii. Pendapatan Sampingan (X2). Mereka yang memperoleh pendapatan dari pekerjaan lainnya selain sebagai aparatur desa.

iii. Jumlah Tanggungan Rumah Tangga (X3) adalah jumlah anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah, diukur dengan menggunakan satuan jiwa/orang.

Populasi dan Penentuan Sampel

Populasi adalah jumlah dari keseluruhan aparatur desa di Kecamatan Kotaanyar Kabupaten Probolinggo sebanyak 135 orang. Pemilihan sampel penelitian menggunakan rumus slovin dan hasilnya sampel dalam penelitian ini ialah 65 orang dari 13 Desa se-Kecamatan Kotaanyar Kabupaten Probolinggo.

Metode Pengumpulan Data

1. Data primer merupakan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data hasil kuesioner atau data yang diperoleh langsung yang disebarkan kepada aparatur desa di Kecamatan Kotaanyar. Adapun yang menjadi data primer dalam penelitian ialah:

i. Penelitian Sendiri: Catatan lapangan yang berupa catatan-catatan yang dipergunakan untuk mencatat informasi terutama selama penelitian.

ii. Informan: Kepala Desa; Sekretaris Desa; Tokoh Masyarakat; Kaur Pemerintahan

2. Data sekunder digunakan sebagai data tambahan dalam menunjang analisis. Data sekunder mencakup data kuantitatif. Dokumen-Dokumen yang membantu dalam penelitian (DokumenDokumen yang dikeluarkan pemerintah, laporan-laporan dan arsip- arsip lainya).

Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi, metode observasi adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut. Observasi langsung dilakukan terhadap objek di tempat terjadi atau berlangsung peristiwa, sehingga peneliti beradabersama objek yang diselidiki. Observasi dalam penelitian ini dilakukan dengan mencari tahu dan mengamati bagaimana konsumsi yang dilakukan aparatur desa di Kecamatan Kotaanyar.

2. Kuisioner, merupakan salah satu teknik pengumpulan data dengan cara menyebar angket (daftar beberapa pertanyaan) kepada responden yang menjadi sampel dalam penelitian. Dalam hal ini yang menjadi responden adalah aparatur desa di Kecamatan Kotaanyar.

3. Studi Kepustakaan, teknik ini adalah mengumpulkan data dan informasi melalui beberapa literatur yang sesuai atau berhubungan dengan permasalahan yang ada dalam penulisan skripsi ini, yaitu dapat diperoleh dari buku dan internet.

Metode Analisis

Data Berdasarkan landasan teori dan tujuan penelitian, maka metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda. Analisis regresi berganda ini untuk mengetahui seberapa besar pengaruh yang terjadi antara variabel independen dan variabel dependen, dengan pendekatan OLS (Ordinary Least Squere). Pada penelitian ini menggunakan aplikasi komputer berupa SPSS 16.0. Berdasarkan penelitian sebelumnya, maka model dasar yang dipakai adalah model persamaan regresi linear berganda sebagai berikut :

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + µ Dimana:

Y = Konsumsi rumah tangga (Rp) / bulan α = Konstanta / intersept

X1 = Gaji Responden (Rp) X2 = Pendapatan sampingan (Rp)

X3 = Jumlah tanggungan keluarga (orang) β1β2β3 = Koefisien regresi

µ = term error (kesalahan pengganggu)

(7)

D. HASIL DAN PEMBAHASAN Identitas Responden

Identitas responden digunakan untuk mengetahui karakteristik dari responden yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini. Karakteristik tersebut dapat ditinjau dari tujuh hal, yaitu jenis kelamin, Pendidikan terakhir, pengeluaran konsumsi rumah tangga, gaji responden, pendapatam sampingan dan jumlah tanggungan keluarga.

Estimasi Hasil Penelitian

Tabel 1. Hasil Estimasi Penelitian Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std.

Error

Beta 1 (Constant) 952427,472 1075900,

565

,885 ,380

Gaji ,014 ,818 ,001 ,017 ,987

Pendapatan Sampingan

,587 ,055 ,824 10,727 ,000

Jumlah Tanggungan

138140,413 82545,13 1

,115 1,674 ,099

a. Dependent Variable: Konsumsi Sumber: Data Primer 2020, data diolah

Dari tabel diatas dapat diperoleh bentuk model persamaan regresi linier berganda sebagai berikut:

Y = 952427,472 + 0,014X1 + 0,587X2 + 138140,413X3 + µ Dimana:

Y = Konsumsi Responden (Rp) Α = Konstanta / Intersept X1 = Gaji Aparatur Desa

X2 = Pendapatan Lainnya (sampingan) X3 = Jumlah Tanggungan Keluarga Responden β1β2β3 = Koefisien Regresi

µ = term error (kesalahan pengganggu) Uji Normalitas

Menurut Ghozali (2013:160) uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.

Tabel 2. Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 65

Normal Parametersa,b Mean ,0000000

Std. Deviation 452076,55190000 Most Extreme Differences Absolute ,080

Positive ,080

Negative -,065

(8)

Sumber: Data Primer 2020, data diolah.

Pada tabel 2, uji Kolomorov Smirnov menunjukkan bahwa residual data yang didapat tersebut mengikuti distribusi normal, berdasarkan hasil output menunjukkan nilai Kolmogorov- Smirnov signifikan pada 0,200 > 0,05. Dengan demikian, residual data berdistribusi normal dan model regresi telah memenuhi asumsi normalitas.

Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antar variabel bebas, Harapan dari asumsi ini adalah antar variabel bebas tidak saling berhubungan. Uji multikolinearitas dapat dilakukan dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF) dari masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikatnya.

Tabel 3. Uji Multikolinearitas Coefficientsa

Model Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant)

Gaji ,771 1,298

Pendapatan Sampingan ,627 1,596

Jumlah Tanggungan ,788 1,269

a. Dependent Variable: Konsumsi Sumber: Data Primer 2020, data diolah.

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat nilai VIF dari masing-masing variabel kurang dari 10 dan nilai Tolerance dari masing-masing variabel lebih dari 0,01 maka dapat disimpulkan dengan tegas bahwa tidak terdapat masalah multikolinearitas.

Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dilakukan apabila terjadi gangguan yang muncul dalam fungsi regresi yang mempunyai varian tidak sama dari residual sehingga penaksiran OLS tidak efisien, baik dalam sampel kecil maupun besar (tetapi masih tetap bisa bias dan konsisten). Jika varian dari residual suatu pengamatan alau pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika stee 20 berbeda disebut heteroskedastisaitas. Dasar analisisnya yaitu:

I. Jika ada pola tertentu, seperti titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

II. Jika ada pola yang jelas, serta titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 Pada sumbu Y, maka tidak teriadi heteroskedastisitas.

Test Statistic ,080

Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

d. This is a lower bound of the true significance.

(9)

Gambar 1. Uji Heteroskedastisitas

Sumber: Data Primer 2020, data diolah.

Dari gambar 1 diatas dapat dilihat bahwa sebaran titik tidak membentuk alsmep suatu polalalur tertentu, sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi hneteroskedastisitas atau dengan kata lain terjadi homoskedastisitas. Asumsi klasik tentang heteroskedastisitas dalam model ini terpenuhi, yaitu terbebas dari heteroskedastisitas.

Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengidentifikasi adanya autokorelasi bisa dengan menggunakan Uji Durbin-Watson. Adapun hipotesis pengujian yang digunakan alah sebagai berikut:

Ho : Tidak ada autokorelasi; Ha : Ada autokorelasi; Alpha : 0,05

Jika nilai statistic uji DW mendekati 2 maka cukup bukti untuk menyatakan t adanya autokorelasi.

Tabel 4. Uji Autokorelasi Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the Estimate

Durbin- Watson

1 ,880 ,775 ,764 463059,770 2,312

a. Predictors: (Constant), Jumlah Tanggungan, Gaji, Pendapatan Sampingan b. Dependent Variable: Konsumsi

Sumber: Data Primer 2020, data diolah.

Dari tabel diatas dapat diperoleh nilai statistic Uji Durbin-Watson sebesar 2,312 sedangkan nilai du= 1,479 dan 4-du= 2,521. Sehingga nilai statistic Uji Durbin-Watson berada diantara nilai du dan 4-du, oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa sudah cukup bukti untuk menyatakan tidak adanya indikasi autokorelasi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi linier tidak terjadi autokorelasi.

(10)

Uji Hipotesis Penelitian Uji t (Signifikansi Parsial)

Uji t (Signifikansi Parsial) bertujuan untuk mengetahui pengaruh secara parsial variabel independen terhadap variabel dependen.

Tabel 5. Uji t (Signifikansi Parsial) Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 952427,47

2

1075900,565 ,885 ,380

Gaji ,014 ,818 ,001 ,017 ,987

Pendapatan Sampingan

,587 ,055 ,824 10,727 ,000

Jumlah Tanggungan

138140,41 3

82545,131 ,115 1,674 ,099

a. Dependent Variable: Konsumsi Sumber: Data Primer 2020, data diolah.

1. Variabel Pendapatan (gaji) Responden (X1) Pengujian signifikansi secara parsial (individu) variabel pendapatan (gaji) responden terhadap konsumsi rumah tangga menghasilkan thitung = 0,017 dengan probabilitas 0,987. Hasil pengujian tersebut menunjukkan probabilitas hitung <

level of significance (a=5%). Hal ini berarti berpengaruh positif namun tidak terdapat pengaruh yang signifikan variabel pendapatan (gaji) responden terhadap konsumsi rumah tangga aparatur desa di Kecamatan Kotaanyar Kabupaten Probolinggo.

2. Variabel Pendapatan (sampingan) responden (X2). Pengujian signifikansi secara parsial (individu) variabel pendapatan sampingan responden terhadap konsumsi rumah tangga menghasilkan thitung= 10,727 dengan probabilitas 0,000. Hasil pengujian tersebut menunjukkan probabilitas hitung < level of significance (a=5%). Hal ini berarti berpengaruh positif dan terdapat pengaruh yang signifikan variabel pendapatan sampingan responden terhadap konsumsi rumah tangga aparatur desa di Kecamatan Kotaanyar Kabupaten Probolinggo.

3. Variabel Jumlah Tanggungan Keluarga (X3) Pengujian signifikansi secara parsial (individu) variabel jumlah tanggungan keluarga terhadap konsumsi rumah tangga menghasilkan thitung = 1,674 dengan probabilitas 0,099. Hasil pengujian tersebut menunjukkan probabilitas hitung <

level of significance (a=5%). Hal ini berarti berpengaruh positif namun tidak terdapat pengaruh yang signifikan variabel jumlah tanggungan keluarga terhadap konsumsi rumah tangga aparatur desa di Kecamatan Kotaanyar Kabupaten Probolinggo.

(11)

Uji F (Signifikansi Serentak)

Uji F (Signifikansi Serentak) Pengujian signifikansi serentak digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh pendapatan gaji responden, pendapatan (sampingan) dan jumlah tanggungan keluarga secara bersama-sama terhadap konsumsi rumah tangga.

Tabel 6. Uji F (Signifikansi Serentak) ANOVAa

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 44968730020000 ,000

3 149895766700 00,000

69,90 6

,000b Residual 13079885360000

,000

61 214424350200 ,000

Total 58048615380000

,000

64 a. Dependent Variable: Konsumsi

b. Predictors: (Constant), Jumlah Tanggungan, Gaji, Pendapatan Sampingan Sumber: Data Primer 2020, data diolah

Pengujian signifikansi secara serentak menghasilkan nilai Fhitung = 69,906 dengan probabilitas 0,000. Hasil pengujian tersebut menunjukkan probabilitas hitung < level of significance (a=5%). Hal ini berarti terdapat signifikan secara serentak (bersama-sama) variabel gaji responden, pendapatan sampingan dan jumlah tanggungan keluarga responden terhadap konsumsi rumah tangga aparatur desa di Kecamatan Kotaanyar Kabupaten Probolinggo.

Uji R2(Koefisien Determinasi)

Besarmya kontribusi koefisien determinasinya (R2) yaitu sebesar 0,775.

Tabel 7. Uji R2(Koefisien Determinasi Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the Estimate

1 ,880 ,775 ,764 463059,770

a. Predictors: (Constant), Jumlah Tanggungan, Gaji, Pendapatan Sampingan b. Dependent Variable: Konsumsi

Sumber: Data Primer 2020, data diolah.

Hal ini berarti keragaman jumlah konsumsi rumah tangga dapat dijelaskan oleh variabel pendapatan gaji responden, pendapatan (sampingan) dan jumlah tanggungan keluarga sebesar 77,5% atau sebesar 77,5%, sedangkan sisanya sebesar 22,5% merupakan kontribusi dari variabel lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini.

Pembahasan

Pembahasan difokuskan pada penjelasan atas hasil temuan penelian yang sesuai dengan penelitian ini dan teori yang dijadikan landasan dalam perumusan model penelitian. Adapun pembahasan hasil analisis sebagai berikut:

1. Variabel Gaji Aparatur Desa

Pengaruh Pendapatan (Gaji) Responden (X1)) terhadap konsumsi rumah tangga (Y) mempunyai koefisien sebesar 0,014, yang artinya apabila pendapatan responden bertambah per 1 rupiah maka konsumsi rumah tangga akan naik sebesar Rp. 0,014, dengan asumsi variabel lainnya tetatp. Variabel pendapatan responden menunjukkan tanda positif, yang berarti memiliki hubungan yang positif termadap konsumsi rumah tangga. Hal ini menunjukkan bahwa semakin bertambah pendapatan responden maka konsumsi rumah tangga akan meningkat.

(12)

Hasil penelitian ini dapat menjawab teori dari Keynes yang menjelaskan bahwa konsumsi saat ini (current consumption) sangat dipengaruhi oleh pendapatan disposabel saat ini (current disposable income). Namun ada batas konsumsi minimal yang tidak tergantung tingkat pendapatan. Artinya, tingkat konsumsi tersebut harus terpenuhi, walaupun tingkat pendapatan sama dengan nol. Itulah yang disebut dengan konsumsi otonomus (autonomous consumption). Jika pendapatan disposabel meningkat, maka konsumsi juga meningkat. Hanya saja peningkatan tersebut tidak sebesar peningkatan pendapatan disposabel.

2. Variabel Pendapatan Sampingan

Pengaruh pendapatan (sampingan) responden (X2) terhadap konsumsi tangga (Y) memiliki nilai koefisien sebesar 0,587, yang artinya apabila pendapatan (sampingan) responden bertambah per 1 rupiah maka konsumsi rumah langga akan naik sebesar Rp. 0,587 dengan asumsi variabel lainnya tetap. Variabel pendapatan (sampingan) responden menunjukkan tanda positif, yang berarti memiliki hubungan yang positif terhadap konsumsi rumah tangga.

Hasil penelitian ini dapat menjawab rumusan masalah dan tujuan dimana dengan penelitian sebelumnya, yaitu penelitian yang dilakukan oleh:

i. Niken Agustin. 2012. “Analisis Konsumsi Rumah Tangga Petani Padi dan awja di Kabupaten Demak"., dimana variabel pendapatan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap konsumsi rumah tangga petani padi palawija di Kabupaten Demak.

ii. Surtini. 2018. “Pola Konsumsi dan Pekerjaan Sampingan Petani Padi dalam Masa Tanam dan Masa Menunggu Panen di Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya (Perspektif Ekonomi Islam)”., dimana hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa variabel pekerjaan sampingan mampu membantu memenuhi kebutuhan responden dalam penelitian tersebut.

3. Variabel Jumlah Tanggungan Keluarga

Pengaruh jumlah tanggungan keluarga (X3) terhadap konsumsi rumah tangga (Y) memiliki nilai koefisien sebesar 138140,413 yang menunjukkan tahwa apabila jumlah tanggungan keluarga aparatur desa di Kecamatan Kotaanyar Kabupaten Probolinggo bertambah 1 jiwa, menyebabkan konsumsi rumah tangga akan bertambah sebesar Rp. 138.140,413, dengan asumsi variabel lainnya tetap. Variabel jumlah tanggungan keluarga menunjukkan tanda positif, yang berarti memiliki hubungan yang positif terhadap konsumsi rumah tangga. Hal ini menunjukkan bahwa semakin bertambah jumlah tanggungan keluarga maka konsumsi rumah tangga akan meningkat. Hasil penelitian ini dapat menjawab rumusan masalah dan tujuan dimana dengan penelitian sebelumnya namun juga diperoleh hasil yang sebaliknya atau bertentangan yaitu berpengaruh positif namun tidak terdapat pengaruh yang signifikan; yaitu penelitian yang dilakukan oleh:

i. Pande Putu Erwin Adiana, Ni Luh Karmini. 2012. "Pengaruh Pendapatan, Jumlah Anggota Keluarga, dan Pendidikan Terhadap Pola Konsumsi Rumah Tangga Miskin di Kecamatan Gianyar"., dimana variabel pendapatan berpengaruh positif dan signifikan terhadap konsumsi rumah tangga di Kecamatan Gianyar.

ii. Lestari, Wardiyah Puji. 2016. “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Rumah Tangga PNS Guru SD di Kecamatan Kotaanyar Kabupaten Probolinggo”., dimana variabel jumlah tangggungan keluarga berpengaruh positif dan signifikan terhadap konsumsi rumah tangga PNS Guru SD di Kecamatan Kotaanyar Kabupaten Probolinggo.

Hasil penelitian ini juga dapat menjawab teori dari Keynes yang menjelaskan ada batas konsumsi minimal yang tidak tergantung tingkat pendapatan. Artinya, tingkat konsumsi tersebut harus terpenuhi, walaupun tingkat pendapatan sama dengan nol. Itulah yang disebut dengan

(13)

konsumsi otonomus (autonomous consumption). Jika pendapatan disposabel meningkat, maka konsumsi juga meningkat. Hanya saja peningkatan tersebut tidak sebesar peningkatan pendapatan disposabel.

E. PENUTUP Kesimpulan

Berdasarkan penelitian dan pembahasan yang telah dibahas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Variabel tingkat pendapatan (gaji) responden mempunyai pengaruh yang positif namun tidak signifikan terhadap konsumsi rumah tangga. Hasil estimasi ini sesuai dengan hipotesis yang ada yaitu terhadap pengaruh yang positif antara tingkat pendapatan responden dengan konsumsi rumah tangga, ini artinya setiap terjadi pertambahan pendapatan responden maka konsumsi rumah tangga juga akan semakin meningkat namun pertambahan tersebut relatif sangat kecil atau tidak signifikan;

2. Variabel pendapatan (sampingan) responden mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap konsumsi rumah tangga. Hasil estimasi ini sesuai dengan hipotesis yang ada yaitu terdapat pengaruh yang positif dan oghifikan antara pendapatan sampingan responden dengan konsumsi rumah tangga, ini artinya setiap terjadi pertambahan pendapatan sampingan responden maka konsumsi rumah tangga juga akan semakin meningkat;

3. Variabel jumlah tanggungan keluarga mempunyai pengaruh yang positif namun tidak signifikan terhadap konsumsi rumah tangga. Hasil estimsai ini sesuai dengan hipotesis yang ada yaitu terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara jumlah tanggungan keluarga dengan konsumsi rumah tangga, ini artinya setiap terjadi pertambahan pendapatan responden maka konsumsi rumah tangga juga akan semakin meningkat namun pertambahan tersebut relatif kecil atau tidak signifikan.

4. Berdasarkan hasil pengujian signifikansi serentak menunjukkan bahwa variabel pendapatan gaji responden, pendapatan (sampingan) dan jumlah tanggungan keluarga secara bersama-sama terdapat pengaruh signifikan secara serentak.

5. Besarmya kontribusi pendapatan gaji responden, pendapatan (sampingan) dan jumlah tanggungan keluarga terhadap konsumsi rumah tangga dapat dilihat melalui koefisien determinasinya (R2) yaitu sebesar 0,775 atau sebesar 77,5%, sedangkan sisanya sebesar 22,5%

merupakan kontribusi dari variabel lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini.

Saran

Dari analisis yang sudah diperoleh, penulis ingin menyampaikan beberapa saran sebagai berikut:

1. Tingkat pengeluaran konsumsi rumah tangga sejalan dengan tingkat pendapatan responden dan pendapatan sampingan. Namun, akan lebih baik apabila pendapatan yang diperoleh tidak semuanya digunakan untuk keperluan konsumsi saja, sebaiknya ada sejumlah dana dari pendapatan yang disisihkan untuk disimpan/ditabung. Hal ini juga penting dalam mempersiapkan keuangan untuk tanggungan keluarga atau jumlah anggota keluarga.

Bagaimanapun tabungan juga penting untuk persiapan kebutuhan dimasa depan terutama apabila ada kebutuhan yang tidak terduga.

2. Dalam penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan konsumsi rumah tangga diharapkan dapat menggunakan berbagai variabel yang lebih variatif dan metode lainnya sehingga didapat hasil yang lebih sempurna dan dapat melengkapi penelitian. Diharapakan penelitian ini dapat dijadikan tolak ukur penelitian selanjutnya dengan faktor-faktor lain yang mempengaruhi konsumsi dengan objek dan sudut pandang yang berbeda.

(14)

3. Sebaiknya konsumsi yang dilakukan rumah tangga aparatur desa di Kecamatan Kotaanyar Kabupaten Probolinggo lebih mengutamakan prinsip-prinsip Ekonomi Islam salah satunya keseimbangan, artinya pendapatan yang ada harus sesuai dengan pengeluaran konsumsi dan jangan berlebih-lebihan dalam hal konsumsi karna islam melarangnya sebab akan berdampak kerusakan baginya.

DAFTAR PUSTAKA

Adiana, Pande Putu Erwin. Karmini, Ni Luh. 2012. Pengaruh Pendapatan, Jumlah Anggota Keluarga, dan Pendidikan terhadap Pola Konsumsi Rumah Tangga Miskin di Kecamatan Gianyar. Jurnal Ekonomi

Agustin, Niken. 2012. Analisis Konsumsi Rumah Tangga Petani Padi dan Palawija di Kabupaten Demak. Semarang: Universitas Diponegoro

Badan Pusan Statistik Kabupaten Probolinggo. 2012. Kabupaten Probolinggo Dalam Angka 201.

(http://probolinggokab.bps.go.id/, diakses pada tanggal 24 November 2019). Probolinggo.

Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur. 2011. Jawa Timur Dalam Angka 2011.

(http://jatim.bps.go.id/, diakses pada tanggal 24 November 2019). Jawa Timur.

BPS. 2015. Pengertian Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga.

(http://sirusa.bps.go.id/index.php?r=istilah/view&id=2388, diakses pada tanggal 24 November 2019).

Ciputra. 2015. Pengertian Pendapatan. (http://www.ciputra- uceo.net/blog/2015/11/16/pengertianpendapatan, diakses pada tanggal 24 November 2019).

Dumairy, 1997. Perekonomian Indonesia. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta : Penerbit Erlangga.

Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Gujarati, Damodar. 2010. Dasar-Dasar Ekonometrika. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Lestari, Wardiyah Puji. 2016. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Rumah Tangga PNS Guru SD di Kecamatan Kotaanyar Kabupaten Probolinggo. Malang:

Universitas Brawijaya

Mankiw, N. Gregory. 2000. Teori Makroekonomi Edisi Keempat. Terjemahan : Imam Nurmawan.

Jakarta : Erlangga.

Mapandin, W. Y. 2005. Pengaruh Faktor Sosial Budaya Rumah Tangga Terhadap Konsumsi Makanan Pokok Masyarakat Di Kecamatan Wamena, Kabupaten Jayawijaya tahun 2005.

Program Pascasarjana Magister Gizi Masyarakat. Universitas Diponegoro. Semarang.

Muttaqim, Hakim. 2014. Analisis Pengaruh Pendapatan Kepala Keluarga terhadap Konsumsi Rumah Tangga di Kecamatan Bandar Sakti Kota Lhokseumawe Tahun 2014. Jurnal Ekonomi.

Santoso, Singgih. 2000. Buku latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

(15)

Setyowati, Indah. 2007. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Rumah Tangga Polisi di Kepolisian Resort Kabupaten Pati Tahun 2005. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Surtini. 2018. Pola Konsumsi dan Pekerjaan Sampingan Petani Padi dalam Masa Tanam dan Masa Menunggu Panen di Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya (Perspektif Ekonomi Islam). Jurnal Jurusan Ilmu Ekonomi. Pontianak: Universitas Tanjungpura Sari, Putri Wahyu Asri. Maryunianta, Yusak. Emalisa. 2018. Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Tingkat Konsumsi Rumah Tangga Karyawan Produksi Kelapa Sawit di PTPN III Kebun Bangun. Medan: Universitas Sumatera Utara

Widjaja, Prof. Drs. Haw. 2010. Otonomi desa merupakan otonomi yang asli, bulat, dan utuh.

Jakarta: Rajagrafindo Persada

Referensi

Dokumen terkait

Sumber pendapatan rumah tangga PHL menetap hanya berasal dari kegiatan Non pertanian yaitu gaji/upah serta pendapatan anggota keluarga lain dan tidak ada yang berasal dari pertanian..