• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAJARI PENDIDIKAN ANTI KORUPSI

N/A
N/A
Anwar Kartodiningrat

Academic year: 2023

Membagikan "PELAJARI PENDIDIKAN ANTI KORUPSI"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

PENDIDIKAN ANTI KORUPSI

Anwar, S.Sos., MA.

(2)

Pengantar

Dalam buku Peter Carey &

Suhardiyoto Haryadi, disebutkan penyebab Perang Jawa yg utama adalah maalah korupsi;

Sistem Tanam Paksa Petani hanya

mendapatkan 20% hasil panen;

Contoh Korupsi yg paling merajalela juga terjadi dlm VOC, karena VOC

bubar/bangkrut akibat korupsi.

Korupsi dianggap sebagai

‘wabah penyakit’ yang tidak mudah

dihilangkan/diberantas. Yang terbaik adalah mencegah

korupsi.

Prof. Romli Atmasasmita:

Ada 2 (dua) alasan sulitnya pemberantasan tindak pidana korupsi, yaitu pertama, karena alasan historis/

budaya, dan kedua, karena lemahnya perundang- undangan.”

(3)

Pengertian korupsi

(4)

Penanganan korupsi tahun 2015- 2019

Diambil dari kompas senin, 9 desember 2019

(5)

Kepala daerah terlibat dalam korupsi

No Propinsi Jumlah 1 Jawa barat 14

2 Jawa

Timur 13

3 Sumatra

Utara 13

4 Jawa Tengah

11

5 Riau 7

6 Sulawesi

Tenggara 6 7 Sumatra

selatan 6

8 lampung 5

9 Papua 5

10 Aceh 4

11 Banten 4

No Propinsi Jumla

h

12 Kalimantan timur 4

13 Sulawesi Utara 4

14 Bengkulu 3

15 Kalimantan Tengah 3

16 Kepulauan riau 3

17 Maluku Utara 3

18 Nusa Tenggara Barat 3

19 Kalimantan timur 4

20 Sulawesi Utara 4

21 Kalimantan selatan 2

22 Nusa tenggara Timur 2

23 Sulawei Selatan 2

24 Jambi, Kalimantan Barat, Sulawesi tengah, Sumatra barat

1

(6)

Fakta Kasus Korupsi 2004-2017

No

. Jenis Perkara Jumlah 1 Pengadaan

Barang/Jasa 164

2 Perijinan 21

3 Penyuapan 340

4 Pungutan 21

5 Penyalahgunaan

Anggaran 46

6 TPPU 19

7 Merintangi

Proses KPK 7

Jumlah 618

No. Jabatan/Profesi Pelaku Jumlah 1 Anggota DPR dan DPRD 134 2 Kepala

Lembaga/Kementerian 25

3 Duta Besar 4

4 Komisioner 7

5 Gubernur 18

6 Walikota/Bupati dan

Wakil 60

7 Eselon I / II / III 155

8 Hakim 15

9 Swasta 170

10 Lainnya 82

Jumlah Keseluruhan 670

*https://acch.kpk.go.id/id/statistik/tindak- pidana-korupsi

(7)
(8)

Indek persepsi korupsi

(9)

Penyebab KEPALA DAERAH Korupsi

Hasil riset litbang kompas dipublikasikan pada harian kompas terbitan hari senin tanggal 9 desember 2019

MENTAL/K ARAKTER

YANG KORUP/SE

RAKAH

SISTEM PENCEGAHA

N

PENGAWASA N

KEUAANGAN KURANG

EFEKTIF

SISTEM POLITIK

BIAYA TINGGI

PERSOAL AN EKONOMI

(PENGHA SILAN KURANG) PENYEBA

B KORUPSI

(10)

Korupsi Adalah Kejahatan Luar Biasa?

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 99 TAHUN 2012 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan

tindak pidana terorisme, narkotika dan prekursor narkotika, psikotropika, korupsi, kejahatan terhadap keamanan negara dan kejahatan hak asasi manusia yang berat, serta kejahatan transnasional terorganisasi lainnya merupakan kejahatan luar biasa karena mengakibatkan kerugian yang besar bagi negara atau masyarakat atau korban yang banyak atau menimbulkan kepanikan, kecemasan, atau ketakutan yang luar biasa kepada masyarakat.

(11)

Kejahatan Luar Biasa

1. Berpotensi dilakukan oleh setiap orang.

2. Random target/victim.

3. Kerugiannya besar dan meluas.

4. Terorganisasi atau oleh organisasi.

+ bersifat lintas negara

(Korupsi, TPPU, Terorisme, Pelanggaran berat HAM, dan Narkotika)

(12)

Sejarah peraturan perundangan tindak pidana korupsi

1. Delik korupsi dalam KUHP

2. Peraturan Pemberantasan Korupsi Penguasa Perang Pusat Nomor Prt/ Peperpu/013/1950 3. Undang-Undang No.24 (PRP) tahun 1960 tentang Tindak Pidana Korupsi

4. Undang-Undang No.3 Tahun 1971 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi 5. TAP MPR No. XI/MPR/1998 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas

Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme

6. Undang-Undang No.28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme

7. Undang-Undang No.31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

8. Undang-undang No. 20 tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-undang No.

31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

9. Undang-undang No. 30 tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi diperbaharui dengan UU No. 19 tahun 2019

(13)

lanjutan

10. Undang-undang No. 7 tahun 2006 tentang Pengesahan United Nation Convention Against Corruption (UNCAC) 2003

11. Peraturan Pemerintah No. 71 tahun 2000 tentang Peranserta Masyarakat dan Pemberian Penghargaan dalam Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

12.Instruksi Presiden No. 5 tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi

(14)

Tindak Pidana Korupsi

- Diatur di dalam 12 Pasal di dalam UU No. 31 tahun 1999 jo. UU No. 20 tahun 2001;

- Terdiri atas 7 macam perbuatan utama;

- Apabila dijabarkan lebih rinci menjadi 30 (tigapuluh) bentuk perbuatan;

- Hanya 2 (dua) dari 12 Pasal dalam UU tersebut yang berkaitan dengan kerugian keuangan negara dan/atau kerugian perekonomian negara.

(15)

7 Perbuatan Utama Korupsi

1. Merugikan keuangan negara.

2. Suap.

3. Penggelapan dalam jabatan.

4. Pemerasan (paksaan mengeluarkan uang).

5. Perbuatan curang.

6. Benturan kepentingan dalam pengadaan.

7. Gratifikasi.

(16)

SUBYEK HUKUM TINDAK PIDANA korupsi

1. Setiap Orang yang meliputi:

a. orang perseorangan: siapa saja, setiap orang, pribadi kodrati;

b. korporasi adalah kumpulan orang atau kekayaan yang terorganisasi, baik merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum;

PERMA NO. 13 tahun 2016 tentang penanganan perkara korupsi oleh korporasi

2. Pegawai Negeri:

a. pegawai negeri sebagaimana dimaksud dalam UU tentang kepegawaian (sekarang UU ASN);

b. pegawai negeri sebagaimana dimaksud dalam KUHP;

c. orang yang menerima gaji/upah dari keuangan negara/daerah;

d. orang yang menerima gaji/upah dari suatu korporasi yang menerima bantuan dari keuangan negara/daerah;

e. orang yang menerima gaji/upah dari korporasi yang mempergunakan modal atau fasilitas dari negara/masyarakat.

(17)

3. Penyelenggara negara.

Penyelenggara Negara

Menurut UU No. 28 Tahun 1999, Penyelenggara Negara, meliputi:

- Pejabat Negara pada Lembaga Tertinggi Negara - Pejabat Negara pada Lembaga Tinggi Negara - Menteri

- Gubernur - Hakim

- Pejabat Negara lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan

- Pejabat lain yang memiliki fungsi strategis dalam kaitannya dengan penyelenggaraan negara sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku

(18)

Gratifikasi

Dasar Pemikiran:

“Tidak sepantasnya pegawai negeri/pejabat publik menerima pemberian atas pelayanan yang mereka berikan”

“Seseorang tidak berhak meminta dan mendapat sesuatu melebihi haknya sekedar ia melaksanakan tugas sesuai tanggungjawab dan kewajibannya”

(19)

19

UPAYA PENANGGULANGAN KEJAHATAN KORUPSI UPAYA PENANGGULANGAN KEJAHATAN KORUPSI

9

• Kebijakan penerapan Hukum

Pidana (Criminal Law Application);

• Sifat repressive (penumpasan/

penindasan/pemberantasan) apabila kejahatan sudah terjadi;

• Perlu dipahami bahwa:

upaya/tindakan represif juga dapat dilihat sebagai upaya/tindakan

preventif dalam arti luas

(Nawawi Arief : 2008)

• Kebijakan pencegahan tanpa

hukum pidana (prevention without punishment);

• Kebijakan untuk mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai kejahatan dan pemidanaan lewat mass media (influencing views of society on crime and

punishment/mass media atau media lain seperti penyuluhan, pendidikan dll);

• Sifat preventive (pencegahan)

JALUR PENAL

JALUR PENAL JALUR NON-PENALJALUR NON-PENAL

(20)

Upaya pencegahan tindak pidana korupsi

Pentingnya

pendidikan anti korupsi bagi para generasi muda

Melalui pendidikan sekolah (PAUD-PERGURUAN TINGGI)

Kampanye anti korupsi melalui organisasi kemasyarakatan (LSM)

Pemanfaatan teknologi dalam gerakan kampanye

anti korupsi

Masuk kurikulum (mata kuliah

sisipan atau mandiri

Kegiatan ekstra kurikuler (berbagai lomba dsb)

(21)

Nilai dasar anti korupsi

adil

Berani

sederhan a

Jujur

Peduli

Mandiri

Disiplin

Tanggung jawab Kerjakera

s

Nilai dasar anti Korupsi

(jupe mandi tangker sebedil)

(22)

MATUR SEMBAH NUWUN

TERIMA KASIH

Referensi

Dokumen terkait

Pemasyarakatan sebagai warga yang baik, juga bertujuan untuk melindungi masyarakat terhadap kemungkinan diulanginya tindak pidana oleh Warga Binaan Pemasyarakatan,

32 Tahun 1999 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan yang disahkan pada tanggal 12 November 2012, telah memberikan batasan-batasan

Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan

Hak masyarakat dalam upaya pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika dan Tindak pidana pencucian uang yang

Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2006 Tentang Syarat dan Tata Cara

Pengertian remisi secara tegas tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan yaitu

Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan (Sekretariat Republik Indonesia, 1999) Pasal 14 sampai

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor : 99 Tahun 2012, yang mana dalam peraturan tersebut mencantumkan upaya memperketat Syarat dan Tata Cara Pemberian Hak- hak Warga