Pendidikan Gizi Melalui “Actzi” Terhadap Tingkat Pengetahuan Ibu dan Status Gizi Balita
Nutrition Education Through "Actzi" On Mother's Levels Of Knowledge and Children Madinatul Munawwaroh1, Sapja Anantanyu2, Sumardiyono3
1 Program StudiIlmu Gizi, Fakultas Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret
2 Program Studi Penyuluhan Pembangunan/Pemberdayaan Masyarakat, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret
3 Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret
ABSTRACT
Background: One of the strategies in the 2020-2024 RPJMN includes accelerating the improvement of community nutrition, namely reducing the nutritional problems in toddlers. Nutrition education is a method that can be used to increase knowledge and direct changes in good behavior. It is necessary to develop an application that can be accessed easily and practically to monitor their child's nutritional development. Purpose: This study aims to analyze the effect of nutrition education through the website- based application "Actzi" on the level of maternal knowledge and nutritional status of children aged 24-59 months in Pasuruan Regency. Methods: This research is a quasi-experimental study with a pre-test and post-test control group design conducted in Pasuruan Regency (East Java) in September-October 2023.
The subjects of this study were mothers with toddlers aged 24-59 months in Pasuruan Regency totaling 43 respondents each for the control and treatment groups. The instruments used in this study included “Actzi”
application and questionnaire. Data analysis was performed with the SPSS ver 26.0 using the Mann Whitney and Chi-Square Tests. Results: There is an effect of nutrition education using "Actzi" on increasing mother's knowledge (p=0.000). However, the effect of nutrition education through the website-based
“Actzi” application on the nutritional status of children aged 24-59 months in Pasuruan District was not significant (p=0.878). Conclusion: Nutrition education in the community using the "Actzi" application-based approach has significant potential in increasing community knowledge, especially mothers regarding nutrition.
KEY WORDS: Nutrition education; knowledge; nutritional status; child; educational website ABSTRAK
Latar belakang: Salah satu strategi dalam RPJMN 2020-2024 termasuk sasaran utama percepatan perbaikan gizi masyarakat yaitu mengurangi timbulnya masalah gizi pada balita. Pendidikan gizi merupakan metode yang dapat digunakan untuk menambah pengetahuan dan mengarahkan pada perubahan perilaku yang baik. Oleh sebab itu, perlu dikembangkan suatu aplikasi yang dapat diakses secara mudah dan praktis agar ibu balita dapat memantau perkembangan gizi anak dengan optimal. Tujuan: dalam penelitian ini tujuannya yaitu untuk menganalisis pengaruh terhadap Pendidikan gizi melalui aplikasi
“Actzi” berbasis website terhadap tingkat pengetahuan dari ibu dan status gizi dari balita yang berusia 24- 59 bulan di Kabupaten Pasuruan. Metode: design pada penelitian ini menggunakan studi kuasi eksperimen dengan pre dan post test group control yang dilakukan di Kabupaten Pasuruan (Jawa Timur) pada bulan September-Oktober 2023. Subjek tersebut adalah ibu yang mempunyai anak balita rentang usia 24-59 bulan di Kabupaten Pasuruan berjumlah 43 orang responden masing-masing untuk kelompok kontrol dan perlakuan. Instrumen pada penelitian ini termasuk aplikasi “Actzi” berbasis website dan kuisioner penelitian. Analisis data dilakukan dengan Aplikasi SPSS ver 26.0 menggunakan Uji Mann Whitney dan Chi-Square. Hasil: Terdapat pengaruh pendidikan gizi menggunakan aplikasi “Actzi” berbasis website terhadap peningkatan pengetahuan ibu (p=0,000). Namun, pengaruh pendidikan gizi menggunakan aplikasi
“Actzi” berbasis website terhadap status gizi balita rentang usia 24-59 bulan pada Kabupaten Pasuruan tidak signifikan (p=0,878). Simpulan: Pendidikan gizi pada masyarakat menggunakan pendekatan berbasis aplikasi “Actzi” memiliki potensi yang signifikan dalam meningkatkan pengetahuan masyarakat terutama ibu terkait gizi.
KATA KUNCI: Pendidikan gizi; pengetahuan; status gizi; anak; website edukasi
Korespondensi: Madinatul Munawwaroh, Universitas Sebelas Maret, Jl. Ir Sutami No.36 Kec. Jebres, Solo, Jawa Tengah, Indonesia, 085755177377, [email protected]
PENDAHULUAN
Pangan dan gizi merupakan kebutuhan pokok yang sangat diperlukan manusia. Nutrisi berperan dalam menjaga kesejahteraan individu dan juga merupakan komponen penting dari sistem pemberian layanan kesehatan.1 Status gizi individu mempengaruhi hasil klinis. Status gizi merupakan ungkapan keadaan seimbang pada segala aspek gizi.2,3 Sasaran (arah kebijakan) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2020–2024 pada bidang kesehatan yaitu memajukan kesehatan mecapai cakupan kesehatan yang luas, khususnya dalam hal pelayanan kesehatan dasar. Tujuan utama percepatan perbaikan gizi masyarakat yaitu menurunkan angka kejadian gangguan gizi pada balita merupakan salah satu inisiatif dalam RPJMN 2020–2024.
Jika status gizi anak balita buruk maka akan meningkatkan penyakit, kecacatan, dan kematian yang dapat menjadi kekhawatiran di masa yang akan datang. Peningkatan gizi merupakan hal yang penting untuk menciptakan daya guna manusia yang optimal dan berkualitas.4,5
Program perbaikan gizi masih diperlukan di Indonesia untuk mengatasi masalah gizi balita. Di banyak negara berkembang, seperti Indonesia, lebih dari 100 juta balita yang mengalami stunting di dunia pada tahun 2020, meskipun faktanya prevalensi stunting pada balita turun dari 33,1% pada tahun 2000 menjadi 22,0% pada tahun 2020. Lebih dari (53%) pada anak-anak yang mengalami stunting pada tahun 2020, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), lahir di Asia. Setelah Timor-Leste, Laos, dan Kamboja, Indonesia adalah negara stunting tertinggi keempat di Asia Tenggara.6 Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2018, yang mengalami gizi kurang sebesar 17,7%, sedangkan hasil Studi mengani Status Gizi Balita tahun 2019 menunjukkan bahwa Indonesia memiliki prevalensi balita gizi kurang sebesar 16,29%. Keadaan ini merupakan tanda belum terpenuhinya status gizi balita.7 Menurut statistik pemerintah, 149,2 juta anak akan didiagnosis menderita stunting pada tahun 2020, dan lebih dari separuhnya berasal dari Asia. Menurut data Riset Kesehatan, kejadian stunting di Indonesia cukup tinggi, dimana 30,8% anak dibawah usia lima tahun mengalami stunting.8
Gizi buruk masih menjadi kekhawatiran di seluruh provinsi di Indonesia, termasuk Jawa Timur. Angka kejadian gizi buruk yang terjadi pada Provinsi Jawa Timur sebesar 15,5% pada tahun 2017 menurut data Pemantauan Status Gizi (PSG), menjadikannya satu dari provinsi yang memiliki angka gizi kurang pada anak kurang dari 5 tahun yang relatif tinggi. Di Jawa Timur, ada beberapa kota dan kabupaten yang mempunyai permasalahan gizi buruk pada anak. Kabupaten Pasuruan adalah daerah dengan angka kejadian gizi buruk yang relatif tinggi, yaitu sebesar 15,4% pada tahun 2020, naik dibandingkan tahun 2019. Di Kabupaten Pasuruan, permasalahan gizi buruk pada balita konon disebabkan oleh beberapa variabel, antara lain pemahaman dan sikap ibu, yang mempengaruhi status gizi balita secara langsung.9
Menurut Departemen Kesehatan (2003), status gizi adalah suatu kondisi fisik yang timbul karena mengkonsumsi makanan atau terpenuhinya kebutuhan gizi seseorang secara efektif dan kebutuhan berbagai proses tubuh (seperti pemeliharaan kesehatan, pertumbuhan tubuh, aktivitas atau produktivitas, perkembangan, dan lain-lain). Empat faktor, antara lain penyebab tidak langsung (kurangnya perawatan ibu dan anak, persediaan makanan, serta pelayanan Kesehatan yang tidak memadai), penyebab langsung (penyakit menular dan asupan makanan), masalah utama (pengetahuan, kemiskinan, keterampilan, dan perilaku), dan penyebab utama
(kemiskinan, pengetahuan, keterampilan, dan perilaku) serta akar masalahnya (kondisi sosial budaya, politik, dan ekonomi), mempengaruhi status gizi anak dibawah usia lima tahun. Status gizi memegang peranan penting dalam faktor penyebab masalah gizi pada anak.10
Balita merupakan salah satu populasi dengan gizi buruk, hal ini menunjukkan bahwa balita termasuk ke dalam populasi yang sering berisiko mengalami gizi buruk. Permasalahan gizi pada balita dapat mengakibatkan menurunnya status gizi sehingga memerlukan intervensi yang serius untuk mengatasinya. Setiap orang tua, terutama yang merupakan orang tua balita, harus mewaspadai kesehatan gizi anaknya karena sikap atau perilaku seorang ibu, seperti pemilihan makanan yang buruk, dapat mempengaruhi gizi anak. Mengingat tubuh balita membutuhkan zat gizi dengan kualitas dan jumlah tertentu, ketidaktahuan seorang ibu bisa saja membuatnya memilih makanan yang tidak tepat untuknya.11
Salah satu teknik untuk meningkatkan pemahaman dan mempengaruhi perubahan perilaku positif adalah pendidikan gizi. Peningkatan kondisi gizi anak di sebagian besar negara berkembang juga sangat dipengaruhi oleh terbatasnya pengetahuan ibu mengenai pemberian makan, pemilihan makanan, dan praktik tentang kesehatan.12 Menurut penelitian Saaka (2014), pengetahuan gizi ibu, perilaku dalam layanan kesehatan, dan praktik semuanya dapat ditingkatkan dengan pendidikan gizi yang memiliki sumber daya yang baik, fokus, dan terkoordinasi.13
Penggunaan teknologi internet untuk pendidikan gizi dimungkinkan oleh pesatnya perkembangan sektor telekomunikasi. Menurut angka dari Asosiasi Pengguna Internet Indonesia (APJII), sebanyak 171,17 juta penduduk yang menggunakan internet pada tahun 2018, atau mencakup 64,8% dari total populasi negara. Di antara pengguna tersebut adalah mereka yang memanfaatkan aplikasi. Saat ini, orang menggunakan aplikasi lebih dari sekedar permainan. Mereka juga menggunakannya untuk berbelanja, memesan makanan, mengakses layanan publik, dan bahkan mendapatkan nasihat kesehatan dan gizi. Arah kebijakan RPJMN Kementerian Kesehatan tahun 2020–2024 mendukung inovasi dan penggunaan teknologi untuk layanan kesehatan dasar, dan terdapat peningkatan minat terhadap penggunaan dan aksesibilitas teknologi tersebut. Dibandingkan dengan metode tradisional, aplikasi mempunyai potensi untuk menawarkan pendidikan kesehatan dan gizi; namun demikian, penerapan nutrisi lebih efektif dalam mendorong kepatuhan pemantauan mandiri.14
Hasil survei awal secara daring kepada 10 orang ibu yang memiliki balita menunjukkan bahwa sebanyak 50% memiliki pengetahuan yang kurang dan sebesar 30% ibu memiliki sikap yang salah terkait gizi.
Berdasarkan hasil survei pendahuluan juga dapat diketahui bahwa sebanyak 20% ibu balita tidak pernah mendapatkan pendidikan kesehatan tentang gizi, selain itu hasil survei pendahuluan menunjukkan bahwa 40%
ibu pernah mengakses informasi mengenai gizi balita di internet, dan sebanyak 40% ibu mengakses informasi mengenai gizi balita melalui website.
Agar ibu yang memiliki anak balita dapat memantau perkembangan gizi anaknya secara efisien, maka diperlukan suatu aplikasi yang dapat diakses dengan mudah dan praktis. Tujuan utama dari rencana penulis membuat ACTZI (Aplikasi Pintar Balita Bergizi), sebuah aplikasi berbasis website, adalah untuk memberikan edukasi kepada pengguna mengenai gizi. Aplikasi berbasis website ini dipilih dengan mempertimbangkan 62%
ibu di Kabupaten Pasuruan berusia antara 20 hingga 35 tahun yang juga merupakan kelompok umur dengan akses internet tertinggi.15 Selain itu, proses pembuatan aplikasi berbasis website lebih cepat dan murah, serta aksesnya bagi pengguna akan lebih mudah karena tidak membutuhkan memori besar untuk penyimpanan.
Aplikasi ini akan dilengkapi dengan berbagai artikel dan video mengenai gizi, serta kuis interaktif untuk menambah pengetahuan dan memperbaiki sikap ibu balita mengenai gizi dan kesehatan anak.
Berdasarkan dari data masalah tersebut, maka penulis tertarik untuk dilakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Pendidikan Gizi melalui Aplikasi “Actzi” Berbasis Website terhadap Tingkat Pengetahuan dan Status Gizi Balita dengan rentang usia 24-59 Bulan yang dilakukan di Kabupaten Pasuruan. Penelitian yang terkait dengan masalah ini masih belum pernah dilakukan di Kabupaten Pasuruan. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk dianalasis tentang pengaruh Pendidikan gizi melalui aplikasi “Actzi” berbasis website terhadap tingkat pengetahuan ibu di Kabupaten Pasuruan terhadap status gizi balita dengan rentang usia 24-59 bulan di Kabupaten Pasuruan
BAHAN DAN METODE Desain dan subjek
Penelitian ini mengguanakan penelitian kuasi eksperimen dengan pre dan post test grup kontrol. Dan dilakukan dengan menggunakan survei gabungan, yaitu secara langsung dan daring pada dua kelompok (kasus dan kontrol). tempat penelitian dilakukan di Kabupaten Pasuruan (Jawa Timur). Penelitian dilakukan selama satu bulan mulai September-Oktober 2021. Populasi pada penelitian yaitu ibu yang mempunyai anak balita rentang usia 24-59 bulan di Kabupaten Pasuruan. Subjek penelitian berasal dari 3 kecamatan dengan cara random sampling dari 24 kecamatan di Kabupaten Pasuruan, Penelitian ini diambil 10% daerah dari total kecamatan yang ada. Hasil random sampling melalui website random.org menunjukkan bahwa kecamatan yang termasuk ke dalam wilayah penelitian adalah Kecamatan Nguling, Kecamatan Bangil, dan Kecamatan Purwodadi. Populasi dari 3 kecamatan tersebut akan diundi melalui website random.org sehingga didapatkan 43 orang responden masing-masing untuk pemilihan secara random sampling dan kelompok kontrol.
Ibu dengan usia 20-45 tahun yang mempunyai anak berusia 24-59 bulan yang memiliki status gizi kurang; ibu berpendidikan formal sampai dengan perguruan tinggi mulai dari tingkat SD, SMP, SMA, dan lulusan D3/D4/S1; ibu memiliki smartphone Android atau sistem operasi IOS yang dapat mengakses website dan balita tidak mengalami permasalahan penyakit infeksi akan diinklusikan pada penelitian ini. Di sisi lain, ibu yang buta huruf, ibu yang berasal dari lulusan pendidikan gizi dan balita yang sedang mendapatkan perawatan khusus karena sakit merupakan eksklusi dalam penilitian ini. Penelitian sudah di setujui oleh bagian etik dari Universitas Sebelas Maret.
Pengumpulan dan pengukuran data
Variabel penelitian dalam penelitian ini adalah aplikasi “Actzi” berbasis website dan tingkat pengetahuan dan status gizi anak dibawah 5 tahun. Variabel perancu adalah riwayat pendidikan dari ibu, pendapatan orang tua, konsumsi makanan, dan pemberian ASI eksklusif. Instrument penelitian dalam penelitian ini adalah aplikasi “Actzi” berbasis website dan kuisioner. Pengambilan data penelitian ini dilakukan oleh peneliti dibantu oleh kader posyandu dan ahli gizi puskesmas setempat. Data identitas responden diperoleh secara langsung melalui kuisioner, data pengetahuan ibu diperoleh dengan cara merekap dari hasil kuisioner yang dikerjakan oleh responden sebelum dan sesudah penelitian dan data antropometri tentang berat dan tinggi badandidapatkan dari hasil pengukuran posyandu yang tertera di buku KMS dan divalidasi dengan pengukuran secara langsung bersama ahli gizi puskesmas dan kader posyandu setempat merupakan data utama yang dikumpulkan. Data Sekunder yang dipakai dalam penelitian yaitu data prevalensi masalah gizi balita diperoleh dari laporan pemantauan status gizi Kabupaten Pasuruan dan data jumlah balita dan alamat responden diperoleh dari laporan gizi puskesmas dan buku register posyandu.
Selama penelitian berlangsung, responden pada kelompok perlakuan diminta mengakses aplikasi minimal 4 kali dengan durasi minimal 20 menit per akses. Berdasarkan Safitri et al (2018), durasi akses minimal ini sudah cukup untuk meningkatkan pengetahuan ibu. Selain itu, monitoring akan dilakukan setiap hari dengan menghubungi responden melalui telepon untuk memastikan responden mengakses aplikasi yang sudah diberikan.
Monitoring pengisian kuisioner untuk pre test dan post test juga akan dipantau secara langsung oleh peneliti bersama para kader posyandu dan ahli gizi puskesmas setempat.16
Analisis data
Nilai mean, standar deviasi, nilai terendah, nilai maksimum, dan distribusi frekuensi semuanya diperiksa dengan menggunakan analisis univariat. Data nominal dan ordinal dianalisis dengan menggunakan persentase (%). Saat menganalisis data pada skala interval, nilai rata-rata digunakan. Apabila kelompok sampel tidak memenuhi syarat normalitas uji statistik parametrik, maka uji Mann Whitney digunakan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan dari kedua kelompok sampel independen atau tidak berpasangan. Uji Chi-Square membandingkan dua variabel dengan menggunakan skala data nominal dan bersifat non parametrik.
Nilai mean, standar deviasi, nilai terendah, nilai maksimum, dan distribusi frekuensi semuanya diperiksa menggunakan analisis univariat. Data nominal dan ordinal dianalisis dengan menggunakan persentase (%). Saat menganalisis data pada skala interval, nilai rata-rata digunakan. Apabila kelompok sampel tidak memenuhi syarat normalitas uji statistik parametrik, maka uji non parametrik yaitu Mann Whitney digunakan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara dua kelompok sampel yang independen atau tidak berpasangan. Uji Chi-Square membandingkan dua variabel dengan menggunakan skala data nominal dan bersifat non parametrik.
HASIL
Penelitian ini dilakukan pada 45 responden Ibu usia 20-45 tahun yang mempunyai anak rentang usia 24- 59 bulan yang memiliki status gizi kurang. Penelitian dilakukan dengan cara memberikan kuesioner terhadap responden penelitian dan juga responden pada kelompok perlakuan diminta mengakses aplikasi minimal 4 kali dengan durasi minimal 20 menit per akses. Selain itu, monitoring akan dilakukan setiap hari dengan menghubungi responden melalui telepon untuk memastikan responden mengakses aplikasi yang sudah diberikan.
Tabel 1. Pendidikan Terakhir Responden
Keterangan F Persentase
SMP 4 8.89%
SMA 20 44.44%
S1 12 26.67%
D4 3 6.67%
D3 6 13.33%
Jumlah 45 100%
Berdasarkan tabel diatas, karakteristik hasil penyebaran kuesioner yang sudah dilakukan sebelumnya sampel terbesar sebanyak 20 yaitu SMA/Sederajat.
Tabel 2. Pekerjaan Orang Tua Responden
Keterangan F Persentase
Ayah
PNS 13 28.89%
Swasta 32 71.11%
Jumlah 45 100%
Ibu
IRT 17 37.78%
PNS 10 22.22%
Swasta 18 40.00%
Jumlah 45 100%
Berdasarkan tabel diatas, karakteristik hasil penyebaran kuesioner yang sudah dilakukan sebelumnya dapat diketahui bahwa 13 ayah responden berprofesi sebagai PNS dan sisanya 32 orang sebagai pegawai swasta.
Adapun karakteristik profesi ibu didapatkan bahwa 17 responden bekerja menjadi IRT, 10 responden bekerja menjadi PNS dan sisanya 18 responden berprofesi sebagai pegawai swasta.
Tabel 3. Tingkat Pendapatan Responden
Keterangan F Persentase
1.500.000 2 4.44%
2.000.000 7 15.56%
2.500.000 6 13.33%
3.000.000 7 15.56%
4.000.000 9 20.00%
5.000.000 8 17.78%
6.000.000 3 6.67%
8.000.000 2 4.44%
10.000.000 1 2.22%
Jumlah 45 100%
Berdasarkan tabel diatas, karakteristik hasil penyebaran kuesioner rata-rata penghasilan yaitu diatas Rp.
2.000.000.
Perbedaan Tingkat Pengetahuan Responden Penelitian Pada kelompok kontrol dan kasus
Tabel 4. Perbedaan Tingkat Pengetahuan Responden Penelitian Pada Kelompok kontrol dan kasus
Variabel N Mean P value
Pengetahuan Ibu Kontrol 45 30.88 0,000
Kasus 45 60.12
Tabel 4 menunjukkan pengetahuan pada sampel kontrol rata-rata adalah 30,88 sedangkan pengetahuan kelompok kasus yaitu rata-rata 60,12. Hasil analisis perbedaan pengetahuan kelompok kasus dan kontrol didapatkan terdapat perbedaan yang signifikan tingkat Pengetahuan Ibu pada data kasus dan kelompok kontrol (p=0,000).
Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Status Gizi anak dibawah 5 tahun
Tabel 5. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Status Gizi anak dibawah 5 tahun Kelompok Perlakuan (Pengetahuan)
Nilai p chi- square
Kontrol Kasus Total
N % n % n %
Status Gizi Balita
Kurang 0 0,0 2 2,2 2 2,2
0,878
Normal 39 43,3 32 35,6 71 78,9
Resiko Lebih 6 6,7 11 12,2 17 18,9
Total 45 50,0 45 50,0 90 100,0
Berdasarkan hasil, diketahui dari total 90 responden, ada sebanyak 2 sampel atau sebesar 2,2%
responden yang memiliki status gizi balita kurang dengan sebesar 2,2% atau sebanyak 2 responden merupakan kelompok data kasus. Sedangkan responden yang memiliki nilai status gizi normal ada sebanyak 71 responden atau sebesar 78,9% responden dengan sebesar 43,3% atau sebanyak 39 responden merupakan kelompok data kontrol dan sebesar 35,6% atau sebanyak 32 responden merupakan kelompok data kasus, dan responden yang memiliki nilai status gizi risiko lebih ada sebanyak 17 sampel atau sebesar 18,9%. Sebesar 6,7% atau sebanyak 6 responden merupakan kelompok data kontrol dan sebesar 12,2% atau sebanyak 11 responden merupakan kelompok data kasus. Analisis hubungan status gizi dan tingkat pengetahuan ibu menandakan tidak ada hubungan yang signifikan tentang Status Gizi Balita dengan pengetahuan terhadap kelompok responden kontrol ataupun kasus (p=0,000).
BAHASAN
Masalah Kesehatan terbesar di Indonesia salah satunya adalah gizi buruk. Hal ini terutama berlaku untuk balita karena hal ini sangat terkait dengan indikator kesehatan umum termasuk peningkatan angka kesakitan dan kematian neonatal dan balita. Selain itu, ketidakamanan pangan dapat membahayakan kualitas sumber daya manusia di masa depan. Kesehatan balita sangat dipengaruhi oleh kemampuan tubuh dalam menyerap nutrisi. Status gizi balita, jumlah makanan yang diberikan, waktu pemberian makan anak, dan cara penanganan makanan balita diduga dipengaruhi oleh umur, berat badan, diagnosis penyakit dan stadium (kondisi), kondisi rongga mulut sebagai penerima makanan, perilaku (makan, suka dan tidak suka terhadap jenis makanan), dan jenis makanan.17,18,19
Ketidaktahuan ibu terhadap kebutuhan gizi yang harus dipenuhi balita pada masa pertumbuhannya merupakan salah satu variabel yang berkontribusi terhadap permasalahan gizi pada balita. Orang mengalami dan belajar melalui pengamatan sensorik, yang termasuk dalam kelompok gejala yang dikenal sebagai pengetahuan.
Pengetahuan tercipta jika bisa memanfaatkan akal dan indranya dalam mengenali objek tertentu yang belum pernah dirasakan atau dilihat sebelumnya. Ada beberapa pendekatan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan masyarakat, khususnya para ibu. Efisiensi dan kenyamanan penggunaan waktu sangat dipengaruhi oleh kemajuan teknologi informasi. Marfuah dan Kurniawati (2017) berpendapat bahwa informasi harus diproduksi oleh media guna mendukung penyuluhan, pelatihan, dan pengetahuan program di masyarakat. Dengan
memfasilitasi komunikasi dan pertukaran pengetahuan, penggunaan media dalam pendidikan kesehatan dapat dianggap sebagai strategi untuk meningkatkan kesehatan yang baik.20,21
Hal ini menunjukan perbedaan yang signifikan tingkat pengetahuan kelompok kasus dan kontrol (p=0,000). Pada kasus ini Actzi efektif untuk meningkatkan tingkat pengetahuan ibu mengenai nutrisi anak.
Konsep pembelajaran elektronik berbasis web pertama kali diperkenalkan pada mata pelajaran pendidikan kesehatan, salah satu bidang yang banyak dipengaruhi oleh kemajuan teknologi melalui media seluler. Upaya untuk meningkatkan pemahaman ibu terhadap cara pemberian makanan pada balita yaitu melalui edukasi kepada ibu melalui media actzi aplikasi berbasis website. Oleh karena itu, berkat kemajuan teknologi saat ini, penggunaan media digital, khususnya aplikasi pada telepon pintar atau telepon seluler, dapat memaksimalkan manfaatnya bagi komunikasi perubahan perilaku di masyarakat. Program berbasis web dapat digunakan untuk memfasilitasi komunikasi yang mengubah perilaku.
Di sisi lain, pola makan anak dipengaruhi oleh variabel latar belakang budaya dan sosial ekonomi, pola makan dan gizi. Kemampuan seorang anak untuk berkembang secara fisik, psikologis, dan kognitif dapat terhambat secara permanen karena gizi yang tidak mencukupi dalam lima tahun pertama kehidupannya. Salah satu kriteria adalah status gizi. Kesehatan anak di masa akan datang dapat dihubungkan dengan status gizi anak kecil, yang merupakan ukuran tingkat pembangunan dan kesejahteraan sosial suatu negara.22
Para ibu tidak dapat membesarkan anak mereka dengan baik, dan jika mereka tidak memahami gizi, anak mereka mungkin berada dalam bahaya masalah gizi. Permasalahan gizi pada balita erat sangat dipengaruhi oleh pendidikan ibu. Peran ibu sangat penting dalam pertumbuhan anak, terlebih dalam pemberian makan.
Dalam situasi ini, kontribusi ibu sangat penting dalam meningkatkan status gizi anak balita. Oleh karena itu, para ibu harus mengerti dan menyadari pemenuhan gizi anaknya. Tindakan seseorang sangat ditentukan oleh tingkat pengetahuannya.23,20
Perilaku penyedia makanan adalah subjek penting dalam peningkatan status gizi anak, karena hal ini akan segera meningkatkan status kesehatan dan gizi anak di bawah usia lima tahun. Kurangnya pengetahuan tentang cara memberi makan anak kecil dan balita serta maraknya kebiasaan buruk terjadinya gizi buruk pada anak, terlebih pada balita.24,25
Menurut Dewi (2016), salah satu kegiatan gizi yang tercantum pada Rencana Aksi Kementerian Kesehatan RI adalah Pendidikan gizi yang meningkat dengan memberikan materi edukasi serta infromasi.
Dengan ini, dapat mempengaruhi pengetahuan serta sikap ibu guna meningkatkan perilaku dalam pemberian gizi pada anak.Di era digital ini, teknologi sudah sangat maju. Hal terjadi oleh munculnya Industri 4.0, suatu periode dimana teknologi sudah mendarah daging dalam setiap aspek kehidupan. Banyak hal lain yang juga berubah seiring dunia memasuki era baru; dengan kata lain, terjadi perubahan dimana-mana. Perubahan memang terjadi, namun juga membawa tantangan. 26,27
Pada saat sekarang informasi didapatkan dengan mudah karena teknologi sudah mulai berkembang.
Tumbuhnya beberapa aplikasi, yang sebagian besar kini menjadi salah satu terbanyak penggunanya, merupakan tanda kemajuan teknologi. Inovasi terkini di era teknologi adalah pengajaran gizi melalui aplikasi ACTZI yang berbasis website.25,26 Cara hidup sangat dipengaruhi oleh kemajuan teknologi, termasuk inisiatif pendidikan gizi.
Oleh karena itu, pendidikan gizi yang disampaikan melalui aplikasi website Actzi dapat dilihat sebagai suatu metode pembelajaran yang memanfaatkan perangkat elektronik sebagai alat atau penunjangnya.
Namun pelaksanaannya tidak berjalan semulus yang diharapkan karena adanya sejumlah tantangan, seperti kurangnya perangkat, jaringan yang kurang mendukung, atau bahkan kemasan materi pendidikan yang
buruk sehingga membuat para ibu tidak dapat memahaminya. Oleh karena itu, diperlukan media yang dapat menjadi solusi atas buruknya kemasan bahan.
Hasil penelitian ini menunujukkan bahwa berdasarkan output uji Chi-Square, nilai Asymp. tanda tangan. (2-lateral) pada Pearson Chi-Square (0,878) dimana lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima. Dapat diartikan bahwa ada hubungan signifikan antara pengaruh pendidikan gizi melalui aplikasi “Actzi” berbasis website terhadap status gizi balita usia 24-59 bulan di Kabupaten Pasuruan.
Keterbatasan pada penelitian antara lain sebagian besar responden belum dapat memahami dengan baik mengenai aplikasi ini karena tingkat Pendidikan yang cukup rendah. oleh karena itu, diperlukan penelitian selanjutnya yang daoat memperluas wilayah penelitian supaya hasil yang diperoleh dapat digeneralisasikan dan menambah karakteristik lain yang mungkin mempngaruhi perkembangan balita.
SIMPULAN DAN SARAN
Teknologi yang semakin maju memudahkan seseorang untuk mengakses berbagai informasi.
Perkembangan berbagai aplikasi, menjadi salah satu terbanyak penggunanya. Pendidikan gizi melalui aplikasi
“Actzi” berbasis website merupakan salah satu terobosan baru di tengah era teknologi saat ini.
Hasil penelitian ini menunujukkan bahwa berdasarkan pengujian Uji Mann Whitney, didapatkan nilai Asymp.
Sig. (2-tailed) 0,000 < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima, artinya terdapat perbedaan signifikan tingkat Pengetahuan Ibu pada data kelompok kontrol dan kasus. Dimana Hipotesis yang diterima merupakan terdapat pengaruh pendidikan gizi melalui aplikasi “Actzi” berbasis website terhadap peningkatan pengetahuan ibu di Kabupaten Pasuruan. Sedangkan berdasarkan output Chi-Square tests, dapat diketahui bahwa nilai Asymp. Sig.
(2-sided) pada Pearson Chi-Square (0,878) dimana lebih besar dari 0,05 maka tidak ada hubungan signifikan antara pengaruh pendidikan gizi melalui aplikasi “Actzi” berbasis website terhadap status gizi anak berusia 24- 59 bulan di Kabupaten Pasuruan. Hal tersebut disebabkan oleh pendidikan gizi yang dilakukan tidak memiliki pengaruh pada status gizi anak. Bisa saja status gizi tersebut disebabkan oleh faktor lainnya yang tidak diuji pada penelitian ini.
UCAPAN TERIMA KASIH
Peneliti sangat mengapresiasi yang sebesar-besarnya kepada semua unsur yang terlibat pada penelitian ini.
Pernyataan konflik kepentingan
Tidak ada konflik kepentingan dalam penelitian ini RUJUKAN
1. Kesari A, Noel JY. Nutritional Assessment. In: StatPearls [Internet] [Internet]. StatPearls Publishing; 2023 [cited 2023 Aug 27]. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK580496/
2. Fernández-Lázaro D, Seco-Calvo J. Nutrition, Nutritional Status and Functionality. Nutrients. 2023 Apr 18;15(8):1944.
3. Veronika AP, Puspitawati T, Fitriani A. Associations between nutrition knowledge, protein-energy intake and nutritional status of adolescents. J Public Health Res. 2021 Apr 14;10(2):2239.
4. Kementrian Kesehatan (Kemenkes). Buku Saku Pemantauan Status Gizi Tahun 2017. Jakarta: Direktorat Gizi Masyarakat Kemenkes; 2017.
5. Kementrian Kesehatan (Kemenkes). Warta Kesmas Edisi 2 2017. Jakarta: Kementrian Kesehatan; 2017.
6. Samosir OB, Radjiman DS, Aninditya F. Food consumption diversity and nutritional status among children aged 6–23 months in Indonesia: The analysis of the results of the 2018 Basic Health Research. PLoS One. 2023 Mar 16;18(3):e0281426.
7. Kementerian Kesehatan RI. Profil kesehatan Indonesia 2019. Jakarta: Kemenkes RI; 2019 p. 16–27.
8. Wiliyanarti PF, Wulandari Y, Nasrullah D. Behavior in fulfilling nutritional needs for Indonesian children with stunting: Related culture, family support, and mother’s knowledge. J Public Health Res. 2022 Dec 14;11(4):22799036221139936.
9. Noviana U, Ekawati H. ANALISIS FAKTOR BERAT BADAN LAHIR, STATUS EKONOMI SOSIAL, TINGGI BADAN IBU DAN POLA ASUH MAKAN DENGAN KEJADIAN STUNTING. Prosiding Seminar Nasional Poltekkes Karya Husada Yogyakarta Tahun 2019. 2019;
10. Young H. Nutrition in Africa’s drylands: A conceptual framework for addressing acute malnutrition.
Boston: Feinstein International Center; 2020.
11. Alamsyah D, Mexitalia M, Margawati A, Hadisaputro S, Setyawan H. Beberapa Faktor Risiko Gizi Kurang dan Gizi Buruk pada Balita 12-59 Bulan (Studi Kasus di Kota Pontianak). Jurnal Epidemiologi Kesehatan Komunitas. 2017 Feb 10;2(1):46–53.
12. Fadare O, Amare M, Mavrotas G, Akerele D, Ogunniyi A. Mother’s nutrition-related knowledge and child nutrition outcomes: Empirical evidence from Nigeria. PLOS ONE. 2019 Feb 28;14(2):e0212775.
13. Saaka M. Relationship between Mothers’ Nutritional Knowledge in Childcare Practices and the Growth of Children Living in Impoverished Rural Communities. J Health Popul Nutr. 2014 Jun;32(2):237–48.
14. Lieffers JRL, Arocha JF, Grindrod K, Hanning RM. Experiences and Perceptions of Adults Accessing Publicly Available Nutrition Behavior-Change Mobile Apps for Weight Management. J Acad Nutr Diet. 2018 Feb;118(2):229-239.e3.
15. Badan Pusat Statistik Kabupaten Pasuruan. Kabupaten Pasuruan dalam Angka 2020. Pasuruan: BPS Kabupaten Pasuruan; 2020.
16. Safitri S, Melinda H, Noegroho BS, Husein F, Marhaeni D, Djais JTB. Penerapan Aplikasi Sayang ke Buah Hati (SEHATI) terhadap Pengetahuan Ibu serta Dampak pada Keterampilan Anak tentang Cara Menyikat Gigi. Global Medical and Health Communication. 2018 Apr 30;6(1):68–73.
17. Amalia R, Siregar FR, Alfian MF, Arie Sandy LP. Regulations on nutrition in Indonesia and its relation to early childhood caries. Front Public Health. 2022 Sep 28;10:984668.
18. Kesuma ZM, Siregar LR, Fradinata E, Fathinah A. Factors Affecting Stunting in Children under 5 Years of Age in Indonesia using Spatial Model. Indian J Public Health. 2022;66(3):264–8.
19. Fahmida U, Pramesthi IL, Kusuma S, Wurjandaru G, Izwardy D. Problem Nutrients and Food-Based Recommendations for Pregnant Women and Under-Five Children in High-Stunting Districts in Indonesia. Curr Dev Nutr. 2022 Mar 8;6(5):nzac028.
20. Marfuah D, Kurniawati I. Upaya Peningkatan Pengetahuan Ibu tentang MP-ASI dengan Edukasi Gizi melalui Booklet. URECOL. 2017 Sep 7;273–80.
21. Hasan N, Soewarno N, Isnalita I. Pengaruh Teknologi Informasi terhadap Proses Pembelajaran dan Prestasi Akademik Mahasiswa. JKA. 2019 Jun 30;3(1):68.
22. Besari DA. DETERMINAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI KURANG PADA BALITA DI DESA BRANTA PESISIR DAN DESA TLANAKAN KECAMATAN TLANAKAN KABUPATEN PAMEKASAN. The Journal of Universitas Negeri Surabaya. 2014;3.
23. Wisanto NR, Gita Kostania S, Sri Rahayu SKN. THE INFLUENCE OF USING E-BOOK EDUCATION ON KNOWLEDGE OF WOMEN UNDER-FREE ABOUT COMPLEMENTARY FOODS AGED 6-12 MONTHS. SEAJOM: The Southeast Asia Journal of Midwifery. 2023 Apr 28;9(1):54–8.
24. Ekawidyani KR, Khomsan A, Dewi M, Thariqi YA. Nutrition Knowledge, Breastfeeding and Infant Feeding Practice of Mothers in Cirebon Regency. Amerta Nutrition. 2022 Jun 6;6(2):173–82.
25. Prasetyo YB, Permatasari P, Susanti HD. The effect of mothers’ nutritional education and knowledge on children’s nutritional status: a systematic review. International Journal of Child Care and Education Policy. 2023 Apr 8;17(1):11.
26. Fisabillillah NAJ, Kostania G, Mansur H. THE INFLUENCE OF HEALTH EDUCATION USING MEDIA E-BOOK ON NUTRITION FULFILLMENT KNOWLEDGE IN BREASTFEEDING MOTHERS.
SEAJOM: The Southeast Asia Journal of Midwifery. 2023 Apr 28;9(1):38–45.
27. Majidah NM, Sulistiyawati S, Paramashanti BA. Effect of Maternal Nutrition Education on Knowledge, Attitude, and Practice Related to Infant and Toddler Feeding. Nutri-Sains: Jurnal Gizi, Pangan dan Aplikasinya.
2021 Nov 20;5(2):73–82.