• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendidikan Karakter Berbasis Iman, Ilmu dan Amal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Pendidikan Karakter Berbasis Iman, Ilmu dan Amal"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Pendidikan Karakter Berbasis Iman, Ilmu dan Amal

Fitriana Rusyai Ali Ahmad

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Indonesia Keywords:

Character education, faith, knowledge, indeed

Abstract

This paper aims to explain the theoretical idea of the concept of character education based on faith, science and charity which is essentially very important because it is needed by a family, society and even country, in order to bear an intelligent generation with good morality. In fact, the character education is absolutely necessary, because we often see news of immoral acts on television, and are also reported on various social media. So that some people place their hopes on educational institutions to be able to become a place for personality development that reflects the character and religioius values.

The result of this paper shows that exemplary and professionalism of all parties from various circles is the main factor that must be played synergistically, namely through the power of aqidah with a foundation of faith accompanied by knowledge and charity. The methodology used in this paper is a descriptive method based on library research

Kata kunci:

pendidikan karakter, iman, ilmu, amal

Abstrak

Tulisan ini bertujuan menjelaskan gagasan teori tentang konsep pendidikan karakter berbasis iman,ilmu dan amal yang pada hakikatnya merupakan hal yang sangat penting karena dibutuhkan oleh semua elemen, mulai dari keluarga, masyarakat, bahkan negara, demi menghantarkan generasi yang cerdas dalam nalar dan juga moral. Bahkan kebutuhan akan pendidikan karakter sudah sampai pada kadar darurat yang mutlak diperlukan, sebab tidak jarang berbagai berita tindakan amoral sering kita lihat di televisi, dan diberitakan pula diberbagai media sosial. Sehingga sebagian kalangan menumpukan harapan pada lembaga pendidikan untuk dapat menjadi wadah pembinaan kepribadian yang mencerminkan karakter dan nilai nilai agama.

Hasil tulisan ini menunjukkan bahwa keteladanan dan profesionalitas dari semua pihak dari berbagai kalangan menjadi factor utama yang mesti diperankan secara sinergis, yaitu melalui kekuatan aqidah dengan landasan keimanan yang disertai dengan ilmu,dan amal. Adapun metodologi yang dipergunakan dalam tulisan ini adalah metode deskriptif berdasarkan penelitian kepustakaan.

PENDAHULUAN

Berbicara mengenai pendidikan karakter, sebenarnya sudah ada berbagai upaya yang dilakukan oleh berbagai pihak, misalnya yang dilakukan oleh kemendikbud, salah satu diantaranya yaitu dengan upaya penerapan 8 karakter bagi peserta ddik di sekolah, yaitu religious, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan , cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingungan, peduli social, tanggung jawab dll (yoguruberbagi.kemendikbud.go.id)

Problemanya adalah sudah sejauh mana hasil yang diperoleh jika memang sudah ada berbagai upaya yang sebelumnya dilakukan ini. Yang tentunya semuanya diperlukan penelitian mendalam dengan menelusuri berbagai pihak yang mana saja yang sudah melakukan atau melaksanakan pendidikan karakter, kemudian apa yang dihasilkan dan apakah ada tantangan atau hambatannya.

Tulisan ini hakikatnya mendeskripsikan konsep pendidikan karakter dalam ajaran Islam. Sehingga tulisan ini merupakann kajian penelitian yang bersifat mendasar berkenaan teori

(2)

pendidikan karakter dengan basis iman. llmu, dan amal.

Di Indonesia, pendidikan karakter mulai digerakkan kembali sejak awal tahun 2010,yang sebenarnya di Indonesia pendidikan karakter sudah menjadi goodwill Presiden Pertama Bung Karno dengan istilah semboyan bahwa kemerdekaan bertujuan untuk nation and character building. Pada saat itu perhatian terhadap pendidikan karakter terasa sekali hingga menjelang lahirnya orde baru, dimana pendidikan kepribadian dan pendidikan agama berfokus pada pembentukan akhlak dan kepribadian anak, sehingga sampai tahun 1960-an terasa sekali bahwa akhlak dan pribadi mulia menempati posisi tertinggi dalam konteks berbangsa dan bernegara. Kemudian sejalan dengan lahirnya orde baru dengan orientasi pembangunan ekonomi, semenjak itu pelan- pelan tapi pasti nilai-nilai akhlak mulia berganti dengan nilai material. Budaya spiritual berganti dengan budaya material yang menjadikan kemajuan dan sukses seseorang diukur dari sampai seberapa jauh penguasaannya terhadap materi, bukan lagi atas dasar sampai seberapa jauh ketinggian akhlak budi pekertinya.

Sejalan dengan budaya materialis itulah muncul koruptor dan manipulator, disertai dengan tumbuh dan berkembangnya karakter jelek seperti serakah, tidak jujur, khianat, nepotis, kolusi, dan lain-lain.

Dampak dari itu budi kemanusiaan menjadi mati, sehingga ketidak jujuran, kekerasan, rasa benci, individualis, memotong dalam lipatan, penjarahan, melanggar amanah, menjual jabatan,mafia hukum dan lain-lain, diiringi dengan minuman keras, narkoba dan bunuh diri menjadi hal yang mengerikan di negeri ini.

Bagaimana semua itu bisa dikembalikan agar manusia memiliki karakter positif atau berkepribadian dan akhlak mulia, tentu tergantung dari kesadaran kita bersama untuk mengupayakannya.( Prof. Dr. H.

Kamrani Buseri MA, Dasar, Asas, dan prinsip

Pendidikan Islam, cet-1, IAIN Antasari, Banjarmasin, 2014, h.216.

Pendidikan Islam merupakan proses trans-internalisasi pengetahuan dan nilai Islam kepada peserta didik melalui upaya pengajaran, pembiasaan, bimbingan, pengasuhan, pengawasan dan pengembangan potensinya guna mencapai keselarasan dan kesempurnaan hidup di dunia dan akhirat.( Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir; 2006, h. 29-28.

Selaras dengan hal tersebut, bahwa sebagai bagian integral dari proses pendidikan di Indonesia, Pendidikan Agama Islam diposisikan sebagai basis terdepan yang diharapkan mampu memberikan solusi atas berbagai problematika seperti dekadensi moral berupa kenakalan remaja dan pelajar dari mulai tawuran, narkoba hingga kriminalitasyang mewarnai kehidupan di era masa kini.Yang penanganannya memerlukan keseriusan dari berbagai pihak. Bilatidak terselesaikan, maka moralitas dan spiritualitas generasi muda Indonesiaakan terancam. Sehingga, perhatianpenting dari semua pihakumumnya dan khususnya bagi para praktisi pendidikan amat sangat diperlukan. Bahkan menjadi tugas bagi mereka agar dapat mewujudkan sebuah rumusan yang mampu mensinergikan pendidikan agama islam sebagai sumber nilai dan tingkah laku.

Selain itu, perlunya integrasi antara pengetahuan umum dan agama, sehingga anak didik dibekali dengan kepribadian yang utuh, yaitu pribadi yang disamping berilmu pengetahuan juga harus berakhlak mulia.

Apalagi di saat masyarakat modern dewasa ini telah berhasil mengembangkan ilmu pengetahuan dan tekhnologi canggih untuk mengatasi berbagai masalah kehidupanya, namun pada sisi lain ilmu pengetahuan dan tekhnologi canggih tersebut tidak mampu menumbuhkan moralitas ( akhlak ) yang mulia.Sebab nilai kejujuran, kebenaran,keadilan, tolong menolong dan kasih sayang telah tertutup

(3)

oleh penyelewengan, penipuan, penindasan, saling menjegal dan saling merugikan . Hal ini terjadi dikarenakan beberapa factor yang mempengaruhi cara berfikir manusia modern, sebagaimana diungkapkan oleh Prof.Zakiyah Darajat yaitu: kebutuhan hidup yang semakin meningkat, rasa individualistis dan egoitis, persaingan dalam hidup, keadaan yang tidak stabil, dan terlepasnya pengetahuan dari agama. (Prof, Dr, H.

Abuddin Nata, MA; 2003, h.95-96).

B. Hakikat Pendidikan Karakter dan Urgensinya

Hakikat Pendidikan Karakter

Apa itu pendidikan karakter?

Sebelum dijelaskan makna pendidikan karakter, terlebih dahulu akan diuraikan definisi karakter. Secara etimologis, kata karakter berarti tabiat,watak,sifat-sifat kejiwaan , akhlak atau budi pekerti yg membedakan seseorang dengan orang lain.

Dalam bahasa inggris, karakter( character) diberi arti a distinctive differentiating mark, tanda atau sifat yg membedakan seseorang dengan orang lain.(H.Amirullah Syarbini,M.Ag;

2011, h.13.

Sedangkan secara terminologis, karakter adalah sifat mantap,stabil, dan khusus melekat dalam pribadi seseorang yang membuatnya bersikap dan bertindak secara spontan,tidak dipengaruhi oleh keadaan dan tanpa memerlukan pemikiran terlebih dahulu. )H.Amirullah Syarbini,M.Ag, Op.Cit, h. 15-17.

Dari konsep karakter ini, muncullah istilah pendidikan karakter ( character education ).Menurut Ratna Megawangi, pendidikan karakter adalah sebuah usaha untuk mendidik anak –anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari- hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya.dan Martadi mengatakan”

pendidikan karakter adalah proses pemberian tuntunan peserta/anak didik agar

menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa. sehingga Peserta didik diharapkan memiliki karakter yang baik maliputi kejujuran, tanggung jawab, cerdas, bersih dan sehat, peduli dan kreatif. Karakter tersebut diharapkan menjadi kepribadian utuh yang mencerminkan keselarasan dan keharmonisan dari olah hati, pikir,raga serta rasa dan karsa.” )Prof. Dr. H. Kamrani Buseri MA;, h. 217.)

Menurut H amirullajh: “Pendidikan karakter menekankan pada habit atau kebiasaan yang terus-menerus dipraktikkan dan dilakukan.” (H.Amirullah Syarbini,M.Ag, h. 17)

Urgensi Pendidikan Karakter

Kita tidak boleh meremehkan persoalan peneguhan akhlak. Karena saat kita bercita-cita mengaktualisasikan pendidikan Islam seutuhnya maka untuk mencapainya, diperlukan diomensi akhlak yang Islami.

Keindahan akhlak yang ditampilkan Rasulullah SAW telah membungkam segala hujjah orang-orang yang mendustakan Rasulullah SAW.

Karena semangat menegakkan kebenaran (baca: syari‟at Islam) mendorong setiap pribadi untuk meningkatkan kualitas akhlaknya.

Prinsip itu berlaku universal dan dipraktikan pula oleh para nabi sebelum Rasulullah SAW. Dapat kita lihat bagaimana Allah SWT mengutus Nabi Musa AS dan Nabi Harun AS untuk menghadapi Fir‟aun.

Bukan untuk semata-mata menawarkan kebenaran, namun untuk menawarkan kebenaran dengan menggunakanakhlak.

Allah SWT berfirman:

“Pergilah kamu berdua kepada Fir‟aun sesungguhnya dia telah melampaui batas.

Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah- mudahan ia ingat atau takut (kepada

(4)

Sehingga dengan demikian,terkuaklah betapa mendesak dan pentingnya memiliki akhlak yang mulia, yaitu yang berkarakter sesuai dengan tuntunan agama.Terutama dengan lajunya arus perkembangan tekhnologi canggih yang semakin cepat dan pesat seperti saat ini, berbagai media dapat diakses sedemikian rupa , jika pondasi karakter/ akhlak yang menjadi benteng /control diri, tidak kokoh atau lemah,maka akan mudah terpengaruh oleh dampak negativenya.

Oleh karena itu, setiap orangtua dan semua guru, bahkan lingkungan masyarakat hendaknya turut membina anak menjadi orang yang baik, mempunyai kepribadian yang kuat dan sikap mental yang sehat serta akhlak yang terpuji.Dan semuanya itu dapat diusahakan melalui pendidikan, baik yang formil (di sekolah) maupun yang informil (di rumah oleh orangtuadan nonformal (di lingkungan social dengan masyarakat sekitar).

Dan hendaknya setiap pendidik menyadari bahwa dalam pembinaan pribadi atau karakter anak sangat diperlukan pembiasaan-pembiasaan dan latihan,-latihan yang cocok dan sesuai dengan perkembangan jiwanya. Karena pembiasaan dan latihan tersebut akan membentuk sikap tertentu pada anak, yang lambat laun sikap itu akan bertambah jelas dan kuat, yang pada akhirnya tidak tergoyahkanlagi, karena telah masuk menjadi bagian dari pribadi/karakternya.

Karena Latihan keagamaan, yang menyangkut akhlak dan ibadah social atau hubungan manusia dengan manusia, sesuai dengan ajaran agama, jauh lebih penting dari pada penjelasan dengan kata-kata.Latihan- latihan di sini dilakukan melalui contoh yang diberikan oleh pendidik, baik guru maupun orang tua dan lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, seorang pendidik hendaknya mempunyai kepribadian yang dapat mencerminkan ajaran agama, yang akan diajarkannya kepada anak, lalu sikapnya dalam melatih kebiasaan –kebiasaan baik

yang sesuai ajaran agama, hendaknya menyenangkan dan tidak kaku. (rof.Zakiyah Darajat, Ilmu Jiwa Agama ; 1976, h.77,80.)

Dan diharapkan dengan adanya pendidikan karakter, anak didik dapat dibentukdengan karakter yang baik. Kepada mereka ditanamkan unsur nilai-nilai moral, tindakan moral, kepribadian moral, emosimoral, penalaran moral, identitas moral, dan karakteristik dasardalam memberikan respon terkait dengan moralitas seseorang yangharus dimiliki anak didiklalu kemudian mereka mampu menerapkannya dalamkehidupan sehari-hari. Sehingga dengan benteng moral/akhlak yang dimiliki anak didik tersebut, maka akan terwujudlah dua dimensi sekaligus (vertical dan horizontal), atau kesalehan pribadi dan kesalehan social .

Problem Pendidikan Karakter

Berbicara masalah problem pendidikan pada dasarnya tidak bisa dengan hanya melihat pada zaman (era atau masa) dimana pendidikan karakter diberlakukan, akan tetapi lebih kepada essensi daripada muatan pendidikn yang ditanamkan dalam pendidikan karakter. Karena zaman boleh berubah tetapi essensi daripada nilai nilai karakter yang mencerminkan keluhuran dan kemuliaan akhlak pada hakikatnya tidaklah berubah.

Namun tidak dipungkiri bahwa dalam tataran pelaksanaan pendidikan karakter, pastlah ada kendala yang dihadapi, seperti kurangnya sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat luas tentang pendidikan karakter.terutama bagi anak didik di sekolah maupun mahasisswa diperguruan tinggi.

Contohnya dalam pengambilan keputussan, mahasiswa pada dasarnya, mereka seharusnya sudah mammpu mencari solusi atas permasahan yang mereka hadapi, bertindak dengan pertimbangan matang serta lengkap dengan kesiapannya terhadap berbagai konsekuensi atas sikap telah yang diambil.

(5)

Dan ini dapoat kita lihat dari apa yang sudah ditemukan pada penelitian penelitian sebelum ini, contohnya penelitian yang dilakukan oleh ali Ibrahim, 2000 di Harvard university bahwa kontribusi hardskill pada diri seseorang terhadap capaian kesuksesannya hanya sekitar 20%

dan selebihnya 80% terletak pada kemampuan softkillnya,sehingga karakteristik seseorang memegang peran penting dalam penentuan keberhasilan, yang mana itu dipenggaruhi oleh kualitas pendidikan karaktewr yang diserapolehnya.

(yoguruberbagi.kemendikbud.go.id) C. Hakikat Iman,Ilmu,dan Amal Iman,Ilmu,dan Amal

Iman berasal dari bahasa arabamana yu‟minu, secara bahasa bermakna at-thashdiq wa al –iqrar ( pembenaran dan pengakuan ).

Yaitu menyakini dengan hati,mengakui dengan lisan, dan mengamalkan dengan perbuatan. (Nukhbah min al al „ulama, 1421 H, h.340.)Secara syariat, iman juga dimaknai sebagai rukun-rukunnya yang enam yaitu beriman kepada Allah SWT, malaikatNya, kitab-kitabNya, para rosulNya, dan hari akhir serta qadar.

Keimanan yang dimaksudkan bukanlah hanya sekedar ucapan lisan, ataupun keyakinan di dalam hati, akan tetapi keyakinan dan keimanan yang sebenar- benarnya yaitu yang memenuhi seluruh isi hati nurani, dan tampak dalam amal perbuatan yang sholih. Sehingga keimanan kepada Allah SWT adalah pokok pangkal yang melahirkan amal kebaikan.Allah SWT berfirman:

Sesungguhnya orang-orang beriman dan beramal sholih itu, akan diberi petunjuk oleh Allah dengan sebab keimanan mereka. (surah Yunus: 9)

Barangsiapa yang beriman kepada Allah, maka Allah SWT akan memberikan petunjuk kedalam hatinya. (surah Taghabun:11)

Dan apabila hati sudah memperoleh petunjuk kebaikan, sekuat tenaga amal kebaikan akan diupayakan.Mengamalkan dengan berbagai konsekwensi aqidah/keimananakll, serta komitmen dengan prinsip-prinsip aqidah, baik yang berbentuk akhlak, prilaku maupun berjuang dijalan keimanan dengan berkorban harta dan jiwa.

Oleh karena itu, keimanan kepada Allah SWT merupakan semulia-mulianya ikatan/hubungan antara manusia dengan Sang Penciptanya. Karena manusia adalah semulia-mulianya makhluk Allah yang ada di muka bumi, sedangkan semulia-mulia yang ada dalam diri manusia itu adalah hatinya, dan semulia-mulianya sifat yang ada dalam hati manusia itu adalah keimanan. Sehingga, mendapat petunjuk atau hidayah keimanan merupakan seutama-utamanya kenikmatan bagi manusia, dan semulia-mulianya karunia yang Allah SWT anugrahkan kepada hambaNya.( Said Sabiq, al-Aqaid al-Islamiyah, 1983 M, h.79-08.)

Adapun Ilmu berasal dari bahasa arabalima ya‟lamu, yang berarti tahu atau mengetahui. Secara istilah, ilmu adalah pengetahuan tentang hakikat sesuatu, disusun bersistem menurut metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu dibidang (pengetahuan)itu. Dan dalam aplikasinya, ilmu dapat dilihat dari beberapa sisi :

1. Ilmu teoritis, berisikan konsep mengenai teori, petunjuk, arahan, dan prediksi yang memerlukan tindak lanjut berupa eksperimen, penelitian, dan lain sebagai nya.

2. Ilmu terapan, berupa teori yang kongkrit dan telah dapat dipergunakan dalam kehidupan seperti membaca, menulis, dan menghitng

3. Ilmu alat/teknologi, yaitu pengetahuan yang menghasilkan alat/tekhnologi sehingga dapat dipergunakan untuk memudahkan mengeksploitasi alam guna memperoleh hasil lebih cepat, lebih

(6)

mudah ,dan lebih banyak.(KH,Amiruddin MS, PhD,Jaksel, 2008, h.29.)

Ilmu merupakan pondasi utama sebelum beramal, karena seseorang dapat mengetahui amalannya sesuai dengan syariat atau tidak sesuai melalui ilmu. Ilmu adalah salah satu sarana petunjuk jalan atau tarbiyah agar tidak terjerumus tipu daya iblis dan bala tentaranya, karena yang paling awal, iblis palingkan dari manusia adalah ilmu, disebabkan ilmu itu adalah cahaya atau penerang. Dan ilmu itu diperlukan oleh manusia, karena ilmu dapat membantu manusia mengatasi persoalan kehidupan.

Dengan ilmu, manusia mampu menciptakan tekhnologi, serta membangun peradaban.

Amal berasal dari bahasa arab „amala yang berarti berbuat, bertindak. Sedang perbuatan atau tindakan itu dilakukan oleh manusia secara sengaja.

Adapun kualitas hidup manusia tidak akan bermakna jika tanpa iman dan amal sholih.Allah SWT berfirman:

“Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar- benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholih dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.” (surah al-Ashr: 1-3)

Beramal dalam arti luas tidak sekedar meliputi penunaian kewajiban beribadah secara ritual sebagai pengabdian diri kepada Allah SWT seperti sholat, puasa,menunaikan zakat, dan berhaji. Akan tetapi disamping itu, semua kegiatan dalam kehidupan sehari- hari seperti bekerja sebagai pegawai, pedagang, guru, petani, dan lain sebagainya,juga dapat dikategorikan sebagai amal. Bahkan berbuat kebaikan sekedar membantu orang tua yang kesulitan menyebrangi jalan pun termasuk kategori amal perbuatan, selama perbuatan itu bertujuan mencari ridha Allah SWT. Dengan demikian, sustansinya dalam hal ini adalah landasan utama yang menjadikan setiap perbuatan itu bernilai amal ibadah.

(KH,Amiruddin MS, PhD,Op.Cit,h.30.)

Korelasi antara Iman, Ilmu danAmal Agama islam mengandung aqidah,syariah,dan akhlak,sedang iman,ilmu dan amal ada dalam cakupan tersebut.

Walaupun yang paling menentukan dalam kehidupan seorang muslim adalah iman atau keimanan, namun tanpa adanya integritas antara ilmu dan amal dalam kesehariannya, maka keislamannya menjadi kurang utuh, bahkan akan mengakibatkan degradasi keimanan pada dirinya, karena eksistensi prilaku lahiriyah seorang muslim adalah perlambangbatinnya.

Seorang yang berilmu, harus memupuk keilmuan yang dimilikinya dengan amal sholih yang nyata dalam kesehariannya berdasarkan keimanan yang benar. Antara iman,ilmu dan amal ketiganya terintegrasi dalam agama islam, ibarat pohon, maka iman adalah akarnya, dan ilmu adalah sebagai batang pohon yang mengeluarkan dahan dan cabang ilmu pengetahuan, sedang amal adalah ibarat buahnya yang menghasilkan manfaat.

Segala bentuk amal perbuatan yang tidak dilandasi oleh ilmu pengetahuan tentangnya, justru akan berdampak pada kesalahan dalam berbuat, bahkan menimbulkan kerusakan. Sehingga benarlah apa yang pernah diucapkan oleh khalifah Umar bin Abd al-Aziz bahwa

barangsiapa yang

melakukan suatu pekerjaan tanpa didasari oleh ilmu pengetahuan tentang itu maka (akibatnya) apa yang dia rusak akan lebih banyak daripada apa yang dia perbaiki.

(Abi Umar Yusuf bin Abdillah anNamary alQurthuby, 2013, Jilid 1, h: 66. )

Iman,ilmu dan amal merupakan tiga unsure yang harus ada dalam sikap kita, keyakinan tidak bermakna manakala tanpa dibarengi amal perbuatan, ilmu yang kita miliki tidak punya arti jikalau tanpa amal sholih .Antara keimanan, ilmu, dan amal mestilah diupayakan secara bersamaan, sebab ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Ketiga unsure

(7)

tersebut harus senantiasa kita asah, kita perbaiki,sehingga dalam melakukan tindakan apapun selalu berangkat dari keimanan, dan berdasar ilmu.

D. Pendidikan Karakter berbasis Iman,Ilmu&Amal

Penumbuhkembangan fithrah anak merupakan bagian dari upaya penumbuhkembangan kepribadian beragama anak kemudian inilah yang menjadi karakteristyik kepribadian seseorang, yang denghannya mampu menjadikannya berwatak mulia.

Sedangkan pembiasaan dalam pendidikan anak adalah termasuk bagian yang sangat penting dalam pendidikan karakter, tepatnya dalam pembentukan kepribadian atau akhlak.

Prof. Kamrani mengatakan:

“pendidikan karakter atau kepribadian harus pula dilanjutkan oleh sekolah setelah pembinaan awal dilaksanakan di rumah atau keluarga. Dan untuk meningkatkan peran lembaga pendidikan bagi pendidikan karakter, telah dikembangkanfull day school dan boarding

school atau pondokan. Kemudian yang tidak kalah pentingnya adalah peran masyarakat luas baik masyarakat yang terdekat seperti tetangga, teman sekerja, maupun masyarakat luas lainnya. Masyarakat harus menampilkan perilaku yang baik, menyebarluaskan amar ma‟ruf dan nahi munkar. “ (Prof. Dr. H.

Kamrani Buseri MA, h: 218,219,223,224.) Menurutnya pula bahwa dalam hal mendidik karakter anak melalui pembinaan dan penanaman kesadaran akan adanya sang pencipta,maka upaya yang dapat dilakukan pendidik supaya benih iman itu tumbuh dan kokoh dalam jiwa anak didiknya, adalah membekalinya dengan ilmu pengetahuan, diantaranya dengan:

-Memperhatikan kejadian alam sekitar dengan sikap menggagumi dan mengkui

-Menganalisa awal kejadian diri sendiri sebagai manusia yang terdiri dari ruh dan jasad dengan berbagai elemen jasmani, dan ruhani yang ada padanya.

Bahkan membiuasakan diri dengan ibadah dan ketatan mampu menghadirkan keistiqiomahan dalam bersakhlak seperti dalam sholat, puasa, zaklat dan lain lain sebagainya.

Allah SWT berfirman berkenaan balasan ketaatan::

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar- benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku- Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (surah an- Nur: 55)

Dan didalam hadis Rosul SAW,disebutkan:“Yang selalu merasakan nikmat iman adalah orang yang rela menjadikan Allah sebagai Robb, menjadikan Islam sebagai agama dan Muhamad sebagai Nabi.”

(Muhammad bin Abdullah abu Abdullah al Hakim anNisabury, alMustadrak „ala Shohihain, 1990 M, bab Jihad, jilid 2, h. 102.)

Dan dalam pendidikan islam yang diharaokan adalah bagaimana daopat mewujudkan generasi yang kokoh spiritual dan intelektual serta istiqomah dalam pengamalannya atas asas iman&ilmu yang benar. Sebagaimana pula termaktub dalam undang-undang Sistem Pendidikan Nasional no 28 tahun 2883, pasal 1, “ pendididikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

(8)

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.” ( sisdiknas no 28 th 2883)

Adapun Pendidikan karakter berbasisiman,ilmu dan amal bertujuan mewujudkan insane kamil yang cerdas, dan berdaya nalar yang optimal, mampu mengembangkan diri dan potensi yang ada, memiliki jiwa yang kokoh , penuh semangat dan rasa tanggungjawab,jujur dan amanah, serta senantiasa menghiasi diri dengan akhlak yang mulia.

Relevansi dan implementasainya di era kekinian

Pendidikan merupakan proses pembelajaran yang berkelanjutan, terus menerus dan bukan hanya sebatas mengetahui dan menguasai ilmu pengetahuan akan tetapi bagaimana dengan bekal keilmuan dan pengetahuan tersebut mampu menjadi cerminan jatidiri seseorang dalam bertindak dan bersikap dikeseharian.

Oleh karena itu pendidikan karakter berbasis iman, ilmu dan amal merupakan sebuah konsep yang sempurna dalam membereikan arah dan tujuan bagi pendidikan pada umumnya dan pendidikan Islam pada khususnya.

Dan pendidikan karakter ini sangat relevan untuk diterapkan kepada semua kalangan dalam tingkatan pendidikan mulai dari pendidikan kanak-kanak sampai p[ada pebndidikan tinggi di perguruan tinggi.

Hnaya saja muatan praktisnya disesuaikan dengan jenjang atau tingkat pendidikan.

Walaupun dalam pelaksananan dan penerapannya di era kekinian seperti sekarang ini tidak lah mudah. Sebab saat pandemic misalnya control guru sebagai pendidik di sekolah kepada anak didik

menjadi berkurang sehingga untuk menertibkan kembali akan kebiasaan kebiasaan baik dalam penerapan nilai nilai pendidikan karakter dibutukan kerja keras semua pihak, baik keluraga maupun masyarakat.

E. PENUTUP

Untuk menggagas kembali kebangkitan dan kejayaan Islam, kita harus memulainya dengan meyakini kembali nilai- nilai kebenaran Islam dan menyerapnya ke dalam seluruh ruang kehidupan. Dengan keyakinan ini, diharapkan dalam diri kita akan lahir kembali kesadaran penuh tentang ajaran agama ini, dan selanjutnya bertebaran amal islami dalam kehidupan kita. Oleh karena itu, pendidikan karakter berbasis iman,ilmu dan amal (akhlak mulia) :

1)menjadi tumpuan harapan berbagai pihak.

Diantaranya karena pendidikan karakter mampu menjawanb tantangan abad 21 (abuddin.lec.uinjkt.ac.id)

2)menjadi solusi atas krisis moral yang melanda generasi bangsa ini.

3)sumber kekuatan dan kemenangan kaum muslimin, selauin bertumpu pada sisi aqidah/keimanan atau ibadah, juga diiringi dengan sisi ilmu pengetahuan dan ekspansi kebaikan atau amal islami.

Dan adapun solusi atas berbagai persoalan kehidupan saat ini tidak terlepas dari keseimbangan antara iman,ilmu dan amal sehingga kepribadian yang kokoh hakikatmnya berdiri tegak di atas tiga pilar yang satu sama lain tidak boleh terpisahkan yaitu, iman, ilmu dan amal. Namun perlu diingat bahwa keteladanan dan profesionalitas dari semua pihak dari berbagai kalangan menjadi kunci dan factor utama yang mesti diperankan secara sinergis, yaitu melalui kekuatan aqidah dengan landasan keimanan yang disertai dengan ilmu,dan amal.

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Amiruddin, Iman, Ilmu, dan Amal, Tiga Pilar Muhammad SAW Membangun Peradaban,Nizham

Buseri, Kamrani, Dasar, Asas, dan prinsip Pendidikan Islam, cet-1, IAIN Antasari, Banjarmasin, 2014 M.

Darajat, Zakiyah, Ilmu Jiwa Agama , Bulan Bintang, Jakarta, 1976 M.

Mujib, Abdul dan Jusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006 M.

Press, Ulujami, Pesangrahan Jaksel, 2008 M.

Nata, Abuddin, Manajemen Pendidikan, Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia Prenada Media, Jakarta, 2003 M.

Nisabury, Muhammad bin Abdullah abu Abdullah al Hakim an-, alMustadrak „ala Shohihain, Dar- Kutub al Ilmiah-Beirut, cet1, 1990 M.

Nukhbah min al al „ulama,kitab ushul al-iman fi dhou‟ al-kitab wa assunnah, wazarah as-syu‟un al islamiyyah- al mamlakah al‟arabiyah as-su‟udiyyah, 1421 H.

Qurthuby, Abi Umar Yusuf bin Abdillah anNamary al, Jami' Bayan al-'Ilm wa Fadhlihi , Muassasah ar-Rayyan- Dar ibn Hajm, 2013 M.

Sabiq, Said, al-Aqaid al-Islamiyah, Dar al-Fikr- Beirut, cet-3, 1983 M.

Syarbini, Amirullah, Buku Pintar Pendidikan Karakter, cet-1,As@-Prima Pustaka, Cipayung, Jakarta, 2011 M.

Referensi

Dokumen terkait

Dijelaskan bahwa wanita dengan dismenore primer memiliki gaya hidup yang kurang aktif secara fisik, stres, mengonsumsi makanan cepat saji fast food, dan merokok baik itu perokok pasif

2.5 Khảo sát các điều kiện nuôi cấy thích hợp cho sinh tổng hợp amylase Các điều kiện nuôi cấy thích hợp cho sinh tổng hợp amylase của các chủng vi nấm nghiên cứu được khảo sát theo