• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of Faktor – faktor Pendorong Keberlanjutan Habitat Gajah Sumatera (Elephas Maximus Sumatranus) di Bentang Alam Bukit Tiga Puluh Provinsi Jambi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "View of Faktor – faktor Pendorong Keberlanjutan Habitat Gajah Sumatera (Elephas Maximus Sumatranus) di Bentang Alam Bukit Tiga Puluh Provinsi Jambi"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Ó 2023 Program Studi Magister Ilmu Lingkungan Universitas Jambi

Citation: Rendi Nofiandi. (2023)Faktor – faktor Pendorong Keberlanjutan Habitat Gajah Sumatera (Elephas Maximus Sumatranus) di

Bentang Alam Bukit Tiga Puluh Provinsi Jambi Jurnal Pembangunan Berkelanjutan, 6(1); 54-60 doi : 10.22437/jpb.v6i1.27977

54

Ó 2023 Program Studi Magister Ilmu Lingkungan Universitas jambi ISSN : 2622-2310

JURNAL PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

Volume 6 Issue 1 (2023) : 54 - 60 Diterima 13/04/2023 Disetujui 27/04/2023

Faktor – faktor Pendorong Keberlanjutan Habitat Gajah Sumatera (Elephas Maximus Sumatranus) di Bentang Alam Bukit Tiga Puluh Provinsi Jambi

Rendi Nofiandi1, Hutwan Syarifuddin1, Hamzah1

1Program Studi Magister Ilmu Lingkungan, Universitas Jambi : email nofiandyrendy123@gmail.com Abstract

Indonesia. Terdapat sekitar 140 ekor populasi gajah yang hidup di Bentang Alam Bukit Tiga Puluh. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis atributatribut sensitif terhadap status Status Keberlanjutan Habitat Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) di Bentang Alam Bukit Tiga Puluh. Penelitian ini menggunakan responden sebanyak 32 responden dengan kuesioner sebagai instrumen pengumpulan data. Analisis dilakukan dengan atribut/indikator yang telah diidentifikasi kemudian diberi rentang skor antara 0-2 menyesuaikan dengan kriteria-kriteria yang ada. Rentang skor paling rendah/buruk adalah 0 dan paling sesuai/baik adalah 2. Hasil penelitian menunjukan bahwa Atribut pengungkit dimensi ekologi diantaranya adalah 1) tekanan terhadap habitat Gajah, 2) areal bernilai konservasi tinggi, 3) kesesuaian peruntukan habitat Gajah dan 3) Daya dukung habitat Gajah. Atribut pengungkit dimensi ekonomi diantaranya adalah 1) Pembatasan masuk ke habitat gajah dan 2) Penyerapan tenaga kerja. Atribut pengungkit dimensi sosial diantaranya adalah 1) Konflik Tenurial dan 2) Resistensi terhadap kebijakan pemerintah terkait konflik gajah Atribut pengungkit dimensi kelembagaan diantaranya adalah 1) Ketersediaan peraturan pengelolaan, 2) Penyuluhan peraturan terkait aturan pengelolaan habitat gajah, 3) Mitra Konservasi, 4) Penegakan hukum, 5) Keterlibatan masyarakat dan 6) Koordinasi antar Lembaga pengelolaan satwa dan habitat gajah.

Kata kunci : Faktor, keberlanjutan, habitat, Gajah Sumatera, bentang alam bukit tiga puluh PENDAHULUAN

Bentang Alam Bukit Tiga Puluh di Kabupaten Tebo menjadi habitat penting bagi sekitar

+140 gajah sumatera d an satwa liar lain yang menjadi kekayaan keanekaragaman-hayati dan

keunikan budaya di Provinsi Jambi. Secara alamiah gajah membutuhkan areal yang luas untuk

mencari makan dan memenuhi kebutuhan hidupnya. Apabila habitat alamiah gajah cukup luas,

migrasi atau perpindahan gajah baik harian maupun musiman tidak akan membawa keluar jalur

atau memasuki areal budidaya milik masyarakat atau pemukiman. Dalam kondisi habitat yang

rusak, gajah melakukan aktivitas untuk mendapatkan makanan dan pelindung (cover) dengan

mencari hutan lain yang lebih baik dan lebih luas. Tetapi apabila hutan terus dibuka maka

(2)

Ó 2023 Program Studi Magister Ilmu Lingkungan Universitas Jambi

Citation: Rendi Nofiandi. (2023)Faktor – faktor Pendorong Keberlanjutan Habitat Gajah Sumatera (Elephas Maximus Sumatranus) di

Bentang Alam Bukit Tiga Puluh Provinsi Jambi Jurnal Pembangunan Berkelanjutan, 6(1); 54-60 doi : 10.22437/jpb.v6i1.27977

55 ketersediaan makanan gajah menjadi terbatas, sehingga gajah akan mencari makanan alternatif yang terdapat pada areal perkebunan, areal budidaya pertanian dan perladangan penduduk serta daerah pemukiman. Selain itu gajah juga akanmelakukan serangan terhadap manusia dan perusakan terhadap perumahan (Alikodra 1997b dalam Syarifuddin, 2008).

Koridor Hidupan Liar Datuk Gedang sebagaimana tercantum Peraturan Gubernur Nomor 8 Tahun 2022 berfungsi sebagai fungsi lindung, fungsi pengawetan dan fungsi pemanfaatan keanekaragaman hayati dan ekosistemnya serta fungsi ekonomi, sosial dan budaya.

METODE

Penelitian dilaksanakan di Koridor Hidupan Liar Datuk Gedang Kabupaten Tebo. Penelitian dilaksanakan selama 2 bulan Februari 2023 - Maret 2023). Wilayah Koridor Hidupan Liar Datuk Gedang di Kabupaten Tebo. Pada Koridor Hidupan Liar Datuk Gedang terdapat HTI PT Lestari Alam Jaya, PT.Alam Bukit Tiga Puluh, PT Wira Karya Sakti, Hutan Tanaman Rakyat (HTR) dan Hutan Kemasyarakatan (Hkm) yang memiliki legalitas Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa : (1) Koridor Hidupan Liar Datuk Gedang merupakan Habitat Gajah Sumatera; (2) Habitat Gajah Sumatera berada didalam Konsesi Perusahaan yang mempunyai legalitas secara Hukum(3) Adanya Forum kolaborasi Pengelolaan Koridor Hidupan Liar di Bentang Alam Bukit Tiga Puluh.

Untuk melihat atribut yang paling sensitif memberikan kontribusi terhadap status keberlanjutan habitat Gajah Sumatera di Bentang Alam Bukit Tiga Puluh. Dilakukakan analisis kepekaan dengan menggunakan Leverage analysis untuk melihat bentuk perubahan Root Mean Square (RMS) ordinasi pada sumbu X. Semakin besar perubahan nilai RMS, maka semakin sensitif atribut tersebut dalam keberlanjutan habitat gajah di Bentang Alam Bukit Tiga Puluh. Secara sederhana perubahan RMS dengan menghilangkan atribut tersebut mengikuti rumus berik

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL

Berdasarkan hasil analisis leverage diperoleh 4 atribut yang sensitif terhadap nilai indeks keberlanjutan dimensi ekologi , yaitu : Tekanan terhadap habitat Gajah (6,34), Areal bernilai konservasi tinggi (6,12), Kesesuaian peruntukan habitat Gajah (5,90), dan Daya dukung habitat Gajah (4,37). Atribut-atribut yang sensitif terhadap nilai indeks keberlanjutan dan merupakan faktor pengungkit yaitu:

1. Tekanan terhadap habitat Gajah, tekanan terhadap habitat gajah saat ini sangat berpengaruh pada dimensi ekologi. alih fungsi lahan menjadi kebun kelapa sawit dan karet termasuk jenis tanaman lain yang seharusnya menjadi habitat gajah yang berdampingan hidup dengan manusia.

(3)

Ó 2023 Program Studi Magister Ilmu Lingkungan Universitas Jambi

Citation: Rendi Nofiandi. (2023)Faktor – faktor Pendorong Keberlanjutan Habitat Gajah Sumatera (Elephas Maximus Sumatranus) di

Bentang Alam Bukit Tiga Puluh Provinsi Jambi Jurnal Pembangunan Berkelanjutan, 6(1); 54-60 doi : 10.22437/jpb.v6i1.27977

56

2. Areal bernilai konservasi tinggi, di koridor hidupan liar Datuk Gedang merupakan habitat satwa

kunci atau langka sumatera bukan

Gambar 1. Analisis leverage Dimensi Ekologi

hanya satwa liar gajah sumatera termasuk juga satwa liar Harimau sumatera, Tapir, Rusa, Orang Utan dan satwa liar lainnya.

3. Kesesuaian peruntukan habitat Gajah, habitat gajah sumatera di Koridor Hidupan Liar Datuk Gedang yang “sesuai” peruntukan memiliki kelerengan relatif datar-landai, jarak dari hutan < 5 km, memiliki areal terbuka dan kepadatan vegetasi sedang, dekat dengan sungai, dekat dengan area hutan tanaman. “Kurang sesuai” habitat gajah elerengan landai-curam, jarak dari hutan >5km dan

<10km, kepadatan vegetasi sedang-rapat, tidak ada areal terbuka, jauh dengan sungai, jauh dari area hutan tanaman. “Tidak sesuai” Kelerengan curam, jarak dari hutan >10km, kepadatan vegetasi merata (terbuka semua atau rapat semua), jauh dari sungai, jauh dari area hutan tanaman. (Fikriansyah, M.H. 2020)

4. Daya dukung habitat Gajah, hasil kajian daya dukung habitat gajah kerjasama Balai KSDA Jambi dengan Balai Litbang KLHK Aek Nauli disimpulkan bahwa daya dukung habitat gajah sebesar 155 ekor sampai dengan 348 ekor populasi. Selain itu terdapat 179 jenis tanaman pakan gajah yang terdapat di Koridor Hidupan Liar Datuk Gedang Kabupaten Tebo (Kuswanda dkk., 2021)

2. Atribut sensititif dimensi ekonomi

Berdasarkan hasil analisis leverage diperoleh 2 atribut yang sensitif terhadap nilai indeks keberlanjutan dimensi ekonomi , yaitu : Pembatasan masuk ke habitat gajah (3,44) dan Penyerapan tenaga kerja (1,83).

1,08 2,53 2,59

5,91 6,13

6,34 4,38 1,44

0,55

0 1 2 3 4 5 6 7

Kondisi Tutupan Lahan Penurunan Keanekaragaman Hayati Perlindungan terhadap Satwa Gajah Sumatera Kesesuaian Peruntukan habitat gajah

Areal Bernilai Konservasi Tekanan terhadap Habitat Gajah Sumatera Daya dukung habitat gajah Pencegahan Tekanan terhadap Habitat Gajah Alih fungsi lahan

Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed (on Sustainability scale 0 to 100)

Attribute

Leverage Dimensi Ekologi

(4)

Ó 2023 Program Studi Magister Ilmu Lingkungan Universitas Jambi

Citation: Rendi Nofiandi. (2023)Faktor – faktor Pendorong Keberlanjutan Habitat Gajah Sumatera (Elephas Maximus Sumatranus) di

Bentang Alam Bukit Tiga Puluh Provinsi Jambi Jurnal Pembangunan Berkelanjutan, 6(1); 54-60 doi : 10.22437/jpb.v6i1.27977

57 Atribut-atribut yang sensitif terhadap nilai indeks keberlanjutan dan merupakan faktor pengungkit yaitu:

1. Pembatasan masuk ke habitat gajah, habitat gajah secara status dan fungsi merupakan hutan produksi atau hutan negara, pembatasan akan masuk ke habitar gajah sebagai upaya preventif terhadap aktivitas yang dapat merusak hutan sebagai home range gajah yang

Gambar 2. Analisis leverage Dimensi Ekonomi

2. termasuk dalam pengelolaan kawasan hutan, ketentuan pengelolaaan kawasan hutan diatur pada Undang – undang nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan dan Undang – undang 18 tahun 2013 tentang tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan. Luas kebun atau perkebunan campur masyarakat yang berada didalam Koridor Hidupan Liar Datuk Gedang mencapai + 15.255 Ha atau 24,71 %, jika pembatasan masuk ke habitat gajah tidak dilakukan maka akan menjadi potensi penambahan luas kebun atau perkebunan masyarakat dan akan berpengaruh pada pengembangan ekowisata yang dikelola oleh kelompok masyarakat melalui forum ekowisata.

3. Atribut sensititif dimensi sosial

Berdasarkan hasil analisis leverage diperoleh 2 atribut yang sensitif terhadap nilai indeks keberlanjutan dimensi sosial, yaitu : Konflik Tenurial (3,54) dan Resistensi terhadap kebijakan pemerintah terkait konflik gajah (2,97)

1,29 1,34 1,16 1,08 0,98 0,69

3,24 0,27

1,83

0 2 4

Rata-rata penghasilan terhadap UMP Rata-rata pengeluaran masyarakat Potensi ekonomi dari ekowisata Nilai Ekonomi Habitat Gajah Subsidi Pemerintah untuk pengelolaan…

Berkontribusi pada peningkatan ekonomi…

Pembatasan masuk ke habitat gajah Dukungan Dana (Bantuan Ekonomi untuk…

Penyerapan tenaga kerja

Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed (on Sustainability scale 0 to 100)

Attribute

Leverage Dimensi Ekonomi

(5)

Ó 2023 Program Studi Magister Ilmu Lingkungan Universitas Jambi

Citation: Rendi Nofiandi. (2023)Faktor – faktor Pendorong Keberlanjutan Habitat Gajah Sumatera (Elephas Maximus Sumatranus) di

Bentang Alam Bukit Tiga Puluh Provinsi Jambi Jurnal Pembangunan Berkelanjutan, 6(1); 54-60 doi : 10.22437/jpb.v6i1.27977

58 Atribut-atribut yang sensitif terhadap nilai indeks keberlanjutan dan merupakan faktor pengungkit yaitu:

1. Konflik Tenurial, data BKSDA Jambi tahun 2020, kondisi tutupan lahan Koridor Hidupan Liar Datuk Gedang,untuk klas Perkebunan (Kebun masyarakat) seluas 12.038,90039 Ha dan Pertanian Lahan Kering Campur Semak/Kebun Campur (Kebun masyarakat) 3.216,047147 Ha dari total luas 61.738,66129 Ha

Gambar 3. Analisis leverage Dimensi Sosial

2. Resistensi terhadap kebijakan pemerintah terkait konflik gajah, adanya kebun masyarakat didalam habitat gajah menimbulkan konflik antara manusia dengan gajah. Data Konflik Gajah Balai KSDA Jambi tahun 2018 – 2021 sebanyak 743 kejadian.

KESIMPULAN

Atribut-atribut sensitif berpengaruh terhadap Status Keberlanjutan Habitat Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) di Bentang Alam Bukit Tiga Puluh dari setiap dimensi adalah :

a. Atribut pengungkit dimensi ekologi diantaranya adalah 1) tekanan terhadap habitat Gajah, 2) areal bernilai konservasi tinggi, 3) kesesuaian peruntukan habitat Gajah dan 3) Daya dukung habitat Gajah.

b. Atribut pengungkit dimensi ekonomi diantaranya adalah 1) Pembatasan masuk ke habitat gajah dan 2) Penyerapan tenaga kerja.

c. Atribut pengungkit dimensi sosial diantaranya adalah 1) Konflik Tenurial dan 2) Resistensi terhadap kebijakan pemerintah terkait konflik gajah

0,70 1,11

1,27

3,55 1,32

1,21

2,97 0,77

0,31

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 Tingkat pendidikan masyarakat

Pengetahuan dan persepsi asyarakat…

Kearifan lokal terhadap pengelolaan Habitat…

Konflik tenurial Frekuensi pertemuan…

Ketersediaan organisasi dalam pengelolaan…

Resistensi terhadap kebijakan pemerintah…

Keterlibatan masyarakat terhadap…

Regulasi dalam pemanfaatan Koridor…

Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed (on Sustainability scale 0 to 100)

Attribute

Leverage Dimensi Sosial

(6)

Ó 2023 Program Studi Magister Ilmu Lingkungan Universitas Jambi

Citation: Rendi Nofiandi. (2023)Faktor – faktor Pendorong Keberlanjutan Habitat Gajah Sumatera (Elephas Maximus Sumatranus) di

Bentang Alam Bukit Tiga Puluh Provinsi Jambi Jurnal Pembangunan Berkelanjutan, 6(1); 54-60 doi : 10.22437/jpb.v6i1.27977

59

d. Atribut pengungkit dimensi kelembagaan diantaranya adalah 1) Ketersediaan peraturan pengelolaan, 2) Penyuluhan peraturan terkait aturan pengelolaan habitat gajah, 3) Mitra Konservasi, 4) Penegakan hukum, 5) Keterlibatan masyarakat dan 6) Koordinasi antar Lembaga pengelolaan satwa dan habitat gajah

DAFTAR PUSTAKA

Alikodra, H.S. 1990. Pengelolaan Satwaliar. Jilid I. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat, Institut Pertanian Bogor. Bogor

Alikodra, H. S. 2010. Teknik Pengelolaan Satwa Liar dalam Rangka Mempertahankan Keanekaragaman

Hayati Indonesia. Bogor: IPB

Press.

Balai KSDA Jambi. 2022. Laporan Akhir Penyusunan Dokumen Kajian Tata Ruang dan Tata Kelola Habitat Gajah Sumatera di Bentang Alam Bukit Tiga Puluh, Kabupaten Tebo, Propinsi Jambi. Laporan Kerjasama Kementerian Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Dan Kreditanstalt Fur Wiederaufbau-Jerman.

Balai KSDA Jambi. 2020. Master Plan Ekowisata Pengelolaan Alamiah Gajah di Bentang Alam Bukit Tiga Puluh, Kabupaten Tebo, Propinsi Jambi. Laporan Kerjasama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan Kreditanstalt Fur Wiederaufbau-Jerman.

Fauzi, A., & Anna, S. (2005). Permodelan Sumberdaya Perikanan dan Kelautan Untuk Analisis Kebijakan.Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Fikriansyah, M.H. 2020. Dokumen Konsep Zona Pengelolaan Gajah Sumatera di Bentang Alam Bukit Tiga Puluh. Laporan Kerjasama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan Kreditanstalt fur Wiederaufbau-Jerman.

Hedges, S., Tyson, M. J., Sitompul, A. F., Kinnaird, M. F., and Gunaryadi, D. 2005. Distribution, status, and conservation needs of Asian elephants (Elephas maximus) in Lampung Province, Sumatra, Indonesia. Biological Conservation, 124(1): 35–48.

Johnson, R., & Wichern, D. (1998). Aplied Multivariate Analysis (Second Edition). New Jersey: Prentice Hall.

Karlina, E., Kusmana, C., Marimin, M., & Bismark, M. (2016). Analisis Keberlanjutan Pengelolaan Hutan Lindung Mangrove di Batu Ampar, Kabupaten Kubu Raya, Provinsi Kalimantan Barat. Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan, 13(3), 201–219

Kurniawan,.2020. Strategi Mitigasi Konflik Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) dan Manusia di Bentang Alam Bukit Tigapuluh Provinsi Jambi. Tesis Sekolah Pascasarjana.Universitas Jambi.Jambi

(7)

Ó 2023 Program Studi Magister Ilmu Lingkungan Universitas Jambi

Citation: Rendi Nofiandi. (2023)Faktor – faktor Pendorong Keberlanjutan Habitat Gajah Sumatera (Elephas Maximus Sumatranus) di

Bentang Alam Bukit Tiga Puluh Provinsi Jambi Jurnal Pembangunan Berkelanjutan, 6(1); 54-60 doi : 10.22437/jpb.v6i1.27977

60

Kuswanda, W., Kurniawan, D.B., Nofiandi, R. 2021. Dokumen Daya Dukung Habitat Gajah di Bentang

Alam Bukit Tiga Puluh Kabupaten Tebo. BKSDA Jambi-Ditjen KSDAE-Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.Jambi

Martopo, A. 2012, September). Kajian Tingkat Penghidupan Berkelanjutan (Sustainable Livelihood) Di Kawasan Dieng (Kasus Di Dua Desa Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo). In Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan.

Mopβbrucker, A.M & Pudyatmoko, S., Subrata, S.A., dan Imron,M.A.2019. Konservasi Gajah Sumatera di Ekosistem Bukit Tigapuluh,Indonesia. Laporan Teknis untuk BKSDA Jambi.Frankfurt Zoological Society dan Universitas Gajah Mada.

Referensi

Dokumen terkait

Potensi habitat gajah di Cagar Alam Pinus Jantho sangat mendukung dan sangat sesuai sebagai Kawasan Pengelolaan Gajah dengan nilai indeks: 89,32.. Namun nilai indeks turun menjadi

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari perilaku harian gajah sumatera latih yang ada di Resort Pemerihan, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan..

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui keberadaan protozoa parasitik pada tinja badak sumatera ( Dicerorhinus sumatrensis ), gajah sumatera ( Elephas maximus sumatranus ),

Kondisi faktor habitat Gajah Sumatera di Kawasan Ekosistem Seulawah yang sering dikunjungi oleh gajah adalah tipe hutan sekunder, penutupan tajuk yang jarang

Kondisi pengasuhan Gajah Sumatera ( Elephas maximus sumatranus ) di PKG Saree, Aceh Besar telah termasuk kategori sesuai (43-54) dengan tingkat kesejahteraan

1.3.2 Peneliti ingin mengetahui pola distribusi jenis-jenis tumbuhan pakan alami gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) di Pusat Latihan Gajah, Taman Nasional Way

Ancaman Degradasi Habitat Gajah Sumatera Berdasarkan temuan dilapangan, penulis mendapatkan beberapa penyebab terjadinya degradasi hutan yang di lakukan oleh masyarakat

Kondisi faktor habitat Gajah Sumatera di Kawasan Ekosistem Seulawah yang sering dikunjungi oleh gajah adalah tipe hutan sekunder, penutupan tajuk yang jarang