• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENEGAKKAN HAM DI INDONESIA~ - UNIKOM Kuliah Online

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "PENEGAKKAN HAM DI INDONESIA~ - UNIKOM Kuliah Online"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

NEGARA HUKUM RULE OF LAW DAN HAM (2) NEGARA HUKUM RULE OF LAW DAN HAM (2)

01/23/2024 Materi Kewarganegaraan, Pertemuan ke-

10 1

(2)

PENEGAKAN HAM DI INDONESIA PENEGAKAN HAM DI INDONESIA

Oleh :

Tatik Rohmawati, S.IP.,M.Si

01/23/2024 Materi Kewarganegaraan, Pertemuan ke-

2

(3)

Hak asasi manusia (HAM) adalah hak dasar yang dimiliki oleh setiap

pribadi manusia secara kodrati sebagai anugerah dari Tuhan, dan

tidak dapat diganggu gugat oleh siapa pun.

01/23/2024 Materi Kewarganegaraan, Pertemuan ke-10 3

(4)

MACAM -MACAM HAM

Menurut Sifatnya :

– personal rights ,

yaitu hak pribadi yang meliputi kemerdekaan bersikap, bertindak/bergerak, berpendapat, memeluk agama/idealisme, dsb.

– Political rights

, yaitu hak politik pemerintahan yang meliputi turut memilih dan dipilih, mendirikan partai politik, mengadakan petisi, demonstrasi, berkumpul, berpartisipasi dalam politik, dsb.

– Property rights

, yaitu hak asasi ekonomi yang meliputi hak milik benda, membeli dan menjual, mengadakan janji dagang, dsb. Tanpa campur tangan pemerintah secara berlebihan, kecuali peraturan bea cukai, pajak dan pengaturan perdagangan pemerintahan.

– Social and cultural rights

, yaitu hak masyarakat dan budaya yang meliputi hak memilih

Pendidikan, pengajaran dan mengembangkan kebudayaan yang disukai serta mengamalkannnya dalam masyarakat.

– Rights of legal equality

, yaitu hak mendapat perlakuan yang sama menurut hukum dan kedudukan sederajat di hadapan hukum dan pemerintahan.

– Procedural rights

, yaitu hak tata cara peradilan dan jaminan perlindungan yang meliputi proses dan prosedur tata cara peradilan menurut peraturan yang sah dan legal sebagai bukti pelaksanaan HAM, misalnya perihal penahanan, penggeledahan, peradilan dan vonis.
(5)

Pelanggaran HAM Berat :

~Menurut UU. No. 26 tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia bahwa pelanggraan HAM yang berat

adalah:

- Kejahatan genosida, ialah setiap perbuatan yang dilakuan dengan maksud untuk mengahancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok etnis, kelompok agama.

- Kejahatan kemanusiaan, adalah salah satu perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari serangan yang

meluas atau sistematik yang diketahuinya bahwa

serangan tersebut ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil.

Pelanggaran HAM Ringan :

Kasus pelanggaran HAM ringan  dapat dilihat dalam bentuk pelanggaran HAM bermotif

rasialisme, yaitu  merupakan bentuk

perlakuan dengan memberi pembedaan hak- hak terhadap rasa atau etnis tertentu.

01/23/2024 Materi Kewarganegaraan, Pertemuan ke-10 5

(6)

KELEMBAGAAN HAM

 Komnas HAM

 Pengadilan HAM

 Komisi Nasional Perlindungan Anak dan Komisi Perlindungan Anak Indonesia

 Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan

 Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi Komisi Kebenaran

 LSM Pro-demokrasi dan HAM

(7)

KEGIATAN-KEGIATAN POKOK PENEGAKKAN HUKUM DAN HAM

– Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia (RANHAM) dari 2004-2009 sebagai gerakan nasionalPeningkatan efektifitas dan penguatan lembaga / institusi hukum ataupun lembaga yang fungsi dan tugasnya menegakkan hak asasi manusia.

– Peningkatan upaya penghormatan persamaan terhadap setiap warga Negara di depan hukum melalui keteladanan kepala Negara beserta pimpinan lainnya untuk memetuhi/ menaati hukum dan hak asasi manusia secara konsisten serta konsekuen.

01/23/2024 Materi Kewarganegaraan, Pertemuan ke-10 7

(8)

-Peningkatan penegakkan hukum terhadap pemberantasan tindak pidana terorisme dan penyalahgunaan narkotika serta obat lainnya.

Penyelamatan barang bukti kinerja berupa

dokumen atau arsip/lembaga Negara serta badan

pemerintahan untuk mendukung penegakan

hukum dan HAM. Peningkatan koordinasi dan

kerja sama yang menjamin efektifitas penegakan

hukum dan HAM.

(9)

- Peningkatan berbagai kegiatan operasional penegakan hukum dan hak asasi manusia dalam rangka menyelenggarakan ketertiban sosial agar dinamika masyarakat dapat berjalan sewajarnya.

Penguatan upaya-upaya pemberantasan korupsi melalui pelaksanaan Rencana, Aksi Nasional Pemberantasan Korupsi.

- Pengembangan system manajemen kelembagaan hukum yang transparan. Peninjauan serta penyempurnaan berbagai konsep dasar dalam rangka mewujudkan proses hukum yang kebih sederhana, cepat, dan tepat serta dengan biaya yang terjangkau oleh semua lapisan masyarakat.

01/23/2024 Materi Kewarganegaraan, Pertemuan ke-10 9

(10)

 Penegakan HAM dalam Pendidikan

Proses penegakkan yang dilakukan melalui proses pendidikan merupakan penanaman konsep tentang HAM itu sendiri kepada peserta didik yang ikut di dalam proses pendidikan.

 Penegakan HAM dalam Masyarakat

Sebagai anggota masyarakat dapat mendukung dan menghargai upaya perlindungan HAM dengan ikut berpartisipasi .

Penegakan HAM dalam Pemerintah

Pemerintah harus menjaga agar HAM tidak di

langgar oleh orang lain.

(11)

KASUS TRISAKTI DAN SEMANGGI

 Kasus Trisakti dan Semanggi, terkait dengan gerakan reformasi. Arah gerakan reformasi adalah untuk melakukan perubahan yang lebih baik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

 Gerakan reformasi dipicu oleh krisis ekonomi tahun 1997-1999. Krisis ekonomi terjadi berkepanjangan karena fondasi ekonomi yang lemah dan pengelolaan pemerintahan yang tidak bersih dari KKN (Korupsi Kolusi dan Nepotisme).

 Gerakan reformasi yang dipelopori mahasiswa menuntut perubahan dari pemerintahan yang otoriter menjadi pemerintahan yang demokratis, mensejahterakan rakyat dan bebas dari KKN.

 Kasus Trisakti terjadi pada 12 Mei 1998 yang menewaskan 4 (empat) mahasiswa Universitas Trisakti yang terkena peluru tajam.

01/23/2024 Materi Kewarganegaraan, Pertemuan ke-10 11

(12)

 Tragedi Semanggi I terjadi 13 November 1998 yang menewaskan setidaknya 5 (lima) mahasiswa, sedangkan tragedi Semanggi II pada 24 September 1999, menewaskan 5 (lima) orang.

 Dengan jatuhnya korban pada kasus Trisakti, emosi masyarakat meledak. Selama dua hari berikutnya 13-14 Mei terjadilah kerusuhan dengan membumi hanguskan sebagaian Ibu Kota Jakarta. Kemudian berkembang meluas menjadi penjarahan dan aksi SARA (suku, agama, ras, dan antar golongan)

Akibat kerusuhan tersebut, Komnas HAM mencatat :

 40 pusat perbelanjaan terbakar;

 2.479 toko hancur;

 1.604 toko dijarah;

 119 mobil hangus dan ringsek;

 1.026 rumah penduduk luluh lantak;

 383 kantor rusak berat; dan

 1.188 orang meninggal dunia. (GATRA, 9 Januari

1999).

(13)

HAMBATAN DAN TANTANGAN DALAM UPAYA PENEGAKKAN HAM DI INDONESIA

Hambatan-hambatan yang di hadapi antara  lain sebagai berikut :

 Rendahnya kesadaran dan keberanian masyarakat untuk melaporkan pelanggaran HAM yang terjadi baik mengenai dirinya maupun pihak lain.

 Belum optimalnya kemampuan para hakim di peradilan HAM ad hoc.

 Keterbatasan kemampuan pengetahuan masyarakat terhadap bentuk- bentuk pelanggaran HAM.

 Masalah hakim,ternyata tidak begitu mudah menentukan para calon hakim ad hoc diluar hakim karir, meskipun sampai sekarang sudah begitu lantang orang berbicara tentang pelanggaran HAM dan banyak pelatihan dan penanaman HAM. LSM HAM pun ternyata tak banyak yang tersrdia. Banyak tokoh-tokoh HAM yang terikat oleh tugas dilembaga lain.

 Sulitnya mencari Jaksa sebagai penuntut umum sebab hanya orang yang berpengalaman penuntut saja yang diangkut atau kata lainnya sifatnya tertutup.

 Masalah pembahasan acara peradilan yang belum tuntas, masih tersisa pertanyaan banding dan langsung saja dari peradilan tingkat pertama langsung ke MA.

01/23/2024 Materi Kewarganegaraan, Pertemuan ke-10 13

(14)

HAMBATAN DAN TANTANGAN DALAM UPAYA PENEGAKKAN HAM DI INDONESIA

Tantangan-tantangan yang di hadapi antara  lain sebagai berikut :

 Dengan disahkannya UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM ditegaskan bahwa pelanggaran hak-hak asasi manusia yang terjadi sebelum UU No. 26 disahkan tidak dapat diadili berdasarkan prinsip hak asasi manusia, sehingga peristiwa pelanggaran HAM yang besar tidak mungkin lagi dapat diselesaikan berdasarkan peradilan HAM ad hoc, misalnya; 1998.

-Kasus penembakan mahasiswa Trisakti pada bulan Mei

-Pembantaian warga muslim Tanjung Priuk pada bulan 1994.

-Kasus Pembantai di Ambon dan di Poso tahun 1997.

 Dengan adanya amandemen UUD 45 Pasal 28 tentang larangan hukum berlaku surut memungkinkan para tersangka luput dari proses hukum acara,akan sangat tidak adil hukum itu.

 Asas mengatur bahwa orang yang telah dihukum oleh pengadilan HAM tidak dapat lagi dituntut oleh pengadilan pidana biasa. Namun keterbatasan lingkup pengadilan HAM yang haknya sebatas padagenosida (pembantaian masal) dan kejahatan melawan kemanusiaan, mengakibatkan ada unsur- unsur yang tidak terpenuhi.

(15)

ALHAMDULILLAH...

TERIMA KASIH

SEMOGA BERMANFAAT

01/23/2024 Materi Kewarganegaraan, Pertemuan ke-10 15

Referensi

Dokumen terkait

Makin banyaknya kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi adalah tantangan penegakan hak asasi manusia di Indonesia. Sebagian kasus pelanggaran hak asasi

lembaga peradilan menjadi ujung tombak penegakan pelanggaran HAM seperti kejahatan perang, kejahatan kemanusiaann, genosida yang dilakukan individu, individu tersebut dapat

Kasus pelanggaran HAM pada pembantaian dukun santet di Kabupaten Banyuwangi tahun 1998 adalah salah satu dari bukti nyata terjadinya pelanggaran berat Hak Asasi

Pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) adalah “setiap perbuatan seseorang atau kelompok yang termasuk aparat negara baik disengaja ataupun tidak disengaja atau kelalaian yang

Pelanggaran Ham tidak hanya mencakup prilaku pelanggaran pihak penguasa terhadap rakyat namun bisa terjadi pada siapapun yang melakukan tindakan penghakiman pada pihak lain secara

39 Tahun 1999 yang dimaksud dengan pelanggaran hak asasi manusia setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara, baik disengaja maupun tidak disengaja

39 Tahun 1999 yang dimaksud dengan pelanggaran hak asasi manusia setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara, baik disengaja maupun tidak disengaja

“Dalam hal Komnas HAM berpendapat bahwa terdapat bukti permulaan yang cukup telah terjadi peristiwa pelanggaran HAM yang berat, maka kesimpulan hasil penyelidikan disampaikan