Nama : Aulia Nurfatikhah NIM : D1091201026 Mata Kuliah : Kewarganegaraan
Kasus Pelanggaran HAM di Indonesia
Hak Asasi Manusia merupakan hak-hak dasar yang dimiliki oleh setiap orang. Hak Asasi Manusia lahir seiring dengan lahirnya manusia itu sendiri dimana tidak dapat dikurangi atas dasar apapun. Pelanggaran HAM kerap terjadi dikarenakan beragamnya kepentingan tiap individu dan sifat toleransi yang masih rendah. Sehingga, hal ini berdampak kepada perilaku masyarakat yang mudah goyah dan terbawa oleh arus kepentingan. Pelanggaran HAM sendiri terbagi menjadi dua, yaitu berat dan ringan. Kasus pelanggaran HAM berat adalah tindakan yang berdampak kepada hilangnya hak dalam tubuh sekelompok orang, seperti pembunuhan, penganiayaan, perbudakan, dan sebagainya. Sedangkan, kasus pelanggaran HAM ringan seperti, terhalangnya aspirasi, tidak tertib lalu lintas, merokok tidak pada tempatnya, dan sebagainya.
Mengapa kasus pelanggaran HAM yang kerap terjadi? Mungkin dapat kita tarik garis untuk melihat faktor yang menyebabkan pelanggaran HAM ini terjadi. Adapun beberapa faktor yang melatarbelakangi terjadinya pelanggaran HAM ialah sebagai berikut.
a. Rendahnya kesadaran akan pentingnya HAM bagi tiap insan
b. Sikap masyarakat yang masih mengedepankan egonya masing-masing c. Penyelewengan kekuasaan
d. Kebijakan yang tidak dilaksanakan
e. Tingginya sikap intoleran terhadap sesama
Melihat beberapa faktor di atas, maka dapat dilihat bahwa kasus pelanggaran ini dapat terjadi dari pihak internal seseorang maupun eksternal. Tercatat dalam sejarah, terdapat beberapa kasus pelanggaran HAM yang terjadi di Indonesia, yaitu:
1. Pembunuhan Munir
Kasus pembunuhan Munir sudah cukup melegenda di kalangan masyarakat Indonesia, mengingat bahwa hingga kini kejelasan dari kasus tersebut belum menemukan titik terang.
Munir merupakan seorang aktivis HAM yang memperjuangkan hak korban penculikan aktivis 97/98. Akan tetapi, usaha yang ia perjuangkan tak membuahkan hasil yang baik.
Perjuangan yang ia lakukan membawanya kepada kematian. Munir tewas saat melakukan perjalanan ke Amsterdam karena diracun. Kebebasan berpendapat sudah tak lagi berlaku.
Aspirasi yang masyarakat sampaikan hanya sebagai omongan belaka bagi para elite negara.
2. Oknum Perokok Tidak Pada Tempatnya
Dewasa ini kenyamanan dalam beraktivitas sehari-hari kerap terganggu, khususnya bagi masyarakat yang tidak bisa menghirup asap rokok. Banyak sekali kasus seseorang meninggal ataupun mengidap penyakit pernafasan dikarenakan asap rokok yang ia konsumsi dari lingkungan. Seseorang dengan kasus demikian disebut dengan perokok pasif. Para perokok yang melakukan aktivitas merokoknya tidak pada tempatnya tentu saja sudah melanggar hak asasi manusia. Mengapa demikian? Karena orang-orang disekitarnya
harus mengonsumsi asap yang dihasilkan oleh orang tersebut. Udara yang dihirup tak lagi sehat dan dapat berdampak negatif untuk ke depannya. Tidak hanya itu saja, kasus mengenai oknum perokok ini juga kerap kali dijumpai di jalanan. Mereka mengendarai kendaraan seiringan dengan aktivitas merokoknya. Cap kali terjadi kasus abu dari puntung rokok mereka merugikan pengguna jalan lain, seperti masuk ke mata yang menyebabkan infeksi mata. Sikap intoleransi terhadap sesama kian marak terjadi di kalangan masyarakat. Kesadaran akan kenyamanan bersama kerap diabaikan dan dinomorduakan.
Padahal kenyataannya bahwa HAM merupakan hak yang tidak dapat dikurangi karena alasan apapun, akan tetapi kasus pelanggaran HAM seperti ini masih sering terjadi.