• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tugas Pelanggaran HAM CUT Pelaj

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Tugas Pelanggaran HAM CUT Pelaj"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia yang dalam penerapannya berada pada ruang lingkup hak persamaan dan hak kebebasan yang terkait dengan interaksinya antara individu atau dengan instansi. Hak juga merupakan sesuatu yang harus diperoleh. Masalah HAM yang selanjutnya disebut HAM adalah sesuatu hal yang sering kali dibicarakan dan dibahas terutama dalam era reformasi ini. Perlu diingat bahwa dalam hal pemenuhan hak, kita hidup tidak sendiri dan kita hidup bersosialisasi dengan orang lain. Jangan sampai kita melakukan pelanggaran HAM terhadap orang lain dalam usaha perolehan atau pemenuhan HAM pada diri kita sendiri.

Secara teoritis HAM adalah hak yang melekat pada diri manusia yang bersifat kodrati dan fundamental sebagai suatu anugerah Allah yang harus dihormati, dijaga, dan dilindungi. Hakikat HAM sendiri adalah merupakan upaya menjaga keselamatan eksistensi manusia secara utuh melalui aksi keseimbangan antara kepentingan perseorangan dengan kepentingan umum. Begitu juga upaya menghormati, melindungi, dan menjunjung tinggi HAM menjadi kewajiban dan tangung jawab bersama antara individu, pemeritah (Aparatur Pemerintahan baik Sipil maupun Militer), dan negara.

(KLIK)

Dapat ditarik kesimpulan tentang beberapa sisi pokok hakikat HAM, yaitu :

a. HAM tidak perlu diberikan, dibeli ataupun di warisi, HAM adalah bagian dari manusia secara otomatis.

b. HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras, agama, etnis, pandangan politik atau asal usul sosial, dan bangsa.

c. HAM tidak bisa dilanggar, tidak seorangpun mempunyai hak untuk membatasi atau melanggar hak orang lain. Orang tetap mempunyai HAM walaupun sebuah negara membuat hukum yang tidak melindungi atau melanggar HAM.

(KLIK)

(2)

(KLIK)

Dalam Tap.MPR No.XVII/MPR/1988 tentang HAM menyatakan, bahwa HAM adalah hak dasar yang melekat pada diri manusia yang sifatnya kodrati dan universal sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa dan berfungsi unutk menjamin kelangsungan hidup, kemerdekaan, perkembangan manusia, dan masyarakat yang tidak boleh diabaikan, dirampas, atau diganggu gugat oleh siapapun.

(KLIK)

Jadi, segala hak yang berakar dari martabat, harkat, serta kodrat manusia adalah hak yang lahir bersama manusia itu. Hak ini bersifat universal, berlaku di mana saja, kapan saja, dan untuk siapa saja. Hak itu tidak tergantung pada pengakuan manusia, negara, dan masyarakat lain. Hak ini diperoleh manusia dari Penciptanya dan merupakan hak yang tidak dapat diabaikan.

(KLIK)

Perkembangan atas pengakuan HAM berjalan secara perlahan dan beranekaragam, antara lain dapat disebut Magna Charta (1215)

(KLIK)

Bill of Right (1689) di Inggris. Dalam abad ke- 18 timbul ajaran yang menyatakan bahwa kekuasaan raja dibatasi oleh hak warga Negara, yang utama adalah hak kemerdekaan yang ada pada setiap warga Negara, sedangkan kekuasaan raja adalah nomor dua, karena bertugas untuk melindungi hak kebebasan warga negaranya. Ajaran inilah yang memberi semangat terhadap

(KLIK)

“Declaration of Independence of the United States” tahun 1776. Perkembangan di Amerika itu mempengaruhi

(KLIK)

(3)

(KLIK)

Piagam “Universal Declaration of Human Right” (1948) di PBB, meskipun kadang kala tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya, termasuk di negara-negara maju. Kalaupun ada negara yang tidak memasukkan hak asasi tersebut dalam peraturan perundang-undangan nasionalnya dengan berbagai sebab, namun secara moral Piagam PBB itu mengikat. Pengurangan atau peniadaan hak tersebut di berbagai negara, oleh negara yang bersangkutan diberi alasan keadaan istimewa yang memaksa, antara lain keamanan, pertahanan, ketertiban, atau dalih lainnya.

(KLIK)

Istilah “Hak Asasi” memang tidak terdapat dalam Undang-Undang Dasar 1945, namun substansi hak asasi itu cukup banyak terdapat dalam pembukaan, Batang Tubuh, maupun Penjelasannya. Hendaklah diperhatikan bahwa Undang-Undang Dasar 1945 ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945, tiga tahun lebih dahulu daripada “Universal Declaration of Human Right” tahun 1948. namun demikian dalam perjalanan sejarah pemerintahan Indonesia, khususnya dalam zaman orde baru pelaksanaan HAM kurang memuaskan sesuai dengan UUD 1945, sehingga kurang dapat mengikuti perkembangan kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, setelah rezim Soeharto dengan memasuki tuntutan reformasi, maka lembaga tertinggi negara (MPR) telah merumuskan HAM itu dalam ketetapan, yang kemudian ditetapkan dalam Perubahan kedua UUD 1945.

(KLIK)

Dalam ketetapan MPR tersebut telah dinyatakan bahwa usaha bangsa Indonesia merumuskan HAM, khususnya setelah kemerdekaan, yaitu sebagai berikut :

1. Dalam Pembukaan UUD 1945 telah dinyatakan : “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa. Oleh sebab itu, penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.” UUD 1945 menetapkan aturan dasar yang sangat pokok. Termasuk HAM.

(4)

dan Undang-Undang Dasar Sementara 1950. kedua konstitusi itu mencantumkan secara rinci ketentuan-ketentuan mengenai HAM. Dalam bidang konstituante upaya untuk merumuskan naskah tentang HAM juga telah dilakukan.

3. Dengan tekad untuk melaksanakan UUD 1945 secara murni dan konsekuen, maka pada sidang MPR tahun 1966 telah ditetapkan Tap.MPRS No.XIV/MPRS/ 1966 tentang Pembentukan Panitia Ad Hoc untuk menyiapkan dokumen rancangan Piagam HAM dan hak-hak serta kewajiban warga negara. Rencana pada sidang MPR tahun 1968 akan dibahas, tetapi sidang MPR 1968 tidak jadi membahas karena masalah yang mendesak berkaitan dengan rehabilitas dan konsolidasi nasional setelah G30S/PKI.

4. Berdasarkan Keppres No. 50 tahun 1993 dibentuklah Komisi Nasional HAM yang mendapat tanggapan positif dari masyarakat sehingga mendorong bangsa Indonesia untuk segera merumuskan HAM menurut sudut pandang bangsa Indonesia

(KLIK)

Piagam HAM Indonesia yang ditetapkan oleh MPR dengan Tap. MPR No.XVII/MPR/ 1988 terdiri atas 10 bab dengan 44 pasal, yaitu sebagai berikut :

1. Hak untuk hidup

2. Hak Berkeluarga dan Melanjutkan Keturunan 3. Hak Mengembangkan Diri

4. Hak Keadilan 5. Hak Kemerdekaan

6. Hak atas Kebebasan Informasi 7. Hak Keamanan

8. Hak Kesejahteraan 9. Kewajiban

10.Perlindungan dan Kemajuan

(5)

28a sampai 28j). Disamping pasal tentang hak asasi tersebut di atas Perubahan Kedua UUD 1945 telah merubah Pasal 30, yaitu tentang Pertahanan dan Keamanan Negara. Sedangkan ketentuan tentang agama (Pasal 29), pendidikan dan kebudayaan (Pasal 31), perekonomian nasional dan kesejahteraan social (pasal 33), dibahas dalam sidang tahunan MPR 2002. hasilnya Pasal 29 tetap seperti aslinya, sedangkan pasal yang lain mengalami perubahan.

(KLIK)

2.2 Penerapan Teori, Konsep dan Prinsip HAM Dalam Beberapa Kasus Pelanggaran HAM di Indonesia

(KLIK)

2.2.1 Kasus Perbudakan Para Pekerja di Pabrik Panci Tangerang

(Gambar 1)

(6)

malam. Mereka hanya diberi makan nasi putih, tahu dan tempe. Usai bekerja, para pekerja tinggal di sebuah ruangan berukuran 4 meter x 6 meter yang berada di belakang pabrik. Di dalam ruangan kecil itu terdapat kamar mandi, namun tidak ada ventilasi udara dan mereka hanya diberi dua tikar yang sudah rusak untuk tidur. Ruangan itu kemudian dikunci dari luar.

Para pekerja di Pabrik tersebut rata-rata berumur 17-24 tahun dan hanya memiliki satu baju yang melekat di tubuh, karena baju, ponsel dan uang yang mereka bawa dari kampung disita oleh sang majikan ketika baru tiba di pabrik tersebut. Kondisi di Pabrik tersebut sangat memprihatinkan, tidak layak untuk ditiduri. Para pekerja sering diancam oleh mandor-mandor dan bos Juki mau dipukulin sampai mati, mayatnya dibuang ke laut jika para pekerja macam-macam di sana. Majikan terkadang mengeluarin senjata ditembakan ke tanah dekat kaki-kaki para pekerja.

Tindakan tidak manusiawi yang diberikan kepada para buruh di pabrik panci itu membuat sejumlah pekerja berusaha untuk melarikan diri. Ada yang berhasil dan ada yang tidak. Salah satu pekerja bernama Darmin mengungkapkan dia pernah berusaha kabur dari pabrik tersebut tetapi tidak berhasil. ada yang kejar, tentara itu, saya langsung lari tapi ketangkap juga. Ditarik langsung dipukuli sebentar terus saya diteriakin maling sama tentara itu, terus warga pada kumpul lalu saya bilang saya bukan maling. Saya pekerja tidak betah, lalu warga pergi. Terus saya diikat sama tentara terus dibawa ke mess. Saya ditelanjangi, dipukuli, ditendang, ditampar, dikurung di WC satu malam terus besokannya kerja lagi,” ujar Darmin.1

(KLIK)

Analisis Kasus

1. Ada beberapa teori yang penting dan relevan dengan persoalan HAM, antara lain, yaitu: teori hak-hak kodrati (natural rights theory), teori positivism (positivist theory) dan teori relativisme budaya (cultural relativist theory). 2. (KLIK)

1

(7)

(KLIK)

Menurut teori hak-hak kodrati, HAM adalah hak-hak yang dimiliki oleh semua orang setiap saat dan di semua tempat oleh karena manusia dilahirkan sebagai manusia. Hak-hak tersebut termasuk hak untuk hidup, kebebasan dan harta kekayaan seperti yang diajukan oleh John Locke. Pengakuan tidak diperlukan bagi HAM, baik dari pemerintah atau dari suatu sistem hukum, karena HAM bersifat universal.

Berdasarkan alasan ini, sumber HAM sesungguhnya semata-mata berasal dari manusia.2

Teori hak-hak kodrati kemudian diterjemahkan ke dalam berbagai “Bill of Rights”, seperti yang diberlakukan oleh Parlemen Inggris (1689), Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat (1776), Deklarasi Hak-hak Manusia dan Warga Negara Prancis (1789). Lebih dari satu setengah abad kemudian, di penghujung PD II, Deklarasi Universal HAM (1948) telah disebarluaskan kepada masyarakat internasional di bawah bendera teori hak-hak kodrati. Warisan dari teori hak-hak kodrati juga dapat ditemukan dalam berbagai instrumen HAM di benua Amerika dan Eropa.

Teori Hukum alam Melahirkan Fundamental Rights atau Basic Rights yaitu : a. Hak Hidup

b. Hak bebas dari penyiksaan

c. Hak untuk bebas dari perbudakan d. Hak untuk bebas beragama e. Equlity before the law

f. Hak untuk tidak dituntut oleh hukum yang berlaku surut atau non retroaktif atau ex post facto

g. Hak untuk tidak dituntut secara pidana atas kegagalan memenuhi kewajiban kontraktual.

Di Indonesia cenderung menggunakan teori Hukum alam karena setiap warga Negara telah memiliki hak asasi manusia /fundamental rights sejak mereka lahir bahkan sejak dalam kandungan. Ada atau tidak adanya 2 Todung Mulya Lubis, In search of Human Rights Legal-Political Dilemmas of

(8)

hukum/konstitusi yang mengatur tentang HAM, hak tersebut tidak akan hilang dan tetap dimiliki oleh warga Negara. Adanya konstitusi atau aturan yang mengatur tentang Hak asasi manusia tersebut, adalah untuk menegaskan atau menguatkan bahwa HAM yang melekat itu diakui oleh Negara. Sehingga Negara yang menjamin adanya hak asasi manusia.

(KLIK)

Mengenai landasan hukum yang mengatur Hak untuk bebas dari perbudakan dan penyiksaan, yaitu :

- Pasal 3 DUHAM - Pasal 4 DUHAM - Pasal 5 DUHAM - Pasal 8 CCPR

- Pasal 4 Undang-undang nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia - Pasal 7 CCPR

Dari kasus diatas jelaslah bahwa hal tersebut merupakan bentuk pelanggaran HAM dimana seharusnya seseorang/warga Negara memiliki hak untuk bebas penyiksaan dan perbudakan yang diatur dalam pasal 28i UUD RI 1945, Pasal 3,4,5 DUHAM, pasal 7 CCPR, dan Pasal 4 Undang-undang nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.

(9)

(KLIK)

2.2.2 Kasus Anak Macicha Mochtar

Salah satu contohnya adalah kasus Macicha Mochtar yang menuntut adanya pengakuan atas status perkawinannya dan status anaknya. Anak Macicha Mochtar tidak bisa memiliki akta kelahiran karena orang tuanya (Macicha Mochtar) tidak memiliki surat nikah dengan Almarhum Moerdiono. Sebelumnya Macicha dan Moerdiono menikah dengan bukti adanya saksi pada waktu pernikahan siri tersebut terjadi. Dalam hal ini, hak pendidikan anak Macicha tidak bisa timbul tanpa adanya akta kelahiran.

(KLIK) Analisis Kasus

Penerapan Teori Positivisme

Dalam teori ini, setiap warga Negara baru mempunyai Hak setelah ada aturan yang jelas dan tertulis yang mengatur tentang hak-hak warga Negara tersebut. Jika terdapat pengabaian atas hak-hak warga Negara tersebut dapat diajukan gugatan atau klaim. Individu hanya menikmati hak-hak yang diberikan Negara . Indonesia menganut teori ini dengan landasan hukum pengaturan hak-hak yang diatur oleh negara sebagai berikut:

a. Hak Pendidikan

 Pasal 28C UUD RI 1945

 Pasal 13 CESCR tentang Pendidikan

(KLIK)

Dari pemaparan tersebut dikaitkan dengan kasus diatas, bahwa kasus tersebut merupakan salah satu bentuk pelanggaran HAM, karena hak seorang anak bisa hilang karena tidak memiliki akta kelahiran dan ketentuan dalam Pasal 13 CESCR tidak dapat terlaksana bahwa setiap orang memiliki hak atas Pendidikan. Padahal kewajiban Negara tercantum dalam pasal Pasal 6 The Convention on The Rights of the Child bahwa :

(10)

2. Negara-negara Pihak harus menjamin sampai pada jangkauan semaksimum mungkin ketahanan dan perkembangan anak.

Oleh karena itu, seharusnya pembatasan tentang hak anak terutama hak pendidikan yang bisa didapatkan setelah memiliki akta kelahiran lebih dipertimbangkan lagi. Mengingat pendidikan adalah salah satu sarana untuk mewujudkan masa depan anak yang lebih baik.

(KLIK)

2.2.3 Kasus Pelanggaran HAM Berat Abepura

7 Desember 2000 Sekitar Pukul 01.30 WIT Terjadi penyerangan massa terhadap mapolsekta Abepura yang mengakibatkan seorang polisi meninggal dunia Bribka Petrus Eppa, dan 3 orang lainnya luka-luka. Disertai pembakaran ruko yang berjarak 100 meter dari mapolsek. Terjadi juga penyerangan dan pembunuhan satpam di kantor Dinas Otonomi Kotaraja.

(11)

brimob melakukan pengerusakan, pemindahan paksa (Involuntary displace persons), ancaman, makian, pemukulan dan pengambilan hak milik (right to property) mahasiswa. Di asrama Waropen Yapen Waropen satu mahasiswa terserempet peluru yang lainnya dipukul, ditendang, dan diolempar kedalam truk untuk di bawa ke mapolsek. Begitu pula penyiksaan dan penangkapan terjadi di asrama IMI (ikatan mahasiswa Ilaga), penangkapan dan penyiksaan (Persecution) berulang-ulang terjadi juga di pemingkuman penduduk sipil kampung Wamena di Abepantai dan suku lani asal Mamberamo di kota raja dan suku yali di skyline. Telah terjadi pembunuhan kilat (Summary Killing) oleh anggota brimob, Elkius Suhuniap, di skyline. Telah terjadi pula kematian dalam tahanan Polres Jayapura (dead in custody) akibat penyiksaan (torture) terhadap Jhoni karunggu dan Orry Dronggi

Belakangan diketahui pemicu peristiwa Abepura berakar pada usaha menuntut keadilan oleh masyarakat. Keadilan ekonomi, politik, sosial, dan budaya yang menjadi hak dasar (human rights) masyarakat Papua, yang hingga kini tak pernah dipenuhi oleh negara, yang mengaku menjadi daulat rakyat masyarakat Papua. Kewajiban dasar (generic obligation) dalam memenuhi setiap hak asasi warga adalah dalil kehadiran (raison de ‘etre) hadirnya sebuah negara. Karena itu, jika negara tidak mampu menjalankan kewajibannya maka negara telah kehilangan eksistensinya, dan secara serempak rakyat pun, sebagai pemilik sah negeri itu dihalalkan untuk protes. Respon pemerintah atas protes ketidakadilan itulah yang menjadikan berbagai kasus pelanggaran hak asasi manusia terus terjadi.

(KLIK)

Sebelum jauh membahas konsep atau teori HAM mana yang relevan dalam kasus ini ada baiknya jika terlebih dahulu mengetahui terdapat kejahatan apa saja yang terjadi pada kasus Abepura tahun 2000 silam. Berdasarkan laporan yang dikeluarkan oleh KOMNAS HAM dan siaran pers Elsham Papua kasus pelanggaran HAM yang terjadi di papua dapat dikategorikan sebagai berikut :

1. Penyiksaan

(12)

mereka berada dalam tahanan. Dari praktek penyiksaan ini, tidak hanya korban yang mengalami berbagai bentuk penyiksaan tapi juga terdapat dua orang meninggal dalam tahanan (death in custody): Johny Karunggu (18 tahun), seorang mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi “Otouw dan Geisller“ (STIE-OG) Kotaraja Jayapura dan Orry Doronggi (17 tahun) siswa SMK Negeri II Jayapura. Penyiksaan ini juga telah menyebabkan satu orang, Arnold Mundu Soklayo, cacat dan lumpuh seumur hidup.

2. Pembunuhan Kilat

Pembunuhan kilat (summary execution) dilakukan oleh anggota Brimob terhadap Elkius Suhuniab (18 tahun), siswa kelas III SMU 45 Entrop berasal dari Anggruk, Jawajiya, pada 7 Desember 2000, di pemukiman masyarakat suku Yali, Jayawijaya di Sykline.

3. Penganiyaan berdasarkan jenis kelamin, ras dan agama

Semua korban mengalami tindakan diskriminasi atas dasar ras dan agama. Tapi perempuan mengalami tindakan diskriminasi berganda. Di samping mengalami penganiayaan yang sama seperti dialami korban lainnya, juga dicaci maki karena keberadaanya sebagai perempuan dan cara pandang diskriminatif.

4. Perampasan kemerdekaan atau kebebasan fisik lain secara sewenang-wenang

 Aksi penggeledahan dan penangkapan tanpa prosedur dan surat perintah penangkapan dari yang berwenang, terhadap orang-orang yang dicurigai mempunyai hubungan dengan pelaku penyerangan Mapolsek Abepura.

 Pengungsian secara paksa terjadi karena adanya pengejaran dan penangkapan terhadap mahasiswa dan penduduk sipil.

(13)

mahasiswa dan warga. Akibatnya mereka tidak lagi meneruskan studi dan menempati tempat tinggal sebelumnya.

(KLIK)

Pada dasarnya konsep HAM yang dikenal luas di Indonesia adalah yang dituangkan dalam Pasal 28 UUD 1945 yang kemudian keberadaannya kembali diperjelas dalam UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.

Jika diperhatikan konsep HAM alam ini sudah dilanggar pada kasus yang terjadi di abepura yang terjadi tahun 2000 silam. Secara konsepsi hak-hak yang diajarkan melalui teori Hukum Alam ini telah dilanggar, baik pelanggaran atas hak untuk hidup, bebas dari penyiksaan maupun hak perlakukan sama di depan hukum. Jika ditelusuri lagi dari akar permasalahan yakni gejolak kebijakan pemerintah yang tidak jelas di papua menjadi penyebab utama terjadinya kasus ini. Hal ini menggambarkan kegagalan Negara untuk menjamin hak untuk hidup warga negaranya.

Salah satu hal yang menjadi sorotan dalam perkara ini adalah aksi mahasiswa yang dimulai dengan demo di bubarkan secara paksa oleh aparat keamanan padahal dikenal istilah kebebasan berbicara di muka umum sebagaimana bentuk partisipasi langsung masyarakat dalam usaha bersama memajukan nusa dan bangsa sebagaimana diamantkan dalam pasal 28C ayat (2) UUD 1945.

Membahas lagi masalah pelanggaran yang telah kami kategorikan diatas juga masing-masing telah melanggar HAM yang telah diatur oleh hukum positiv Indonesia atau mengacu pada teori HAM Positivisme atau HAM yang diatur dalam peraturan perundang-undangan sebagai berikut :

 pasal 34 UU no. 39/1999 tentang Hak Asasi Manusia.  pasal 33 ayat 1 dan pasal 34 UU No. 39/1999

 Pasal 9 UU No. 26/2000 tentang Pengadilan HAM

 UU No. 5/1998 tentang Ratifikasi Konvensi Anti Penyiksaan.

(14)

Dengan melihat gambar besar dari kasus ini tidak perlu ada keraguan lagi telah terjadi Pelanggran HAM berat yang dikalukan oleh aparat Negara secara sistem dan pelanggran ini melanggar banyak HAM yang melekat pada para korban. Kedepan pemerintah sebaiknya lebih memperhatikan lagi pemerataan kesejahteraan masyarakat agar tidak terjadi hal seruapa di masa yang akan datang.

(KLIK) Kesimpulan

HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan kiprahnya. Setiap individu mempunyai keinginan agar HAM-nya terpenuhi, tapi satu hal yang perlu kita ingat bahwa jangan pernah melanggar atau menindas HAM orang lain. Dalam kehidupan bernegara HAM diatur dan dilindungi oleh perundang-undangan RI, dimana setiap bentuk pelanggaran HAM baik yang dilakukan oleh seseorang, kelompok atau suatu instansi atau bahkan suatu Negara akan diadili dalam pelaksanaan peradilan HAM, pengadilan HAM menempuh proses pengadilan melalui hukum acara peradilan HAM sebagaimana terdapat dalam Undang-Undang pengadilan HAM.

(KLIK) Saran

Referensi

Dokumen terkait

Status Desa Menjadi Kelurahan yang telah ditetapkan oleh Bupati. sebagaimana dimaksud pada huruf k,

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang dengan limpah karunia-Nya, skripsi ini berhasil diselesaikan dalam waktu yang telah

At the same time, Bank Indonesia shared that it may maintain the benchmark rate at 7.5%, this would trigger more selling activity as market will start to

Hasil akhir dari analisis multivariat menunjuk- kan bahwa komponen motivasi yang paling berhubungan dengan kinerja perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan adalah

Ada pengaruh bermakna penyuluhan kesehat- an langsung dan melalui media massa dengan perawatan hipertensi pada usia dewasa di sebuah kelurahan di kota Depok dan

Pembatasan identifikasi masalah dalam penelitian ini dititikberatkan pada penggunaan media kertas bergelombang untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak

Pada intinya medan magnet ditimbulkan karena muatan listrik yang bergerak (pernyataan 1 benar, pernyataan 4 salah).pada sebuah konduktor yang dialiri arus listrik maka

Jika jumlah luas bidang alas dan semua bidang sisi kotak ditentukan sebesar 432 cm 2 , maka volume kotak terbesar yang mungkin adalah …A. Jika semua produk perusahaan