DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ... 1
BAB I PENDAHULUAN ... 2
1.1 LATAR BELAKANG... 2
1.2 RUMUSAN MASALAH ... 3
1.3 TUJUAN ... 3
BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT MITRA ... 5
2.1 LETAK GEOGRAFIS ... 5
2.2 KONDISI DEMOGRAFIS ... 6
2.3 KONDISI SOSIAL EKONOMI ... 6
2.4 PERMASALAHAN YANG DIHADAPI ... 7
BAB III METODE PELAKSANAAN ... 1
3.1 TAHAP PESIAPAN ... 1
3.2 TAHAP PELAKSANAAN ... 1
3.3 TAHAP EVALUASI DAN DOKUMENTASI ... 2
BAB IV BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN ... 3
DAFTAR PUSTAKA ... 6
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
Penyeberangan jalan di kawasan bypass Ngurah Rai telah menjadi isu krusial yang membutuhkan perhatian serius. Dengan pertumbuhan urbanisasi dan peningkatan jumlah kendaraan, terutama di kota-kota besar seperti Denpasar, kondisi lalu lintas di bypass ini semakin padat dan sering kali tidak terkendali. Hal ini menciptakan tantangan besar bagi pejalan kaki yang ingin menyeberang, terutama karena tidak adanya jembatan penyeberangan orang yang memadai. Akibatnya, banyak pejalan kaki merasa enggan untuk menyeberang, meskipun mereka memiliki kebutuhan mendesak untuk mencapai tujuan mereka, seperti pusat perbelanjaan, area bisnis, dan tempat wisata.
Lalu lintas yang cepat dan padat di bypass Ngurah Rai membuat situasi menjadi semakin berbahaya. Pejalan kaki terpaksa berusaha menyeberang di antara kendaraan yang melaju dengan kecepatan tinggi, menciptakan risiko kecelakaan yang signifikan.
Dalam banyak kasus, mereka harus menghadapi situasi yang berpotensi fatal, di mana keputusan untuk menyeberang bisa berarti mempertaruhkan nyawa. Kurangnya fasilitas penyeberangan yang memadai membuat banyak orang mencari jalur alternatif yang sering kali tidak aman, seperti menyeberang di tempat yang tidak diizinkan atau melawan arus lalu lintas.
Kondisi ini menunjukkan betapa mendesaknya kebutuhan untuk membangun jembatan penyeberangan orang di kawasan ini. Jembatan penyeberangan dirancang khusus untuk memberikan akses yang aman bagi pejalan kaki, memungkinkan mereka menyeberang tanpa mengganggu arus lalu lintas kendaraan. Dengan adanya jembatan ini, risiko kecelakaan dapat berkurang secara signifikan, dan arus lalu lintas juga dapat menjadi lebih lancar, mengingat kendaraan tidak perlu berhenti untuk memberikan jalan kepada pejalan kaki.
Keberadaan jembatan penyeberangan dapat berkontribusi pada peningkatan kualitas hidup warga sekitar. Dengan menyediakan jalur yang aman untuk menyeberang, jembatan ini akan memberikan rasa aman dan nyaman bagi masyarakat dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Hal ini juga berpotensi meningkatkan angka kunjungan ke pusat perbelanjaan dan lokasi wisata, yang pada gilirannya dapat mendukung pertumbuhan ekonomi lokal.
Namun, untuk memastikan jembatan penyeberangan ini efektif dan dapat digunakan dengan baik, perencanaan dan desain yang matang sangatlah penting.
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan meliputi pemilihan lokasi yang strategis, kemudahan akses bagi pejalan kaki, dan aspek estetika yang sejalan dengan karakter kawasan. Jembatan yang dirancang dengan baik tidak hanya memenuhi fungsi utilitarian, tetapi juga dapat menjadi elemen estetis yang memperindah lingkungan.
Oleh karena itu, pengembangan jembatan penyeberangan di bypass Ngurah Rai bukan hanya sebuah solusi untuk masalah keselamatan, tetapi juga merupakan bagian integral dari perencanaan kota yang lebih berkelanjutan dan ramah pejalan kaki.
Mengingat kompleksitas dan urgensi isu ini, upaya untuk mengevaluasi, merancang, dan merealisasikan jembatan penyeberangan yang efektif menjadi sangat relevan. Hal ini diharapkan dapat mendukung mobilitas yang lebih aman dan nyaman bagi pejalan kaki, serta menciptakan lingkungan perkotaan yang lebih berkelanjutan dan manusiawi.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja faktor penyebab meningkatnya risiko kecelakaan pejalan kaki di bypass Ngurah Rai?
2. Bagaimana dampak kurangnya fasilitas penyeberangan terhadap perilaku pejalan kaki di kawasan tersebut?
3. Apa saja keuntungan yang dapat diperoleh dari pembangunan jembatan penyeberangan di bypass Ngurah Rai?
4. Bagaimana perencanaan dan desain jembatan penyeberangan yang efektif untuk memenuhi kebutuhan masyarakat?
1.3 TUJUAN
1. Menganalisis faktor-faktor penyebab risiko kecelakaan pejalan kaki di bypass Ngurah Rai.
2. Mengidentifikasi dampak negatif dari kurangnya fasilitas penyeberangan terhadap perilaku pejalan kaki.
3. Mengevaluasi manfaat pembangunan jembatan penyeberangan dalam meningkatkan keselamatan dan kenyamanan pejalan kaki.
4. Memberikan rekomendasi perencanaan dan desain jembatan penyeberangan yang sesuai dengan karakter kawasan dan kebutuhan masyarakat.
BAB II
GAMBARAN UMUM MASYARAKAT MITRA 2.1 LETAK GEOGRAFIS
Krisna Oleh-Oleh di Jalan Bypass Ngurah Rai, Bali, memiliki lokasi yang sangat strategis, menjadikannya salah satu destinasi belanja favorit bagi wisatawan yang ingin membeli oleh-oleh khas Bali. Toko ini terletak di sepanjang jalan utama yang menghubungkan beberapa kawasan wisata utama di Bali, seperti Denpasar, Kuta, Nusa Dua, dan Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai. Dengan lokasinya yang berada di jalur utama, Krisna sangat mudah diakses oleh wisatawan dari berbagai arah, baik mereka yang baru tiba di Bali maupun yang hendak kembali ke bandara.
Hanya sekitar 15 menit berkendara dari Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Krisna Oleh-Oleh di Jalan Bypass Ngurah Rai menjadi pilihan yang ideal bagi pengunjung yang ingin berbelanja sebelum meninggalkan Bali. Dekat dengan salah satu bandara tersibuk di Indonesia ini, toko tersebut menarik banyak turis yang memanfaatkan waktu terakhir mereka di Bali untuk membeli oleh-oleh tanpa harus memasuki kawasan kota yang lebih padat. Selain itu, lokasinya yang berada di jalur bypass utama memudahkan akses menuju kawasan-kawasan wisata populer, seperti Pantai Kuta dan Seminyak, yang berjarak sekitar 10-15 menit perjalanan.
Jalan Bypass Ngurah Rai juga menghubungkan Bali bagian selatan dengan Nusa Dua, sebuah kawasan wisata eksklusif yang terkenal dengan resort mewah dan pantai indahnya. Dari Nusa Dua, Krisna Oleh-Oleh dapat dicapai dalam waktu sekitar 20-30 menit berkendara. Hal ini menjadikannya destinasi yang sangat cocok bagi wisatawan yang ingin mampir untuk membeli suvenir setelah berwisata di area tersebut. Selain itu, adanya akses langsung ke Jalan Tol Bali Mandara, yang menghubungkan Denpasar, Bandara, dan Nusa Dua, membuat perjalanan ke Krisna semakin mudah dan cepat, terutama bagi mereka yang ingin menghindari kemacetan di jalur biasa.
Secara keseluruhan, letak geografis Krisna Oleh-Oleh di Jalan Bypass Ngurah Rai sangat menguntungkan. Berada di jalur penghubung utama, dekat dengan bandara, serta memiliki akses mudah ke kawasan-kawasan wisata terkenal di Bali, menjadikan toko ini sangat populer di kalangan wisatawan. Kombinasi antara lokasi yang strategis, kemudahan akses, dan jaraknya yang dekat dengan pusat-pusat wisata
utama membuat Krisna Oleh-Oleh tidak hanya menjadi tempat berbelanja, tetapi juga bagian dari perjalanan wisata yang nyaman bagi para pengunjung
2.2 KONDISI DEMOGRAFIS
Kawasan di sekitar Krisna Oleh-Oleh Jalan Bypass Ngurah Rai, Denpasar Selatan, merupakan salah satu area yang padat penduduk di Kota Denpasar.
Berdasarkan data terbaru, Kecamatan Denpasar Selatan memiliki sekitar 183.969 penduduk pada tahun 2023, dengan distribusi gender yang hampir seimbang antara laki-laki dan perempuan. Kecamatan ini juga merupakan bagian penting dari Kota Denpasar, yang mencakup empat kecamatan utama dengan total populasi lebih dari 665.000 jiwa
Secara demografis, daerah ini memiliki populasi yang beragam dengan mayoritas penduduk beragama Hindu, sesuai dengan karakteristik budaya Bali. Selain itu, lokasi ini juga merupakan salah satu area dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi di Bali, dengan Denpasar memiliki kepadatan rata-rata sekitar 5.000 jiwa per kilometer persegi
Dengan kondisi geografis dan demografis seperti ini, tidak heran jika Krisna Oleh-Oleh menjadi salah satu destinasi belanja utama yang strategis bagi wisatawan dan masyarakat lokal di sekitar Denpasar Selatan.
2.3 KONDISI SOSIAL EKONOMI
Kondisi sosial ekonomi di sekitar Krisna Oleh-Oleh Jalan Bypass Ngurah Rai, Denpasar Selatan, menunjukkan perkembangan yang pesat seiring dengan pertumbuhan pariwisata dan urbanisasi di Bali. Sebagai bagian dari pusat ekonomi di Bali, Denpasar Selatan mengalami pertumbuhan yang didorong oleh sektor pariwisata, dengan Jalan Bypass Ngurah Rai sebagai jalur strategis yang menghubungkan kawasan wisata utama seperti Kuta, Nusa Dua, dan Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai. Mayoritas penduduk di daerah ini bekerja di sektor pariwisata, perdagangan, dan jasa, dengan banyaknya usaha kecil dan menengah yang berkembang untuk melayani wisatawan. Tingkat pendidikan penduduk di daerah ini cukup baik, dengan akses yang memadai terhadap fasilitas pendidikan dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Peningkatan kualitas pendidikan dan keterampilan sangat penting untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja terampil di sektor pariwisata.
Selain itu, infrastruktur di Denpasar Selatan, termasuk transportasi umum dan layanan
kesehatan, terus diperbaiki untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat lokal. Meskipun ada kemajuan yang signifikan, tantangan seperti peningkatan urbanisasi dan kepadatan penduduk memerlukan perhatian khusus dalam pengelolaan layanan publik dan pembangunan infrastruktur.
2.4 PERMASALAHAN YANG DIHADAPI
Masyarakat yang tinggal di sekitar Jalan Bypass Ngurah Rai menghadapi berbagai masalah serius akibat tingginya arus lalu lintas yang padat. Salah satu tantangan utama adalah kesulitan dalam menyeberang jalan. Dengan volume kendaraan yang terus meningkat, pejalan kaki sering kali merasa tertekan untuk menunggu lama sebelum dapat melintas. Banyak warga yang merasa tidak aman menyeberang di tengah arus lalu lintas yang cepat, sehingga mereka cenderung menunda niat untuk melintas.
Keterbatasan fasilitas penyeberangan, seperti zebra cross atau Jembatan Penyebrangan Orang (JPO), semakin memperburuk situasi. Tanpa adanya tempat yang memadai untuk menyeberang, pejalan kaki terpaksa mencari lokasi yang aman, yang sering kali tidak tersedia. Hal ini menyebabkan jarangnya warga menyeberang, meskipun mereka membutuhkan akses ke sisi jalan yang lain.
Risiko kecelakaan juga menjadi pertimbangan utama. Statistik menunjukkan tingginya angka kecelakaan lalu lintas yang melibatkan pejalan kaki di area ini, menciptakan ketidakpastian dan kekhawatiran akan keselamatan. Banyak warga yang enggan mengambil risiko dan lebih memilih untuk tetap di satu sisi jalan, yang berdampak negatif pada aktivitas sehari-hari mereka. Pembatasan dalam mobilitas ini mengakibatkan penurunan kualitas hidup, menghambat rutinitas seperti berbelanja, berolahraga, atau berinteraksi sosial.
Secara keseluruhan, masalah kesulitan menyeberang di Jalan Bypass Ngurah Rai menciptakan tantangan besar bagi masyarakat, memerlukan perhatian dan solusi yang efektif, seperti pembangunan JPO, untuk memastikan keselamatan dan kenyamanan pejalan ka
BAB III
METODE PELAKSANAAN 3.1 TAHAP PESIAPAN
1. Survei Awal Lokasi dan Kebutuhan
a) Melakukan survei di titik-titik padat dan rawan kecelakaan pada Bypass Ngurah Rai.
b) Wawancara dengan warga sekitar dan pengguna jalan untuk mengetahui kebutuhan jembatan penyeberangan.
2. Koordinasi dengan Instansi Terkait
a) Berkoordinasi dengan Dinas Perhubungan, PUPR, dan aparat desa setempat untuk dukungan dan izin.
b) Identifikasi peraturan atau kebijakan yang relevan dengan infrastruktur jembatan penyeberangan.
3. Penggalian Data dan Literatur
a) Mengumpulkan data kecelakaan dan kemacetan di lokasi terkait sebagai landasan urgensi.
b) Studi kasus dari wilayah lain yang sudah berhasil membangun jembatan penyeberangan serupa.
3.2 TAHAP PELAKSANAAN 1. Sosialisasi dan Edukasi
a) Mengadakan sosialisasi kepada masyarakat sekitar mengenai manfaat dan urgensi jembatan penyeberangan.
b) Mengundang narasumber dari pihak keamanan lalu lintas untuk memberikan pemahaman lebih mendalam.
2. Diskusi Kelompok Terarah (Focus Group Discussion)
a) Melibatkan masyarakat, pemangku kepentingan, dan instansi terkait untuk menggali aspirasi.
b) Memetakan masalah yang bisa menghambat pembangunan dan mencari solusi bersama.
3. Simulasi Skenario Penggunaan Jembatan Penyeberangan
a) Bersama dengan relawan, melakukan simulasi di titik rawan untuk menguji efektivitas konsep jembatan.
b) Pengamatan langsung mengenai potensi pengurangan kemacetan dan peningkatan keselamatan.
3.3 TAHAP EVALUASI DAN DOKUMENTASI 1. Evaluasi Hasil Pelaksanaan
a) Menganalisis hasil survei dan simulasi, termasuk umpan balik dari warga dan pihak terkait.
b) Menyusun rekomendasi perbaikan atau pengembangan konsep jembatan penyeberangan.
2. Penyusunan Laporan Akhir
a) Menyusun laporan kegiatan PKM lengkap dengan dokumentasi foto, data hasil survei, dan rekomendasi.
b) Mempresentasikan hasil kepada instansi terkait dan masyarakat.
BAB IV
BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN Tahap persiapan
NO Item Kegiatan Jumlah Harga satuan
(Rp)
Total (Rp)
1 Suervei Lokasi (transport dan Konsumsi)
5 kali 250.000 1.250.000
2 Izin dan koordinasi dengan Instansi
3 kali 150.000 450.000
3 Cetak dan pengadaan formulir survei
100 lembar
1.000 100.000
Subtotal persiapan 1.800.000
Tahap pelaksanaan
NO Item Kegiatan Jumlah Harga satuan
(Rp)
Total (Rp)
1 Sosialisasi dan edukasi (banner, poster,pamflet)
1 Paket 1.250.000 1.250.000
2 Narasumber dan fasilitator (honor)
2 orang 500.000 1.000.000
3 Konsumsi kegiatan sosialisasi
50 orang 25.000 1.250.000
4 Penyewaan alat dan tempat
1 hari 750.000 750.000
5 Transportasi peserta dan panitia
1 paket 1.000.000 1.000.000
Subtotal Pelaksanaan 5.250.000
Tahap Evaluasi dan Dokumentasi
NO Item Kegiatan Jumlah Harga satuan
(Rp)
Total (Rp)
1 Penyusunan dan pencetakan laporan
5 eksemplar
75.000 375.000
2 Dokumentasi foto dan video
1 paket 500.000 500.000
3 Honor tim evaluasi 2 orang 500.000 1.000.000
Subtotal persiapan 1.875.000
Biaya Tak Terduga (10%)
Subtotal biaya Rp. 8.925.000
Biaya tak terduga Rp. 892.500
Total Anggaran Rp. 9.817.500
Jadwal Kegiatan
Tahap Kegiatan Waktu
Pelaksanaan
Anggaran (Rp)
Persiapan Survei lokasi dan koordinasi Minggu 1 – 2 1.800.000 Pelaksanaan Sosialisasi Edukasi, sosialisasi, dan FGD Minggu 3 – 4 5.250.000 Evaluasi dan
Dokumentasi
Penyusunan laporan dan dokumentasi kegiatan
Minggu 5 – 6 1.875.000
Cadangan Waktu dan Monitoring
Monitoring hasil kegiatan Minggu 7 – 8 -
Total waktu dan anggaran 8 Minggu Rp. 9.817.500
Catatan
1. Efisiensi dan Transparansi:
Anggaran akan dikelola secara transparan dan setiap pengeluaran didokumentasikan untuk akuntabilitas.
2. Fleksibilitas Biaya:
Dana tidak terduga sebesar 10% dialokasikan untuk mengantisipasi kendala operasional atau perubahan di lapangan
3. Sumber Dana:
a) Dana bisa berasal dari hibah pemerintah, bantuan lembaga, atau sponsor lokal.
b) Kerjasama dengan instansi seperti Dinas Perhubungan atau pihak swasta juga memungkinkan.
DAFTAR PUSTAKA
Faiz, K. (2020). Perencanaan Infrasturktur dan Tata Kota untuk meningkatkan Keselamatan dan Kelancaran Lalu Lintas . Surabaya: Pustaka Karya.
Hastuti, Y., & Sidhi, P. (2022). Studi Efektivitas Jembatan Penyeberangan Orang untuk Keselamatan Pejalan Kaki. Transportasi dan Keselamatan Jalan, 45-57.
Radit, W., & Maha, H. (2020). Analisi Dampak Sosial Ekonomi dari Pengembangan Jembatan Penyebrangan Orang di Aerea Perkotaan . Perencanaan Wilayah dan Kota, 133-142.
Sindi, P., & Elis, Y. (2014). Evaluasi Efektivitas Jembatan Penyebrangan Orang di Jalan Utama dengan Lalu Lintas Tinggi. Pengembangan Kota, 185-192.
Sudirman, W. (2006). Manajemen Lalu Lintas di Kawasan Perkotaan . Denpasar: Erlangga.
Udiyono, M., & Waluyo, A. (2017). Pengaruh Jembatan Penyebrangan orang terhadap Kelancaran Arus Lalu Lintas di Jalan Raya Perkotaan. Penelitian Teknik Sipil, 201- 213.