• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI "

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN TAHUNAN

PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI

PERANCANGAN MODEL SIMBIOSIS INDUSTRI

PENYULINGAN SEREH WANGI SKALA KECIL DAN MENENGAH Tahun ke 2 dari rencana 3 tahun

Ketua :

Dr. Aviasti, Ir., MSc. (NIDN : 0405026401) Anggota :

Dr. Nugraha, ST., MM. (NIDN : 0421106901) Aswardi Nasution, Ir., MSc. (NIDN : 0003055101)

Reni Amaranti.,ST.,MT. (NIDN : 0427097501)

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG NOVEMBER 2016

Bidang Unggulan : Rekayasa

Kode /Nama Rumpun Ilmu : 435 /Teknik Industri

(2)
(3)

RINGKASAN

Industri pengolahan minyak sereh wangi memberikan kontribusi besar dalam peningkatan perekonomian masyarakat terutama para pelaku usaha yang terlibat yaitu petani dan pelaku industri pengolahan minyak sereh wangi. Permasalahan utama dalam industri penyulingan minyak sereh wangi selama ini adalah tidak jelasnya rantai pasok produk sereh wangi sehingga menyebabkan ketidaktertarikan petani untuk menanam sereh wangi.

Permasalahan lain adalah untuk membangun industri penyulingan minyak sereh wangi diperlukan biaya awal yang relatif besar sehingga petani yang saat ini telah menanam sereh wangi hanya bisa mendapatkan keuntungan dari hasil penjualan daun sereh wangi. Tujuan utama penelitian ini yaitu untuk membuat model sistem industri yang tepat untuk industri pengolahan minyak sereh wangi skala kecil dan menengah sehingga dapat mengoptimalkan potensi dan sumber daya yang dimiliki serta mengintegrasikan dengan industri lainnya (simbiosis industri).

Hasil yang sudah diperoleh pada tahun pertama penelitian adalah model awal pemetaan rantai pasok untuk mengetahui aliran supply atau pasokan sereh wangi sehingga dapat dianalisis kemungkinan kontinuitas pasokan sereh serta kemungkinan potensi pasar yang akan dimasuki apabila kegiatan industri penyulingan sereh wangi telah dilakukan. Memperhatikan hasil penelitian yang diperoleh pada tahun pertama, maka pada tahun kedua penelitian akan dirancang sebuah model sistem industri penyulingan minyak sereh wangi dengan terlebih dahulu mengidentifikasi teknologi yang akan digunakan, menentukan skala produksi yang akan dilakukan, cara mengelola yang akan digunakan dan variabel-variabel lain yang dianggap menjadi faktor kritis dalam sistem industri penyulingan sereh wangi. Selain itu akan dilakukan analisis kelayakan bisnis yang merupakan tahapan penting karena dari tahap ini akan diperoleh gambaran lebih rinci mengenai industri penyulingan sereh wangi dari sudut pandang bisnis dengan berbagai aspek yang dipertimbangkan. Sampai dengan laporan kemajuan ini dibuat, team peneliti sudah melakukan beberapa kali survey ke tempat pembuatan mesin penyulingan sereh wangi untuk melihat dan membandingkan teknologi yang tepat sehingga minyak sereh wangi yang dihasilkan lebih optimal. Selain itu juga peneliti melakukan survey ke tempat penyulingan yang menggunakan mesin yang diteliti,untuk mlihat secara langsung cara kerjamesin penyulingan tersebut.

Adapun luaran dari semua rangkaian kegiatan yang diusulkan untuk tiga tahun penelitian adalah model simbiosis industri penyulingan sereh wangi skala kecil dan menengah. Metode pendekatan yang digunakan untuk mendukung keberhasilan target luaran adalah melakukan tahapan penelitian dengan terstruktur dimulai dari studi pendahuluan, perumusan masalah dan penentuan tujuan penelitian, studi pustaka, menentukan langkah-langkah penelitian, pengumpulan data-data yang dibutuhkan, pemetaan rantai pasok, pemetaan proses bisnis, perancangan sistem industri, analisis kelayakan bisnis, perancangan model simbiosis industri, implementasi model, serta terakhir analisis hasil implementasi dan perbaikan model.

Dengan dirancangnya model simbiosis industri penyulingan sereh wangi dalam hal ini dengan skala kecil dan menengah diharapkan dapat mengoptimalkan potensi dan sumber daya yang ada melalui sistem industri yang efisien, terintegrasi, berwawasan lingkungan dan relatif mudah untuk dikelola.

Keywords : simbiosis industri, rantai pasok, industri penyulingan minyak sereh

PRAKATA

(4)

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan Laporan Tahunan untuk tahun kedua Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi ini. Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi ini dapat terlaksana atas biaya dari Dirjen Pendidikan Tinggi melalui proses seleksi proposal usulan penelitian yang diajukan pada tahun 2014. Kami menyadari bahwa penelitian ini dapat diselesaikan atas bantuan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Oleh karena itu pada kesempatan ini, izinkan kami mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:

1. Rektor Universitas Islam Bandung, yang selalu memotivasi agar lebih meningkatkan karya-kaya ilmiah yang dibuat terutama sebagai salah satu tugas dalam mengemban Tri Dharma Perguruan Tinggi.

2. Ketua LPPM Universitas Islam Bandung, yang selalu menyediakan fasilitas dan memberikan informasi-informasi terbaru berkaitan dengan peluang-peluang penelitian yang dapat dilakukan.

3. Dekan Fakultas Teknik Universitas Islam Bandung, yang selalu memotivasi agar lebih meningkatkan karya ilmiah yang dibuat dengan selalu memeriksa usulan proposal yang diajukan secara seksama.

4. Ketua Program Studi Teknik Industri Universitas Islam Bandung, yang selalu mendorong rekan-rekan kerjanya untuk terus berkarya.

5. Kepala Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Kebun Percobaan Manoko yang telah bersedia menjadi mitra dalam penelitian ini.

6. Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat, yang telah memberikan izin penelitian untuk pengambilan data sekunder.

7. Pimpinan PT. Idenso yang telah memberikan kesempatan untuk berdiskusi mengenai proses pengolahan dan pemasaran minyak atsiri khususnya minyak sereh wangi.

8. Bapak Haji Mudhori sebagai narasumber mengenai proses pembuatan mesin penyulingan minyak sereh wangi yang telah bersedia menjadi mitra untuk penelitian ini.

9. Bapak Misar sebagai narasumber yang bersedia meluangkan waktu bekerjanya untuk menjelaskan bagaimana cara bekerjanya mesin penyulingan tersebut.

10. Seluruh pengusaha penghasil minyak sereh wangi yang berada pada lokasi penelitian, yang telah menyediakan waktu untuk diwawancara dan memberikan data primer dan sekunder.

11. Petugas lapangan Dini Hairani mahasiswa Teknik Industri Unisba, yang bersedia membantu melakukan survey, disela-sela kesibukan kuliah.

(5)

Sekali lagi kami mengucapkan terima kasih yang tak terhingga semoga Allah SWT membalas segala kebaikan yang diberikan dengan berlipat ganda. Kepada Allah SWT. jualah kami berserah diri, semoga setitik ilmu di tengah lautan luas ilmu Allah SWT. yang tanpa batas dapat bermanfaat bagi sesama. Amin Ya Robbal Allamin. Akhir kalam, tak ada gading yang tak retak, kami menyadari laporan ini masih perlu disempurnakan lebih lanjut, dan semoga hal tersebut dapat terwujud sampai akhir penelitian ini dilakukan.

Bandung, November 2016 Team Peneliti

(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ……….. i

RINGKASAN...……….. ii

PRAKATA……… iii

DAFTAR ISI ……… ...………. v

DAFTAR TABEL ……… ………. vi

DAFTAR GAMBAR ………. vii

BAB 1 PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 2

1.3. Luaran Penelitian ………. 2

1.4. Urgensi Penelitian ………. 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4

2.1. State of The Art ..………. 4

2.2. Peta Jalan Penelitian (Road map Penelitian) ... 5

2.3. Tentang Tanaman Sereh Wangi ... 7

2.4. Metode Penyulingan Minyak Sereh Wangi ... 8

2.5. Ekologi Industri ... 9

2.6. Simbiosis Industri... 10

2.7. Supply Chain Management... 13

BAB 3 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 16

3.1. Tujuan Penelitian………. 16

3.2. Manfaat Penelitian……… 16

BAB 4 METODE PENELITIAN 17

BAB 5 HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI 21

5.1. Teknologi Penyulingan Minyak Sereh Wangi…..………...………. 21

5.2. Hasil Survey Ke Kecamatan Cilongok Purwekerto Jawa Tengah... 23

5.3. Hasil Survey Ke Kdecamatan Kubang Kangkung Kecamatan Karang Tengah Kabupaten Cilacap... 33

BAB 6 RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA 35

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 39

DAFTAR PUSTAKA 40

LAMPIRAN (bukti luaran yang didapatkan)

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 6.1. Jadwal Penelitian………. 36

(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Roadmap Penelitian... 6

Gambar 2.2 Model Transformasi Dalam Bisnis ... 7

Gambar 2.3 Industrial Ecology Operates at Three Levels... 11

Gambar 2.4 Simbiosis Industri di Kalunborg Denmark... 12

Gambar 2.5 Supply Chain Network Structure... 15

Gambar 4.1. Tahapan Penelitian ... 17

Gambar 5.1. Penyulingan Minyak Sereh Wangi Di Kampung Palagon Cilacap Jawa Tengah………... 22

Gambar 5.2. Penyulingan Minyak sereh wangi Di Balitro Manoko Lembang 23

Gambar 5.3. Lembaran plat di rol sesuai dengan kebutuhan... 25

Gambar 5.4. Plat dirol dengan alat sederhana secara manual... 25

Gambar 5.5. Hasil rol dan pembuatan ketel... 25

Gambar 5.6. Tempat daun... 25

Gambar 5.7. Proses pembuatan tutup... 26

Gambar 5.8. Setelah dipres dan dilas bagian ujung dibentuk untuk tempat baut 26 Gambar 5.9. Pipa pelengkap plampet untuk jalannya api... 26

Gambar 5.10 Pipa plampet yang dibentuk untuk proses pengapian... 26

Gambar 5.11. Pipa utuk proses pengapian... 27

Gambar 5.12 Broiler untuk pembut uap... 27

(9)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia termasuk salah satu produsen utama minyak atsiri dunia dengan kemampuan memasok sekitar 85% kebutuhan minyak atsiri dunia. Indonesia juga menyimpan potensi yang sangat besar untuk industri minyak atsiri. Pada beberapa tahun terakhir, minyak atsiri mendapat perhatian yang cukup besar dari pemerintah Indonesia melalui berbagai program pada Kementerian Pertanian. Beberapa jenis minyak atsiri yang dihasilkan Indonesia adalah minyak cengkeh, minyak kenanga, minyak nilam, minyak pala, minyak cendana, minyak kayu manis, akar wangi, minyak kayu putih, serta minyak sereh wangi.

Minyak sereh wangi merupakan komoditi di sektor agribisnis yang memiliki pasaran bagus dan berdaya saing kuat di pasaran luar negeri. Sereh wangi sebagai salah satu tanaman yang dapat menghasilkan minyak atsiri juga bisa dijadikan bahan dasar sabun, obat anti nyamuk, pestisida bahkan bahan dasar bio aditif, yang bisa bermanfaat untuk penghemat bahan bakar kendaraan.

Pengembangan tanaman sereh wangi dan pengolahan minyak atsiri memiliki nilai positif yang sangat tinggi karena tidak hanya berkontribusi pada pengembangan pertanian, namun juga turut meningkatkan perekonomian masyarakat. Pengembangan pengolahan minyak sereh wangi di pedesaan merupakan salah satu langkah strategis dalam memacu pertumbuhan perekonomian daerah, selain dapat meningkatkan kesempatan kerja, meningkatkan nilai tambah dan daya saing, serta pendapatan petani tanaman penghasil minyak atsiri.

Oleh karena itu, perlu dirumuskan bagaimana pengembangan industri minyak atsiri di Indonesia termasuk didalamnya pengembangan industri pengolahan minyak sereh wangi harus dilakukan. Pengembangan industri sektor ini dapat berupa perbaikan varietas unggul, pemberdayaan petani, membantu unit pengolahan dan penangkaran bibit. Hal terpenting dalam upaya pengembangan industri pengolahan minyak sereh wangi adalah peningkatan daya saing minyak sereh wangi melalui perbaikan kualitas, harga yang kompetitif, kontinuitas supply, pembinaan yang terintegrasi, pemanfaatan teknologi tepat guna dan jelas, serta mendorong tumbuh kembangnya industri lanjutan.

(10)

1.2 Perumusan Masalah

Sebagaimana telah diuraikan pada bagian sebelumnya, industri pengolahan minyak sereh wangi memberikan kontribusi besar dalam peningkatan perekonomian masyarakat terutama para pelaku usaha yang terlibat yaitu petani dan pelaku industri pengolahan minyak sereh wangi.

Permasalahan utama dalam industri penyulingan minyak sereh wangi selama ini adalah tidak jelasnya rantai pasok produk sereh wangi sehingga menyebabkan ketidaktertarikan petani untuk menanam sereh wangi. Permasalahan lain adalah untuk membangun industri penyulingan minyak sereh wangi diperlukan biaya awal yang relatif besar sehingga petani yang saat ini telah menanam sereh wangi hanya bisa mendapatkan keuntungan dari hasil penjualan daun sereh wangi. Selain itu, belum terbukanya industri lanjutan pengolahan minyak sereh wangi serta proses produksi pengolahan minyak sereh wangi yang masih dilakukan secara tradisional dan teknologi yang kurang tepat menyebabkan potensi dan sumber daya yang telah ada tidak dapat dikelola secara optimal.

1.3 Luaran Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan luaran sebagai berikut :

a. Model simbiosis industri pengolahan minyak sereh wangi untuk skala kecil dan menengah

b. Publikasi ilmiah pada seminar Nasional atau Internasional c. Artikel ilmiah yang dipublikasikan pada jurnal Nasional

Luaran yang sudah diperoleh pada tahun pertama penelitian adalah model awal pemetaan rantai pasok dan publikasi ilmiah pada seminar nasional 2ndACISE yang diselenggarakan oleh Universitas Dipenogoro Semarang.

1.4 Urgensi Penelitian

Keutamaan penelitian ini dapat dilihat dari dua segi urgensi/keutamaan, yakni secara teoritis dan praktis

a. Secara Teoritis (bagi Ilmu Pengetahuan)

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan Ilmu Pengetahuan, penelitian ini diharapkan dapat mengkaji beberapa konsep dan teori yang sudah ada dan berusaha menemukan atau mengembangkan konsep – konsep dalam lingkup manajemen industri, sistem produksi maupun dalam sistem agrobisnis. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu tolak ukur untuk strategi

(11)

peningkatan atau pengembangan pada konsep-konsep sistem industri pengolahan minyak sereh wangi.

b. Secara praktis (bagi Ilmu Pengetahuan)

1. Sebagai masukan pada dinas terkait dalam menyusun kebijakan dan langkah-langkah strategis untuk pengembangan industri pengolahan minyak sereh wangi di daerah Jawa Barat khususnya.

2. Penelitian ini diharapkan menghasilkan panduan untuk pelaku usaha di bidang industri pengolahan minyak sereh wangi untuk melakukan pengembangan usaha, terutama untuk pelaku usaha skala kecil dan menengah.

(12)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 State of The Art

Penelitian-penelitian mengenai sereh wangi telah banyak dilakukan. Beberapa penelitian membahas mengenai metode penyulingan minyak sereh wangi dan teknologi yang digunakan untuk penyulingan minyak sereh wangi. Penelitian-penelitian tersebut antara lain :

a. Yuni Eko Feriyanto, dkk (2013), mempelajari proses pengambilan minyak atsiri dari daun dan batang sereh wangi menggunakan metode distilasi uap dan air dengan pemanasan microwave dan membandingkan hasil yang diperoleh dengan metode hydro distillation dan steam distillation terdahulu. Penelitian ini juga mempelajari faktor- faktor yang berpengaruh terhadap rendemen dan mutu minyak sereh.

b. Djati Waluyo, dkk (2010), melakukan penelitian studi morfologi dan analisis korelasi antar karakter komponen hasil tanaman sereh wangi dalam upaya perbaikan produksi minyak.

c. Marlon L.P (2012) melakukan penelitian aplikasi perlakuan bahan baku dan penyulingan air – uap terhadap rendemen dan sifat organoleptik minyak atsiri.

Penelitian-penelitian lain mempelajari pemanfaatan minyak sereh wangi untuk berbagai tujuan seperti untuk obat nyamuk dan obat pembasmi hama. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Dany Parawita Lubis (2011) yang melakukan uji aktifitas penolak nyamuk dari minyak atsiri daun tumbuhan sereh wangi dalam sediaan lotion. Penelitian lain membahas mengenai identifikasi dan uji toksisitas senyawa sitroneral dari daun sereh wangi sebagai anti feedant terhadap hama thrips pada tanaman jarak pagar (M. Ikbal Fikri, 2010), penelitian mengenai penggunaan ekstrak daun sereh wangi untuk pengendalian jamur penyebab penyakit tepung pada mentimun ( M. Indra Saputra, 2011). Penelitian lain yang menelaah mengenai pemanfaatan sereh wangi adalah penelitian yang dilakukan oleh Haidar (2011) yang melakukan penelitian uji efektifitas sereh wangi sebagai insektisida terhadap nyamuk aedes aigypti dengan metoda fogging. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Retno Sri Indah Lestari, dkk (2012) membahas mengenai uji finansial terhadap proses isolasi citronellal dan rhodinol pada industri berbasis senyawa turunan minyak sereh wangi. Objek penelitian yang dilakukan Retno dkk adalah industri intermediate dari rantai supply minyak sereh wangi yang akan menghasilkan barang setengah jadi sebagai bahan baku industri hilir.

(13)

Apabila ditelaah lebih jauh dari penelitian-penelitian mengenai sereh wangi yang telah dilakukan terlihat bahwa sebagian besar penelitian mempelajari manfaat minyak sereh wangi untuk obat nyamuk dan pembasmi hama tanaman, teknologi-teknologi yang dapat digunakan untuk pengolahan minyak sereh wangi, dan teknik-teknik penyulingan yang dilakukan untuk meningkatkan produksi minyak hasil penyulingan. Sedangkan penelitian mengenai bagaimana sistem industri pengolahan sereh wangi harus dikelola dari hulu hingga hilir belum banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu.

Penelitian yang berkaitan dengan simbiosis industri telah dilakukan oleh Aviasti (2010) membahas mengenai bagaimana model simulasi simbiosis industri gula dan industri pupuk dalam sebuah eco industrial park. Sedangkan menurut Chertow (2000) ekologi industri terbagi menjadi 3 (tiga) level yaitu yang difokuskan pada level fasilitas, level antar perusahaan dan level pada skala regional atau global.

Penelitian ini dilakukan untuk membahas mengenai industri penyulingan sereh wangi dari sudut pandang teknik industri, terutama berkaitan dengan rantai pasok sereh wangi, sistem produksi penyulingan minyak sereh wangi, serta bagaimana sistem industri pengolahan minyak sereh wangi yang tepat untuk skala kecil dan menengah sehingga diharapkan dapat menghasilkan model sistem industri dan model simbiosis industri penyulingan minyak sereh wangi yang lengkap agar mampu mengoptimalkan potensi dan sumber daya yang ada.

2.2 Peta Jalan Penelitian (Roadmap Penelitian)

Kajian mengenai sereh wangi yang telah dilakukan sebelumnya adalah kegiatan pengabdian masyarakat mengenai pemanfaatan lahan tidak produktif yang ada di masyarakat serta pemanfaatan potensi lokal melalui wirausaha sereh wangi. Kegiatan ini dilakukan pada tahun 2014 dengan dana dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Islam Bandung.

Penelitian ini merupakan penelitian tahun kedua yang direncanakan pada peta jalan penelitian mengenai sereh wangi yang direncanakan selama tiga tahun ke depan. Hasil penelitian yang diperoleh pada tahun pertama yaitu: Tahun 2015 membahas mengenai rantai pasok (supply chain) industri sereh wangi. Pada tahun ini sudah diperoleh model awal pemetaan rantai supply industri sereh wangi dan gambaran lengkap mengenai industri hulu dan hilir dari Sereh wangi, khususnya di Jawa Barat.

Rencana Penelitian berikutnya untuk tahun kedua dan ketiga adalah sebagai berikut:

(14)

Tahun 2016 membahas mengenai bagaimana proses bisnis dari industri minyak sereh wangi dan bagaimana sistem industri harus dijalankan dan dikelola. Pada tahun 2016 diharapkan telah diperoleh gambaran lengkap mengenai bagaimana industri penyulingan minyak sereh wangi termasuk analisis kelayakan bisnis industri penyulingan minyak sereh wangi.

Tahun 2017 membahas mengenai model simbiosis industri penyulingan minyak sereh wangi yang tepat dan terintegrasi bagi masyarakat atau petani (skala kecil dan menengah) serta mengidentifikasi industri lanjutan minyak sereh wangi dalam upaya optimalisasi potensi dan sumber daya yang dimiliki. Pada tahun 2017 juga diharapkan dapat dilakukan uji coba terhadap model industri yang dibuat sehingga dapat diketahui kelemahan dan kelebihan dari sistem yang dirancang.

2014 2015 2016 2017

Gambar 2.1. Roadmap Penelitian Studi pendahuluan

sistem industri penyulingan sereh Rantai pasok

(supply Chain)

sereh wangi Model sistem industri

penyulingan minyak sereh wangi dan analisis

kelayakan bisnis

model simbiosis industri penyulingan minyak sereh

wangi skala kecil dan menengah

2017 2016

2015

(15)

2.3 Tentang tanaman sereh wangi

Sereh wangi adalah tumbuhan dari keluarga rumput-rumputan. Tanaman ini memiliki nama lain Cymbopogon nardus, tumbuh dengan tinggi sekitar 50-100 cm. Berdaun tunggal berjumbai seperti pita dengan panjang sampai 1 meter dan lebar 1,5 cm. Batangnya tidak berkayu, berusuk-rusuk, dan berwarna putih. Tanaman sereh wangi berkembang biak dengan sistem bonggol akar. Kandungan : Tanaman mengandung zat geraniol, metilheptenon, terpen, terpen-alkohol, asam-asam organik, dan terutama sitronelal.

Sebagian besar masyarakat mengenal sereh wangi sebagai bumbu penyedap makanan yang memberi cita rasa dan aroma pada makanan. Hanya sebagian kecil yang mengetahui manfaat sereh wangi sebagai bahan baku untuk citronella oil yang bernilai tinggi dibanding sekedar menjadi bumbu dapur. Citronella oil yang dihasilkan sereh wangi mempunyai bermacam kegunaan diantaranya sebagai bahan baku untuk industri kosmetik, essence, parfum, bahan pewangi, industri farmasi, obat – obatan tradisional, minyak gosok, insektisida, obat anti nyamuk dan lain lain. Tanaman sereh wangi di Indonesia memiliki nama daerah yang berbeda-beda, disebut sereh (Jawa, Madura, Sunda, Gayo), sarai (Minang), sorai (Lampung), see (Bali), patahampori (Bima), kedoung witu (Sumba), nou sina (Pulau Roti) dan tenian nalai (Pulau Leti). Tanaman sereh wangi di manca Negara dikenal dengan citronella grass.

Rekayasa Proses produksi

Manajemen Wirausaha &

Keuangan

Pema- saran

Analisis Lingkungan :

Pertimbangan kondisi ekonomi, peraturan pemerintah, pasar, aspek sosial budaya.

Sumberdaya - Lahan - Material - SDM - Modal -Teknologi

Industri sejenis, persaingan usaha

Distribusi Produk

&Konsumen produk

Proses tranformasi I - O

Gambar 2.2. Model transformasi dalam bisnis (sumber: Rummler, 1990)

(16)

2.4 Metode Penyulingan Minyak Sereh wangi

Berikut ini terdapat beberapa metode penyulingan dalam proses produksi minyak sereh wangi. Pada umumnya dalam pengolahan minyak atsiri, dikenal 3 macam metode penyulingan.

1) Penyulingan dengan air (water destillation)

Metode penyulingan dengan air merupakan metode paling mudah dibanding metode lainnya. Pada metode ini, bahan tanaman dimasukkan dalam ketel suling yang sudah diisi air sehingga bahan baku daun sereh bercampur dengan air. Metode ini relatif sederhana, demikian juga bahan untuk ketel pun yang mudah didapat. Beberapa penyuling bahkan dapat mengunakan drum bekas oli, minyak tanah, atau drum bekas aspal sebagai ketel.

Perbandingan air dan bahan baku daun harus seimbang. Bahan baku dimasukkan dan dipadatkan, selanjutnya ketel ditutup rapat agar tidak ada celah untuk uap keluar.

Uap yang hasil perebusan air dan bahan dialirkan melalui pipa menuju ketel kondensator yang mengandung air dingin sehingga terjadi pengembunan (kondensasi). Selanjutnya air dan minyak ditampung dalam tangki pemisah. Pemisahan air dan minyak ini berdasarkan perbedaan berat jenis.

Dalam metode penyulingan ini, terdapat kelemahan dimana bila bahan berbentuk tepung dan bunga-bungaan yang mudah membentuk gumpalan jika terkena panas tinggi.

Selain itu, karena dicampur menjadi satu, waktu penyulingan menjadi lama dan jumlah minyak yang dihasikan relatif sedikit. Metode penyulingan ini kurang baik dipergunakan untuk bahan fraksi sabun dan bahan yang larut dalam air. Jika tidak diawasi, bahan yang akan disuling dapat hangus karena suhu pemanasan yang tinggi.

2) Penyulingan dengan air dan uap (water and steam destillation)

Metode ini disebut juga sistim kukus. Metode pengukusan, bahan diletakkan pada piringan besi berlubang seperti ayakan yang terletak beberapa centi diatas permukaan air. Pada prinsipnya, metode ini menggunakan uap bertekanan rendah, dibandingkan dengan cara water destillation perbedaannya terletak pada pemisahan bahan dan air.

Namun penempatan keduanya masih dalam satu ketel. Air dimasukkan kedalam ketel hingga 1/3 bagian. Lalu bahan dimasukkan kedalam ketel sampai padat dan tutup rapat.

Saat direbus dan air mendidih, uap yang terbentuk akan melalui sarangan lewat lubang-lubang kecil dan melewati celah-celah bahan. Minyak atsiri yang terdapat pada bahan ikut bersama uap panas melalui pipa menuju ketel kondensator. Kemudian, uap air dan minyak akan mengembun dan ditampung dalam tangki pemisah. Pemisahan terjadi berdasaran berat jenis. Keuntungan dari metode ini adalah uap yang masuk terjadi

(17)

secara merata kedalam jaringan bahan dan suhu dapat dipertahankan sampai 100°C.

Metode ini dibandingkan dengan penyulingan air, hasil rendemen minyak lebih besar, mutunya lebih baik dan waktu yang lebih singkat.

3) Penyulingan dengan uap (steam distillation)

Sistim penyulingan ini mengunakan tekanan uap yang tinggi. Tekanan uap air yang dihasilkan lebih tinggi daripada tekanan udara luar. Air sebagai sumber uap panas terdapat dalam “boiler” yang terpisah dari ketel penyulingan. Proses penyulingan uap cocok dikakukan untuk bahan tanaman seperti kayu, kulit batang maupun biji-bijian yang relatif keras. Pada awalnya metode penyulingan ini dipergunakan tekanan uap yang rendah (kurang lebih 1 atm), kemudian tekanan menjadi 3atm. Jika pada awal penyulingan tekanannya sudah tinggi, maka komponen kimia dalam minyak akan mengalami dekomposisi. Jika minyak dalam bahan diperkirakan sudah habis, maka tekanan uap perlu diperbesar lagi dengan tujuan menyuling komponen kimia yang bertitik didih lebih tinggi.

2.5 Ekologi Industri (Ecological Industry)

Istilah ekologi Industri pertama kali diperkenalkan oleh Robert Frosch bersama dengan Nicholas Gallopolous pada tahun 1989 dalam Journal Scientific American dengan judul Strategic for Manufacturing. Frosch memasukan konsep Industrial Metabolism yang diperkenalkan oleh Robert Ayres untuk menyusun perubahan sistematis dari bahan-bahan dalam ekonomi modern. Frosch dan Gallopolous menyarankan perlunya sebuah industrial ecosystem sebagai sebuah penggunaan energi dan material secara optimal, limbah dan polusi diminimalkan, dan terdapat sebuah potensi ekonomis untuk setiap produk dalam proses manufaktur (Frocsh, 1989;152).

Definisi ekologi industri dari Robert Frosch pada makalah Industrial Ecology: A Philosopical Introduction yang dimuat dalam Proceedings National Academy of Sciences tahun 1989:

“In the industrial context we may think of organism will manage as being use of products and waste products”

Istilah ekologi industri tersebut tidak terbatas dari perubahan saja, tetapi juga dari perilaku jaringan produksi dan konsumsi, termasuk pembuangan dan material energi (Wernick&

Ausubel, 1997:73). Pengertian ekologi industri lainnya mengungkapkan bahwa ekologi industri merupakan suatu kerangka interdisiplin untuk mendesain dan mengoperasikan sistem

(18)

industri sebagai sebuah sistem kehidupan yang tergantung pada sistem alam. Ekologi industri berusaha menciptakan keseimbangan antara lingkungan dan ekonomi. Penerapan ekologi industri memerlukan sinergisme dengan sistem produksi, sehingga dapat dilakukan pencegahan inovasi-inovasi baru untuk keuntungan jangka panjang.

Chertow (2000) dalam tulisannya Industrial Symbiosis: Literature and Taxonomy mengatakan bahwa ekologi industri terbagi menjadi 3 (tiga) level yaitu yang difokuskan pada level fasilitas, level antar perusahaan dan level pada skala regional atau global. Pembagian level ekologi industri ini untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.3.

Konsep ekologi industri adalah konsep pemanfaatan bahan baku dan energi yang optimal dengan tidak merusak lingkungan. Integrasi antar industri diperlukan untuk pencegahan dampak kerusakan lingkungan sekaligus dapat meningkatkan keuntungan bagi industri. Dalam perancangan suatu kawasan ekologi industri terdiri dari beberapa tahap analisis proses yaitu analisis aliran material dan energi, analisis ketersediaan sumber daya alam regional, analisis ulang masalah aktual yang dihadapi dan penetapan skala prioritas.

Dalam analisis aliran material dan energi digunakan untuk mengidentifikasi bahan baku dan energi pada setiap tahapan proses produksi. Analisis ini juga meliputi analisis integrasi massa dan energi proses. Tujuan analisis ini adalah penghematan penggunaan sumber daya alam, menganalisis penggunaan bahan baku yang lebih ramah lingkungan dan pengurangan dampak lingkungan. Analisis ketersediaan sumber daya alam regional digunakan untuk menganalisis ketersediaan bahan baku, dampak negatif penggunaannya terhadap sumber daya yang lain. Setelah mengetahui hasil analisis di atas maka dapat dilakukan identifikasi ulang masalah-masalah aktual yang dihadapi. Penyelesaian masalah- masalah yang ada harus bisa dikomunikasikan dengan industri lain yang terkait dalam kawasan tersebut. Pada akhirnya akan dapat disusun simbiosis industri yang saling menguntungkan diantara industri tersebut.

2.6 Simbiosis Industri

Industri simbiosis (IS) menurut Ashton et. Al. (2008) telah digunakan untuk menggambarkan pertukaran fisik dan manajemen bersama tentang material input dan output material oleh geografis perusahaan. Perusahaan yang terlibat dalam IS dikatakan milik suatu ekosistem industri. Simbiosis telah ditemukan karena termotivasi oleh pertimbangan ekonomi, seperti menurunkan biaya untuk pembuangan limbah, oleh orang-orang lingkungan, seperti mengakses persediaan air yang terbatas. Komunikasi dan kepercayaan antar manajer diduga memainkan peran penting dalam pertukaran, namun studi empiris

(19)

sebelumnya belum pernah dilakukan. Penelitian ini menggunakan analisis jaringan sosial (SNA) untuk mengidentifikasi prevalensi hubungan simbiosis industri di Barceloneta, Puerto Rico. Penelitian ini mengukur berbagai pola dalam hubungan antara perusahaan dan manajer, termasuk hubungan formal melalui rantai pasok, dan yang informal melalui interaksi interpersonal dan SNA. Metode statistik digunakan untuk menggali bagaimana hubungan ini berkorelasi dengan mengamati kegiatan simbiosis industri. Kepercayaan antara manajer dan posisi dalam hirarki sosial yang ditemukan berhubungan dengan IS tetapi tidak jaringan rantai pasok.

Gambar 2.3 Industrial Ecology Operates at Three Levels (Chertow,2000)

Simbiosis industri merupakan suatu bentuk kerja sama diantara industri-industri yang berbeda. Bentuk kerja sama ini dapat meningkatkan keuntungan masing-masing industri dan pada akhirnya berdampak positif pada lingkungan. Dalam proses simbiosis ini limbah suatu industri diolah menjadi bahan baku industri lain. Proses simbiosis ini akan sangat efektif jika komponen-komponen industri tersebut tertata dalam suatu kawasan industri terpadu (eco- industrial park).

Beberapa karakteristik simbiosis industri yang efektif adalah:

- Industri anggota simbiosis ditempatkan dalam suatu kawasan dan memiliki bidang produksi yang berbeda-beda.

- Jarak antar industri dibuat dekat sehingga meningkatkan efisiensi transportasi harian.

SUSTAINABILITY

INDUSTRIAL ECOLOGY

INTER FIRM

Industrial Symbiosis (Eco Industrial Park)

Product life-cycles

Industrial Sector Intiative

SUSTAINABILITY SUSTAINABILITY

INDUSTRIAL ECOLOGY SUSTAINABILITY

INDUSTRIAL ECOLOGY SUSTAINABILITY

FACILITY OR FIRM

Design for

environment

Pollution prevention

“green accounting”

REGIONAL/GLOBAL

Budgets and cycles

Material and Energy flow studies (industrial metabolism)

INTER FIRM

Industrial Symbiosis (Eco Industrial Park)

Product life-cycles

Industrial Sector Intiative

INDUSTRIAL ECOLOGY SUSTAINABILITY

(20)

- Masing-masing industri membuat suatu kesepakatan bersama dengan berprinsip ekonomi yaitu saling menguntungkan.

- Masing-masing industri harus saling berkomunikasi dengan baik.

- Tiap industri bertanggung jawab pada keselamatan lingkungan dalam kawasan tersebut.

Negara yang pertama menerapkan prinsip-prinsip ekosistem industri dalam suatu Kawasan Industri adalah di kawasan Kalundborg Denmark. Pertukaran (exchange) ‘limbah’

antar industri independen dalam suatu sektor telah berlangsung berabad-abad untuk alasan sederhana yaitu untuk tujuan bisnis yang lebih baik. Akan tetapi pembentukan ‘ekosistem industri’ masih merupakan fenomena yang relative baru. Pada gambar 2.4 diperlihatkan contoh simbiosis kawasan industri yang telah sukses dan terkenal yaitu simbiosis industri di Kalundborg, Denmark. Simbiosis industri Kalundborg terdiri dari enam industri yaitu Pusat Pembangkit Listrik Asnaer, Industri Pemurnian Minyak Statoil, Perusahaan Bioteknologi Novo Nordisk, Industri Kayu Lapis Gyproc Perusahaan remidiasi tanah bioteknik Jordrens, dan pemukiman warga.

Gambar 2.4 Simbiosis Industri di Kalunborg Denmark

(21)

2.7 Supply Chain Management 2.7.1 Pengertian Supply Chain

Supply chain (rantai pasok) adalah suatu sistem organisasi dalam kegiatan penyaluran barang (flow of goods) kepada pelanggan. Supply Chain merupakan jaringan dari berbagai organisasi yang saling berhubungan dan mempunyai tujuan yang sama dalam penyaluran barang dengan baik. Supply chain merupakan proses bisnis dan informasi untuk menyediakan produk atau layanan dari pemasok melalui proses pembuatan dan pendistribusian barang kepada konsumen. Rantai ini merupakan jaringan dari berbagai perusahaan yang saling berhubungan dalam bentuk kemitraan dan mempunyai tujuan yang sama serta saling berbagi risiko (Siahaya, 2013).

2.7.2 Pengertian Supply Chain Management

Istilah Supply Chain Management pertama kali dikemukakan oleh Oliver & Weber pada tahun 1982. Menurut Lambert (2004), Suppply Chain Management merupakan integrasi atas proses-proses bisnis dari pengguna akhir melalui pemasok awal yang menyediakan produk, jasa dan informasi yang memberikan nilai tambah bagi pelanggan.

Supply Chain Management sering dibahas sebagai mengelola aliran informasi dan bahan-bahan dari "pemasok pemasok kepada pelanggan pelanggan". Kenyataannya adalah perusahaan tidak terlibat dalam integrasi rantai pasokan yang luas. Dari sudut pandang praktis, manajer mengasosiasikan SCM dengan pertukaran informasi yang lebih baik, sumber daya bersama, dan hubungan di antara pelaku rantai pasok. Tugas manajer Supply Chain adalah menemukan peluang untuk bekerja dengan pelanggan dan pemasok guna mengurangi biaya sambil meningkatkan layanan. Tujuannya adalah menggunakan teknologi dan kerja sama tim dalam membangun proses yang efisien dan efektif menciptakan nilai bagi pelanggan akhir.

“Supply Chain Management adalah desain dan pengelolaan nilai tambah bagi proses yang melintasi batas-batas organisasi untuk memenuhi kebutuhan riil pelanggan akhir”

(Fawcett, et al., 2007). Pakar lainnya menyebutkan bahwa Supply Chain Management lainnya merupakan pengintegrasian sumber bisnis yang kompeten dalam penyaluran barang, mencakup perencanaan dan pengelolaan aktivitas pengadaan dan logistic serta informasi terkait mulai dari tempat bahan baku sampai tempat konsumsi, teermasuk koordinasi dan kolaborasi dengan jaringan mitra usaha (pemasok, manufaktur, pergudangan, transportasi, distribusi, retail dan konsumen) untuk memenuhi kebutuhan pelanggan (Siahaya, 2013).

(22)

2.7.3 Strategi Supply Chain Management

Faktor kunci untuk mengoptimalkan supply chain adalah dengan menciptakan alur informasi yang bergerak secara mudah dan akurat di antara jaringan atau mata rantai tersebut, dan pergerakan barang yang efektif dan efisien yang menghasilkan kepuasan maksimal pada para pengguna akhir.

Strategi SCM adalalah rangkaian kegiatan dari aksi strategis pada jalur aliran barang yang menciptakan rekonsiliasi antara apa yang dibutuhkan pelanggan akhir dengan kemampuan sumberdaya yang ada pada jaringan supply chain. Strategi SCM bisa dicapai apabila perusahaan memiliki kemampuan beropeasi secara efisien dan berkualits, cepat, fleksibel, dan inovatif. Strategi SCM harus mampu mempertemukan aspirasi pelanggan dan kemampuan Supply chain. Untuk menciptakan strategi yang tepat, supply chain harus memahami karakteristik produk dan pasar dengan baik.

2.7.4 Proses Pemetaan Supply Chain

Proses pemetaan dapat dipecah dari sistem menjadi subsistem dimana batasan dari subsistem dengan analisis tergantung pada masalah yang sedang diteliti. Oleh karena itu, penting juga untuk menentukan sejauh mana rangkaian manufaktur atau proses jasa, termasuk pengadaan, pengembangan produk baru, transformasi bahan baku, pengiriman, dan layanan pelanggan (Fawcett, et al., 2007).

Menurut Lambert (2004), peta rantai pasokan dapat menjadi kompleks dengan adanya jumlah perusahaan yang ada dalam setiap tingkatan, maka penentuan dimana letak perusahaan merupakan hal penting yang harus terdapat di peta. Sebuah perusahaan dapat mempertimbangkan alasan dalam pemetaan rantai pasok dengan memperhatikan volume penjualan atau pembelian, kekritisan komponen yang dibeli, kemampuan untuk berinovasi, dan akses ke pasar. Langkah berikutnya adalah menentukan proses yag harus dikaitkan dengan masing-masing perusahaan pada peta rantai pasokan. Proses inti dalam mengintegrasikan dan mengelola rantai pasok adalah mengkoordinasikan semua proses pada setiap tahapan yang telah dilakukan. Namun, tidak setiap proses akan dihubungkan dengan setiap anggota rantai pasok. Langkah terakhir adalah menentukan tingkat integrasi dan manajemen yang harus diterapkan untuk setiap hubungan. Hasil akhir dari pemetaan adalah struktur jaringan SCM yang terbentuk dari hulu hingga ke hilir (Gambar 2.3)

(23)

Gambar 2.5 Supply Chain Network Structure Sumber : Douglas M. Lambert, Editor (2004)

BAB III

(24)

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

3.1. Tujuan Penelitian

Kegiatan penelitian dilakukan dengan tujuan utama yaitu untuk membuat model sistem industri yang tepat untuk industri pengolahan minyak sereh wangi skala kecil dan menengah sehingga dapat mengoptimalkan potensi dan sumber daya yang dimiliki serta mengintegrasikan dengan industri lainnya (simbiosis industri).

Tujuan yang secara spesifik hendak dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Mengidentifikasi rantai supply dari sereh wangi khususnya di Jawa Barat

2. Mengidentifikasi proses bisnis industri pengolahan minyak sereh wangi dam memodelkan sistem industri pengolahan minyak sereh wangi untuk skala kecil dan menengah

3. Melakukan analisis kelayakan bisnis dari industri penyulingan minyak sereh wangi skala kecil dan menengah

4. Membuat model simbiosis industri pengolahan minyak sereh wangi untuk skala kecil dan menengah

Tujuan pada point 1 yaitu mengidentifikasi rantai pasok sereh wangi di Jawa Barat sudah diperoleh pada tahun pertama penelitian, sehingga dapat diperoleh model sementara Pemetaan Rantai Pasok Minyak Sereh Wangi. Pada tahun kedua diharapkan tujuan pada point 2 dan 3 dapat tercapai.

3.1.Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan akan membawa dampak positif sebagai berikut : a. Menjadi tolak ukur untuk strategi peningkatan atau pengembangan pada konsep-konsep

sistem industri pengolahan minyak sereh wangi.

b. Sebagai masukan pada dinas terkait dalam menyusun kebijakan dan langkah-langkah strategis untuk pengembangan industri pengolahan minyak sereh wangi di daerah Jawa Barat khususnya.

c. Penelitian ini diharapkan menghasilkan panduan untuk pelaku usaha di bidang industri pengolahan minyak sereh wangi untuk melakukan pengembangan usaha, terutama untuk pelaku usaha skala kecil dan menengah.

BAB IV

(25)

METODE PENELITIAN

Secara garis besar terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan dalam menyelesaikan penelitian ini. Langkah-langkah tersebut yaitu studi pendahuluan, identifikasi masalah dan perumusan masalah, penetapan tujuan dan batasan penelitian, studi pustaka, pengumpulan data, pengolahan data, analis, serta kesimpulan. Tahapan penelitian tersebut digambarkan dalam bagan penelitian seperti dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1. Tahapan Penelitian

(26)

Berdasarkan langkah-langkah penelitian seperti yang digambarkan pada Tahapan Penelitian, berikut uraian dari setiap langkah yang dilakukan.

1. Studi Pendahuluan

Pada tahap ini dilakukan studi pendahuluan mengenai objek yang akan dijadikan bahan penelitian. Objek penelitian adalah industri penyulingan minyak sereh wangi. Survey ke kebun sereh wangi di daerah Lembang untuk memperoleh gambaran awal bagaimana proses penanaman sereh wangi, proses penyulingan, serta informasi awal mengenai permasalahan yang selama ini terjadi pada industri penyulingan minyak sereh wangi.

2. Identifikasi Masalah dan Perumusan Masalah

Setelah melakukan studi pendahuluan, kegiatan berikutnya adalah mengidentifikasi permasalahan yang terjadi pada industri penyulingan minyak sereh wangi. Beberapa permasalahan yang ditemukan kemudian dirumuskan untuk dijadikan topik penelitian yang akan dilakukan. Penelitian ini difokuskan pada pemilihan supplier untuk bagian aksesoris karena belum adanya prosedur dalam pemilihan supplier tersebut.

3. Penetapan Tujuan

Penetapan tujuan penelitian merupakan tahapan menentukan apa saja tujuan yang ingin dicapai dari penelitian yang dilakukan. Secara umum penelitian ini dilakukan untuk merancang model sistem industri yang tepat untuk industri pengolahan minyak sereh wangi skala kecil dan menengah sehingga dapat mengoptimalkan potensi dan sumber daya yang dimiliki serta mengintegrasikan dengan industri lainnya (simbiosis industri). Pada penelitian ini juga akan dipetakan rantai pasok dari sereh wangi, memodelkan system industri penyulingan minyak sereh wangi, analisis kelayakan bisnis, serta akhirnya dapat dibuat sebuah model sismbiosis industri penyulingan minyak sereh wangi yang tepat untuk skala kecil dan menengah.

4. Studi Pustaka

Pada tahap ini dilakukan studi literatur yang berkaitan dengan topik penelitian yaitu jurnal-jurnal ilmiah mengenai sereh wangi, penyulingan sereh wangi (teknologi yang digunakan, metode penyulingan), manfaat minyak sereh wangi. Selain itu juga dipelajari pustaka atau teori mengenai rantai pasok, sistem produksi, sistem industri, simbiosis industri, serta analisis kelayakan bisnis.

5. Perancangan Tahapan Penelitian

Pada tahap ini dilakukan perancangan tahapan penelitian yang akan dijadikan acuan dalam melakukan penelitian sehingga penelitian dilaksanakan dengan metode penelitian yang

(27)

runtun dan sistematis sesuai tujuan yang akan dicapai dan waktu penelitian yang telah direncanakan. Pada tahap ini juga dibuat rancangan instrumen pengumpulan data.

6. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan beberapa cara yaitu wawancara, pengamatan langsung, studi dokumen atau data sekunder, serta uji coba atau melakukan pengujian- pengujian untuk mendapatkan data mengenai hasil penyulingan sereh wangi. Secara garis besar, data yang dikumpulkan meliputi :

- Aliran proses pada industri penyulingan minyak sereh wangi. Aliran proses ini dibutuhkan untuk membuat atau memetakan proses bisnis industri penyulingan sereh wangi. Dengan proses bisnis dapat terlihat bagaimana alur proses bisnis dari awal hingga akhir proses produksi.

- Teknologi penyulingan sereh wangi. Informasi atau data yang memadai mengenai teknologi yang biasa digunakan untuk penyulingan sereh wangi sangat berguna untuk memodelkan sistem industri penyulingan sereh wangi serta untuk melakukan analsis kelayakan bisnis dari aspek teknis.

- Data-data penghasil dan pasar sereh wangi. Data penghasil dan pasar sereh wangi yang akan dikumpulkan pada penelitian ini adalah data penghasil dan pasar sereh wangi khusus di wilayah Jawa Barat. Data ini berguna untuk pemetaan rantai pasok terutama untuk memetakan rantai pasok sereh wangi.

7. Pemetaan rantai pasok

Dilakukan untuk mengetahui aliran supply atau pasokan sereh wangi sehingga dapat dianalisis kemungkinan kontinuitas pasokan sereh serta kemungkinan potensi pasar yang akan dimasuki apabila kegiatan industri penyulingan sereh wangi telah dilakukan. Model awal pemetaan rantai pasok sudah diperoleh berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data yang dilakukan pada tahun pertama penelitian.

8. Pemetaan proses bisnis

Pemetaan dilakukan dengan metode IDEF0, selanjutnya dilakukan analisis mengenai proses bisnis yang biasa dilakukan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari proses yang dilakukan. Hasil pemetaan dan analisis proses bisnis ini akan menjadi dasar untuk perancangan model sistem industri penyulingan minyak sereh wangi. Pemetaan proses bisnis dilakukan untuk mengidentifikasi proses-proses inti dalam sistem sehingga dapat diidentifikasi proses-proses kritis terhadap keberhasilan sistem yang harus

(28)

diperhatikan dalam upaya optimalisasi kegiatan produksi. Tahap ini dilakukan sebagai bahan awal untuk luaran yang ingin dicapai pada tahun kedua

9. Analisis kelayakan bisnis

Tahapan analisis kelayakan bisnis ini merupakan tahapan penting karena dari tahap ini akan diperoleh gambaran lebih rinci mengenai industri penyulingan sereh wangi dari sudut pandang bisnis dengan berbagai aspek yang dipertimbangkan. Analisis kelayakan bisnis ini akan dilakukan pada tahun kedua.

10. Model Sistem Industri Penyulingan sereh wangi

Pada tahap ini dirancang sebuah sistem yaitu sistem industri penyulingan minyak sereh wangi dengan terlebih dahulu mengidentifikasi teknologi yang akan digunakan, menentukan skala produksi yang akan dilakukan, cara mengelola yang akan digunakan dan variabel-variabel lain yang dianggap menjadi faktor kritis dalam sistem industri penyulingan sereh wangi. Perancangan model sistem industri ini menekankan pada optimalisasi potensi dan sumber daya yang dimiliki untuk memperoleh hasil yang maksimal. Hal lain yang menjadi fokus perhatian dalam perancangan sistem ini adalah bahwa sistem industri yang dibuat harus cocok untuk skala kecil dan menengah sehingga dapat menjadi daya tarik masyarakat untuk masuk pada industri ini. Model Sistem industri penyulingan minyak sereh wangi ini merupakan luaran yang ingin diperoleh pada tahun kedua sesuai dengan tahapan penelitian seperti pada gambar 4.1.

10. Perancangan model simbiosis industri penyulingan sereh wangi Pada tahap ini akan dirancang bagaimana industri penyulingan sereh wangi berinteraksi dengan sistem lain terutama dengan sistem yang dapat mengolah limbah atau sisa produksi dari industri penyulingan sereh wangi sehingga dapat dibuat sebuah sistem industri yang terintegrasi, berwawasan lingkungan dan menuju zero waste. Dengan demikian industri penyulingan sereh wangi dalam hal ini dengan skala kecil dan menengah dapat mengoptimalkan potensi dan sumber daya yang ada melalui sistem industri yang efisien, terintegrasi, berwawasan lingkungan dan relatif mudah untuk dikelola. Model simbiosis industri penyulingan sereh wangi merupakan luaran yang akan dihasilkan pada tahun ketiga penelitian.

(29)

BAB V

HASIL YANG DICAPAI

Pada bab ini akan diuraikan hasil dari pengumpulan data yang telah dilakukan dengan beberapa cara yaitu wawancara, pengamatan langsung, studi dokumen atau data sekunder, serta uji coba atau melakukan pengujian-pengujian untuk mendapatkan data mengenai hasil penyulingan sereh wangi. Pengumpulan data dilakukan dimulai dari bulan April sampai dengan bulan Juli 2015, dengan mendatangi beberapa tempat usaha penyulingan minyak sereh wangi yang ada di beberapa Kota di Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah. Selain itu tim peneliti melakukan survey ke tempat pembuatan mesin penyulingan minyak sereh wangi di Kecamatan Cilongok Purwokerto Jawa Tengah, serta ke tempat penyulingan di Kota Cilacap Jawa Tengah.

5.1. Teknologi penyulingan sereh wangi.

Informasi atau data yang memadai mengenai teknologi yang biasa digunakan untuk penyulingan sereh wangi sangat berguna untuk memodelkan sistem industri penyulingan sereh wangi serta untuk melakukan analsis kelayakan bisnis dari aspek teknis. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari survey lapangan ke beberapa tempat penyulingan minyak sereh wangi di Provinsi Jawa Barat, diperoleh hasil teknologi yang digunakan untuk penyulingan minyak sereh wangi menggunakan dua cara dari tiga cara penyulingan minyak atsiri yaitu 1) Penyulingan dengan air (water destillation)

Teknologi penyulingan dengan air merupakan cara paling mudah dibanding metode lainnya. Pada cara ini, bahan tanaman dimasukkan dalam ketel suling yang sudah diisi air sehingga bahan baku daun sereh bercampur dengan air. Cara ini relatif sederhana, demikian juga bahan untuk ketel pun mudah didapat. Beberapa penyuling bahkan dapat mengunakan drum bekas oli, minyak tanah, atau drum bekas aspal sebagai ketel.

Perbandingan air dan bahan baku daun harus seimbang. Bahan baku dimasukkan dan dipadatkan, selanjutnya ketel ditutup rapat agar tidak ada celah untuk uap keluar. Uap hasil perebusan air dan bahan dialirkan melalui pipa menuju ketel kondensator yang mengandung air dingin sehingga terjadi pengembunan (kondensasi). Selanjutnya air dan minyak ditampung dalam tangki pemisah. Pemisahan air dan minyak ini berdasarkan perbedaan berat jenis. Cara ini dilakukan di Gunung Halu Cililin serta di Kampung Palugon Cilacap Jawa Tengah.

(30)

Gambar 5.1. Penyulingan minyak sereh wangi di Kampung Palugon Cilacap Jawa Tengah

2) Penyulingan dengan air dan uap (water and steam destillation)

Teknologi ini disebut juga sistim kukus. Cara pengukusan, bahan diletakkan pada piringan besi berlubang seperti ayakan yang terletak beberapa centi diatas permukaan air. Pada prinsipnya, cara ini menggunakan uap bertekanan rendah, dibandingkan dengan cara water destillation perbedaannya terletak pada pemisahan bahan dan air. Namun penempatan keduanya masih dalam satu ketel. Air dimasukkan ke dalam ketel hingga 1/3 bagian. Lalu bahan dimasukkan ke dalam ketel sampai padat dan tutup rapat.

Saat direbus dan air mendidih, uap yang terbentuk akan melalui sarangan lewat lubang- lubang kecil dan melewati celah-celah bahan. Minyak atsiri yang terdapat pada bahan ikut bersama uap panas melalui pipa menuju ketel kondensator. Kemudian, uap air dan minyak akan mengembun dan ditampung dalam tangki pemisah. Pemisahan terjadi berdasaran berat jenis. Keuntungan dari cara ini adalah uap yang masuk terjadi secara merata kedalam jaringan bahan dan suhu dapat dipertahankan sampai 100°C. Cara ini dibandingkan dengan penyulingan air, hasil rendemen minyak lebih besar, mutunya lebih baik dan waktu yang lebih singkat, tempat penyulingan yang melakukan cara ini Balitro Lembang, Desa Cimungkal Sumedang dan Desa Ciapus Bogor.

(31)

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 5.2. Penyulingan minyak sereh wangi di Balitro Manoko Lembang

5.2. Hasil Survey ke Kecamatan Cilongok Purwokerto Jawa Tengah

Menindaklanjuti kunjungan awal untuk penjajagan pada tanggal 8 Oktober 2015 tim peneliti melakukan kunjungan kembali ke pembuat mesin peyulingan minyak sereh wangi di Kecamatan Cilongok Purwokerto Jawa Tengah. Narasumber yang kami kunjungi adalah Bapak Mudhori yang meneruskan jejak orang tuanya sebagai pembuat mesin penyulingan minyak sereh wangi dan minyak atsiri lainnya. Bapak Mudhori belajar proses pembuatan mesin tersebut sejak kelas 5 SD dan selalu mempelajari kekurangan-kekurangan dari mesin yang dibuat secara otodidak sehingga diperoleh mesin penyulingan yang dapat menghasilkan rendemen dan kualitas minyak sereh wangi yang tinggi.

Berdasarkan pengalaman-pengalaman yang diperoleh maka yang bersangkutan dapat membuat mesin penyulingan yang memenuhi syarat yaitu menghasilkan kualitas rendeman dan minyak sereh wangi yang tinggi. Faktor yang mempengaruhi terhadap kualitas minyak sereh wangi adalah bahan baku mesin yang digunakan serta bentuk dari mesin yang dibuat.

Mesin penyulingan minyak sereh wangi yang dibuat Bapak Mudhori satu setnya terdiri dari tiga unit, dimana masing-masing unit mempunyai fungsi yang berbeda. Lokasi penyulingan

(32)

yang sudah menggunakan mesin buatan Bapak Mudhori di Desa Cimungkal, kualitas rendemen mencapai 40 skala sitronella dan kuantitas minyak sereh wangi yang dihasilkan meningkat menjadi 8 kg per ton daun sereh wangi dari yang semula 5 kg dengan proses penyulingan selama 3 jam.

Pada penelitian tahap kedua ini tim peneliti mengunjungi kembali bengkel pembuatan mesin penyulingan minyak sereh wangi di Kecamatan Cilongok untuk melihat secara detail proses pembuatan mesin penyulingan tersebut. Berdasarkan hasil wawancara diperoleh beberapa informasi sebagai berikut:

1. Proses pembuatan mesin penyulingan yang dilakukan di bengkel Las Harapan Mulya ada dua cara yaitu dengan cara:

a. Sistem boiler dengan kapasitas 800 kg sampai dengan 1 ton sereh wangi, sistem ini dapat menghasilkan minyak sereh wangi yang bagus karena proses pengapiannya stabil dan sudah distel dengan menggunakan 3 buah dandang. Proses pembuatan mesin penyulingan dengan sistem boiler untuk 1 set menghabiskan waktu selama 1 bulan. Penutup untuk proses penyulingannya harus pas dan tidak boleh terlalu rapat, karena akan berpengaruh pada proses penyulingannya. Khusus sereh wangi dan nilam proses penyulingannya harus baik agar kualitas rendemen yang dihasilkan bagus karena berpengaruh ke harga jual, sedangkan untuk bahan baku minyak atsiri yang lain tidak dipengaruhi oleh kualitas rendemen karena tetap laku terjual.

b. Sistem kukus yang menggunakan langsang dengan diameter 150 dan 180 cm, tetapi hasilnya tidak begitu bagus karena harus selalu mengatur dan menyesuaikan proses pengapiannya. Sistem kukus kapasitasnya sekitar 80 -100 kg. Proses pembuatan mesin penyulingan dengan sistem kukus menghabiskan waktu 10 hari. Untuk sistem langsang hanya memerlukan satu dandang dan pipanya dapat langsung dialirkan ke kolam. Tetapi jika pipanya tidak dialirkan ke kolam, maka harus ada dua buah dandang di mana yang satunya untuk tempat pipa.

2. Agar proses pengapiannya bagus maka dibuat juga tungku dari lima buah batu sarangan, batu sarangan ini dalam kondisi panas tidak dapat disiram dengan air karena akan menyebabkan patah. Lima buah batu tersebut diletakkan di bawah dandang yang berdiameter 160 cm dengan jarak masing-masing batu sekitar 30 cm.

3. Proses pembuatan mesin penyulingan dengan sistem steem (boiler) berdasarkan informasi dan gambar-gambar yang peneliti dapatkan dari Bapak Haji Mudhori sebagai pemilik bengkel dapat dilihat pada gambar 5.3 sampai dengan 5.12 berikut ini.

(33)

Gambar 5.3. Lembaran plat di rol Gambar 5.4 Plat di rol dengan alat sesuai dengan kebutuhan. sederhana secara manual

Gambar 5.5. Hasil rol dan pembuatan ketel. Gambar 5.6. Tempat daun

(34)

Gambar 5.7 Proses pembuatan tutup. Gambar 5.8 Setelah di pres dan di las bagian ujung dibentuk untuk tempat baut.

Gambar 5.9 Pipa perlengkapan plampet Gambar 5.10 Pipa plampet yang dibentuk untuk jalannya api. untuk proses pengapian

.

(35)

Gambar 5.11 Pipa untuk proses pengapian. Gambar 5.12 Boiler untuk pembuatan uap Model steem ini terdiri dari ketel tempat daun, boiler, dan tempat air pendingin apabila tidak memakai kolam pendingin. Teknologi Penyulingan yang digunakan untuk menyuling kayu putih, serehwangi dan cengkeh pada prinsipnya hampir sama

4. Spesifikasi dan Ukuran Alat Penyulingan dengan sistem boiler sebagai berikut:

a. Alat penyulingan terdiri dari boiler (ketel pendidih air), ketel penyulingan (destillation), ketel pendingin dan penampungan minyak sereh wangi.

b. Boiler; berfungsi untuk mendidihkan air, kemudian uapnya dialirkan dengan pipa sepanjang dua meter ke ketel penyulingan. Dengan cara ini temperatur uap relatip stabil yang diperlukan untuk mengukus daun sereh wangi di dalam ketel penyulingan.Boiler terbuat dari pelat dengan tebal 4 mm atau 5 mm dan ukuran boiler yaitu diameter 1,5 m dan tinggi 1,2 m.

c. Ketel Penyulingan; ukuran ketel penyulingan, diameter 1,5 m dan tinggi 1,8 m terbuat dari pelat tebal 4 mm atau 5 mm. Kapasitas ketel dengan ukuran ini dapat memuat daun sereh wangi sebanyak satu ton. Uap sereh wangi hasil pengukusan dialirkan dengan pipa sepanjang 1,5 m ke ketel pendingin.

d. Ketel Pendingin; terbuat dari pelat yang sama dengan boiler dan ketel penyulingan dengan ukuran diameter 1,8 m dan tinggi 2,4 m diisi dengan pipa spiral dan air.

e. Penampungan Minyak Sereh Wangi; minyak sereh wangi yang masih bercampur dengan air dari ketel pendingin, ditampung dengan ember plastik 20 liter. Di dalam

(36)

ember penampungan, minyak sereh wangi akan terpisah dengan air. Minyak sereh wangi berada di atas air karena berat jenis air lebih besar dari minyak, kemudian diambil dengan gayung dan dimasukkan ke dalam jerigen atau kompan.

5. Pemasangan Alat Penyulingan dengan sistem boiler sebagai berikut:

a. Boiler diletakkan lebih rendah dari ketel penyulingan, bagian atas boiler rata dengan bagian dasar ketel penyulingan. Bagian atas boiler dengan bagian bawah ketel penyulingan (lebih kurang 20 cm dari dasar) dihubungkan dengan pipa diameter 5 cm sepanjang 2 m.

b. Bagian dasar boiler dengan dasar tempat kayu bakar atau bisa juga bahan bakar dari sisa penyulingan berjarak kurang lebih 40 cm, jarak ideal yang diperoleh dari pengalaman para pelaku penyulingan. Sekeliling boiler ditembok dengan jarak bagian depan 20 cm dan bagian belakang 15 cm. Kemudian dibuat lorong pembuangan asap yang dihubungkan dengan cerobong asap.

c. Bagian atas ketel penyulingan dan pipa spiral di ketel pendingin dihubungkan dengan pipa diameter 5 cm sepanjang 1,5 m. Bagian atas ketel penyulingan dengan bagian atas ketel pendingin sama rata. Ember penampungan minyak sereh wangi diletakkan dekat dengan bagian bawah ketel pendingin. Bagian atas ember sama rata dengan dasar ketel pendingin dan dihubungkan dengan pipa diameter 5 cm dengan panjang sesuai keperluan.

d. Berdasarkan pengalaman para pelaku penyulingan, ketel penyulingan kapasitas 500 kg daun sereh wangi memerlukan dua orang tenaga kerja, begitu juga ketel kapasitas 1000 kg. Bahan bakar yang digunakan juga relatif sama untuk kedua kapasitas tersebut. Oleh karena itu, pelaku penyulingan lebih menyukai kapasitas 1000 kg atau satu ton.

Berdasarkan survey penelitian tahap kedua ini tim peneliti belum memperoleh data kapasitas penyulingan kurang dari 500 kg dan pembuat alat atau produsen yang berbeda serta sistem penyulingan yang berbeda seperti pemanasan dengan listrik.

5.3. Hasil Survey ke Desa Kubang Kangkung Kecamatan Karang Tengah Kabupaten Cilacap

Untuk mengetahui bagaimana cara kerja dari mesin penyulingan sistem boiler yang dibuat oleh Pak Haji Mudhori, maka peneliti diantar beliau menuju Desa Kubang Kangkung Kecamatan Karang Tengah Kabupaten Cilacap. Tim peneliti diperkenalkan kepada Bapak

(37)

Misar penyuling minyak kayu putih yang menggunakan mesin penyulingan buatan Pak Mudhori. Berdasarkan hasil wawancara, diperoleh informasi sebagai berikut:

1. Pengelolaan penyulingan di Kabupaten Cilacap terdiri dari 8 tempat penyulingan untuk menyuling kayu putih, di mana salah satunya dikelola Pak Misar tergolong baik, hal ini dikarenakan :

a. Adanya kerjasama antara perhutani, pengelola penyulingan dan paguyuban petani kayu putih.

b. Adanya MoU antara pengelola penyulingan dengan perhutani yang ditandatangani setiap satu tahun oleh kedua belah pihak.

c. Pengelola penyulingan tidak memikirkan pemasarannya karena produk penyulingan atau minyaknya sudah langsung dibeli oleh perhutani dengan harga Rp. 120.000,- per kg.

d. Pengelolaan perkebunan dengan penyulingan dikelola oleh orang yang berbeda, di mana perkebunan dikelola oleh perhutani dengan memanfaatkan orang – orang di daerah sekitar perkebunan dengan penanggungjawabnya ada di perhutani.

e. Pengelola penyulingan tidak dibebani dengan masalah perkebunan kayu putihnya hanya fokus kepada proses penyulingan dengan memperkerjakan 2 tenaga kerja dengan upah per hari untuk 1 orang adalah Rp. 40.000, jadi untuk satu kali proses penyulingan adalah Rp. 80.000,-, jika 3 kali proses biaya yang dikeluarkan untuk 1 hari adalah Rp. 240.000,-, sedangkan untuk membersihkan sekitar penyulingan memperkerjan 1 orang dengan upah Rp. 50.000,- per hari. Harga untuk per kilogram daun minyak kayu putih yaitu Rp. 400,- dan sudah dikelola oleh paguyuban petani.

2. Kelemahannya dari sistem tersebut pengelola penyulingan tidak mengetahui harga pasar minyak kayu putih yang sebenarnya.

3. Teknologi penyulingan masih termasuk dalam kategori baik karena ketika di beli sudah berumur 4 tahun dengan tingkat kerusakan masih relatif bisa ditangani sendiri.

4. Mesin penyulingan yang diproduksi Pak Mudhori termasuk dengan teknologinya cukup bagus karena memperhatikan bahan baku yang diperlukan serta teknologinya dapat mengikuti zaman, walaupun beliau hanya berdasarkan pengalaman dengan tempat workshop proses pembuatan yang sederhana.

5. Teknologi yang digunakan cukup baik apabila dibandingkan dengan teknologi penyulingan Balitro yang ada di kampung Manoko Lembang dan penyulingan di daerah Cililin.

(38)

6. Teknologi penyulingan yang ada di daerah cilacap yang dikelola Pak Misar menggunakan sistem steem (boiler) tidak menggunakan kolam seperti di daerah Cililin.

7. Memperhatikan hasil yang diperoleh di lapangan maka perlunya tataletak pengelolaan yang baik tentang masalah proses penyulingan dari mulai kedatangan bahan baku daunsereh wangi, cara memasukan ke dalam ketel, proses pemadatan daun sereh wangi yang akan dikukus, pemakaian alat K3, penyimpanan/gudang sisa proses pengukusan sehingga tidak mudah terjadi kebakaran, proses pembakaran yang harus diperhatikan, luas lahan yang ideal untuk tempat penyulingan, adanya tempat istirahat untuk pegawai, proses pengelolaan air untuk mendinginkan proses penyulingan. Selain itu diperlukan studi banding ke luar Jawa atau tempat yang lainnya untuk melihat proses pengelolaan yang lebih baik.

5.4. Pemetaan Proses Bisnis ( Id……

Pemetaan dilakukan dengan metode IDEF0, selanjutnya dilakukan analisis mengenai proses bisnis yang biasa dilakukan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari proses yang dilakukan. Hasil pemetaan dan analisis proses bisnis ini akan menjadi dasar untuk perancangan model sistem industri penyulingan minyak sereh wangi. Pemetaan proses bisnis dilakukan untuk mengidentifikasi proses-proses inti dalam sistem sehingga dapat diidentifikasi proses-proses kritis terhadap keberhasilan sistem yang harus diperhatikan dalam upaya optimalisasi kegiatan produksi. Tahap ini dilakukan sebagai bahan awal untuk luaran yang ingin dicapai pada tahun kedua

5.5.Analisis Kelayakan Bisnis

Untuk mengetahui layak atau tidak usaha penyulingan minyak sereh wangi, perlu dihitung parameter ekonominya yaitu antara lain : tingkat pengembalian (rate of return / ROR), nilai sekarang bersih (net present value / NPV), dan periode pengembalian modalnya (payback period). Data hasil survei memberikan gambaran bahwa alat penyulingan yang lebih disukai pengrajin minyak sereh wangi adalah sistem uap atau boiler dengan kapasitas satu ton daun sereh wangi. Hal ini karena kapasitas 500 kg atau kurang dari satu ton membutuhkan tenaga kerja, waktu proses penyulingan, dan bahan bakar yang relatif sama dengan kapasitas satu ton. Sistem uap dipilih, karena sistem ini menghasilkan rendemen yang lebih baik dari sistem kukus. Berdasarkan alasan- alasan tersebut, perhitungan kelayakan

(39)

bisnis yang akan diuraikan selanjutnya berkenaan dengan sistem uap atau boiler dengan kapasitas satu ton daun sereh wangi.

A. Biaya- biaya

1. Biaya investasi alat penyulingan Rp. 75.000.000,- 2. Ongkos angkut dan biaya pemasangan Rp. 10.000.000,- 3. Biaya bangunan Rp. 50.000.000,-

4. Bahan baku daun sereh wangi per ton Rp. 500.000,-

5. Kayu bakar untuk satu kali penyulingan, satu kubik Rp. 50.000,- 6. Upah tenaga kerja 2 orang satu kali penyulingan Rp. 80.000,- 7. Upah tenaga kebersihan per hari Rp. 50.000,-

8. Biaya perbaikan dan perawatan per tahun Rp. 4.000.000,- 9. Biaya pemasaran per tahun Rp. 6.000.000,-

B. Pendapatan satu kali penyulingan 8 kg x Rp. 160.000,-/ kg = Rp. 1.280.000,- C. Asumsi :

1. Musim hujan 4 bulan dalam setahun, dan selama itu tidak dilakukan penyulingan karena rendemen yang dihasilkan tidak menguntungkan (4 kg per ton). Sistem beroperasi selama 8 bulan, dan satu bulan 25 hari kerja, sehingga satu tahun 200 hari kerja.

2. Bahan baku daun sereh wangi selalu tersedia, karena sudah memperhitungkan luas lahan/ kebun sereh wangi ( sekitar 7 ha) yang dapat menjaga kontinuitas suplaynya.

3. Satu hari dua kali penyulingan.

4. Sistem penyulingan mempunyai umur ekonomis 10 tahun.

Berdasarkan biaya- biaya, pendapatan, dan asumsi tersebut, diperoleh ROR jauh di atas 60%., NPV = Rp. 871.080.000,- dengan menggunakan tingkat suku bunga 20 % dan periode pengembalian 6,75 bulan.

Analisis sensitivitas dibuat dengan mengandaikan seluruh biaya naik 50 %, ROR yang diperoleh juga masih di atas 60 %, NPV = Rp. 300.968.000,- pada tingkat suku bunga 20 %, dan periode pengembalian 1,3 tahun.

Hasil perhitungan parameter ekonomi tersebut, menunjukkan bahwa usaha penyulingan minyak sereh wangi disebut sangat layak untuk dilaksanakan.

(40)

5.6.Analisis Sistem Penyulingan Minyak sereh Wangi

.

BAB VI

RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA Rencana tahapan berikutnya pada penelitian tahun ke -3 adalah :

1. Perancangan model simbiosis industri penyulingan sereh wangi skala kecil dan menengah

Pada tahap ini akan dirancang bagaimana industri penyulingan sereh wangi berinteraksi dengan sistem lain terutama dengan sistem yang dapat mengolah limbah atau sisa produksi dari industri penyulingan sereh wangi sehingga dapat dibuat sebuah sistem industri yang terintegrasi, berwawasan lingkungan dan menuju zero waste. Dengan demikian industri penyulingan sereh wangi dalam hal ini dengan skala kecil dan menengah dapat mengoptimalkan potensi dan sumber daya yang ada melalui sistem industri yang efisien, terintegrasi, berwawasan lingkungan dan relatif mudah untuk dikelola. Model simbiosis industri penyulingan sereh wangi merupakan luaran yang akan dihasilkan pada tahun ketiga penelitian.

(41)

2. implementasi model simbiosis industri penyulingan sereh wangi skala kecil dan menengah

Pada tahap ini merupakan implementasi model industri penyulingan sereh wangi pada skala kecil dan menengah pada baik di daerah Jawa Barat atau di Jawa Tengah.

3. Analisis hasil implementasi dan perbaikan model simbiosis industri penyulingan sereh wangi skala kecil dan menengah

Pada tahap ini akan di analisis bagaimana implementasi di lapangan model industri penyulingan sereh wangi sakala kecil dan menengah kemudian di evaluasi dan dilakukan perbaikan.

4. Membuat makalah untuk publikasi hasil penelitian

(42)

34

Tabel 6.1. Jadwal Penelitian

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 Tahap Persiapan

2 Perumusan masalah dan penentuan tujuan penelitian

3 Studi pustaka

4 Perancangan tahapan penelitian 5 Perancangan instrumen pengumpulan

data

6 Pengumpulan Data 7 Pemetaan rantai pasok 8 Pemetaan proses bisnis 9 Perancangan Sistem Industri 10 Analisis Sistem industri 11 Analisis kelayakan bisnia 12 Perancangan Model simbiosis

industri penyulingan sereh wangi 13 Implementasi model simbiosis 14 Analisis dan perbaikan model 15 Pembuatan laporan kemajuan 16 Pembuatan laporan akhir

Tahun ke-2

No. Jenis Kegiatan Tahun ke-1 Tahun ke-2

Gambar

Tabel 6.1.   Jadwal Penelitian………………………………………………….    36
Gambar 2.1.  Roadmap Penelitian Studi pendahuluan
Gambar 2.2. Model transformasi dalam bisnis (sumber: Rummler,  1990)
Gambar 2.3 Industrial Ecology Operates at Three Levels (Chertow,2000)
+7

Referensi

Dokumen terkait

menunjukkan bahwa kinerja rantai pasok dari perusahaan cukup baik IKM Wajiyo Handicraft, Yogyakarta 4 Pengukuran Performansi Rantai Pasok Pada Industri Batik Tipe

UU 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPPLH) Berkaitan dengan pengelolaan sampah bagi pemerintah dan pemerintah daerah tidak

1 0006106612 ROVINA dr.,SpPD.,Ph.D 67,500,000 Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi.. Upaya Pencarian Regimen Terapi Meningitis Tuberkulosis yang

Skor manifestasi klinis berkaitan dengan kerusakan endotel pada pasien LES dengan kadar vitamin D < 20ng/ml cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok

Beberapa aspek reproduksi antara lain: Nisbah kelamin, tingkat kematangan gonad, indeks kematangan gonad, fekunditas dan sebaran diameter telur merupakan mata rantai dalam

Berdasarkan hasil terbaik tahap 1 dilanjutkan tahap 2 dimana dibuat berbagai formula ransum kambing perah laktasi berbasis kangkung, metonionin dan KT dengan uji produksi

Namun, konsekuensi dari polimorfisme REN C-5391T pada perubahan kadar angiotensin II sebagai respon terapi Angiotensin Receptor Blocker ( ARB ) masih belum jelas

Dokumen ini membahas praktikum penyulingan minyak atsiri dari berbagai bahan seperti eukaliptus, pala, dan sereh wangi, termasuk tujuan praktikum, mutu minyak, standar SNI, tahapan pengolahan, dan pengaruh perlakuan terhadap