• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENENTUAN KADAR NATRIUM SIKLAMAT DALAM MINUMAN SERBUK INSTAN SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENENTUAN KADAR NATRIUM SIKLAMAT DALAM MINUMAN SERBUK INSTAN SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Serambi Journal of Agricultural Technology, Vol. 5 No.1 Hal 17 - 24 2023 | 17 Vol. 5 No. 1 Thn. 2023 E-ISSN: 2684-9879

DETERMINATION OF SODIUM CYCLAMATE LEVELS IN INSTANT POWDER DRINKS WITH SPECTROPHOTOMETRY UV-VIS

Rizki Andalia 1)*, Lisma Luciana 2), Azmalina Adriani 1), Rahmatina3)

1 Program Studi Analisis Farmasi dan Makanan, Akademi Analis Farmasi dan Makanan Banda Aceh

2 Program Studi Sarjana Farmasi, STIKES Jabal Ghafur

3 Program Studi Farmasi, Poltekkes Kemekes Aceh

*email: kiki.andalia@yahoo.com

Article Info Article history:

Received:

15-05-2023

Received in revised:

06-06-2023 Accepted:

08-06-2023

Abstract

Artificial sweeteners are additives that can provide sweetness in foods and beverages but have no nutritional value.. Sodium cyclamate is an artificial sweetener commonly used by the food or beverage industry that has very soluble properties in water and has a sweetness level of 30 times that of granulated sugar. The maximum limit for the use of sodium cyclamate in soft drinks has been set by the Head of Badan Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) RI No.

4 of 2014, which is 350 mg/kg of ingredients. This study aims to determine the level of Sodium Cyclamate in instant powder drinks by Spectrophotometry Uv-Visible. The results showed that the sodium cyclamate content in samples A, B, and C respectively amounted to 488.31 mg/kg, 536.81 mg/kg, and 665.57 mg/kg. The sodium cyclamate content in all three samples exceeded the standard requirements set by BPOM RI No. 4 of 2014 in soft drinks.

Keywords: instant powder drinks, sodium cyclamate, Spectrophotometry UV-Vis

PENENTUAN KADAR NATRIUM SIKLAMAT DALAM MINUMAN SERBUK INSTAN SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

Abstrak

Pemanis buatan merupakan bahan tambahan yang dapat memberikan rasa manis dalam makanan dan minuman, tetapi tidak memiliki nilai gizi. Natrium siklamat termasuk pemanis buatan umum digunakan oleh industri makanan atau minuman yang memiliki sifat sangat mudah larut dalam air dan mempunyai tingkat kemanisan 30 kali dari gula pasir. Batas Maksimum penggunaan Natrium siklamat pada minuman ringan telah ditetapkan oleh Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No. 4 Tahun 2014 yaitu 350 mg/kg bahan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kadar Natrium Siklamat pada minuman serbuk instan secara Spektrofotometri UV-Visible. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah minuman serbuk instan yang pada kemasan tertulis mengandung natruim siklamat, dan sampel dianalisis menggunakan metode Spektrofotometri UV-Visible pada panjang gelombang 314 nm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan natrium siklamat pada sampel A,B, dan C masing-masing sebesar 488,31 mg/kg, 536,81 mg/kg dan 665,57 mg/kg. Kadar natrium siklamat dalam ketiga sampel melebihi batas standar persyaratan yang ditetapkan oleh BPOM No. 4 Tahun 2014 dalam minuman ringan.

Kata Kunci: natrium siklamat, minuman serbuk instan, Spektrofotometri UV-Vis

(2)

Serambi Journal of Agricultural Technology, Vol.5 No.1 Hal 17 – 24 2023 | 18 PENDAHULUAN

Minuman ringan adalah minuman yang tidak mengandung alkohol, yang merupakan minuman olahan dalam bentuk serbuk maupun cairan yang mengandung bahan tambahan baik alami maupun buatan dapat ditemukan di pasaran (Jayadi &

Hernaningsih, 2021). Bahan tambahan yang umum terkandung dalam minuman olahan adalah jenis pemanis buatan yaitu natrium siklamat dalam bentuk garam natrium dari asam siklamat. Siklamat memiliki sifat sangat mudah larut dalam air dan mempunyai tingkat kemanisan 30 kali dari gula pasir. Rasa manis siklamat masih bisa dirasakan pada tingkat pengenceran 1:10 (dalam liter) (Ukhdiyah, 2019).

Minuman serbuk instan merupakan produk minuman berbentuk serbuk, mudah larut air, praktis dalam penyajian dan

memiliki masa simpan yang lama (Yolandari dan Siti, 2019), dan pada

umumnya terbuat dari bahan – bahan alami, sehingga mutu produk terjaga dari bahan kimia sintetik. Jenis produk minuman fungsional ini banyak ditemukan dipasaran dan sangat diminati terutama oleh anak – anak. Namun saat ini banyak ditemukan minuman serbuk instan yang mengandung bahan tambahan pangan seperti natrium siklamat yang tertera pada komposisi produk tetapi tidak menuliskan jumlahnya.

Di Indonesia, natrium siklamat sangat mudah diperoleh dan dengan harga yang relatif murah. Hal ini mendorong produsen makanan dan minuman ringan untuk menggunakan jenis pemanis sintetis di dalam produknya. Penggunaan natrium sikalmat didasari pada alasan ekonomis karena harga gula pasir yang cukup tinggi, sedangkan tingkat kemanisan pemanis buatan jauh lebih tinggi dari pada gula pasir sehingga penggunaan siklamat cukup dalam jumlah yang sedikit (Rasyid dkk., 2016).

Natrium siklamat masih diperbolehkan penggunaannya, namun jumlahnya harus sesuai dengan aturan yang diperbolehkan dalam minuman ringan. Menurut peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No. 4 tahun 2014 kadar maksimum pemakaian siklamat pada minuman adalah 350 mg/Kg (BPOM, 2014). Badan Perlindungan Konsumen Negara masih menemukan adanya penyalahgunaan bahan tambahan pangan yang melebihi ketentuan dan tidak diizinkan antara lain pada penggunaan pemanis buatan seperti siklamat (Handayani & Agustina, 2015).

Mengkomsumsi siklamat dalam jumlah yang melebihi ambang batas dapat menyebabkan penyakit, karena beberapa organ tubuh seperti bagian perut tidak mampu memetabolisme siklamat secara sempurna, sehingga menghasilkan senyawa sikloheksilamin yang bersifat karsinogen.

Senyawa inilah yang menyebabkan kanker kandung kemih, tumor paru, hati, dan limfa.

Selain itu juga menyebabkan tremor, migrain sakit kepala, kehila ngan daya ingat, bingung, insomnia, iritasi, asma, hipertensi, diare, sakit perut, alergi, impotensi gangguan seksual, dan kebotakan (Lidyawati dkk., 2020; Novita &

Adriyani, 2013; Nurlailah dkk., 2017).

Hasil penelitian Rusli Maudu dkk (2019), pada analisis kadar siklamat pada minuman jajanan sekolah di kota Palu terdapat 7 sampel yang tidak memenuhi syarat BPOM <350 mg/Kg atau 35%

sampel minuman melebihi batas maksimun siklamat dengan kadar terendah adalah 51463 mg/Kg dan kadar tertinggi adalah 296343 mg/Kg. Menurut penelitian Tutu Handayani dkk (2015) pada penetapan kadar pemanis buatan (Na-Siklamat) pada minuman serbuk instan dengan metode

(3)

Serambi Journal of Agricultural Technology, Vol.5 No.1 Hal 17 – 24 2023 | 19 alkalimetri terdapat 7 sampel positif dan 5

sampel melebihi batas maksimal penggunaan yang ditetapkan Pemerintah

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 722/Menkes/Per/IX/1988 yaitu 3 g/kg atau setara dengan 3.000 ppm

dengan kadar terendah 514 ppm dan kadar tertinggi adalah 4096 ppm (Handayani &

Agustina, 2015).

Penelitian ini dilakukan untuk menentukan kadar natrium siklamat pada beberapa minuman serbuk instan yang jumlah (kadar) natrium siklamat tidak tertulis pada bagian komposisi, yang dilakukan dengan metode Spektrofotometri Uv-Visible.

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat

Penelitian ini bersifat pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada bulan Januari hingga bulan Maret 2022 di Laboratorium Akafarma Banda Aceh.

Sampel yang digunakan adalah tiga minuman serbuk instan dengan metode pengambilan sampel secara Purposive sampling. Setiap komposisi sampel terdapat tulisan natrium siklamat namun tidak menuliskan jumlah (kadar), rasa lebih manis dan tidak ada rasa pahit, yaitu Top Ice, Frenta, dan Pop Drink.

Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu gelas ukur, corong pisah, pipet tetes, spatula batang pengaduk, pipet volume, labu ukur, timbangan analitik, Spektrofotometer UV-Vis.

Bahan-bahan yang digunakan adalah Natrium Siklamat (C6H12NNaO3S)

Aquadest (H2O) Asam Sulfat Pekat (H2SO4

p), Asam Sulfat (H2SO4) 30%, Etil Asetat (C4H8O2) , Natrium Hidroksida (NaOH) 10

N, Natrium Hidroksida (NaOH) 0,5 N, Sikloheksana (C6H12), dan Natrium Hipoklorit (NaClO).

Prosedur kerja

1. Pembuatan larutan pereaksi a. Pembuatan H2SO4 30%

Dipipet H2SO4 sebanyak 7,65 mL, kemudian dimasukan ke dalam labu ukur 25 mL, ditambahkan aquadest sampai tanda batas.

b. NaOH 10 N

Ditimbang NaOH 10 g, kemudian dimasukan ke dalam labu ukur 25 mL, ditambahkan aquadest sampai tanda batas.

c. NaOH 05 N

Dipipet sebanyak 5 mL NaOH 10 N, kemudian dimasukan ke dalam labu ukur 100 mL, ditambahkan aquadest sampai tanda batas.

2. Pembuatan Larutan Baku

Ditimbang 25 mg natrium siklamat 1000 ppm, dimasukkan ke dalam labu ukur 25 mL, dilarutkan dengan aquadest sampai tanda batas.

3. Penentuan Kurva Kalibrasi

Dipipet larutan baku siklamat 1000 ppm masing-masing dengan mengambil 1 mL untuk 20 ppm, 2 mL untuk 40 ppm, 4 mL untuk 80 ppm, 6 mL untuk 120 ppm, dan 8 mL untuk 160 ppm, kemudian diencerkan dengan aqudest sampai tanda batas labu ukur 50 mL. Masing-masing larutan tersebut dipindahkan ke dalam corong pisah pertama, ditambah dengan 1 mL NaOH 10 N, 5 mL sikloheksana lalu dikocok selama 1 menit. Lapisan air dipisahkan dan dimasukkan ke dalam corong pisah kedua, ditambahkan dengan 2,5 mL H2SO4 30%, 5 mL sikloheksana, dan 5 mL larutan Natrium hipoklorit, dikocok selama 2 menit. Lapisan sikloheksana (lapisan atas)

(4)

Serambi Journal of Agricultural Technology, Vol.5 No.1 Hal 17 – 24 2023 | 20 akan berwarna kuning kehijauan, bila tidak

berwarna ditambaphkan lagi larutan hipoklorit kurang lebih 5 mL. Lapisan air dibuang. Kemudian lapisan sikloheksana dicuci dengan 25 mL NaOH 0,5 N dan dikocok selama 1 menit dan lapisan bawah dibuang, lapisan sikloheksana dikocok dengan 25 mL aquadest, diambil lapisan sikloheksana dan lapisan air dibuang, Lapisan sikloheksana di baca absorbansinya

4. Pembuatan Larutan Blanko

Dipipet aquadest sebanyak 50 mL, dimasukkan ke dalam corong pisah pertama, ditambah dengan 2,5 mL H2SO4

pekat dan didinginkan. Setelah dingin ditambah dengan 50 mL etil asetat dikocok selama 2 menit dan diambil kurang lebih 40 ml bagian yang jernih. Kemudian dimasukkan ke dalam corong pisah kedua.

Dibilas dengan 15 mL aquadest yang dilakukan dengan 3 kali pengulangan.

Dikumpulkan lapisan air dan dimasukkan ke dalam corong pisah ketiga, ditambahkan 1 mL NaOH 10 N dan 5 mL sikloheksana, dikocok selama satu menit.

Lapisan atas dibuang, lapisan air dimasukkan ke dalam corong pisah keempat, ditambahkan 2,5 mL H2SO4 30%, 5 mL sikloheksana, dan 5 mL larutan hipoklorit dikocok selama 2 menit. Lapisan sikloheksana (lapisan atas) akan berwarna kuning kehijauan, bila tidak berwarna ditambahkan lagi larutan hipoklorit kurang lebih 5 mL Lapisan air dibuang. Kemudian lapisan sikloheksana dicuci dengan 25 mL NaOH 0,5 N dan dikocok selama 1 menit dan lapisan bawah dibuang, kemudian lapisan atas (sikloheksana) dibilas dengan 25 mL aquadest, dikocok dan dipisahkan dan diambil larutan lapisan bagian atas yang digunakan sebagai blanko.

5. Pembuatan Larutan Sampel

Masing-masing sampel dilarutkan dengan air berdasarkan ketentuan yang tertera pada kemasan. Dipipet sampel sebanyak 50 mL dimasukkan ke dalam corong pisah pertama, ditambah dengan 2,5 mL H2SO4 pekat dan didinginkan. Setelah dingin ditambah dengan 50 mL etil asetat dikocok selama 2 menit dan diambil kurang lebih 40 mL bagian yang jernih kemudian dimasukkan ke dalam corong pisah kedua.

Dibilas dengan 15 mL aquadest yang dilakukan dengan 3 kali pengulangan dan dimasukkan ke dalam corong pisah ketiga, ditambahkan dengan 1 mL NaOH 10 N dan 5 mL sikloheksana, dikocok selama satu menit. Lapisan atas dibuang, lapisan air dimasukkan ke dalam corong pisah keempat. Ditambahkan 25 ml H2SO4 30 %, 5 mL sikloheksana, dan 5 mL larutan hipoklorit, dikocok selama 2 menit. Lapisan sikloheksana (lapisan atas) akan berwarna kuning kehijauan, bila tidak berwarna ditambahkan lagi larutan hipoklorit kurang lebih 5 mL Lapisan air dibuang.

Kemudian lapisan sikloheksana dibilas dengan 25 mL NaOH 0,5 N dan dikocok selama 1 menit dan lapisan bawah dibuang, lapisan sikloheksana dikocok dengan 25 mL aquadest, diambil lapisan sikloheksana dan lapisan air dibuang, lapisan atas dibaca

Absorbansinya dengan

Spektrofotometri Uv – Vis pada panjang gelombang 314 nm (Jayadi &

Hernaningsih, 2021).

Analisa Data

Analisa data dilakukan dengan menghitung persamaan regresi linier dengan rumus sebagai berikut :

Y = bx + a

(5)

Serambi Journal of Agricultural Technology, Vol.5 No.1 Hal 17 – 24 2023 | 21 Keterangan :

a = intersep

b = koefisien regresi ( slope) x = konsentrasi

Kadar Natrium Siklamat dihitung dengan rumus :

Csp x F W Keterangan :

Csp = konsentrasi yang diperoleh dari kurva kalibrasi

F = faktor pengenceran W = berat sampel

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

a. Pengukuran kurva kalibrasi larutan standar

Pengukuran kurva kalibrasi larutan standar natrium silkamat dilakukan dengan Spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimum 314 nm diperoleh hasil seperti pada Tabel 1.

Tabel 1.Hasil Pengukuran Kurva Kalibrasi Larutan Standar Natrium Siklamat

Dari hasil pengukuran kurva kalibrasi, didapatkan persamaan regresi linier

dengan nilai yang ditampilkan dalam grafik sebagai berikut:

Gambar 1. Kurva kalibarasi larutan standar natrium siklamat

b. Penentuan kadar natrium siklamat dalam minuman serbuk instan.

Hasil penentuan kadar Natrium Siklamat pada minuman serbuk instan merek Top Ice (A), Pop Dringk (B), dan Frenta (C) yang dilakukan menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang maksimum 314 nm,

dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Penentuan Kadar Natrium Siklamat pada Minuman Serbuk Instan

Sampel Absorbansi Rata–rata Absorbansi

Rata-rata Konsentrasi

(mg/L)

Kadar (mg/kg)

A

0,6655

0,6743 78,13 488,31 0,6594

0,6982 B

0,7031

0,703 85,89 536,81 0,7041

0,7018 C

0,7224

0,7300 93,18 665,57 0,7339

0,7339

PEMBAHASAN

Penentuan kadar natrium siklamat pada 3 merek minuman serbuk instan dilakukan secara Spektrofotometri UV-Vis.

Spektrofotometri Uv - Vis adalah metode analisis senyawa kimia secara kualitatif dan kuantitatif berdasarkan interaksi antara

(6)

Serambi Journal of Agricultural Technology, Vol.5 No.1 Hal 17 – 24 2023 | 22 materi dengan penyerapan cahaya. Untuk

menentukan kadar suatu senyawa dalam sampel dengan Spektrofotometri Uv-Vis terlebih dahulu menentukan panjang gelombang maksimum yang bertujuan untuk mengetahui besaran serapan cahaya terbesar terhadap sampel. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Maritha Hernaningsih, dkk. (2021), terhadap natrium siklamat bahwa panjang gelombang maksimum natrium siklamat spesifik pada 314 nm. Pada daerah tersebut bentuk kurva kalibrasi adalah linier, sehingga hukum Lambert Beer yang menyatakaan bahwa penyerapan terjadi dalam satu volume yang mempunyai penampang luas yang sama akan terpenuhi (Mangiwa dkk., 2015).

Panjang gelombang maksimum tersebut digunakan untuk penentuan nilai kurva kalibrasi dan kadar natrium siklamat dalam sampel.

Penentuan kurva kalibrasi

Penentuan nilai kurva kalibrasi terhadap larutan standar bertujuan untuk menentukan nilai konsentrasi suatu sampel yang belum diketahui (Nisah & Nadhifa, 2020). Kurva kalibrasi dibuat dengan cara menghubungkan nilai absorbansi dengan konsentrasi larutan standar natrium siklamat. Nilai absorbansi dari konsentrasi larutan standar 20, 40, 80, 120, dan 160 ppm diperoleh berturut – turut sebesar 0,4161, 0,5321, 0,7643, 0,8114, dan 0,9510.

Dari hasil tersebut menunjukkan semakin besar konsentrasi maka semakin besar pula nilai absorbansinya.

Nilai absorbansi suatu larutan ditentukan oleh kadar zat yang terkandung di dalam suatu larutan, semakin banyak kadar zat yang terkandung dalam suatu larutan maka semakin banyak molekul yang akan menyerap cahaya pada panjang

gelombang tertentu sehingga nilai absorbansi semakin besar atau dengan kata lain nilai absorbansi akan berbanding lurus dengan konsentrasi zat yang terkandung di dalam suatu larutan (Sunardi, 2012;

Gusnedi, 2013). Dari hasil pengukuran antara konsentrasi dan absorbansi pada larutan standar diperoleh kurva kalibrasi yang linier dengan persaman regresinya

sebesar dan nilai

. Koefisien korelasi (r2) adalah bilangan yang digunakan untuk mengetahui kuat, sedang, atau lemahnya hubungan diantara variable yang sedang diteliti. Nilai koefisien kolerasi (r2) yang baik adalah yang mendakati 1 (Winahyu dkk., 2019).

Penentuan kadar natrium silkamat dalam sampel

Selanjutnya dalam penentuan kadar natrium siklamat, masing-masing sampel yang telah dilarutkan dengan aquadest, direaksikan dengan H2SO4 p untuk mengasamkan siklamat. Kemudian penambahan etil asetat untuk mengekstrak asam siklamat, penambahan aquadest untuk melarutkan dan mengekstrak asam siklamat, penambahan NaOH untuk memberikan suasana basa dan untuk membentuk kembali natrium siklamat.

Selanjutnya siklamat diekstrak dengan sikloheksana dan diberi sedikit hipoklorit sebagai pereaksi pembentuk warna hijau kekuningan apabila didalam sampel mengandung siklamat (Padmaningrum &

Marwati, 2015). Kemudian ekstrak silkamat dalam lapisan sikloheksana diukur

absorbansinya menggunakan

spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang 314 nm.

Nilai absorbansi dari masing – masing sampel dapat dilihat pada tabel 3.

Semakin besar konsentrasi larutan standar, diperoleh nilai absornasi semakin besar

(7)

Serambi Journal of Agricultural Technology, Vol.5 No.1 Hal 17 – 24 2023 | 23 pula. Nilai absorbansi yang diperoleh

disubtitusikan dengan persamaan regresi linier untuk memperoleh nilai konsentrasi sehingga dapat dihitung kadar natrium siklamat pada ketiga sampel tersebut.

Berdasarkan perhitungan kadar natrium siklamat pada minuman serbuk instan merek Top Ice (A), Pop Dringk (B), dan Frenta (C) diperoleh hasil kadar berturut – turut sebesar 488,31 mg/kg, 536,81 mg/kg dan 665,57 mg/kg. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa ketiga minuman serbuk instan tersebut mengandung natrium silakamat yang melebihi kadar yang telah ditetapkan oleh Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No. 4 Tahun 2014 tentang batas maksimum penggunaan bahan tambahan pangan pemanis yaitu 350 mg/kg bahan.

Industri makanan dan minuman ringan menggunakan natrium siklamat sebagai bahan pemanis karena harga yang relatif murah dan tingkat kemanisannya 30 kali lebih manis dari gula pasir sehingga banyak produsen minuman ringan menggunakan natrium siklamat melebihi batas yang telah ditetapkan. Penggunaan natrium siklamat yang berlebihan dan secara terus menerus diterima oleh tubuh dapat menyebabkan kanker. Ini akibat tubuh tidak mampu memetabolisme kelebihan natrium siklamat sehingga menghasilkan senyawa sikloheksilamin yang bersifat karsinogen.

KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan adalah

Kadar natrium siklamat dari masing – masing sampel A, B, dan C adalah sebesar 488,31 mg/kg, 536,81 mg/kg, dan 665,57 mg/kg. Dari masing – masing kadar natrium silkamat yang terkandung dalam

sampel melebihi batas standar persyaratan penggunaan bahan tambahan pangan pemanis dalam minuman ringan yang telah ditetapkan oleh Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan makanan No. 4 Tahun 2014 yaitu 350 mg/kg bahan.

DAFTAR RUJUKAN

Gusnedi, R. (2013). Analisis Nilai Absorbansi dalam Penentuan Kadar Flavonoid untuk Berbagai Jenis Daun Tanaman Obat. Pillar of Physics, 2, 76–83.

Handayani, T., & Agustina, A. (2015).

Penetapan Kadar Pemanis Buatan (Na-siklamat) pada Minuman Serbuk Instan dengan Metode Alkalimetri.

Jurnal Farmasi Sains dan Praktis, 1(1), 1–6.

Jayadi, L., & Hernaningsih, M. (2021).

Analisis Kandungan Pemanis Buatan Siklamat pada Sirup yang Beredar di pasar Besar Malang Secara Kuantitatif Menggunakan Metode Spektrofotometri UV-Vis. Jurnal Riset Kefarmasian Indonesia, 3(3), 199–210.

Lidyawati, L., Mardiana, R., Rejeki, D. P.,

& Jauhari, J. (2020). Analisis Natrium Siklamat dalam Minuman Tebu (Saccharum Officinarum, L) secara Spektrofotometri. Journal of Pharmaceutical and Health Research, 1 (3), 62–66.

Mangiwa, S., Futwembun, A. dan Awak, P.

M. (2015). Kadar Asam Klorogenat (CGA) dalam Biji Kopi Arabika (Coffea Arabica) Asal Wamena,

(8)

Serambi Journal of Agricultural Technology, Vol.5 No.1 Hal 17 – 24 2023 | 24 Papua. Hydrogen: Jurnal

Kependidikan Kimia, 3(2), 313–317.

Maudu, R., Hafid, F., dan Ichsan, D. S.

(2019). Analisis Kadar Siklamat Dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi pada Minuman Jajanan Sekolah Di Kota Palu.

Poltekita: Jurnal Ilmu Kesehatan, 13(1), 17–24.

Nisah, K., dan Nadhifa, H. (2020). Analisis Kadar Logam Fe dan Mn pada Air Minum dalam Kemasan (Amdk) dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom. Amina, 2(1), 6–12.

Novita, S., dan Adriyani, R. (2013).

Tingkat Pengetahuan dan Sikap Pedagang Jajanan tentang Pemakaian Natrium Siklamat dan Rhodamin B.

Jurnal Promkes, 1(2), 192–200.

Nurlailah, N., Alma, N. A., dan Oktiyani, N. (2017). Analisis kadar siklamat pada es krim di kota Banjarbaru.

Medical Laboratory Technology Journal, 3(1), 1–5.

Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan Nomor 4 Tahun 2014.

(2014). Tentang Batas Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pemanis.

Rasyid, R., Yohana, M., & Mahyuddin, M.

(2016). Analisis Pemanis Sintesis Natrium Sakarin dan Natrium Siklamat dalam Teh Kemasan. Jurnal Farmasi Higea, 3(1), 52–57.

Sunardi, KS. (2012). Pengaruh Konsentrasi Larutan Ekstrak Daun Lidah Mertua terhadap Absorbansi dan

Transmitansi pada Lapisan Tipis.

Seminar Nasional Fisika 2012, (1), 54–57.

Ukhdiyah, L. (2019). Identifikasi Siklamat Pada Jajanan Pasar Di Pasar Hygienes Kelurahan Gamalama Di Kota Ternate. Jurnal Kesehatan, 12(2), 27–

34.

Winahyu, D. A., Retnaningsih, A., &

Aprillia, M. (2019). Penetapan Kadar Flavonoid pada Kulit Batang Kayu Raru (Cotylelobiummelanoxylon P) dengan Metode Spektrofotometri Uv- Vis. Jurnal Analis Farmasi, 4(1).

Referensi

Dokumen terkait

Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh kadar natrium silikat, natrium aluminat dan arang daun kerai payung terhadap nilai konduktivitas, komposisi,

1073 Analisis Kandungan Natrium Siklamat pada Manisan Pala Yang Diproduksi di Kota Tapaktuan Provinsi Aceh Elfariyanti1, Risnayanti2 1,2Akademi Analis Farmasi dan Makanan Banda