• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of Penerapan Akuntansi Manajemen Lingkungan Dalam Proses Pengolahan Limbah Pada Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "View of Penerapan Akuntansi Manajemen Lingkungan Dalam Proses Pengolahan Limbah Pada Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Indonesian Accounting Research Journal Vol. 3, No. 2, February 2023, pp. 119 – 130

©Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Bandung

Penerapan Akuntansi Manajemen Lingkungan Dalam Proses Pengolahan Limbah Pada Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat

The Implementation of Environmental Management Accounting in The Waste Treatment Process at Mental Hospital of West Java Province

Anna Refiyani

Program Studi D4 Akuntansi, Politeknik Negeri Bandung E-mail: anna.refiyani.akun417@polban.ac.id

Sugih Sutrisno Putra

Jurusan Akuntansi, Politeknik Negeri Bandung E-mail: sugih.sutrisno@polban.ac.id

Abstract: This research aims to provide recommendations for recording and reporting environmental physical and monetary information that can be applied to the Mental Hospital of West Java Province.

The type of research is descriptive qualitative research with a case study approach through the process of interviews, observation, and documentation. The types of data used are subject data and documentary data, the data sources are primary data and secondary data. The data analysis technique used the approach of Miles and Huberman (1984). The results of this study are the Mental Hospital of West Jawa Province has carried out waste treatment properly. The treatment of environmental monetary information through the stages of identification, recognition, measurement, presentation, disclosure. This research provides recommendations for environmental cost report by using Hansen

& Mowen approach. In the recommendations for physical information conducted by designing formats and completing reports that have been carried out by the hospital.

Keywords: environmental management accounting, physical information, monetary information.

1. Pendahuluan

Masalah-masalah yang berkaitan dengan lingkungan semakin marak saat ini. Organisasi yang melakukan kegiatan produksi ataupun memberikan layanan berupa jasa dapat menghasilkan limbah lingkungan dalam berbagai bentuk yang berpotensi memberikan dampak pada pencemaran lingkungan. Adanya pandemi Covid-19 pun turut memberikan dampak pada lingkungan yaitu dihasilkannya limbah medis yang semakin meningkat dari hari ke hari. Kondisi ini menyebabkan isu-isu yang berkaitan dengan pertanggungjawaban sosial dan lingkungan mendapat perhatian penuh dari berbagai pihak untuk melakukan upaya dalam mengatasi permasalahan lingkungan, diantaranya yaitu para stakeholders baik internal maupun eksternal. Diperlukan suatu upaya untuk mengatasinya yaitu dengan pengelolaan lingkungan yang optimal, seperti dalam UU No. 32 tahun 2009 yang menjelaskan bahwa setiap organisasi dalam menjalankan kegiatan usahanya wajib melakukan pengelolaan lingkungan hidup sebab limbah yang dihasilkan bila tidak dikelola secara optimal akan mempengaruhi lingkungan sekitar. Lalu berdasarkan pada Peraturan Pemerintah No.66 Tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan dan Peraturan Pemerintah No.101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah B3 menjelaskan bahwa organisasi yang menghasilkan limbah B3 termasuk limbah medis berkewajiban untuk mengelola limbahnya.

(2)

Anna Refiyani, Sugih Sutrisno Putra

Terdapat biaya-biaya dalam pengelolaan limbah sehingga biaya yang dikeluarkan perlu dilakukan pencatatan dan pelaporan. Pencatatan dan pelaporan terkait biaya lingkungan dibahas dalam akuntansi lingkungan yang memiliki sub bab yaitu akuntansi manajemen lingkungan (AML).

AML tidak hanya membahas terkait informasi moneter tetapi juga informasi fisik sehingga manajemen dapat mengendalikan biaya lingkungan yang secara bersamaan memperbaiki kualitas lingkungannya. AML memberikan banyak manfaat, namun masih terdapat organisasi yang belum menerapkannya yaitu seperti rumah sakit.

Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat (RSJ Prov Jabar) menghasilkan limbah dalam kegiatan operasionalnya dan telah dilakukan pengelolaan limbah dengan baik sebagai bentuk pertanggungjawaban terhadap lingkungan, namun belum menerapkan AML. Hal ini ditandai dengan belum dilakukannya pencatatan dan pelaporan informasi fisik lingkungan yang lengkap terkait jumlah input yang digunakan dan jumlah output yang dihasilkan dan belum memiliki laporan informasi moneter khusus terkait biaya lingkungan yang dikeluarkan.

Berdasarkan fenomena yang telah diuraikan, penulis ingin mengusulkan pencatatan dan pelaporan informasi fisik serta moneter lingkungan dalam proses pengolahan limbah sebagai bentuk penerapan AML dengan penelitian yang berjudul “Penerapan Akuntansi Manajemen Lingkungan Dalam Proses Pengolahan Limbah pada Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat”.

2. Kajian Pustaka

2.1. Akuntansi Manajemen Lingkungan

Definisi AML menurut United Nations Division for Sustainable Development (2001) yaitu:

“Identification, collection, analysis and use of two types of information for internal decision making: (1) physical information on the use, flows and destinies of energy, water and materials (including wastes) and (2) monetary information on environment-related costs, earnings and savings.”

Jadi dari penjelasan diatas, AML merupakan proses mengidentifikasi, mengumpulkan, dan menganalisis aktivitas perusahaan dalam aspek lingkungan yang menyediakan informasi fisik serta moneter sehingga dapat digunakan oleh manajemen untuk pengambilan keputusan internal.

2.2. Jenis Informasi Akuntansi Manajemen Lingkungan 1. Informasi Fisik

Berdasarkan pada IFAC (2005) “Akuntansi manajemen lingkungan fisik menitikberatkan pada pemicu biaya yaitu data fisik dan input berupa jumlah air, energi dan material yang digunakan oleh organisasi serta jumlah output yang dihasilkan berupa limbah dan emisi, karena akan memberi dampak pada lingkungan dan biaya pembelian material adalah komponen biaya yang cukup besar”.

Dalam pencatatan dan pelaporan informasi fisik lingkungan tidak terdapat format ataupun aturan baku yang mengatur sehingga disesuaikan dengan kebutuhan manajemen (Amalin, 2020).

2. Informasi Moneter

Berdasarkan pada IFAC (2005) “Data moneter merupakan biaya dan pengeluaran lingkungan lainnya yang dilakukan oleh organisasi. Organisasi mendefinisikan biaya lingkungan secara berbeda, tergantung pada tujuan penggunaan informasi biaya, pandangan organisasi tentang apa itu lingkungan, tujuan lingkungan dan ekonomi, serta hal lainnya. Organisasi dapat mengembangkan klasifikasi biaya lingkungan sesuai dengan kebutuhan informasi oleh manajemen, pelaporan keuangan dan pelaporan kepada stakeholders”. Penyajian informasi moneter lingkungan masih bersifat sukarela sehingga dalam pencatatan dan pelaporannya belum terdapat aturan serta standar baku yang mengaturnya (Amalin, 2020).

(3)

Anna Refiyani, Sugih Sutrisno Putra

Hansen dan Mowen (2009:512) mengembangkan environmental quality cost model yang mengklasifikasikan biaya lingkungan ke dalam beberapa kategori yaitu:

a) “Biaya pencegahan lingkungan (environmental prevention costs) adalah biaya-biaya untuk biaya- biaya untuk aktivitas yang dilakukan untuk mencegah diproduksinya limbah dan/ atau sampah yang dapat merusak lingkungan”.

b) “Biaya deteksi lingkungan (environmental detection costs) adalah biaya-biaya untuk aktivitas yang dilakukan untuk menentukan apakah produk, proses dan aktivitas lainnya diperusahaan telah memenuhi standar lingkungan yang berlaku atau tidak”.

c) “Biaya kegagalan internal lingkungan (environmental internal failure costs) adalah biaya-biaya untuk aktivitas yang dilakukan karena diproduksinya limbah dan sampah, tetapi tidak dibuang ke lingkungan luar”.

d) “Biaya kegagalan eksternal lingkungan (environmental external failure costs) adalah biaya-biaya untuk aktivitas yang dilakukan setelah melepas limbah atau sampah ke dalam lingkungan”.

2.3. Perlakuan Informasi Moneter Lingkungan

Instansi pemerintah yang dalam aktivitas operasinya menghasilkan limbah dapat menyajikan laporan tambahan berdasar pada PSAP No. 1 Tahun 2010 tentang penyajian laporan keuangan untuk tujuan umum (Ratulangi, A. V. J., Pangemanan, S., & Tirayoh, V., 2018). Perusahaan perlu untuk merencanakan tahap pencatatan biaya terkait lingkungan sebelum dialokasikan dan dibuatkan laporan biaya lingkungan yang meliputi tahap: pengidentifikasian, pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan.

3. Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kasus pada RSJ Prov Jabar. Sumber data penelitian yaitu data primer dan data sekunder. Data primer berupa data hasil wawancara yang didapatkan langsung dari Kepala Instalasi Kesling beserta stafnya untuk memberikan informasi fisik terkait dengan pengelolaan lingkungan serta Bagian Keuangan – Kepala Subbagian Akuntansi dan Verifikasi beserta stafnya untuk memberi informasi terkait biaya lingkungan. Data sekunder berupa Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA), data akuntansi lainnya yang berhubungan dengan biaya lingkungan, serta data aktivitas terkait pengelolaan lingkungan. Teknik analisis data yang digunakan adalah pendekatan Miles dan Huberman (1984) meliputi data reduction, data display dan conclusion drawing.

4. Hasil dan Pembahasan

4.1. Gambaran Umum Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat

Pada tahun 2009 sesuai dengan Peraturan Daerah No. 23 Tahun 2008 dilakukan penggabungan (merger) antara RSJ Cimahi dengan RSJ Bandung menjadi RSJ Prov Jabar yang merupakan salah satu instansi milik pemerintah dan memiliki tanggung jawab serta kewenangan dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan yaitu kesehatan jiwa.

4.2. Proses Pengelolaan Limbah Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat 1. Limbah B3

a) Tahap Pemilahan

Seluruh sampah dipilah dengan kriteria domestik dan medis di seluruh ruang perawatan, disimpan di dalam tempat sampah dilapisi kantong plastik di dalamnya: kantong plastik warna hitam untuk domestik dan kantong plastik warna kuning untuk medis, sedangkan sampah jarum suntik dibuang ke Sharp Container (Safety Box).

(4)

Anna Refiyani, Sugih Sutrisno Putra

b) Tahap Pengangkutan

Seluruh sampah medis diangkut ke Instalasi Kesling untuk diidentifikasi jumlah dan jenis yang selanjutnya dibuang ke Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Medis.

c) Tahap Penyimpanan

Limbah bekas kemasan bahan kimia, kain terkontaminasi, limbah medis/infeksius, obat kedaluwarsa disimpan di wheelie bin yang telah dilapisi plastik kuning sedangkan limbah fixer disimpan di ember tertutup dan limbah oli bekas disimpan di jerigen. Lama penyimpanan selama 3 bulan, lalu setelahnya diambil/diangkat dan ditimbang oleh pihak ketiga yang mempunyai izin (bukti manifest).

d) Tahap Pembuangan Akhir

Kegiatan pembuangan akhir dilakukan 1 bulan sekali oleh pihak ketiga.

2. Limbah Domestik a) Tahap Pemilahan

Seluruh sampah dipilah dengan kriteria domestik dan medis di seluruh ruang perawatan, disimpan di dalam tempat sampah dilapisi kantong plastik di dalamnya: kantong plastik warna kuning untuk medis dan kantong plastik warna hitam untuk domestik. Selanjutnya sampah domestik dipilah dengan kategori organik, anorganik, dan benda tajam.

b) Tahap Pengangkutan

Seluruh sampah domestik diangkut setiap 2 hari sekali oleh petugas kebersihan ke TPS Domestik.

c) Tahap Pembuangan Akhir

Kegiatan pembuangan akhir dilakukan 2 minggu sekali oleh pihak ketiga.

3. Limbah Cair a) Pre-Treatment

Seluruh limbah cair di rumah sakit dilakukan pre-treatment secara otomatis b) Treatment

Semua limbah cair dikumpulkan di dalam bak equalisasi. Pengolahan pertama melalui anaerob lalu pengolahan selanjutnya melalui aerob.

c) Post-Treatment

Limbah cair setelah diolah dimasukan ke dalam kolam ikan indikator untuk mengecek kondisi air limbah lalu selanjutnya dibuang ke badan air. Setiap hari debit IPAL dilakukan swapantau dan setiap bulannya dilakukan uji laboratorium/uji sampling di laboratorium yang telah terakreditasi nasional.

4. Limbah Emisi

RSJ Prov Jabar telah melakukan pemantauan terhadap emisi gas buang yang berasal dari cerobong genset. Pemantauan tersebut dilakukan dengan adanya pemeriksaan atau pengujian emisi gas buang di laboratorium yang telah terakreditasi nasional. Pengujian emisi gas buang yang berasal dari cerobong genset dilakukan setiap 3 bulan sekali.

4.3. Pencatatan dan Pelaporan Informasi Fisik Lingkungan yang dilakukan Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat

1. Pencatatan dan Pelaporan Data Jumlah Input Air Bersih yang Digunakan

RSJ Bandung menggunakan sumber mata air dari air artesis dan telah dilakukan pencatatan

(5)

Anna Refiyani, Sugih Sutrisno Putra

secara manual, namun belum melakukan pelaporan. Bagian Instalasi Kesling melakukan pencatatan setiap hari dengan format seperti di bawah ini:

Tabel 1. Pencatatan Air Bersih RSJ Bandung yang Dilakukan Bulan Maret 2021 No. Hari Tgl Debit

Air (m3)

Jam Keterangan

1. Senin, 01 Maret 2021 2. Selasa, 02 Maret 2021

Pada RSJ Cimahi menggunakan dua sumber mata air yaitu dari air permukaan serta air artesis.

Jumlah penggunaan air permukaan sulit untuk ditelusuri karena tidak ada meteran atau alat ukurnya, sedangkan jumlah penggunaan air artesis tidak dilakukan pencatatan dan pelaporan.

2. Pencatatan dan Pelaporan Data Jumlah Output Air Limbah yang Dihasilkan

RSJ Bandung tidak melakukan pencatatan dan pelaporan, hal ini dikarenakan dari sejak pendirian Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) tidak memiliki flow meter sebagai alat untuk mengukur laju aliran atau besaran debit.

Pada RSJ Cimahi sudah dilakukan pencatatan setiap harinya oleh bagian Instalasi Kesling menggunakan media komputer pada aplikasi Excel seperti pada tabel 2 (Lampiran). Berdasarkan pencatatan yang telah dilakukan, bagian Instalasi Kesling melakukan pelaporan kepada pihak manajemen terkait output air limbah yang dikeluarkan setiap bulan dalam bentuk grafik disertai dengan uraiannya.

3. Pencatatan dan Pelaporan Data Jumlah Output Limbah B3 yang Dihasilkan

RSJ Cimahi telah melakukan pencatatan yang dilakukan setiap hari oleh bagian Instalasi Kesling menggunakan media komputer pada aplikasi Excel seperti pada tabel dibawah ini:

Tabel 2. Pencatatan Limbah Bulan Maret B3 yang Dilakukan RSJ Cimahi Ruangan Jenis

Limbah Volume (Kg) Jumlah Keterangan Sisa 1 2 3 dst..

R. Cendrawasih Medis Jarum

R. Nuri Medis

Jarum

Berdasarkan pencatatan yang telah dilakukan, bagian Instalasi Kesling melakukan pelaporan kepada manajemen setiap bulan dalam bentuk tabel dan grafik seperti pada tabel dibawah ini:

Tabel 3. Pelaporan Limbah B3 yang Dilakukan RSJ Cimahi JENIS LIMBAH Januari Februari Maret Lampu TL

Kaca

Obat/reagen Alkes bermerkuri Catrige

Medis Jarum Total

(6)

Anna Refiyani, Sugih Sutrisno Putra

Pada RSJ Bandung tidak dilakukan pencatatan dan pelaporan dikarenakan RSJ Bandung tidak memiliki timbangan sebagai alat untuk mengukur massa.

4.4. Usulan Pencatatan dan Pelaporan Informasi Fisik Lingkungan 1. Identifikasi Input dan Output Fisik

Tabel 4. Identifikasi Input dan Output Fisik di RSJ Prov Jabar

No. Input dan Output Satuan

Input:

1. Air m3

2. Energi Listrik kWh

Output:

1. Air Limbah m3

2. Limbah B3 Kg

3. Limbah Domestik Kg

4. Udara Emisi:

a. Total Partikulat

b. Karbonmonoksida (CO)

c. Nitrogen Oksida (Nox) sebagai NO2

d. Sulfur Dioksida (SO2) e. Opasitas

f. Laju alir

mg/Nm3 mg/Nm3 mg/Nm3 mg/Nm3

% m/s 2. Usulan Pencatatan dan Pelaporan Input dan Output Fisik

a. Pencatatan dan Pelaporan Input Fisik Pemakaian Air Bersih

RSJ Cimahi seharusnya melakukan pencatatan dan pelaporan agar manajemen dapat mengetahui debit volume air bersih yang digunakan dan mengendalikannya. Berikut format pencatatan dan pelaporan yang dapat dilakukan:

Tabel 5. Pencatatan Input Fisik Pemakaian Air Bersih Bulan Maret 2021

No. Tanggal Waktu

(WIB)

Angka Meteran

Pemakaian

(m3) Keterangan 1. Senin, 01 Maret 2021

2. Selasa, 02 Maret 2021

Tabel 6. Pelaporan Input Fisik Pemakaian Air Bersih Bulan Januari-Maret 2021 No. Bulan Pemakaian

(m3)

Pemakaian Rata-Rata/

Hari (m3)

Kenaikan/

Penurunan (m3) Bulanan Harian 1. Januari

2. Februari 3. Maret

Pada RSJ Bandung dapat memperbaiki pencatatannya agar dapat lebih mudah dimengerti oleh pembaca dan melakukan pelaporan seperti yang disajikan diatas.

b. Pencatatan dan Pelaporan Input Fisik Pemakaian Energi Listrik

RSJ Bandung memiliki satu meteran listrik yang berarti pengukuran dilakukan secara

(7)

Anna Refiyani, Sugih Sutrisno Putra

keseluruhan atas listrik yang digunakan oleh rumah sakit, sedangkan RSJ Cimahi memiliki dua meteran listrik. Hal ini menyebabkan sulit untuk ditelusuri pemakaian listrik yang digunakan dalam proses pengolahan limbah. Pencatatan dan pelaporan terkait energi listrik yang digunakan tidak dilakukan, padahal seharusnya dilakukan agar manajemen dapat memperoleh informasi mengenai jumlah penggunaannya sehingga dapat dilakukan pengendalian dan penghematan. Berikut format pencatatan yang dapat dilakukan oleh RSJ Cimahi dan RSJ Bandung:

Tabel 7. Pencatatan Input Fisik Pemakian Listrik Bulan Maret 2021

No. Tanggal Waktu

(WIB) Angka

Meteran Pemakaian

(kWh) Keterangan 1. Senin, 01 Maret 2021

2. Selasa, 02 Maret 2021

Tabel 8. Pelaporan Input Fisik Pemakaian Listrik Bulan Januari-Maret 2021 Bulan

Pemakaian (kWh)

Pemakaian Rata-Rata per

Hari (kWh)

Kenaikan/

Penurunan (kWh) Bulanan Harian Januari

Februari Maret

c. Pencatatan dan Pelaporan Output Fisik Air Limbah

Pencatatan yang dilakukan Bagian Instalasi Kesling RSJ Cimahi telah lengkap dan memenuhi informasi yang dibutuhkan, namun laporannya perlu untuk dilengkapi agar informasi yang diperoleh manajemen lebih lengkap sehingga dapat menunjang pengambilan keputusan yang lebih akurat. Bagian Instalasi Kesling dapat melengkapi laporan output fisik air limbah seperti di bawah ini:

Tabel 9. Pelaporan Output Fisik Air Limbah Bulan Januari-Maret 2021

No. Bulan Jumlah Output (m3)

Jumlah Output Rata-rata per

Hari (m3)

Kenaikan/

Penurunan (m3) Bulanan Harian 1. Januari

2. Februari 3. Maret

Pada RSJ Bandung bila telah memiliki flow meter dapat melakukan pencatatan seperti yang telah dilakukan RSJ Cimahi dan melakukan pelaporan seperti yang diusulkan di atas.

d. Pencatatan dan Pelaporan Output Fisik Limbah B3

Bagian Instalasi Kesling RSJ Cimahi sudah melakukan pencatatan terhadap jumlah output fisik limbah B3 yang dihasilkan setiap harinya. Pencatatan dilakukan pada setiap ruangan

(8)

Anna Refiyani, Sugih Sutrisno Putra

dengan jenis limbah yang dikelompokkan menjadi limbah medis dan limbah jarum.

Pencatatan yang dilakukan telah lengkap dan memenuhi informasi yang dibutuhkan, namun dalam pelaporannya kepada pihak manajemen, Bagian Instalasi Kesling perlu untuk melengkapi laporannya agar informasi yang diperoleh manajemen lebih lengkap sehingga dapat menunjang pengambilan keputusan yang lebih akurat. Bagian Instalasi Kesling dapat melengkapi laporan output fisik limbah B3 seperti di bawah ini:

Tabel 10. Pelaporan Output Fisik Limbah B3 Bulan Januari-Maret 2021 JENIS LIMBAH JANUARI FEBRUARI MARET Lampu TL

Kaca

Obat/Reagen Alkes bermerkuri Catridge

Medis Jarum Total

Kenaikan/Penurunan (kg)

Pada RSJ Bandung bila telah memiliki timbangan dapat melakukan pencatatan seperti yang telah dilakukan RSJ Cimahi dan melakukan pelaporan seperti yang diusulkan di atas.

e. Pencatatan dan Pelaporan Output Fisik Limbah Domestik

Bagian Instalasi Kesling di RSJ Bandung dan RSJ Cimahi sampai dengan saat ini tidak melakukan penimbangan terhadap limbah domestik yang dihasilkan sehingga pencatatan dan pelaporannya pun tidak dilakukan. Bagian Instalasi Kesling seharusnya melakukan penimbangan yang dapat dilakukan pada saat sebelum limbah diangkut ke TPS. Pencatatan dan pelaporannya pun perlu dilakukan agar dapat diketahui volume limbah domestik yang dihasilkan dan mengendalikannya. Bagian Instalasi Kesling dapat melakukan pencatatan dan pelaporan menggunakan media komputer pada aplikasi excel dengan format sebagai berikut:

Tabel 11. Pencatatan Output Fisik Limbah Domestik Bulan Maret 2021 No. Tanggal

Jumlah Output (kg) Total Jumlah Output (kg)

Keterangan Organik Anorganik

1. Senin, 01 Maret 2021

2. Selasa, 02 Maret 2021

Tabel 12. Pelaporan Output Fisik Limbah Domestik Bulan Januari-Maret 2021 No. Bulan Jumlah Output (kg) Total

Jumlah Output (kg)

Kenaikan/

Penurunan (kg) Organik Anorganik Bulanan Harian 1. Januari

2. Februari 3. Maret

(9)

Anna Refiyani, Sugih Sutrisno Putra

f. Pencatatan dan Pelaporan Output Fisik Udara Emisi

Bagian Instalasi Kesling RSJ Bandung dan RSJ Cimahi sampai saat ini tidak melakukan pencatatan dan pelaporan. Pencatatan dan pelaporan tersebut seharusnya dilakukan agar manajemen mengetahui kesesuaian antara jumlah output udara emisi yang dihasilkan dengan standar baku mutu yang dihasilkan, sehingga dapat dilakukan pengendalian jika hasil jumlah output melebihi standar yang telah ditetapkan. Data terkait jumlah output yang dihasilkan dapat diperoleh dari hasil pengujian yang dilakukan setiap tiga bulan sekali.

Pencatatan yang dapat dilakukan yaitu seperti pada tabel dibawah ini:

Tabel 13. Pencatatan dan Pelaporan Output Fisik Udara Emisi Bulan Maret 2021

No. Parameter Baku

Mutu

Jumlah Output Maret Juni September 1. Total Partikulat

2. Karbonmonoksida (CO) 3. Nitrogen Oksida (Nox)

sebagai NO2

4. Sulfur Dioksida (SO2) 5. Opasitas

6. Laju Alir

Berdasarkan pencatatan diatas, Bagian Instalasi Kesling dapat membuat laporan untuk diserahkan kepada manajemen yang isinya dapat disamakan dengan isi catatan karena data di catatan sudah lengkap.

4.5. Pencatatan dan Pelaporan Informasi Moneter Lingkungan yang dilakukan Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat

Bagian Keuangan – Subbagian Akuntansi dan Verifikasi dalam mencatat setiap transaksi yang terjadi yaitu menggunakan media komputer pada aplikasi Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (SIPKD) yang menerapkan metode single entry. Hal ini berarti pencatatan setiap transaksi keuangan dilakukan satu kali dan hanya memiliki dua daftar yaitu kas masuk dan kas keluar.

Pencatatan atas setiap transaksi yang dilakukan di jurnal ke dalam akun tertentu yang sesuai atau sejenis secara keseluruhan, tidak dirinci lebih detail. Hal ini karena RSJ Prov Jabar dalam pemberian nama akun dan kode rekeningnya mengikuti format atau aturan yang sudah diatur oleh Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. RSJ Prov Jabar belum memiliki laporan yang menyediakan informasi moneter lingkungan khususnya terkait pengolahan limbah.

4.6. Perlakuan Informasi Moneter Lingkungan Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat 1. Pengidentifikasian

RSJ Prov Jabar telah mengeluarkan biaya-biaya sehubungan dengan kegiatan pengolahan limbahnya tetapi belum diidentifikasi secara khusus karena biaya terkait limbah masih dilaporkan bersamaan dengan biaya operasional lainnya di laporan keuangan. RSJ Prov Jabar mengidentifikasi biaya-biaya yang berkaitan dengan pengelolaan limbah pada Laporan Realisasi Anggaran sebagai bagian dari belanja barang dan jasa dengan sub akun sesuai kegiatan yang dilakukan atau sejenisnya. Sedangkan pada Laporan Operasional sebagai bagian dari beban persediaan, beban jasa, beban pemeliharaan, serta beban penyusutan dan amortisasi.

2. Pengakuan

Pengakuan berkaitan dengan masalah bagaimana transaksi akan di catat ke dalam sistem pencatatan yang nantinya transaksi tersebut akan berpengaruh terhadap laporan keuangan.

(10)

Anna Refiyani, Sugih Sutrisno Putra

Berdasarkan informasi yang didapat dari hasil wawancara bersama Bagian Keuangan – Subbagian Akuntansi dan Verifikasi, RSJ Prov Jabar menggunakan metode Basis Akrual (Accrual Basis) dalam mengakui setiap transaksinya. Informasi ini didukung dengan dokumen CALK yang menjelaskan bahwa pengakuan biayanya mengikuti Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 90 Tahun 2019 tentang Kebijakan Akuntansi Berbasis Akrual Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Hal ini berarti RSJ Prov Jabar dalam mengakui biaya lingkungan terkait dengan pengolahan limbah yaitu pada saat sudah dipakai atau memberikan manfaat walaupun belum mengeluarkan kas.

3. Pengukuran

RSJ Prov Jabar dalam mengukur serta menilai biaya lingkungan terkait dengan kegiatan pengolahan limbah yang dikeluarkan yaitu menggunakan satuan moneter rupiah dengan biaya yang dianggarkan menggunakan laporan realisasi biaya periode sebelumnya dan sebesar biaya yang dikeluarkan (historical cost) ditambah forecasting dengan ambang batas sekitar 10 persen.

4. Penyajian

Penyajian berhubungan dengan masalah bagaimana suatu informasi keuangan akan disajikan dalam laporan keuangan. RSJ Prov Jabar menyajikan biaya lingkungan yang berhubungan dengan kegiatan pengolahan limbah dalam LRA sebagai bagian dari Belanja Barang dan Jasa dengan sub akun sesuai kegiatan yang dilakukan atau sejenisnya, yaitu seperti: Belanja peralatan kebersihan dan bahan pembersih, Belanja jasa uji laboratorium/uji sampling, Belanja iuran wajib tahunan, Belanja jasa pembersihan, pengendalian hama (pest control) dan fumigasi, Belanja pemeliharaan instalasi jaringan, Belanja jasa kebersihan/pramu bakti, dan Belanja pemeliharaan bangunan air. Sedangkan pada Laporan Operasional biaya lingkungan yang berhubungan dengan kegiatan pengolahan limbah disajikan sebagai bagian dari beban persediaan, beban jasa, beban pemeliharaan, serta beban penyusutan dan amortisasi. Aset terkait dengan proses pengolahan limbah berupa alat pencacah limbah medis, composter, dan IPAL disajikan pada kelompok aset tetap Peralatan dan Mesin dalam Neraca (Balance Sheets).

5. Pengungkapan

Pengungkapan berhubungan dengan masalah bagaimana cara penguraian atau penjelasan mengenai suatu informasi yang dianggap penting dan bermanfaat bagi pengguna selain informasi yang dinyatakan pada statement keuangan utama. Pengungkapan biasanya disajikan dalam Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK). Bagian Keuangan – Subbagian Akuntansi dan Verifikasi bahwa dalam CALK menyajikan informasi yang diharuskan serta dianjurkan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan dan hal-hal yang diungkapkan mengikuti format yang diberikan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat yaitu menjelaskan dan menganalisis nilai suatu pos secara umum, sehingga biaya lingkungan terkait dengan proses pengolahan limbah rumah sakit belum diungkapkan secara khusus dalam CALK.

4.7. Usulan Pelaporan Informasi Moneter Lingkungan

Langkah-langkah dalam membuat laporan biaya lingkungan yaitu dengan melakukan identifikasi dan klasifikasi biaya lingkungan pada proses pengolahan limbah RSJ Prov Jabar. Dalam mengidentifikasinya dilakukan penelusuran pada laporan keuangan dan dokumen pendukung lainnya seperti surat pertanggungjawaban (SPJ), bukti kas umum (BKU) dan invoice. Lalu dilakukan pengelompokkan berdasar klasifikasi yang diusulkan Hansen dan Mowen (2009:413-415) yaitu sebagai berikut:

a. Biaya Pencegahan

Pada proses pengolahan limbah RSJ Prov Jabar yaitu biaya plastik sampah warna kuning, biaya plastik sampah warna hitam, biaya tempat sampah injak, biaya gut dust bin, biaya safety box.

(11)

Anna Refiyani, Sugih Sutrisno Putra

b. Biaya Deteksi

Pada proses pengolahan limbah RSJ Prov Jabar yaitu biaya uji laboratorium/uji sampling limbah cair, biaya uji laboratorium/uji sampling emisi genset, biaya uji laboratorium/uji sampling udara ambien, dan biaya sampling.

c. Biaya Kegagalan Internal

Pada proses pengolahan limbah RSJ Prov Jabar yaitu biaya pemilahan dan pemusnahan limbah medis, biaya pemilahan dan pemusnahan limbah domestik atau iuran jasa kebersihan/retribusi sampah, biaya pemeliharaan bearing blower, biaya pengurasan bak indikator, biaya penyedotan septictank, biaya pemeliharaan bearing pompa, biaya penyusutan alat pencacah limbah medis, biaya penyusutan composter, dan biaya penyusutan IPAL.

d. Biaya Kegagalan Eksternal

Pada RSJ Prov Jabar belum pernah terjadi pencemaran ke lingkungan luar rumah sakit atau ke dalam lingkungan masyarakat di sekitar rumah sakit akibat dilepaskannya limbah atau sampah dari proses pengolahan limbah, sehingga tidak ada biaya kegagalan eksternal lingkungan yang dibebankan.

5. Kesimpulan

1. RSJ Prov Jabar telah melakukan proses pengolahan limbah dengan baik dan telah sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2019 tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Limbah B3 dan limbah domestik yang dihasilkan diserahkan kepada pihak ketiga, sedangkan limbah cair dikelola menggunakan mesin IPAL yang setiap bulannya dilakukan uji laboratorium, dan untuk limbah emisi genset dilakukan pemantauan dengan uji laboratorium setiap tiga bulan sekali di laboratorium yang telah terakreditasi nasional.

2. Perlakuan informasi moneter lingkungan yang dilakukan yaitu RSJ Prov Jabar belum mengidentifikasikan biaya-biaya sehubungan dengan kegiatan pengolahan limbahnya secara khusus. Pengakuan biaya lingkungannya menggunakan metode basis akrual, diukur menggunakan acuan satuan moneter rupiah dengan biaya yang dianggarkan menggunakan laporan realisasi biaya periode sebelumnya dan sebesar biaya yang dikeluarkan (historical cost) ditambah forecasting dengan ambang batas sekitar 10 persen, disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran dan Laporan Operasional sedangkan aset disajikan dalam Neraca. Pengungkapan biaya lingkungan terkait dengan proses pengolahan limbah rumah sakit belum diungkapkan secara khusus dalam CALK.

3. Usulan mengenai pelaporan informasi moneter lingkungan pada RSJ Prov Jabar dimulai dengan identifikasi biaya lingkungan terkait pengolahan limbah, lalu diklasifikasikan berdasar usulan dari Hansen & Mowen (2009:413-415) menjadi empat kategori yaitu biaya pencegahan lingkungan, biaya deteksi lingkungan, biaya kegagalan internal lingkungan, serta biaya kegagalan eksternal lingkungan.

4. Usulan mengenai pencatatan dan pelaporan informasi fisik lingkungan pada RSJ Prov Jabar dilakukan dengan merancang format pencatatan dan pelaporan yang belum ada serta melengkapi pelaporan informasi fisik lainnya yang sudah dilakukan pihak rumah sakit.

References

Amalin, M. (2020). Implementasi Akuntansi Manajemen Lingkungan Untuk Mendukung Pengambilan Keputusan Lingkungan Pada Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung. Skripsi, Bandung: Politeknik Negeri Bandung.

Depkes Republik Indonesia. (2019). Permenkes Nomor 7 Tahun 2019 Tentang Kesehatan Lingkungan

(12)

Anna Refiyani, Sugih Sutrisno Putra

Rumah Sakit. Jakarta.

Fuadah, N. S. (2020). Analisis Penerapan Akuntansi Lingkungan dalam Proses Pengolahan Limbah pada Rumah Sakit Advent Bandung. Skripsi, Bandung: Politeknik Negeri Bandung.

Hansen, D.R. and Mowen, M.M. (2009). Cost Management Accounting and Control. Cengage Learning.

IFAC (International Federation of Accountants). (2005). International Guidance Document:

Environmental Management Accounting.

Ratulangi, A. V. J., Pangemanan, S., & Tirayoh, V. (2018). Analisis Penerapan Akuntansi Lingkungan Terhadap Biaya Operasional Pengelolahan Limbah Pada Rumah Sakit Pancaran Kasih Manado. Going Concern: Jurnal Riset Akuntansi, 13(04), 410–418.

United Nations Division for Sustainable Development. (2001). Environmental Management Accounting Procedures and Principles. United Nations, New York.

Referensi

Dokumen terkait

Based on the questionnaire that was distributed to the Accounting classes, both of S1 and D3, Architecture and Management who programmed English, as many as 100