• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN TRADISIONAL DI ERA 4.0 PADA PONDOK PESANTREN BUSTANUL ULUM BULUGADING KECAMATAN BANGSALSARI-JEMBER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN TRADISIONAL DI ERA 4.0 PADA PONDOK PESANTREN BUSTANUL ULUM BULUGADING KECAMATAN BANGSALSARI-JEMBER"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN TRADISIONAL DI ERA 4.0 PADA PONDOK PESANTREN BUSTANUL ULUM

BULUGADING KECAMATAN BANGSALSARI-JEMBER

SKRIPSI

Oleh : Nur Halimah NIM: T20171104

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

DESEMBER 2022

(2)

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN TRADISIONAL DI ERA 4.0 PADA PONDOK PESANTREN BUSTANUL ULUM

BULUGADING KECAMATAN BANGSALSARI-JEMBER

SKRIPSI

diajukan kepada Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Jurusan Pendidikan Islam dan Bahasa Program Studi Pendidikan Agama Islam

Oleh : Nur Halimah NIM: T20171104

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

DESEMBER 2022

(3)

SKRIPSI

diajukan kepada Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Jurusan Pendidikan Islam dan Bahasa Program Studi Pendidikan Agama Islam

Oleh:

Nur Halimah NIM: T20171104

Disetujui Pembimbing

Dr. H, Saihan,S.Ag., M.Pd.I.

NIP. 197202172005011001

(4)

DI ERA 4.0 PADA PONDOK PESANTREN BUSTANUL ULUM BULUGADING KECAMATAN BANGSALSARI-JEMBER

SKRIPSI

Telah diuji dan diterima untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan Pendidikan Islam dan Bahasa Program Studi Pendidikan Agama Islam

Hari : Selasa

Tanggal : 27 Desember 2022 Tim Penguji

Ketua Sekretaris

Dr. H. Mustajab, S.Ag, M.Pd.I Rachma Dini Fitria, M.Si.

NIP. 197409052007101001 NIP. 199403032020122005

Anggota

1. Dr. Subakri, M.Pd.I ( )

2. Dr. H. Saihan, S.Ag., M.Pd.I. ( )

Menyetujui

Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Prof. Dr, Hj. Mukni’ah, M.Pd.I NIP. 196405111999032001

(5)

MOTTO































































Artinya: Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu, “Berlapang- lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu”, maka berdirilah niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Mujadallah: 11)

Departemen Agama Republik Indunesia Special For Woman, Al-Qur’an dan Terjemah (Bandung: PT Sygma Examedia Arkanleema, 2009), 543.

(6)

PERSEMBAHAN

Karya ini adalah sebagian dari anugerah yang Allah SWT limpahkan kepadaku, dengan segala kerendahan hati dan rasa bersyukur, kupersembahkan anugerah ini kepada :

1. Orang tua tercinta (Almarhum Moh. Taslim dan Almarhumah Nonoh Hasanah) Terima kasih telah membesarkanku dan memberikan kasih sayang yang begitu besar walaupun kasih sayang itu hanya bisa anakmu ini rasakan sebentar tapi semua kenangan yang ada adalah kenangan yang tidak bisa terlupakan, dan hanya doa yang bisa anakmu ini berikan saat ini.

2. Kakak perempuanku dan keluarga, terima kasih telah menjaga dan merawatku dengan tulus seperti anak kalian sendiri. Terima kasih telah mendidik dan memberikan kasih sayang layaknya seorang ayah dan ibu kepadaku.

3. Semua guru dan dosen yang telah membimbing, mendidik dan memotivasi saya, sehingga saya dapat mewujudkan mimpi saya sebagai awal untuk menggapai cita-cita.

4. Almamater Universitas Islam Negeri Kiai Achmad Siddiq Jember dan Civitas Akademik, terima kasih atas wadah yang diberikan selama peneliti menimba ilmu.

(7)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah atas rahmat dan karunia Allah SWT, yang Maha pemberi petujuk, Anugrah dan Nikmat karunia-nya berupa kesehatan, kekuatan, kesabaran dan kemampuan berpikir yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan lancar.

Skripsi yang berjudul “Implementasi Pembelajaran Tradisional Di Era 4.0 Pada Pondok Pesantren Bustanul Ulum Bulugading Kecamatan Bangsalsari- Jember” merupakan upaya dilakukan penulis dalam rangka menyelesaikan study di Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan saran serta motivasi semua pihak, baik langsung maupun tidak langsung dalam membantu penyusunan skripsi. Pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Prof. Dr. H. Babun Suharto, SE., MM selaku rektor Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember yang telah mendukung dan memfasilitasi kami selama proses kegiatan belajar mengajar di lembaga ini.

2. Prof. Dr. Hj. Mukniah, M.Pd.I selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember yang telah memberikan izin dan kesempatan untuk mengadakan penelitian.

3. Dr. Rif’an Humaidi, M.Pd.I. selaku ketua jurusan Pendidikan Islam dan Bahasa. Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember yang telah memberikan izin dan kesempatan untuk mengadakan penelitian.

(8)

4. Dr. Hj. Fathiyaturrahmah, M. Ag. selaku Koordinator Program Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember yang telah memberikan izin dan kesempatan untuk mengadakan penelitian.

5. Dr. H. Saihan, S.Ag., M.Pd.I selaku dosen pembimbing yang telah banyak membimbing dan mengarahkan serta memberi motivasi selama penyusunan skripsi ini.

6. Segenap Dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember yang telah memberikan banyak ilmu selama penulis melakukan studi.

7. Bapak/ibu tata usaha Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember yang telah memberikan kemudahan dan kelancara administrasi penyelesaian skripsi ini.

8. RKH. Ahmad Baidlowi Sa’id Lc. selaku pengasuh Pondok Pesantren Bustanul Ulum Bulugading yang telah mengizinkan sekaligus memberikan informasi selama penelitian berlangsung sehingga penulis bisa dapat menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya, penulis hanya dapat mendoakan semoga Allah membalas kebaikan mereka. Amin Yarabbal ‘Alamin.

Jember, 24 November 2022

Nur Halimah NIM. T20171104

(9)

ABSTRAK

Nur Halimah, 2022: Implementasi Pembelajaran Tradisional Di Era 4.0 Pada Pondok Pesantren Bustanul Ulum Bulugading Kecamatan Bangsalsari-Jember Kata Kunci: Implementasi, Pembelajaran Tradisional, Era 4.0.

Pondok pesantren memang sebuah lembaga pendidikan yang kental akan pendidikan agamanya, akan tetapi pesantren juga perlu menyeimbangkannya serta mengkonstruksi sebuah sistem pendidikan agar pembelajaran di pondok pesantren bisa mengikuti perubahan zaman saat ini yang tengah menuju era industri 4.0 dengan tidak menghilangkan ciri khas dari pesantren itu sendiri.

Fokus penelitian ini adalah: 1) bagaimana implementasi pembelajaran sorogan di era 4.0 di pondok pesantren Bustanul Ulum Bulugading Kecamatan Bangsalsari-Jember, 2) bagaimana implementasi pembelajaran bandongan di era 4.0 di pondok pesantren Bustanul Ulum Bulugading Kecamatan Bangsalsari- Jember, 3) bagaimana tantangan dan hambatan pembelajaran tradisional di pondok pesantren Bustanul Ulum Bulugading Kecamatan Bangsalsari-Jember.

Tujuan penelitian ini yaitu: 1) untuk mendeskripsikan implementasi pembelajaran sorogan di era 4.0 di pondok pesantren Bustanul Ulum Bulugading Kecamatan Bangsalsari-Jember, 2) untuk mendeskripsikan implementasi pembelajaran bandongan di era 4.0 di pondok pesantren Bustanul Ulum Bulugading Kecamatan Bangsalsari-Jember, 3) untuk mendeksripsikan tantangan dan hambatan pembelajaran tradisional di pondok pesantren Bustanul Ulum Bulugading Kecamatan Bangsalsari-Jember.

Adapun pendekatan dalam skripsi ini adalah kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Lokasi penelitian di pondok pesantren Bustanul Ulum Bulugding. Metode pengambilan subyek penelitian menggunakan metode purposive sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan tiga metode yakni, wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis data menggunakan deskriptif kualitatif dengan model interaktif Miles, A. Michael Huberman dan Johny Saldana, kondensasi data, penyajian data, serta penarikan kesimpulan. Sedangkan keabsahan data menggunakan trianggulasi sumber dan trianggulasi Teknik.

Adapun hasil penelitian yang di dapatkan penulis, yaitu: 1) implementasi pembelajaran metode sorogan dalam membaca Al-Qur’an adalah santri membuat lingkaran berdasarkan kelompoknya bersama ustadzah. Kemudian santri mengaji satu persatu dengan di simak oleh santri lainnya, ketika santri melakukan kesalahan dalam membaca ustadzah langsung menegur serta langsung di perbaiki kesalahannya. 2) implementasi metode bandongan dalam pembelajaran kitab adalah dimana kiai berada di depan santri untuk menterjemahkan dan menjelaskan isi kitab. Sedangkan santri mencatat dan mendengarkan apa yang dijelaskan oleh kiai. Kiai selalu mengadakan tes tulis untuk mengetahui seberapa pemahaman santri terhadap materi yang telah disampaikan. Tes tulis diadakan per bab materi yang telah di pelajari. 3) tantangan dan hambatan pembelajaran tradisional di era 4.0 pada pondok pesantren Bustanul Ulum Bulugading Kecamatan Bangsalsari- Jember adalah adanya kompetisi dengan pondok pesantren yang lainnya, tenaga pengajar yang harus lebih kreatif dan lebih melek akan perubahan zaman.

Kemalasan santri menjadi hambatan utama dalam proses pembelajaran.

(10)

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN SAMPUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian ... 1

B. Fokus Penelitian ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Definisi Istilah ... 8

F. Sistematika Pembahasan ... 10

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Penelitian Terdahulu ... 12

B. Kajian Teori ... 23

(11)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 37

B. Lokasi Penelitian ... 38

C. Subyek Penelitian ... 38

D. Teknik Pengumpulan Data ... 39

E. Analisis Data ... 42

F. Keabsahan Data ... 45

G. Tahapan-tahapan Penelitian ... 46

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS A. Gambaran Objek Penelitian ... 50

B. Penyajian Data dan Analisis ... 59

C. Pembahasan Temuan ... 66

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 73

B. Saran-saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 75

(12)

DAFTAR TABEL

Hal Tabel 2.1 Persamaan dan Perbedaan Penelitian ... 17 Tabel 4.1 Daftar Nama Ustadzah Pondok Pesantren Putri

Bustanul Ulum Bulugading ... 56 Tabel 4.2 Data Santri Putri Kajian Kitab ... 57 Tabel 4.3 Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Putri

Bustanul Ulum Bulugading ... 58 Tabel 4.4 Temuan Penelitian ... 66

(13)

DAFTAR GAMBAR

Hal Gambar 4.1 Pembelajaran Al-Qur’an Metode Sorogan ... 61 Gambar 4.2 Kitab yang dipelajari ... 63 Gambar 4.3 Pembalajaran Kitab Metode Bandongan ... 64

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Pernyataan Keaslian Tulisan ... 77

Lampiran 2.Matrik Penelitian ... 78

Lampiran 3.Pedoman Penelitian ... 80

Lampiran 4.Dokumentasi Penelitian ... 83

Lampiran 5.Denah Lokasi Penelitian ... 85

Lampiran 6. Surat Keterangan Izin Penelitian ... 86

Lampiran 7. Surat Keterangan Selesai Penelitian ... 87

Lampiran 8. Jurnal Penelitian ... 88

Lampiran 9. Biodata Penulis ... 89

(15)

Pondok pesantren merupakan lembaga tradisional Islam yang penting dalam melestarikan nilai-nilai keagamaan dan pengembangan serta kelestarian ilmu-ilmu keislaman yang tumbuh dan berkembang sejak masa penyiaran Islam di Indonesia. Pada dekade 1970 an, pesantren mengalami perkembangan yang cukup berarti. Pada saai itu pondok pesantren telah membangun dan memiliki lembaga pendidikan formal, mulai dari tingkat dasar hingga lembaga pendidikan tinggi.1 hal ini membuktikan bahwasannya pondok pesantren adalah saksi utama dan juga sarana penting bagi kegiatan Islamiyah.

Pada UU RI No. 18 Tahun 2019 tentang Pesantren menyatakan bahwa

“Pondok pesantren adalah pendidikan yang diselenggarakan oleh pesantren dan berada di lingkungan pesantren dengan mengembangkan kurikulum sesuai kekhasan pesantren dengan berbasis kitab kuning atau dirasah Islamiah dengan pendidikan muallimin.”2 Dalam hal ini kehadiran pesantren yang kental akan keagamaannya tak lepas dari pandangan masyarakat, dimana banyak sekali masyarakat yang melirik pesantren sebagai tempat untuk menitipkan anak-anak mereka agar belajar lebih banyak mengenai keagamaan disana.

Pondok pesantren memang sebuah lembaga pendidikan yang kental akan pendidikan agamanya, akan tetapi pesantren juga perlu

1 Agus Maksum, keefektifan Penerapan Kurikulum Terpadu Pada Pondok Pesantren Modern (Cirebon: CV. Syntax Corporation Indonesia, 2020), 2.

2 Sekretariat Negara RI, Undang-undang No. 18 tahun 2019 tentang Pesantren.

(16)

menyeimbangkannya serta mengkonstruksi sebuah sistem pendidikan agar pembelajaran di pondok pesantren bisa mengikuti perubahan zaman saat ini yang tengah menuju era industry 4.0 dengan tidak menghilangkan ciri khas dari pesantren itu sendiri.

Hal ini didukung oleh sebuah ayat Al-Qur’an surat Ar-Ra’ad ayat 11 yang berbunyi:









































































Artinya: “Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.

Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selalu Dia”.3

Pada ayat tersebut telah dijelaskan bahwasannya manusia perlu melakukan sebuah perubahan. Manusia yang menolak sebuah perubahan maka dia akan tertinggal jauh dari yang lainnya, begitu juga dengan sebuah lembaga pendidikan khususnya pondok pesantren. Dimana salah satu bentuk perubahan yang paling signifikan adalah era 4.0 atau globalisasi. Teknologi berkembang begitu cepat mulai dari yang sangat sederhana hingga yang rumit, dimana ketika kondisi seperti ini tengah terjadi maka sebagai lembaga pendidikan yang khas akan kegamaannya pondok pesantren perlu merespon serta

3 Departemen Agama Republik Indunesia Special For Woman, Al-Qur’an dan Terjemah (Bandung: PT Sygma Examedia Arkanleema, 2009), 250.

(17)

membuat sebuah perubahan yang produktif agar terjadi keseimbangan didalamnya. Keseimbangan tersebut adalah sebuah keseimbangan terhadap pembelajaran tradisional yang masih menggunakan sorogan, bandongan di dalamnya dengan di imbangi sebuah perkembangan yang terjadi di era 4.0 saat ini.

Metode sorogan adalah cara penyampaian materi pembelajaran kitab secara individual yang di berikan oleh kiai atau ustad. Dengan metode sorogan dapat melatih santri dalam membaca dan memahami pembelajaran kitab yang sedang dipelajari. Sedangkan metode bandongan sendiri adalah cara penyampaian materi pembelajaran kitab dimana santri mendengarkan Kiai atau ustad yang tengah membaca, menterjemahkan dan menerangkan mengenai materi pembelajaran kitab yang tengah di pelajari. Dengan metode bandongan dapat melatih santri agar bisa lebih memahami pembelajaran, karena metode bandongan merupakan mertode yang bias di katakan sebagai metode lanjutan setelah metode sorogan. Metode sorogan biasanya digunakan untuk santri tingkat menengah. Pada era 4.0 ada yang namanya metode inquiry dan metode CTL (Contextual Teaching and Learning). Dimana metode inquiry mrirp seperti metode sorogan yang menuntun santri agar bias berpikir lebih kritis dan teliti, sedangkan metode CTL (Contextual Teaching and Learning) seperti metode bandongan ketika di satukan akan membentuk pembelajaran yang tidak monoton.4

4 Darul Abror, Kurikulum Pesantren ( Model Integrasi Pembelajaran Salaf dan Khalaf) (Yogyakarta: Deepublish Publisher, 2020), 29-33.

(18)

Pondok pesantren Bustanul Ulum Bulugading yang terletak di desa Langkap Kabupaten Jember tepatnya di Kecamatan Bangsalsari. Dalam pondok pesantren ini yang kental akan tradisi pesantrennya tidak menutup diri untuk tidak mengembangkan kualitas dari pesantren sendiri, sebab dengan adanya perkembangan zaman yang saat ini pondok pesantren Bustanul Ulum Bulugading selain ingin melangkah maju demi mengikuti zaman akan tetapi masih tetap mempertahankan ciri khas di pesantren, dimana pembelajaran sorogan, bandongan masih diterapkan tanpa menghilangkan semua itu.

Pondok pesantren ini bisa tetap melangkah maju demi memenuhi sebuah tantangan yang ada di era 4.0 saat ini. Pembelajaran kitab di pondok pesantren Bustanul Ulum Bulugading ini dilakukan 4 kali dalam sehari.

Pembelajaran kitab di pondok pesantren Bustanul Ulum Bulugading ini dulunya dilakukan secara serentak antara santri putra dan santri putri, akan tetapi ditempat yang berbeda. Dimana santri putra melakukan pembelajaran kitab di pondok putra dan santri putri melakukan pembelajaran kitab di pondok putri. Pembelajaran kitab dilakukan serempak antara santri putra dan santri putri dengan seorang Kiai atau ustad yang memandu pembelajaran kitab melalui sebuah pengeras suara. Walaupun pembelajaran kitab di pondok putri hanya sekedar mendengarkan melalui pengeras suara akan tetapi ada beberapa pengawas yang mengawasi jalannya proses pembelajaran kitab di pondok putri tersebut. Jadi tidak akan ada alasan bagi santri putri untuk tidak mengikuti pembelajaran kitab.

(19)

Pada saat ini cara pembelajaran kitab di pondok pesantren Bustanul Ulum Bulugading telah mengalami perubahan, dimana yang mengurus pondok pesantren saat ini di pegang oleh putra Kiai pondok pesantren Bustanul Ulum Bulugading tersebut. Pembelajaran saat ini mengalami perubahan dimana yang tadinya pembelajaran dilakukan secara serempak antara santri putra dan putri saat ini dilakukan secara terpisah. Dimana Kiai atau ustad bertatap muka dengan santri putri dalam pembelajaran, pada saat ini selain bertatap muka secara langsung dengan santri ustad atau Kiai juga selalu mengadakan evaluasi di setiap akhir bab dalam pembelajaran kitab. Hal inilah yang membuat pembelajaran kitab saat ini di pondok pesantren Bustanul Ulum Bulugading mengalami perubahan sejak di gantikan oleh putra Kiai.

Pembelajaran sorogan dan bandongan merupakan sebuah metode pembelajaran yang telah ada sejak dulu dan masih digunakan hingga saat ini.

Kedua metode ini tidak lekang oleh waktu. Dengan demikian dari uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

“Implementasi Pembelajaran Tradisional Di Era 4.0 Pada Pondok Pesantren Bustanul Ulum Bulugading Kecamatan Bangsalsari-Jember”.

B. Fokus Penelitian

Fokus masalah mencantumkan semua fokus permasalahan yang akan dicari jawabannya melalui proses penelitian, fokus penelitian harus disusun

(20)

secara singkat, jelas, tegas, spesifik, operasional, yang dituangkan dalam bentuk kalimat tanya.5

1. Bagaimana implementasi pembelajaran sorogan di era 4.0 di pondok pesantren Bustanul Ulum Bulugading Kecamatan Bangsalsari-Jember?

2. Bagaimana implementasi pembelajaran bandongan di era 4.0 di pondok pesantren Bustanul Ulum Bulugading Kecamatan Bangsalsari-Jember?

3. Bagaimana tantangan dan hambatan pembelajaran tradisional di pondok pesantren Busnttanul Ulum Bulugading Kecamtan Baaangsalssri-Jember?

C. Tujuan Penelitian

Pada dasarnya tujuan penelitian harus dapat menggambarkan permasalahan yang menjadi fokus penelitian sehingga dapat membentuk pola hubungan yang akhirnya dapat dikembangkan menjadi teori, sebagaimana penelitian berikut ini.

1. Mendeskripsikan implementasi pembelajaran sorogan di era 4.0 di pondok pesantren Bustanul Ulum Bulugading Kecamatan Bangsalsari-Jember.

2. Mendeskripsikan implementasi pembelajaran bandongan di era 4.0 di pondok pesantren Bustanul Ulum Bulugading Kecamatan Bangsalsari- Jember.

3. Mendiskripsikan tantangan dan hambatan pembelajaran tradisional di pondok pesantren Busnttanul Ulum Bulugading Kecamtan Baaangsalssri- Jember.

5 Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Jember: Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Jember, 2019), 45.

(21)

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian berisi tentang kontribusi apa yang akan diberikan setelah selesai melakukan penelitoian. Kegunaan dapat berupa kegunaan yang bersifat teoritis dan kegunaan praktis, seperti kegunaan bagi penulis, instansi dan masyarakat secara keseluruhan. Kegunaan penelitian harus realistis.6 Oleh karena itu, dalam penelitian ini telah ditentukan manfaat yang akan dirasakan oleh beberapa pihak, diantaranya adalah sebagai berikut.

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan, serta bahan dalam penerapan ilmu metode penelitian, khususnya mengenai gambaran pengetahuan tentang implementasi pembelajaran tradisional di era 4.0.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti

Untuk mengetahui bagaimana implementasi pembelajaran tradisional di era 4.0 di pondok pesantren dan dapat memberikan manfaat dalam mengembangkan kompetensi peneliti.

1) Bagi Pondok Pesantren Bustanul Ulum Bulugading Kecamatan Bangsalsari-Jember

Penelitian ini difokuskan pada implementasi pembelajaran tradisional di era 4.0 yang ada di pondok pesantren Bustanul Ulum Bulugading dalam belajar kitab-kitab sebagai objek dan materinya.

6 Tim Penyusun, 45.

(22)

Sehingga pembaca, santri, pengurus, atau pihak-pihak lain yang berkepentingan didalamnya diharapkan dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai acuan dalam meningkatkan model pembelajaran sorogan, bandongan serta weton yang tengah dilakukan.

b. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan memberikan informasi yang akutual kepada masyarakat dan juga memberikan kesadaran kepada masyarakat akan pentingnya pembelajaran tradisional seperti pembelajaran kitab yang ada di pondok pesantren pada era 4.0 saat ini.

c. Bagi Institusi

Penelitian ini dapat memperkaya khazanah keilmuan guna kepentingan akademik perpustakaan Universitas Islam Negeri Kiai Achmad Siddiq Jember serta referensi bagi mahasiswa yang ingin mengadakan penelitian lebih lanjut terkait implementasi pembelajaran tradisional di era 4.0 pada pondok pesantren Bustanul Ulum Bulugading Kecamatan Bangsalsari-Jember.

E. Definisi Istilah

Definisi istilah berisi tentang pengertian istilah-istilah penting yang menjadi titik perhatian penelitu di dalam judul penelitian. Tujuannya agar tidak terjadi kesalah pahaman terhadap makna istilah sebagaimana dimaksud oleh peneliti.7 Dari judul penelitian “Implementasi Pembelajaran Tradisional

7 Tim Penyusunan, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, 46.

(23)

Di Era 4.0 Pada Pondok Pesantren Bustanul Ulum Bulugading Kecamatan Bangsalsari-Jember”.

1. Implementasi

Implementasi adalah sebuah pelaksanaan atau penerapan dalam sebuah kegiatan yang telah di rancang sebelumnya untuk mencapai sebuah tujuan yang ingin di capai.

2. Pembelajaran Tradisional

Pembelajaran tradisional adalah dimana pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas masih bersifat sederhana, dalam pembelajaran tradisional semua berpusat kepada guru. Dimana guru sebagai sumber utama dalam belajar. Pembelajaran yang berada di pondok pesantren dilakukan dengan metode sorogan dan bandongan. Metode sorogan dan bandongan merupakan metode klasik yang masih digunakan sampai saat ini. Kedua metode tersebut masih digunakan sebab keefektifannya dan juga merupakan ciri khas dari sebuah pondok pesantren.

3. Era 4.0

Era 4.0 adalah sebuah era atau perubahan zaman dengan segala perubahannya yang mana perkembangan teknologi menjadi prioritas serta yang sangat mendominasi saat ini. Era 4.0 dalam dunia pendidikan saat ini sangat dominan, dimana dengan segala kemudahannya dapat membantu para peserta didik untuk mendapatkan informasi lebih cepat. Selain itu dengan teknologi di era 4.0 ini juga bisa mendukung peserta didik untuk bisa lebih mengasah kreatifitas mereka dan peserta didik juga bisa

(24)

mengasah kemampuan berpikir serta dapat meningkatkan daya saing yang tinggi.

F. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan berisikan tentang gambaran singkat mengenai hal yang berkaitan dalam kerangka penulisan skripsi dan pembahasan skripsi yang dapat memberikan pemahaman sekilas bagi penulis dan pembaca karya tulis, sistematika pembahasan tersebut terdiri dari:

Bab satu, pendahuluan. Bab ini merupakan bagian dasar dalam penelitian, berisi konteks penelitian, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi istilah.

Bab dua, kajian kepustakaan. Bab ini akan dipaparkan kajian kepustakaan yang terkait dengan penelitian yang terdahulu dan literature yang berhubungan dengan penelitian. Penelitian terdahulu yang dicantumkan merupakan penelitian yang sejenis yang telah dilakukan sebelumnya.

Dilanjutkan dengan teori yang memuat pandangan tentang implementasi pembelajaran tradisional di era 4.0 yang ada di pondok pesantren Bustanul Ulum Bulugading Kecamatan Bangsalsari-Jember.

Bab tiga merupakan bab yang membahas tentang metode penelitian yang terdiri dari, pendekatan dan jenis penelitian yang dalam hal ini menggunakan penelitian kualitatif jenis deskriptif kualitatif, lokasi penelitian yang merupakan objek penelitian, subjek penelitian sebagai salah satu sumber penelitian, teknik pengumpulan data yang merupakan cara untuk mencocokkan sumber data yang satu dengan yang lainnya serta tahap-tahap

(25)

penelitian yang merupakan urutan kegiatan. Bab ini berfungsi sebagai landasan teknik penelitian dalam mengerjakan bab empat, sehingga peneliti hanya berpedoman pada metode penelitian yang ditulis pada bab tiga.

Bab empat, penyajian data dan analisis. Bab ini membahas tentang gambaran subjek penelitian yang merupakan kondisi objek penelitian, penyajian data berupa hasil observasi, wawancara maupun dokumentasi yang ditulis dan analisis dengan teknik Triangulasi sumber dan teknik. Bab ini berfungsi sebagai bahan kajian untuk memaparkan data yang diperoleh guna menemukan kesimpulan.

Bab lima yakni penutup, meliputi kesimpulan dan saran. Dalam bab terakhir ini ditarik kesimpulan yang ada setelah proses di bab-bab sebelumnya yang kemudian menjadi sebuah hasil atau analisa dari permasalahan yang diteliti. Kemudian dilanjutkan dengan saran-saran untuk pihak-pihak yang membutuhkan secara umum.

(26)

KAJIAN KEPUSTAKAAN

A. Penelitian Terdahulu

Pada dasarnya segala sesuatu yang terjadi saat ini bukanlahsesuatu yang baru, melainkan sesuatu yang telah ada sejak dulu. Bagian ini menyajikan beberapa penelitian terdahulu yang memiliki beberapa persamaan dan perbedaan tentunya dengan penelitian yang akan dilakukan. Hal ini dilakukan sebagai bahan pertimbangan untuk membuktikan orisinilitas penelitian yang dilakukan. Diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Dwi Maelani (2020) dengan judul “Implementasi Metode Sorogan Dalam Pembelajaran Kitab Kuning Di Pondok Pesantren Al-Hidayah Purwojati”

skripsi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode sorogan yang diterapkan di pondok pesantren Al-Hidayah Purwojati merupakan kombinasi antara sorogan dan metode bandongan.8

Perbedaan dalam penelitian ini yaitu penelitian terdahulu lebih fokus kepada implementasi metode sorogan saja dalam pembelajaran kitab kuning sedangkan penelitian ini berfokus pada pembelajaran tradisional yang ada di pondok pesantren dalam pembelajaran kitab kuning menggunakan cara sorogan, bandongan (weton), adapun kesamaannya yaitu sama-sama membahas tentang pembelajaran kitab di pondok pesantren dan sama-sama menggunakan jenis penelitian kualitatif.

8 Dwi Maelani, “Implementasi Metode Sorogan Dalam Pembelajaran Kitab Kuning Di Pondok Pesantren Al-Hidayah Purwojati”, (Skripsi, Institut Agama Islam Negeri Purwokerto, 2020), ii.

(27)

Friska Amelia Kusuma Wardani (2022) dengan judul “Dinamika Pembelajaran Di Pesantren Dalam Merespon Revolusi Industri 4.0 (Studi Pada Pondok Pesantren Salafiyah Hidayatul Qomariyah Kota Bengkulu)”

skripsi Universitas Islam Negeri Fatmawati Sukarno (UIN FAS) Bengkulu.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa respon Pondok Pesantren Salafiyah Hidayatul Qomariyah Kota Bengkulu yaitu sebagai santri di pesantren merespon dan sebagian lainnya tidak terlalu memperdulikan perkembangan zaman yang sedang terjadi di luar pesantren. Ada dua faktor santri dalam merespon revolusi industry 4.0 yaitu faktor pendukung dan faktor penghambat. Faktor pendukungnya ada dua yakni faktor internal dan eksternal. Faktor internalnya berupa nilai jual yang dimiliki pesantren untuk masyarakatyakni kinerja dari pengurus serta tenaga pendidik yang baik. Faktor eksternalnya yakni adanya respon positif dari masyarakat ketika dilihat dari kepercayaan masyarakat menitipkan anak- anak mereka di pondok pesantren. Sedangkan faktor penghambatnya juga ada dua dimana faktor internalnya berupa kurangnya lahan untuk perluasan wilayah pondok pesantren serta kurangnya tenaga pengajar.

Sedangkan untuk faktor eksternalnya yakni kurangnya dukungan masyarakat sekitar dan kompetisi antar lembaga pendidikan.9

9 Friska Amelia Kusuma Wardani, “Dinamika Pembelajaran di Pondok Pesantren Dalam Merespon Revolusi Industri 4.0 (Studi Pada Pondok Pesantren Salafiyah Hidayatul Qomariyah Kota Bengkulu)”, (Skripsi, Universitas Islam Negeri Fatmawati Sukarno (UIN FAS) Bengkulu, 2022), v.

(28)

Perbedaan dalam penelitian ini yaitu penelitian terdahulu berfokus kepada dinamika pembelajaran di Pondok Pesantren Salafiyah Hidayatul Qomariyah sedangkan penelitian ini berfokus kepada implementasi pembelajaran tradisional di era 4.0 yang berada di pondok pesantren Bulugading. Adapun kesamaannya yaitu sama-sama membahas tentang pembelajaran dan sama-sama menggunakan jenis penelitian kualitatif.

2. M. Mualif dkk (2020) dengan judul “Optimalisasi Peran Santri Dalam Menghadapi Revolusi Industri 4.0 Di Pondok Pesantren Nurul Ummah Putri Kotagede Yogyakarta” jurnal prosiding seminar nasional Universitas Pamulang.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Penerapan tekhnologi dalam pembelajaran santri di pondok pesantren Nurul Ummah kurang efektif, Optimalisasi santri dalam menghadapi revolusi indusrti 4.0 cukup efektif dan factor-faktor penghambat optimalisasi santri dalam menggunakan perangkat teknologi dalam menghadapi revolusi industry 4.0 adalah difokuskannya santri dalam menghafal Al-Qur’an serta beban belajar santri cukup berat dan kultur pesantren salaf masih kuat dengan menghafal dan memahami kitab-kitab kuning.10

Perbedaan dalam penelitian ini yaitu Penelitian terdahulu lebih fokus kepada kebijakan-kebijakan strategi dalam mengoptimalkan revolusi industry 4.0 sedangkan penelitian ini lebih focus kepada implementasi pembelajaran tradisional di era 4.0 pada pondok pesantren. Adapun

10 M. Mualif dkk, “Optimalisasi Peran Santri Dalam Menghadapi Revolusi Industri 4.0 di Pondok Pesantren Nurul Ummah Putri Kota Gede Yogyakarta,” Prosiding Senantias 1, no. 1 (Desember, 2020): 511.

(29)

persamaannya yaitu Menggunakan pendekatan kualitatif dan sama-sama Membahas pembelajaran kitab di era revolusi industry 4.0.

3. Martika Sari (2020) dengan judul “Implementasi Pembelajaran Fiqih di Pondok Pesantren Darul Falah Bandar Lampung” skripsi Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.

Hasil penelitian ini adalah pembelajaran fiqih bab thaharah kitab Safina di Pondok Pesantren Darul Falah meliputi beberapa tahapan yaitu perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi pembelajaran dan tindak lanjut pembelajaran. Penyusunan perencanaan pembelajaran terdiri dari silabus dan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), kurikulum yang digunakan kurikulum salaf, sehingga sumber ajar berpedoman pada kitab kuning. Kitab kuning yang digunakan sesuai dengan tingkatan program yang digunakan di Pondok Pesantren Darul Falah.11

Perbedaan dalam penelitian ini yaitu penelitian terdahulu berfokus pada implementasi pembelajaran fiqih di Pondok Pesantren Darul Falah sedangkan penelitian ini berfokus pada implementasi pembelajaran tradisional di era 4.0 pada Pondok Pesantren Bustanul Ulum Bulugading.

Adapun kesamaannya yaitu sama-sama membahas tentang pembelajaran dan sama-sama menggunakan jenis penelitian kualitatif.

11 Mertika Sari, “Implementasi Pembelajaran Fiqih di Pondok Pesantren Darul Falah Bandar Lampung”, (Skripsi, Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2020), iii.

(30)

4. Syifa Zahrotus Saktah (2020) dengan judul “Implementasi Metode Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren Mambaul Ulum Muncar Banyuwangi” skripsi Intstitut Agama Islam Negeri Jember.

Hasil penelitian ini adalah dalam implementasi pembelajaran kitab kuning, diperlukan beberapa metode yang tepat yaitu 1) metode wetonan/bandongan merupakan pendidik (Kiai) membaca materi ajar (isi kitab) di depan para santri, sedangkan para santri juga memegang teks dari kitab yang sama yang dibacakan oleh Kiai. 2) metode sorogan merupakan metode yang memiliki ciri khas santri secara perorangan membacakan kitab kepada Kiai. Seorang Kiai mengamati hasil bacaan dari santri. 3) metode hafalan ini memiliki ciri khas seorang santri menghafal teks-teks literature bahasa Arab. Kebiasaan disejumlah pondok pesantren, hafalan lebih ditekankan kepada literatur ilmu tata bahasa. Seperti bait-bait ilmu nahwu dan saraf. 4) metode Bahtsu Masa’il ini d pergunakan untuk menganalisa satu persoalan dengan mengumpulkan sejumlah referensi sebagai alternatif jawaban dari persoalan yang dikaji.12

Perbedaan dalam penelitian ini yaitu penelitian terdahulu focus terhadap implementasi pembelajaran dengan menggunakan empat metode dalam pembelajaran kitab kuning sedangkan penelitian ini hanya focus terhadap implementasi pembelajaran tradisional dengan menggunakan dua metode saja dalam pembelajaran kitab kunung. Adapun kesamaannya yaitu sama-sama membahas tentang implementasi pembelajaran kitab

12 Syifa Zahrotus Saktah, “Implementasi Metode Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren Mambaul Ulum Muncar Banyuwangi” (Skripsi, IAIN Jember, 2020),

(31)

dengan menggunakan metode sorogan dan bandongan dan sama-sama menggunakan jenis penelitian kualitatif.

Tabel 2.1

Persamaan dan perbedaan

Penelitian terdahulu dan penelitian yang dilakukan No Nama, Tahun,

Judul

Persamaan Perbedaan Hasil Penelitian

1 2 3 4 5

1 Dwi Maelani, 2020,

“Implementasi Metode

Sorogan dalam Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren Al- Hidayah Purwojati”

Mengkaji mengenai pembelajaran kitab di pondok pesantren

Penelitian terdahulu lebih fokus kepada I mplementasi metode sorogan saja dalam

pembelajaran kitab kuning sedangkan penelitian ini berfokus pada pembelajaran tradisional yang ada di pondok pesantren dalam

pembelajaran kitab kuning menggunakan cara sorogan, bandongan (weton).

Metode sorogan yang diterapkan di pondok pesantren Al- Hidayah Purwojati merupakan kombinasi antara sorogan dan metode bandongan.

(32)

1 2 3 4 5 2 Friska Amelia

Kusuma Wardani (2022) dengan judul

“Dinamika Pembelajaran Di Pesantren Dalam

Merespon Revolusi Industri 4.0 (Studi Pada Pondok

Pesantren Salafiyah Hidayatul Qomariyah Kota Bengkulu)”

skripsi Universitas Islam Negeri Fatmawati Sukarno (UIN FAS)

Bengkulu.

Mengkaji mengenai pembelajaran di Pondok Pesantren

Penelitian terdahulu berfokus kepada dinamika pembelajaran di Pondok Pesantren Salafiyah Hidayatul Qomariyah sedangkan penelitian ini berfokus kepada implementasi pembelajaran tradisional di era 4.0 yang berada di pondok pesantren Bulugading.

Respon Pondok Pesantren Salafiyah Hidayatul Qomariyah Kota Bengkulu yaitu sebagai santri di pesantren merespon dan sebagian lainnya tidak terlalu memperdulikan perkembangan zaman yang sedang terjadi di luar pesantren.

Ada dua faktor santri dalam merespon

revolusi industry 4.0 yaitu faktor pendukung dan faktor

penghambat.

Faktor

pendukungnya ada dua yakni faktor internal dan eksternal.

Faktor internalnya berupa nilai jual yang dimiliki pesantren untuk masyarakatyakn i kinerja dari pengurus serta tenaga pendidik yang baik.

Faktor eksternalnya yakni adanya respon positif dari masyarakat ketika dilihat

(33)

dari

kepercayaan masyarakat menitipkan anak-anak mereka di pondok pesantren.

Sedangkan faktor

penghambatnya juga ada dua dimana faktor internalnya berupa

kurangnya lahan untuk perluasan wilayah pondok pesantren serta kurangnya tenaga pengajar.

Sedangkan untuk faktor eksternalnya yakni kurangnya dukungan masyarakat sekitar dan kompetisi antar lembaga

pendidikan.

(34)

1 2 3 4 5 3 M. Mualif,

2020,

“Optimalisasi Peran Santri Dalam Menghadapi Revolusi Industri 4.0 Di Pondok Pesantren Nurul Ummah Putri Kotagede Yogyakarta”

Mengkaji mengenai pembelajaran kitab di era revolusi industri 4.0

Penelitian terdahulu lebih focus kepada kebijakan- kebijakan strategi dalam mengoptimalk an revolusi industry 4.0 sedangkan penelitian ini lebih fokus kepada implementasi pembelajaran tradisional di era 4.0 pada pondok pesantren.

Penerapan tekhnologi dalam

pembelajaran santri di pondok pesantren Nurul Ummah kurang efektif.

Optimalisasi santri dalam menghadapi revolusi indusrti

4.0 cukup

efektif.

Faktor-faktor penghambat optimalisasi santri dalam menggunakan perangkat teknologi dalam menghadapi revolusi industri 4.0 adalah difokuskannya santri dalam menghafal Al- Qur’an serta beban belajar santri cukup berat dan kultur pesantren salaf masih kuat dengan

menghafal dan memahami kitab-kitab kuning.

(35)

1 2 3 4 5 4 Martika Sari,

2020,

“Implementasi Pembelajaran Fiqih di Pondok Pesantren Darul Falah Bandar Lampung”

Menkaji mengenai pembelajaran dan

menggunakan jenis

penelitian kualitatif.

Penelitian terdahulu berfokus pada implementasi pembelajaran fiqih di Pondok Pesantren Darul Falah sedangkan penelitian ini berfokus pada implementasi pembelajaran tradisional di era 4.0 pada Pondok Pesantren Bustanul Ulum Bulugading.

Pembelajaran fiqih bab thaharah kitab Safina di Pondok

Pesantren Darul Falah meliputi beberapa tahapan yaitu perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi pembelajaran dan tindak lanjut pembelajaran.

Penyusunan perencanaan pembelajaran terdiri dari silabus dan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), kurikulum yang digunakan kurikulum salaf, sehingga sumber ajar berpedoman pada kitab kuning. Kitab kuning yang digunakan sesuai dengan tingkatan program yang digunakan di Pondok

Pesantren Darul Falah.

(36)

1 2 3 4 5 5 Syifa Zahrotus

Saktah (2020) dengan judul

“Implementasi Metode

Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren Mambaul Ulum Muncar Banyuwangi”

skripsi Intstitut Agama Islam Negeri Jember

Mengkaji mengenai implementasi pembelajaran kitab dengan menggunakan metode sorogan dan bandongan dan sama- sama

menggunakan jenis

penelitian kualitatif.

Penelitian terdahulu fokus terhadap implementasi pembelajaran dengan menggunakan empat metode dalam

pembelajaran kitab kuning sedangkan penelitian ini hanya focus terhadap implementasi pembelajaran tradisional dengan menggunakan dua metode saja dalam pembelajaran kitab kunung.

implementasi pembelajaran kitab kuning, diperlukan beberapa metode yang tepat yaitu 1) metode

wetonan/bandon gan merupakan pendidik (Kiai) membaca materi ajar (isi kitab) di depan para santri,

sedangkan para santri juga memegang teks dari kitab yang sama yang dibacakan oleh Kiai. 2) metode sorogan

merupakan metode yang memiliki ciri khas santri secara perorangan membacakan kitab kepada Kiai. Seorang Kiai mengamati hasil bacaan dari santri. 3) metode hafalan ini memiliki ciri khas seorang santri menghafal teks-teks

literature bahasa Arab. Kebiasaan disejumlah pondok pesantren,

(37)

hafalan lebih ditekankan kepada literatur ilmu tata bahasa.

Seperti bait-bait ilmu nahwu dan saraf. 4) metode Bahtsu Masa’il ini d pergunakan untuk

menganalisa satu persoalan dengan

mengumpulkan sejumlah

referensi sebagai alternatif

jawaban dari persoalan yang dikaji.

Berdasarkan penelitian terdahulu tersebut, penlitian ini memiliki perbedaan dari penelitian sebelumnya. Karena posisi penelitian ini mengembangkan penelitian-penelitian sebelumnya dan memiliki landasan peran yang dilakukan sebuah pondok pesantren dalam menanggapi tantangan di era 4.0 dalam pembelajarannya.

B. Kajian Teori

Bagian ini berisi tentang pembahasan teori yang dijadikan perspektif dalam melakukan penelitian. Pembahasan teori secara luas dan mendalam dapat semakin memperdalam wawasan penelitian dalam mengkaji tujuan penelitian. Adapun teori-teori yang akan dibahas yakni:

1. Pengertian Pembelajaran Tradisional di Pesantren

Pembelajaran merupakan terjemahan dari kata “instruction” yang dalam bahasa Yunani disebut instructus atau “intruere” yang berarti

(38)

menyampaikan pikiran, dengan begitu arti dari instruksional adalah menyampaikan sebuah pikiran atau ide yang telah diolah sehingga memiliki makna melalui pembelajaran.13

Pembelajaran menurut kamus besar bahasa Indonesia, berasal dari kata belajar yang artinya berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, atau berubah tingkah laku atau tanggapan yang sdisebabkan oleh pengalaman.

Sedangkan pembelajaran adalah proses tahu cara menjadikan seseorang belajar.14 Pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu proses timbal balik antara seorang guru dengan peserta didik, dimana itu untuk mencapai sebuah tujuan dalam sebuah pembelajaran. Yang tadinya tidak tahu mengenai suatu hal menjadi tahu.

Pembelajaran tradisional lebih mementingkan sisi kognitif dari pada afektif dan psikomotor.15 Pembelajaran tradisional sendiri merupakan sebuah pembelajaran yang pusat utamanya berada pada seorang guru.

Pembelajaran yang ada di pondok pesantren dikatakan juga sebagai pembelajaran tradisional, dimana pada pondok pesantren menerapkan pembelajaran kitab baik itu kitab kuning atau kitab lainnya.

2. Pembelajaran Tradisional Di Pondok Pesantren

Pembelajaran tradisional di Pondok Pesantren memiliki sistem pembelajaran yang khas, dimana terdapat beberapa metode yang

13 Bambang Warsita, Teknologi Pembelajaran: Landasan dan Aplikasinya (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2008), 265.

14 Buna’I, Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Surabaya: CV.

Jakad Media Publishing, 2021), 4.

15 S. Widanarto Prijowuntato, Evaluasi Pembelajaran (Yogyakarta: Sanata Dharma University Press, 2016), 51.

(39)

digunankan untuk mengajarkan kitab-kitab yang tengah di pelajari di Pondok Pesantren. Pembelajaran itu dilakukan dengan cara sorogan, bandongan atau weton.

a. Sorogan

Sorogan berasal dari Bahasa Jawa yang berarti “Sodoran atau disodorkan”. Sorogan dalam pembelajaran kitab disebut juga dengan sistem individual, dimana seorang murid mendatangi seorang guru yang membacakan beberapa baris Al-Qur’an atau kitab-kitab bahasa Arab dan menerjemahkannya, kemudian seorang murid mengulanginya persis dengan perkataan gurunya.16 Hal ini dilakukan agar para murid mengetahui baik arti maupun fungsi kata dalam suatu kalimat serta para murid dapat belajar tata bahasa Arab langsung dari kitab-kitab yang sedang dipelajari.

Metode sorogan ini memerlukan kesabaran, kerajinan, ketaatan dan kedisiplinan pribadi dari seorang guru pembimbing dan juga murid. Sebab sorogan merupakan bagian yang paling sulit apalagi bagi para murid atau santri yang baru saja mempelajarinya.

Pada awalnya sistem tradisional ini banyak dilakuan di masjid, langgar, atau rumah kiai.17 Metode ini memungkinkan seorang guru mengawasi, menilai dan membimbing secara maksimal kemampuan

16 Zamaksyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi Pandangan Hidup Kiai dan Visinya Mengenai Masa Depan Indonesia (Jakarta: LP3ES, 2011), 53.

17 Darul Abror, Kurikulum Pesantren ( Model Integrasi Pembelajaran Salaf dan Khalaf) (Yogyakarta: Deepublish Publisher, 2020), 29.

(40)

seorang murid atau santri dalam menguasai bahasa Arab.18 Sistem sorogan terbukti sangat efektif sebagai taraf pertama bagi seorang santri untuk mulai mengenal pembelajaran kitab disebuah pondok pesantren.

Pembelajaran kitab dengan menggunakan metode sorogan sendiri juga memiliki kelebihan serta kekurangan didalamnya seperti halnya metode-metode yang lainnya. Adapun kelebihan dari metode sorogan sendiri, meliputi:

1) Adanya hubungan yang erat antara santri dengan guru/ustad.

2) Guru/ustad mampu mengawasi, menilai dan membimbing secara maksimal kemampuan dari seorang santri.

3) Santri mendapatkan penjelasan yang pasti karena pembelajaran dilakukan secara langsung dengan guru/ustad jadi memungkinkan adanya tanya jawab.

4) Guru/ustad dapat mengetahui secara langsung kualitas dari santri.19 Selain memiliki kelebihan, metode sorogan juga memiliki kelemahan. Adapun kekurangan dari metode sorogan diantaranya:

a) Pengetahuan yang diterima hanyalah bersumber dari guru/ustad.

b) Membutuhkan waktu yang lama untuk memberikan pemahaman yang baik, membutuhkan ketelitian, kesabaran, ketekunan yang tinggi dalam mempelajari kitab dengan metode sorogan.20

18 Zamaksyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi Pandangan Hidup Kiai dan Visinya Mengenai Masa Depan Indonesia (Jakarta: LP3ES, 2011), 55.

19 Ari Wibowo, “Implementasi Metode Sorogan untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Al- Qur’an pada Peserta didik Madrasah Tsanawiyah Raudhatul Islamiyah di Pontianak,”

Iqro’Khatulistiwa 1, no.1 (2016): 46.

(41)

Berdasarkan kelebihan dan kekurangan dari penggunaan metode sorogan dalam pembelajaran kitab, dapat disimpulkan bahwasannya metode sorogan adalah metode yang paling efektif.

Metode sorogan ini memang metode yang paling ampuh untuk para santri yang baru saja mulai mempelajari kitab-kitab klasik. Tak terlepas dari hal tersebut, metode sorogan juga memiliki kelemahan yang tidak dapat di pungkiri.

b. Bandongan (Weton)

Bandongan atau weton merupakan metode klasik yang memiliki ciri khas tersendiri, sehingga masih tetap eksis diterapkan menjadi elemen penting dalam pesantren dan telah diakui bahwa sistem pembelajaran yang paling ssering diterapkan di pondok pesatren.21 Dalam sistem ini sekelompok murid (antara 5 sampai 500 murid) mendengarkan seorang guru yang membaca, menerjemahkan, menerangkan, bahkan seringkali mengulas buku-buku Islam dalam bahasa Arab. Setiap murid menyimak bukunya sendiri dan membuat catatan tentang kata-kata atau pikiran yang sulit.22

Bandongan sendiri juga sering disebut dengan halaqah, sistem bandongan ini diberikan kepada kelompok murid yang telah dulu menggunakan sistem sorogan sebelumnya. Karena sistem sorogan

20 Ardiman Fadhil dan Muhammad Nauval Alwan,”Pembelajaran Kitab Kuning dengan Metode Sorogan di Pondok Pesantren Darul Huda Mayak,” Multaqa Nasional Bahasa Arab 2, no. 1 (Desember, 2019): 223.

21 Darul Abror, Kurikulum Pesantren ( Model Integrasi Pembelajaran Salaf dan Khalaf) (Yogyakarta: Deepublish Publisher, 2020), 33.

22 Zamaksyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi Pandangan Hidup Kiai dan Visinya Mengenai Masa Depan Indonesia (Jakarta: LP3ES, 2011), 54.

(42)

diberikan kepada santri-santri yang baru dan memerlukan bimbingan secara individu.

Pada sistem bandongan, seorang santri tidak harus menunjukkan bahwa ia mengerti pelajaran yang sedang dihadapi. Pada dasarnya para Kiai membaca dan menerjemahkan kalimat-kalimat secara cepat dan tidak menerjemahkan kata-kata yang mudah.23 Hal itu dilakukan oleh Kiai karena memang pembelajaran dengan bandongan ditujukan untuk para murid atau para santri tingkat menengah hingga tingkat tinggi. pembelajaran dengan bandongan sendiri hanya efektif bagi para murid yang telah menempuh pembelajaran kitab secara sorogan secara intensif.

Metode bandongan atau weton sama seperti metode sorogan, dimana memiliki kelebihan dan juga kekurangan. Adapun kelebihan yang dimiliki metode bandongan atau weton yaitu terletak pada pencapaian kuantitas dan pencapaian kajian kitab. Bukan hanya itu saja kelebihan dari metode bandongan atau weton ini yaitu memiliki tujuan untuk mendekatkan relasi antara santri dengan guru/ustad/Kiai.

Sedangkan kekurangan yang dimiliki metode bandongan atau weton ini yaitu santri memiliki sikap yang pasif, karena dalam proses pembelajaran guru/ustad/Kiai lebih mendominasi dibandingkan santri.

Dimana pada metode bandongan atau weton ini santri hanya

23 Zamaksyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi Pandangan Hidup Kiai dan Visinya Mengenai Masa Depan Indonesia (Jakarta: LP3ES, 2011), 56.

(43)

mendengarkan dan memperhatikan guru/ustad yang sedang menerangkan mengenai materi pada kitab yang tengah di pelajari.24 3. Era 4.0

a. Pengertian Era 4.0

Era 4.0 adalah suatu zaman yang menggabungkan teknologi otomatis dengan teknologi cyber. Ini merupakan tren otomatisasi dan pertukaran data dalam teknologi manufaktur. Istilah ini dikenal dengan nama Internet of Things (IoT).25 Pada era ini, semua mulai menyentuh dunia virtual, berbentuk konektivitas manusia, mesin dan data semua sudah ada dimana-mana.

b. Pembelajaran Era 4.0 Di Pesantren

Pembelajaran pada hakikatnya adalah sebuah usaha sadar dari seorang guru untuk memberikan pembelajaran terhadap peserta didik dan mengarahkan interaksi peserta didik dengan sumber belajar ataupun lainnya agar dapat mencapai sebuah tujuan pembelajaran.26 Dalam sebuah pembelajaran selain untuk mencapai tujuan tertentu juga membutuhkan strategi. Strategi dalam pembelajaran juga berpengaruh terhadap sebuah pola pikir peserta didik. Strategi pembelajaran memiliki peranan penting terhadap peserta didik kedepannya.27

24 Saiful Sagala, ”Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Pondok Pesantren,” Jurnal Tarbiyah 22, no. 2 (Juli-Desember, 2015): 212.

25 M. Nawa Syarif Fajar Sakti, Santriducation 4.0 (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2020), 5.

26 Toto Sugiarto, Contextual Teaching and Learning (CTL) Tingkatkan Hasil Belajar Peserta Didik (Jakarta: VC Mine, 2020), 2.

27 Astuti, S. B. Waluyo dan M. Asikin, “Strategi Pembelajaran dalam Menghadapi Tantangan Era Revolusi Industri 4.0”, Seminar Nasional Pascasarjana Universitas Negeri Semarang, ISSN:

2686-6404 (2019): 471.

(44)

Strategi pembelajaran ini sangat penting terutamanya dalam menghadapi era 4.0 kedepannya. Dimana tantangan dalam dunia Pendidikan akan semakin berkembang pesat dan canggih.

Perkembangan informasi dan teknologi yang kian pesat tidak bisa untuk dihindari lagi. Terutamanya dalam urusan Pendidikan. Di era 4.0 telah banyak membawa perubahan mulai dari pola pikir masyarakat hingga aktivitas yang dilakukan. Di era 4.0 ini persaingan semakin memuncak, terutamanya di dalam dunia Pendidikan.

Bagaimana tidak, pembelajaran saat ini tidak lagi terbatas akan ruang kelas saja. Guru sebagai garda terdepan dalam dunia Pendidikan tentu harus melek akan kecanggihan dari sebuah teknologi untuk mengikuti perkembangan terbaru. Guru juga harus bisa menyesuaikan serta memanfaatkan kecanggihan teknologi dalam pembelajaran.28 Sarana dan prasarana yang terbatas bukan lagi hambatan untuk peserta didik untuk mengembangkan kemampuannya.

Era 4.0 bukanlah sebuah nama untuk sebuah aplikasi ataupun sebuah program untuk perangkat lunak. Era 4.0 merupakan sebuah konsep untuk mengembangkan sebuah dunia yang mengalami perkembangan atau pembaharuan sesuai dengan kondisi perkembangan zaman.29

Perubahan yang saat ini di era 4.0 juga berdampak terhadap pembelajaran yang ada di pondok pesantren. Dimana kiai sebagai

28 Abdul Muis Joenaidy, Konsep dan Strategi Pembelajaran di Era Revolusi Industri 4.0 (Yogyakarta: Laksana, 2019), 12.

29 M. Nawa Syarif Fajar Sakti, Santriducation 4.0 (Jakarta: PT Elex Media Komputido, 2020), 2.

(45)

patokan untuk membuat sebuah perubahan dalam sebuah pesantren agar lebih maju dengan adanya perubahan zaman akan tetapi tetap mempertahankan tradisi atau ciri khas dari pesantren. Perubahan bukan hanya dari teknologi saja, akan tetapi perubahan bisa dari sebuah pola pikir seseorang untuk lebih baik kedepannya. Hal itu sudah termasuk dalam sebuah perubahan atau perkembangan zaman.

Revolusi era 4.0 ini ditandai dengan terbukanya ruang public menjadi semakin luas serta ruang lingkup interaksi antar manusia juga luas, oleh karena itu sumber yang perlu digunakan untuk menambah wawasan serta pengetahuan para santri juga perlu di perkaya dengan berbagai macam informasi terbaru.30 Berikut adalah beberapa bentuk metode pembelajaran yang biasanya dilaksanakan dalam kurikulum Pendidikan nasional untuk membentuk pribadi peserta didik yakni dari sisi kognitif, afektif maupun psikomotorik.

1) Contextual Teaching and Learning (CTL)

Menurut Sanjaya dalam Samriani (2005) mengungkapkan bahwa, Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan suatu strategi pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan peserta didik secara penuh untuk menemukan materi yang tengah dipelajari dan mereka bisa mengaitkannya dengan situasi yang ada dalam kehidupan sehari-hari mereka. Sehingga dengan begitu

30 M. Nawa Syarif Fajar Sakti, Santriducation 4.0 (Jakarta: PT Elex Media Komputido, 2020), 143.

(46)

dapat mendorong siswa agar dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.31

Model pembelajaran ini memiliki kelebihan dan juga kekurangan, yakni:

a) Kelebihan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL):

(1) Pembelajaran menjadi lebih bermakna. Maksudnya peserta didik diajak untuk bisa mengaitkan antara pengalaman di masyarakat dengan yang ada di sekolah atau pesantren.

(2) Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada peserta didik.

(3) Penerapan pembelajaran kontekstual dapat menciptakan suasana pembelajaran yang bermakna.

b) Kekurangan model Contextual Teaching and Learning (CTL):

(1) Diperlukan waktu yang lama saat proses pembelajaran berlangsung.

(2) Guru lebih intensif dalam membimbing.

Dalam metode pembelajaran ini kesuksesan peserta didik bergantung pada keaktifan dan usaha dari peserta didik itu sendiri. Sebab guru hanya berperan untuk membimbing dan mengarahkan.32

31 M. Nawa Syarif, Santriducation 4.0, 144.

32 Fitriani Nur, Masita, Pengembangan Pembelajaran Matematika (Yogyakarta: PT Nas Media Indonesia, 2022), 56.

(47)

2) Metode Inquiry

Menurut Sudjana (2004:154) metode inquiry merupakan metode pengajaran yang berusaha meletakkan dasar dan mengembangkan cara berpikir ilmiah. Penerapan metode inquiry menuntul siswa untuk belajar sendiri serta menumbuh kembangkan kreativitas dalam diri untuk menyelesaikan atau pengembangan masalah yang dihadapi oleh diri mereka.33

Pembelajaran sendiri tentu telah dirancang untuk mencapai sebuah tujuan dalam pembelajaran. Akan tetapi perlu diingat setiap metode pembelajaran pasti memiliki kekurangan serta kelebihannya masing-masing. Begitu juga dengan metode inquiry ini, berikut adalah kelebihan dan kekurangan dari metode inquiry.

a) Kelebihan metode inquiry

(1) Memberi kesempatan pada peserta didik untuk dapat maju sesuai dengan kemampuan.

(2) Meningkatkan rasa percaya diri.

(3) Meningkatkan motivasi belajar peserta didik.

b) Kekurangan metode inquiry

(1) Memerlukan kesiapan mental untuk melakukan cara belajar inquiry.

33 M. Nawa Syarif Fajar Sakti, Santriducation 4.0 (Jakarta: PT Elex Media Komputido, 2020), 149.

(48)

(2) Membutuhkan banyak waktu untuk membantu peserta didik untuk menemukan jawaban.34

Berdasarkan pemaparan dari kedua metode pembelajaran tersebut bisa dikolaborasikan. Dimana dari metode pembelajaran di pesantren yang mengambil sisi pengusaan dalam pembelajaran kitab yang dipelajari. Sehingga tidak melupakan nilai-nilai serta ciri khas dari pesantren.

Dari metode-metode yang ada pada era 4.0 ini dapat diambil sisi prioritasnya dalam membangun pola pikir peserta didik agar lebih aktif lagi serta tidak termakan modernisasi zaman.

a. Sorogan merupakan metode belajar individu dimana seorang murid atau santri berhadapan langsung dengan kiai atau uastad atau ustadzah. Sama halnya dengan metode inquiry dimana dalam metode tersebut dapat membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan dalam penemuan ilmiah.

Keduanya memiliki kesamaan dimana Ketika membaca kitab atau Al-Qur’an, kiai atau ustad atau ustadzah membimbing santri untuk bersikap kritis mengoreksi bacaan kitab atau bacaan Al-Qur’an dari santri lainnya.35

b. Bandongan atau weton merupakan metode pembelajaran kelompok yang bersifat klasik. Semua santri mencatat serta

34 Eko Sudarmanto. Siska Mayratih et al., Model Pembelajaran Era Society 5.0 (Cirebon: Insana, 2021), 122.

35 M. Nawa Syarif Fajar Sakti, Santriducation 4.0 (Jakarta: PT Elex Media Komputido, 2020), 155.

(49)

mendengarkan kiai dalam menjelaskan dan menterjemahkan kitab. Dalam metode Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah strategi yang menekankan pada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk menemukan materi pembelajaran.

Ketika keduanya dipadukan maka akan ditemukan sebuah kesamaan, dimana perpaduan antara keduanya akan membuat pembelajaran yang tadinya monoton dengan pola interaksi satu arah dari kiai saja kepada santri menjadi pola hubungan dua arah sehingga dapat tercipta komunikasi interaktif antar keduanya.36

Teknologi yang maju dapat memungkinkan otomatisasi disegala bidang. Era 4.0 yang merupakan sebuah fase revolusi yang mengubah cara manusia dalam beraktifitas, adanya sebuah perubahan hidup dari pengalaman yang sebelumnya.37 Menurut Suharto (2016) peran pesantren untuk keberlangsungan hidup bangsa Indonesia yaitu tertuang dalam tridharma pondok pesantren:

a. Keimanan serta taqwa kepada Allah SWT.

b. Adanya sebuah pengembangan terhadap bidang keilmuan yang bermanfaat.

36 M. Nawa Syarif Fajar Sakti, Santriducation 4.0 (Jakarta: PT Elex Media Komputido, 2020), 156.

37 M. Yahya, Era Industri 4.0: Tantangan dan Peluang Perkembangan Pendidikan Kejuruan Indonesia (Universitas Negeri Makassar, Maret 2018), 6.

(50)

c. Serta sebuah pengabdian kepada agama, masyarakat serta Negara.38

38 Erfan Gazali, “Pesantren Diantara Generasi Alfa dan Tantangan Dunia Pendidikan Era Revolusi Industri 4.0”, Jurnal Ilmiah Kajian Islam, No. 2 (Februari 2018): 95.

Referensi

Dokumen terkait

(4) Pelaksanaan penempatan Uang Negara dengan metode lelang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan pelaksanaan penempatan Uang Negara dengan metode over

Dimana Faktanya Pondok Pesantren Bustanul Ulum Mlokerejo Puger adalah pondok yang cukup besar di Mlokorejo Puger Jember, memiliki santri kurang lebih 850 santri dan

5. Hadhratu Syeikh R.K.H. Ahmad Baidhowi Sai’id Lc. selaku pengasuh pondok pesantren Bustanul ulum Bulugading langkap kec. Bangsalsari jember karena beliau memberikan

tersebut membuktikan bahwa guru belum mampu menjalankan perannya dalam hal menyusun instrumen penilaian pembelajaran yang baik dan proporsional. Soal uraian yang tidak

besar, baik jumlah maupun ukuran. Dengan alur sungai utama yang tidak. dalam dan mengikuti

Kecerdasan emosi dikembangkan dalam 3 wadah, yaitu : keluarga, sekolah dan masyarakat, dan para ahli sepakat bahwa keluargalah yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan

113 E Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, 141.. efektif untuk meminimalisir ketidak aktifan guru karea semakin sering guru tidak masuk maka akan berpengruh