• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS

B. Penyajian Data dan Analisis

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Oleh karena itu disajikan data-data dari hasil do objek penelitian yang mendukung penelitian dengan menggunakan teknik tersebut. Berdasarkan hasil penelitian, maka akan diuraikan data-data tentang implementasi pembelajaran tradisional di era 4.0 pada pondok pesantren. Data yang diperoleh dideskripsikan sebagai berikut:

1. Implementasi pembelajaran sorogan di era 4.0 di pondok pesantren Bustanul Ulum Bulugading Kecamatan Bangsalsari-Jember.

Pembelajaran sorogan merupakan salah satu metode pembelajaran yang dilakukan secara individu oleh santri. Dimana santri memberikan kitabnya kepada Kiai atau ustad atau ustadzah, penerapan metode sorogan di pondok merupakan bagian paling sulit dari yang lain. Sebab metode ini membutuhkan kesabaran, ketekunan serta disiplin yang baik. Baik itu dari Kiai maupun santri sendiri.

Metode sorogan pada umumnya di gunakan untuk metode dalam mempelajari kitab kuning. Namun, di pondok pesantren Bustanul Ulum Bulugading ini metode sorogan bukan di gunakan dalam pembelajaran kitab kuning, melainkan di gunakan untuk mempelajari Al-Qur’an.

Sebagaimana yang di nyatakan oleh ustadzah Fifiati selaku ketua pengurus pondok pesantren Bustanul Ulum Bulugading:

Metode sorogan kalua disini itu mbak bukan digunakan untuk ngaji kitab tapi buat ngaji Al-Qur’an. Deddih delem metode sorogan eyangguy ngaji Al-Qur’an ka’sah pon ketentuan dari pondok, deddih para ustadzah kareh ngelaksanaagin napah perentannah pondok sepon ejelenih mole lambek. Mon delem ngaji ketab ka’sah laen pole metodennah, biasannah ngangguy metode bandongan soallah ka’sah langsung Kiai dibik se ngajer. Mon sorogan ini cara ngajarnya ya seperti tadarusan itu mbak, setelah shalat subuh kan wiridan setelah selesai langsung gabung sama kelompok sorogan ke ustadzah masing-masing. Nanti pertama ngaji bareng dulu semua setelah itu baru ngaji satu-satu disemak sama teman-teman dan ustadzahnya. Kalua ada yang salah langsung di tegur sama ustadzahnya langsung. Ngaji sorogan kalua disini dilaksanakan setiap hari setelah shalat subuh sekitar jam 05:00-05:30 wib mbak di musholla pondok pesantren.63

63 Fifiati, diwawancarai oleh Nur Halimah, Bangsalsari Jember, 2 Agustus 2022.

Adapun sesuai hasil wawancara dengan ustadzah Wardah sebagai ustadzah pembimbing pembelajaran sorogan:

Begini mbak mon sorogan ka’sah e laksana agin selastarennah shalat subuh, tapeh selastarennah shalat subuh tak langsung ngaji sorogan mbak, namun wiritan kadek selastarennah wiritan elanjut ngaji surat Al-Waqiah baru selastarennah genika ngaji Al-Quran atau sorogan dengan membentuk kelompok-kelompok ka ustadzah masing-masing, se pon etentuagin oleh pihak pengurus. Sekitar jam 05:00-05:30 wib selastarennah sorogan, santreh nyambung ngaji kitab ke Kiai. Tapeh mon metode sorogan neng ka’dintoh engak tadarusan sistemmah mbak. Ngajih bereng kadek pas baru ngajih tong settong ke ustadzah. Yang nyemak kabbi santreh se bedeh ekolompok jieh mbak e titenen ngajinnah. Ustadzah juga nyemak sekaligus negur amik bedeh se salah delem pembacaan Al-Qur’an.64

Hal itu juga di benarkan oleh Erika selaku santri yang menjadi peserta didik dalam pembelajaran sorogan:

Ngajih sorogan edinnak lastarennah shalat subuh mbak, akompol bik kelompoken masing-masing. nanti ngaji bareng dulu terus baru ngaji satu-satu ke ustadzah, temen yang lainnya nyemak mbak.

Kalua ustadzah nyemak juga terus kalua ada yang salah langsung di tegur sama ustadzahnya untuk di benrin lagi bacanya.65

Gambar 4.1

Pembelajaran Al-Qur’an Metode Sorogan

Adapun pada Gambar 4.1 tersebut adalah kegiatan pembelajaran Al-Qur’an dengan metode sorogan, yakni mengaji dengan kelompok

64 Wardah, diwawancarai oleh Nur Halimah, Bangsalsari Jember, 22 Agustus 2022.

65 Erika, diwawancarai oleh Nur Halimah, Bangsalsari Jember, 2 September 2022.

masing-masing membentuk lingkaran. Santri mengaji satu-satu dengan disimak oleh santri lain dan juga ustdzahnya.

2. Implementasi pembelajaran bandongan di era 4.0 di pondok pesantren Bustanul Ulum Bulugading Kecamatan Bangsalsari-Jember.

Bandongan atau wetonan merupakan metode lama atau bisa disebut juga dengan metode pembelajaran turun temurun. Metode bandongan merupakan metode yang tidak lekang oleh waktu, pondok pesantren Bustanul Ulum Bulugading menerapkan metode ini dengan menjadikannya sebagai ciri khas dari pesantren.

Berikut adalah hasil wawancara dengan Ning Adib selaku pengasuh pondok pesantren Bustanul Ulum Bulugading:

Begini mbak, penggunaan metode pembelajaran kitab dari dulu disini tetap menggunakan bandongan. Kitab yang di pelajari itu kitab fathul mu’in, kitab ta’lim muta’alim, sulam taufiq, al-kailani dan sirojul muksin. Jadwal ngaji kitabnya itu dari setelah shalat subuh, kemudian setelah ashar, setelah maghrib dan isya’ sampai jam 22:00 wib. Ngajinya seperti pada umumnya, kiai menjelaskan didepan santri mencatat dan memperhatikan penjelasan kiai.

Kalau berbicara mengenai zaman sekarang ini, ya tentu dalam pembelajaran ataupun persaingan yang lain di pondok pesantren ya pasti ada tantangan serta hambatannya tersendiri. Kalau untuk tantangannya itu bisa berupa persaingan dengan pondok lain yang lebih bagus baik dari cara mengajar atau dari segi kualitasnya. Itu yang membuat pondok pesantren ini harus bisa lebih bisa bersaing.

Kemudian cara menghadapi santri terutamanya santri baru yang dulunya di rumah sering pegang Handphone sekarang di pondok tidak boleh, mereka harus bisa mengikuti aturan pondok.

Kemudian ya dari tenaga pendidiknya dan saya sebagai pengurus juga harus bisa memberikan yang terbaik serta bisa lebih melek lagi akan perubahan dengan tidak menghilangkan ciri khas pesantren. Kalau untuk hambatannya ya dari santri itu mbak yang

kadang suka males ketika ngaji kitab, kadang ada yang sampai ditinggal tidur kitabnya wes pokok macem-macem alasannya.66

Gambar 4.2 Kitab yang dipelajari

Hal itu juga di benarkan oleh ustadzah Fifiati selaku ketua pengurus pondok pesantren Bustanul Ulum Bulugading:

Ngaji kitab disini menggunakan metode bandongan mbak. Metode bandongan sudah diterapkan mulai dari dulu mbak. Cuman memang untuk sekarang sudah ada sedikit perubahan.

Perubahannya itu baru dilaksanakan kurang lebihnya 2 tahunan ini mbak, sekarang Ketika ngaji kitab itu diakhir materi per bab sama Kiai atau Lora di kasih ujian mbak ya kayak tes gitu mbak. Dulu gak ada karena pengasuhnya masih Kiai besar kalau sekarang sudah di pegang anaknya yaitu Lora Rabaidi. Ngaji kitab kalau dulu itu bareng-bareng mbak sama santri putra. Maksudnya gini mbak, Kiai itu ngajarnya ada di pondok putra sedangkan di pondok putri, santri putri itu cuman dengerin dari spiker. Jadi di pondok putri ini tidak ada Kiainya cuman sekedar mendengarkan tanpa melihat Kiai yang maknai kitab. Kalau sekarang kan sudah gak gitu lagi, Kiai atau Lora langsung rabu ka pondok putri. Langsung tatap muka dengan Kiai atau lora. Untuk yang masalah ujian atau tes itu dilakukan Ketika materi satu bab materi itu selesai, jadi tesnya itu per bab dan ujian atau tesnya itu dilakukan secara tulis buka lisan. Untuk soal ujiannya itu semua langsung dari Kiai atau lora mbak. Ngaji kitab disini Kiai berada di depan untuk menterjemahkan sekaligus menjelaskan isi dari kitab sedangkan santri berada di depan Kiai untuk mencatat sekaligus mendengarkan penjelasan dari Kiai.67

66 Ning Adib, diwawancarai oleh Nur Halimah, Bangsalsari Jember, 28 November 2022.

67 Fifiati, diwawancarai oleh Nur Halimah, Bangsalsari Jember, 22 Agustus 2022.

Gambar 4.3

Pembalajaran Kitab Metode Bandongan

Adapun sesuai dengan hasil wawancara dengan Ayu selaku santri Pondok Pesantren Bustanul Ulum Bulugading:

Ngaji kitab disini dilakukan 4 kali sehari mbak. 4 kali sehari itu, setelah ngaji sorogan selesai sekitar jam 05:30-06:00 wib. Ngaji kitab lagi setelah shalat ashar sekitar jam 15:30-16:30 wib kurang lebihnya mbak, ngaji kitab lagi nanti setelah shalat maghrib terus nanti disambung ngaji kitab lagi setelah shalat isya’ sampai jam 22:00 wib mbak. Jam 20:00 wib itu semua kegiatan pondok selesai sudah mbak, waktu istirahatnya santri itu sudah mbak. Nanti bangunnya jam 03:00 wib untuk melaksanakan shalat tahajjud.68 3. Tantangan dan hambatan pembelajaran tradisional di pondok

pesantren Bustanul Ulum Bulugading Kecamatan Baaangsalsari-Jember.

Tantangan dan hambatan semua lembaga pendidikan pasti mengalaminya. Seperti halnya di pondok pesantren Bustanul Ulum Bulugading.

Berikut adalah hasil wawancara dengan ustadzah Fifiati selaku ketua sekaligus ustadzah pembimbing ngaji sorogan:

Ngaji sorogan disini ya ada hambatannya mbak, hambatannya itu santri itu kadang masih ngantuk, ngajinya kurang fasih walaupun

68 Ayu, diwawancarai oleh Nur Halimah, Bangsalsari Jember, 2 September 2022.

sudah di tegur disuruh benerin tapi tetep gak bisa-bisa. Kadang disuruh baca sek malu sama temennya karena takut salah, wes pokoknya ada-ada saja alasannya mbak.69

Berikut adalah hasil wawancara dengan Ning Adib selaku pengasuh pondok pesantren Bustanul Ulum Bulugading:

Kalau berbicara mengenai zaman sekarang ini, ya tentu dalam pembelajaran ataupun persaingan yang lain di pondok pesantren ya pasti ada tantangan serta hambatannya tersendiri. Kalau untuk tantangannya itu bisa berupa persaingan dengan pondok lain yang lebih bagus baik dari cara mengajar atau dari segi kualitasnya. Itu yang membuat pondok pesantren ini harus bisa lebih bisa bersaing.

Kemudian cara menghadapi santri terutamanya santri baru yang dulunya di rumah sering pegang Handphone sekarang di pondok tidak boleh, mereka harus bisa mengikuti aturan pondok.

Kemudian ya dari tenaga pendidiknya dan saya sebagai pengurus juga harus bisa memberikan yang terbaik serta bisa lebih melek lagi akan perubahan dengan tidak menghilangkan ciri khas pesantren. Kalau untuk hambatannya ya dari santri itu mbak yang kadang suka males ketika ngaji kitab, kadang ada yang sampai ditinggal tidur kitabnya wes pokok macem-macem alasannya.70 Hal tersebut juga di perkuat oleh hasil wawancara dengan Fifiati selaku ustadzah di pondok pesantren Bustanul Ulum Bulugading:

Ketika ngaji kitab pasti ada saja hambatannya, yang paling sering terjadi di pondok sini ya kemalasannya dari santri apalagi Ketika ngaji kitabnya itu di malam hari duh sudah wes banyak yang ditinggal tidur kitabnya. Ketika dilihat makna kitabnya sudah kemana-mana gak sesuai sama yang dijelaskan sama Kiai. Terus kalau melihat saat ini kondisi di era yang mulai berubah ini ya, dari strateginya dalam mengajar kitab masih pakai cara lama. Walaupun sekarang ada sedikit perubahan dalam pembelajaran kitab.

Ditambah lagi Kiai kalau maknai kitab itu tidak pakai pengeras suara, jadi pasti banyak yang tidak bisa mendengar dengan jelas.71

69 Fifiati, diwawancarai oleh Nur Halimah, Bangsalsari Jember, 2 Agustus 2022.

70 Ning Adib, diwawancarai oleh Nur Halimah, Bangsalsari Jember, 28 November 2022.

71 Fifiati, diwawancarai oleh Nur Halimah, Bangsalsari Jember, 16 September 2022.

Hal itu juga di benarkan oleh Lailatul Ilmiyah santri yang mengikuti pembelajaran kitab di pondok pesantren Bustanul Ulum Bulugading:

Kalau pas ngaji kitab itu paling sering ngantuk mbak, apalagi kalau ngaji kitabnya malam mbak ba’da isya’ ngantuk banget itu mbak.

Kadang saya tidur pas maknai kitab itu. Temen-temen yang lain juga sama kalau sudah ngantuk gak kuat nahan kantuknya ya tidur sudah nanti setelah selesai ngaji kitab ya pinjem sama temen yang lengkap maknai kitabnya. Selain itu disini Kiai itu kalau maknai kitab gak pakek pengeras suara mbak jadi kadang saya kurang jelas dalam mendengarkan penjelasan Kiai itu karena saya ngantk mbak gak erlalu denger jelas penjelasan kiai. Terus Kiai kadang sewaktu maknai kitabnya itu terlalu cepat jadi banyak yang bolong-bolong saya mengartikannya. Kalau sudah begitu ya pasti nanti pinjem punya teman yang tidak terlewat mak nain kitabnya.72

Dokumen terkait