• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Enterprise Resource Planning (ERP) di PT Unilever Indonesia

N/A
N/A
Tania Tanie

Academic year: 2025

Membagikan " Penerapan Enterprise Resource Planning (ERP) di PT Unilever Indonesia"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN ENTERPRISE RESOURCE PLANNING PT UNILEVER INDONESIA

DISUSUN OLEH :

YUSTANIA YULIARMAN ( 11210000048 ) KURNIA ANANDA MULYA ( 11210000051 ) MORENO PUTRA MAYSANDRO ( 11210000053 ) MUHAMMAD FACHRI MAULANA ( 11210000058 )

AUDIT SISTEM INFORMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA JAKARTA

2024

(2)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Sang Pencipta karena atas limpahan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kasus audit ini. Makalah ini ditulis sebagai wujud sumbangsih pemikiran penulis untuk dunia pendidikan khususnya berkaitan dengan Audit Sistem Infornasi.

Audit sistem informasi adalah proses pemeriksaan dan evaluasi terhadap sistem informasi dalam suatu organisasi untuk memastikan bahwa sistem tersebut beroperasi dengan efektif, efisien, dan aman.

Makalah ini membahas tentang menilai efektivitas, efisiensi, dan keandalan sistem informasi serta memastikan bahwa sistem tersebut mematuhi kebijakan, prosedur, dan peraturan yang berlaku.Kami berusaha menyajikan makalah audit system informasi ini sebagai salah satu makalah referensi agar para mahasiswa serta masyarakat luas yang berminat terhadap audit system informasi dapat memahami konsep-konsep system audit yang dibutuhkan dalam perusahaan. Harapannya makalah ini dapat menjadi bahan ajar atau referensi yang digunakan pada lingkungan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia Jakarta dan masyarakat umum.

Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada Ibu Rini Ratnaningsih M.Ak, sebagai dosen pengajar mata kuliah Audit Sistem Informasi di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia Jakarta yang telah memberikan banyak masukan dan pengajaran kepada kami sebagai mahasiswa di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia Jakarta.

Jakarta, 22 Juli 2024

Penulis

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ...iii

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Tujuan Makalah ... 2

1.3 Teknik Pengumpulan Data ... 2

BAB II ... 6

KAJIAN PUSTAKA ... 6

2.1 Enterprise Resource Planning (ERP) ... 6

2.1.1 Pengertian ERP ... 6

2.1.2 ERP dalam Kurikulum Akuntansi... 9

2.1.3 Perkembangan ERP ... 11

2.1.4 Penerapan Sisten ERP dalam Perusahaan ... 12

2.1.5 Keuntungan dan Kerugian ERP ... 13

2.2 Pengendalian Internal COSO... 13

2.2.1 Pengertian COSO ... 13

2.2.2 Sejarah COSO ... 17

2.2.3 Pihak yang Terlibat dalam COSO ... 18

2.3 Sistem Pengendalian Internal... 18

2.3.1 Pengertian Sistem Pengendalian Internal ... 18

2.3.2 Tujuan Pengendalian Intern ... 19

2.3.3 Jenis Sistem Pengendalian Intern ... 20

2.3.4 Peran Penting Sistem Pengendalian Intern ... 20

2.3.5 Keterbatasan Sistem Pengendalian Internal ... 20

2.3.6 Penanggungjawab Sistem Pengendalian Intern ... 22

BAB III ... 23

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 23

3.1 Sejarah Perusahaan ... 23

3.2 Misi Perusahaan ... 24

3.3 Visi Perusahaan ... 25

3.4 Kegiatan Perusahaan ... 25

3.5 Nilai – Nilai Perusahaan ... 26

(4)

BAB IV ... 27

PEMBAHASAN ... 27

4.1 Penerapan ERP Pada PT Unilever Indonesia ... 27

4.2 Pengendalian Internal COSO Pada PT Unilever Indonesia ... 30

4.3 Analisis dari Perspektif Audit Sistem Informasi Pada PT Unilever Indonesia ... 33

BAB V ... 36

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 36

5.1 Kesimpulan ... 36

5.2 Rekomendasi ... 36

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Seiring perkembangan teknologi yang semakin pesat, setiap perusahaan diharapkan mampu memanfaatkan teknologi informasi dengan baik supaya kegiatan bisnis dapat berjalan lebih efektif dan efisien. Teknologi informasi beserta sistem operasinya merupakan elemen penting sebuah perusahaan untuk menjalankan kegiatan bisnis saat ini. Pada kondisi saat ini, perusahaan dituntut untuk terus berkembang dan memperbarui teknologi informasi beserta sistem operasinya. Selain itu lingkungan yang semakin kompetitif membuat perusahaan bergantung dengan kinerja teknologi informasi.

Enterprise Resource Plannning (ERP) telah di promosikan oleh American Production dan Inventory Control Society (APICS) sejak tahun 1980 dengan memperluas Persyaratan Manufacturing Perencanaan (MRP II) sistem operasi ke sistem lain dari perusahaan seperti keuangan, pemasaran dan tenaga. Saat ini, sumber daya keseluruhan perusahaan dapat diintegrasikan melalui ERP. Sistem ERP diharapkan untuk meningkatkan nilai pasar dan kinerja perusahaan melalui efisiensi dan efektivitas keuntungan. Sistem ERP dianggap alat yang kuat dan kuat untuk perubahan industri nyata. Sistem ERP adalah alat yang mampu mengendalikan perusahaan secara real-time, menggunakan perspektif transversal, kemudian ditarik ke tingkat dianggap sebagai faktor perubahan, dalam pandangan mencapai era baru rasionalisasi industri (Clairi dan Georges, 2005)

Dalam hal ini teknologi informasi telah menjadi faktor utama suatu perusahaan dalam menjalankan kegiatan usaha sehingga diperlukan teknologi informasi yang sesuai. Tidak hanya teknologi komputer, peran sistem pun juga penting untuk diperhatikan. Tanpa adanya suatu sistem, teknologi tersebut tidak akan bisa dijalankan dan dimanfaatkan fungsinya.

Salah satu sistem yang digunakan oleh banyak perusahaan berskala besar adalah sistem Enterprise Resource Plannning (ERP). ERP adalah sistem informasi terpusat yang menyediakan berbagai informasi spesifik untuk departemen-departemen yang berbeda disuatu perusahaan Setyawan (dalam Fridma dkk, 2016). ERP mengintegrasikan beberapa sistem database komputer yang awalnya saling berdiri sendiri pada tiap-tiap departemen yang ada. Sebenarnya setiap departemen masih memiliki sistem sendiri, tetapi semua sudah

(6)

terpusat satu sama lain, sehingga dapat dengan mudah memantau suatu permasalahan yang terjadi secara terstruktur.

Pengembangan sistem terintegrasi di seluruh perusahaan yang cukup populer adalah implementasi sitem perencanaan sumberdaya perusahaan atau lebih dikenal dengan Enterprise Resource Planning (ERP). Enterprise Resource Planning (ERP) merupakan suatu sistem teknologi informasi yang cukup populer dewasa ini. Enterprise Resource Planning (ERP) sudah mulai menyebar ke Indonesia. Fenomena pengimplementasian Enterprise Resource Planning (ERP) sudah mulai menyebar ke Indonesia, baik perusahaan manufaktur maupun perusahaan jasa. Dengan menerapkan Enterprise Resource Planning (ERP) di harapkan terintergrasinya data online untuk seluruh fungsi dalam perusahaan, standarisasi dan akurasi data, mempermudah tugas manajemen sehari-hari, meningkatkan efisiensi dan efektivitas perusahaan melalui alokasi sumber daya perusahaan secara optimal serta meningkatkan kualitas informasi. (Dian dkk,2009)

Menurut Laras (2014) Berkembangnya program unggulan guna meningkatkan kinerja perusahaan menjadi suatu hal yang serius yang harus dilakukan setiap perusahaan agar memiliki performansi kinerja yang baik. Perusahaan akan berupaya untuk meningkatkan kemampuan bersaingnya demi menjadi perusahaan yang memiliki daya saing unggul di kelas dunia. Banyak cara ditempuh perusahaan untuk meningkatkan kemampuan bersaing, salah satunya dengan mengembangkan teknologi informasi. Menurut Setiawati (2007), perkembangan teknologi informasi tidak lepas dari bagaimana menciptakan suatu sistem informasi yang digunakan sebagai alat untuk membantu pengambilan keputusan manajemen dalam rangka meningkatkan kinerja perusahaan. Penggunaan teknologi informasi secara strategik akan mampu membawa perusahaan meningkatkan profitabilitas yang merupakan salah satu indikator kinerja.

Ali Alzoubi (2011), Integrasi sistem informasi akuntansi dalam Enterprise Resource Planning (ERP) Sistem akan meningkatkan relevansi informasi akuntansi dan mengurangi tingkat ketidakpastian pengambil keputusan. Selain itu, sistem ERP berkontribusi dalam memberikan gambaran yang lebih jelas untuk keseluruhan kegiatan organisasi bisnis, posisi keuangan dan posisi akuntansi serta pada khususnya. Demikian pula ERP menyediakan informasi akuntansi keuangan agar mudah dimengerti sesuai dengan cara dan waktu yang tepat. Jika sistem informasi sesuai dengan kebutuhan perusahaan, maka akan berdampak efisiensi dan efektivitas terhadap kinerja perusahaan karena informasi yang di butuhkan dapat di kelola dengan optimal untuk mendukung aktivitas perusahaan.

(7)

Salah satu teknologi yang berperan mengintegrasikan tiap fungsi dalam perusahaan, yakni teknologi Enterprise Resource Planning (ERP). Teknologi ERP dapat mengintegrasikan fungsi marketing, fungsi produksi, fungsi logistik, fungsi finance, fungsi sumber daya manusia, dan fungsi lainnya (Baheshti, 2006). ERP telah berkembang sebagai alat integrasi, memiliki tujuan untuk mengintegrasikan semua aplikasi perusahaan ke pusat penyimpanan data dengan mudah diakses oleh semua bagian yang membutuhkan sehingga menghasilkan efisiensi yang tinggi bagi perusahaan. Sebagai mana juga diungkapkan oleh Genoulaz & Millet, (2006) integrasi data pada teknologi ERP dilakukan dengan single data entry yakni sebuah departemen fungsi memasukkan data, maka data ini dapat digunakan oleh fungsi-fungsi lainnya pada perusahaan. Enterprise Resource Planning (ERP) merupakan suatu cara untuk mengelola sumber daya perusahaan dengan menggunakan teknologi informasi. Penggunaan teknologi ERP dilengkapi dengan hardware dan software.

Teknologi ini berfungsi untuk mengkoordinasi dan mengintegrasikan data informasi pada setiap area business processes sehingga menghasilkan pengambilan Keputusan yang cepat karena 5 menyediakan analisa dan laporan keuangan yang cepat, laporan penjualan yang on time, laporan produksi dan inventori (Fridma dkk, 2016).

Sistem Enterprise Resource Planning (ERP) ini bisa menjadi investasi tidak hanya perusahaan besar saja yang dapat menggunakan sistem Enterprise Resource Planning (ERP), usaha kecil menengah juga dapat menggunakan sistem Enterprise Resource Planning (Harian Kompas,2016). Implementasi ERP pada perusahaan di Indonesia mempunyai harapan untuk mempercepat proses bisnis, meningkatkan efisiensi, dan meraup pendapatan yang lebih besar dan selalu mempercepat proses administrasi perusahaan (Warta Ekonomi, 2011).

Sistem Enterprise Resource Planning (ERP) atau perencanaan sumber daya perusahaan merupakan sebuah sistem informasi yang diperuntukan bagi perusahaan manufaktur maupun jasa yang berperan mengintegrasikan dan mengotomatisasikan proses bisnis yang berhubungan dengan aspek operasi, produksi, maupun distribusi di perusahaan yang bersangkutan (Wikipedia, 2016). Penggunaan sistem Enterprise Resource Planning (ERP) pada perusahaan diharapkan terjadinya integrasi secara online untuk seluruh fungsi, standarisasi proses operasi dan standarisasi data informasi (Laras, 2014)

Banyaknya perusahaan di indonesia (ratusan) baik yang publik maupun non publik, yang telah menerapkan sistem Enterprise Resource Planning (ERP). Hal ini sesuai dengan kondisi persaingan di pasar dunia yang menurut mereka untuk beroperasi berstandar dunia.

(8)

Planning (ERP). Terdapat kenyataan bahwa banyak perusahaan yang sukses 6 menerapkan sistem tersebut dan lebih banyak lagi yang sebenarnya gagal menerapkan sistem tersebut.

Berhasil atau gagal tentunya di ukur dari manfaat yang diterima perusahaan yaitu peningkatan kinerja (Nah, Faihoon, Tan, 2007)

1.2 Tujuan Makalah

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menganalisis manfaat yang diperoleh oleh PT Unilever dari penerapan sistem Enterprise Resource Planning (ERP) dalam meningkatkan efisiensi operasional dan produktivitas perusahaan.

2. Meneliti tantangan yang dihadapi oleh PT Unilever dalam proses implementasi ERP dan strategi yang digunakan untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut.

3. Mengidentifikasi faktor-faktor kritis yang mempengaruhi keberhasilan penerapan ERP di lingkungan perusahaan seperti PT Unilever.

4. Mengevaluasi dampak penerapan ERP terhadap kinerja PT Unilever, termasuk dalam hal pengendalian biaya, peningkatan layanan pelanggan, dan peningkatan efisiensi operasional.

5. Membandingkan kinerja PT Unilever sebelum dan setelah penerapan ERP untuk mengetahui perubahan yang terjadi dalam berbagai aspek operasional perusahaan.

6. Mengidentifikasi peluang dan tantangan yang mungkin dihadapi oleh PT Unilever di masa depan terkait dengan pengembangan dan pemeliharaan sistem ERP.

1.3 Teknik Pengumpulan Data

Pendekatan penelitian yang diterapkan ialah studi literatur, yaitu mengkaji khasanah pengetahuan dari penelitian atau penemuan terdahulu yang relevan dengan judul penelitian (Hardani et al., 2020). Adapun subjek utama dari penelitian ini ialah PT Unilever Indonesia (UNVR). Namun, pengumpulan data tidak melibatkan kontak langsung dengan subjek utama. Data ditelusuri dari situs ResearchGate, Google Scholar, laporan tahunan dan situs resmi perusahaan, buku, dan media massa. Sumber data tersebut merupakan data sekunder, yaitu data diperoleh dari subjek penelitian secara tidak langsung, seperti karya ilmiah, jurnal nasional atau internasional, media massa, dan media elektronik (Fitrah, 2017).

Permasalahan atau objek yang diamati ialah dampak penerapan sistem ERP dalam meningkatkan kinerja UNVR, dengan fokus pada modul manajemen hubungan pelanggan,

(9)

sumber daya manusia, rantai pasok, dan gudang. Mengenai instrumen penelitian yang digunakan, yaitu tim peneliti sebagai pengamat, pengumpul, dan pengolah data yang didukung dengan alat berupa laptop, microsoft office, dan jaringan internet. Parameter untuk kinerja dilihat berdasarkan empat modul yang diamati. Perusahaan dikatakan mengalami peningkatan kinerja ketika setelah penerapan sistem ERP, bagian manajemen hubungan pelanggan, sumber daya manusia, rantai pasok, dan gudang mengalami efisiensi biaya, efektivitas alur kerja, peningkatan layanan pelanggan, dan pertumbuhan lainnya yang menguntungkan perusahaan.

(10)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Enterprise Resource Planning (ERP) 2.1.1 Pengertian ERP

Enterprise Resource Planning (ERP) adalah teknologi sistem informasi yang terdiri dari seperangkat hardware dan software yang menggunakan teknologi database yang saling berhubungan untuk mengintegrasikan data dari berbagai bagian suatu sistem informasi yang dimiliki sebuah organisasi (Lorenzo, 2001). Dari semua pengembangan teknologi sistem informasi dewasa ini, sistem aplikasi ERP adalah salah satu sistem informasi yang tercanggih yang bisa didapatkan pada awal abad 21 ini. Menurut Bae dan Ashcroft (2004), secara garis besar ERP bisa digambarkan sebagai perkakas manajemen yang menyeimbangkan persediaan dan permintaan perusahaan secara menyeluruh dan berkemampuan untuk menghubungkan pelanggan dan supplier dalam satu kesatuan rantai ketersediaan. Sistem ERP mampu mengelola proses-proses bisnis yang penting dalam pengambilan keputusan perusahaan, dengan mengintegrasikan seluruh bagian fungsional perusahaan seperti fungsi penjualan, pemasaran, produksi, operasional, persediaan, pembelian, keuangan, sumber daya perusahaan, hingga fungsi new product development.

Implemantasi sistem ERP akan mempermudah pengolahan data serta alur informasi bagi perusahaan, sehingga bisnis dapat berjalan dengan tingkat pelayanan pelanggan dan produktifitas yang tinggi, biaya dan inventory yang lebih rendah, serta pengolahan sistem informasi yang lebih efektif, karena system ERP mampu memenuhi kebutuhan data serta informasi bagi setiap departemen dalam perusahaan, dengan menggunakan database yang terintegrasi dan memungkinkan seluruh departemen melakukan koordinasi data berdasarkan informasi yang diperoleh dari departemen lain secara realtime dan terintegrasi. Watson dan Schneider (1999), mengatakan bahwa ERP merupakan istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan sistem komputer dimana penggunaan database yang terintegrasi memungkinkan terjadinya pengiriman serta pengolahan data dan informasi antar departemen dalam sebuah organisasi. Shih (2006) dalam penelitiannya, mengartikan ERP sebagai sebuah paket sistem software bisnis yang terintegrasi sehingga mampu memenuhi kebutuhan perusahaan dalam memproses data sehingga memudahkan manajemen perusahaan mengolah berbagai informasi data secara lebih efektif dan efisien. Selanjutnya

(11)

ia mengatakan bahwa fungsi paling penting dalam sistem ERP adalah kemampuannya dalam otomatisasi dan integrasi seluruh proses bisnis dalam perusahaan, mengalirkan dan memproses data ke seluruh bagian serta kemampuannya untuk menyediakan informasi perusahaan secara realtime. Tarigan (2007) mengatakan bahwa aplikasi ERP memungkinkan terjadinya integrasi data dalam keseluruhan organisasi bisnis, sehingga dapat menghasilkan informasi yang lebih relevan karena sistem ini memungkinkan user (pihak manajemen maupun pemilik) untuk melihat kondisi perusahaan secara keseluruhan, dan berdasar pengamatan yang menyeluruh tersebut manajemen maupun pemilik dapat menganalisa serta mengambil keputusan dengan lebih cepat dan akurat.

Sistem ERP mampu mengintegrasikan semua data dari masing-masing fungsi dan departemen ke dalam sistem komputer yang mengirimkan data dan informasi tersebut kedalam satu database, sehingga dapat melayani semua kebutuhan data dan informasi bagi semua departemen yang berbeda-beda dengan lebih cepat dan akurat. Setiap departemen umumnya memiliki sebuah sistem komputer tersendiri yang mengolah data serta informasi yang dibutuhkan oleh masing-masing departemen, namun dengan sistem ERP seluruh data yang ada dalam perusahaan dikelola dalam sebuah sistem database tunggal dengan mengoperasikan software program yang terintegrasi sehingga berbagai departemen dalam perusahaan tersebut dapat dengan mudah bertukar data dan informasi serta saling berkomunikasi satu dengan yang lain (www.netessence.com.cy).

Misalnya, ketika perusahaan menerima pesanan dari pelanggan, maka departemen penjualan akan melakukan pencatatan order penjualan yang secara otomatis informasi ini terhubung langsung dengan bagian gudang untuk mengkonfirmasikan ketersediaan barang jadi siap jual. kemudian bagian gudang harus menginformasikan ketersedian barang yang dipesan. Bagian pengiriman akan mulai melakukan pengemasan serta pengiriman barang setelah mendapat informasi disertai data tentang order penjualan yang telah disetujui departemen penjualan. Bagian keuangan kemudian melakukan pencatatan atas transaksi penjualan sehingga pada akhirnya perusahaan dapat melakukan penagihan kepada konsumen atas order tersebut. Pada gambar 2.1 terlihat bahwa semua informasi secara otomatis akan saling berhubungan dengan seluruh data semua bagian perusahaan, karena sistem ERP merupakan sistem berbasis database yang mampu mengintegrasikan semua data di setiap departemen dalam perusahaan.

(12)

Gambar 2.1.

Gambar bagan konsep Enterprise Resource Planning (ERP) dalam perusahaan.

(Laudon dan Laudon, 2002)

Sistem informasi bagi organisasi yang berskala kecil mungkin sederhana untuk dilakukan, namun untuk perusahaan berskala besar dengan kantor cabang dan anak perusahaan yang tersebar di berbagai negara, hal tersebut akan lebih mudah dan cepat dilakukan dengan bantuan sistem informasi berbasis ERP. Misalnya, sebagai akibat adanya transaksi penjualan seperti ilustrasi diatas, maka bagian produksi secara otomatis menerima informasi tentang ketersediaan barang jadi di gudang, apakah jumlah barang siap jual masih berada dalam taraf safety stock. Informasi tersebut sangat penting bagi departemen produksi untuk melakukan perencanaan produksi dan melakukan permintaan pembelian bahan baku yang dibutuhkan dalam proses produksi jika ternyata informasi menunjukkan bahwa jumlah persediaan barang jadi perlu ditambah. Informasi tentang permintaan bahan baku tersebut otomatis diteruskan ke bagian pembelian, yang memungkinkannya untuk melakukan order pembelian kepada para pemasok (supplier) bahan baku. Bagian pembelian juga akan menerima berbagai informasi dan data tentang kinerja para supplier untuk dijadikan pertimbangan supplier mana yang cocok untuk memenuhi order pembelian oleh perusahaan.

Informasi tentang order pembelian bahan baku selanjutnya akan langsung diterima oleh bagian keuangan dan secara otomatis pencatatan tentang data jumlah barang yang dipesan,

Manufacturing Accounting

Business Process

Vendor Customer

Human Resources Sales and Marketing Finance

(13)

berikut tanggal transaksi dan harga yang harus dibayar oleh perusahaan langsung ditampilkan oleh sistem ERP.

Berdasar uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, Enterprise Resource Planning (ERP) adalah sistem informasi yang terdiri dari seperangkat hardware dan software yang menggunakan teknologi pengolahan database tunggal, sehingga mampu mengintegrasikan seluruh data dan informasi dari seluruh bagian sistem informasi yang ada dalam sebuah organisasi. Sistem ERP menggunakan teknologi pengolahan database yang saling berhubungan, sehingga proses pengolahan informasi dapat dilakukan dengan lebih efektif dan efisien karena ERP mampu menyajikan data perusahaan secara cepat, akurat dan realtime.

2.1.2 ERP dalam Kurikulum Akuntansi

Kehadiran teknologi ERP telah mempengaruhi fungsi akuntan dalam melakukan tugasnya, hal ini juga menuntut para praktisi akuntansi agar mempersiapkan dan menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi (Bae dan Ashcroft, 2004). Seseorang yang ingin sukses di bidang akuntansi harus memiliki pengetahuan serta ketrampilan yang memadai berkaitan dengan komputer karena teknologi komputer telah mempengaruhi hampir semua aktivitas di dunia bisnis (Elliot, 1997 dalam Al-Khadash dan Al-Beshtawi, 2009). Praktisi akuntansi yang dimaksud bukan hanya mereka yang telah berprofesi sebagai akuntan, namun kemajuan teknologi ini juga harus mendapat perhatian dari kalangan akademisi akuntansi. Institusi pendidikan serta para mahasiswa akuntansi harus secara aktif mengikuti laju perkembangan teknologi.

Seperti telah disebutkan pada uraian sebelumnya, bahwa implementasi ERP dapat meningkatkan kinerja perusahaan, maka penerapannya juga membutuhkan kemampuan sumber daya manusia di dalamnya. Dewasa ini dunia industri dan bisnis sangat menggantungkan kesuksesannya pada implementasi sistem ERP di perusahaan mereka, sehingga secara tidak langsung telah menciptakan pasar tenaga kerja baru, khususnya untuk memenuhi kebutuhan akan tenaga kerja di bidang teknologi ERP. tenaga kerja yang memiliki kompetensi di bidangnya sudah seharusnya ikut mempersiapkan calon lulusan agar dapat menjawab kebutuhan tenaga kerja profesional. Kemajuan teknologi ERP ini harus diikuti tidak hanya oleh para praktisi di bidang teknologi informasi, namun juga harus diikuti oleh para praktisi bisnis. Lembaga pendidikan bisnis juga harus mempersiapkan mahasiswanya agar memiliki kompetensi terutama dalam bidang teknologi ERP (Lorenzo,

(14)

2001). Pembelajaran materi-materi tentang teknologi informasi khususnya ERP dalam pendidikan akuntansi memang sudah selayaknya dilakukan, mengingat kehadiran teknologi ERP telah membawa dampak besar terutama berkaitan dengan sistem informasi akuntansi sehingga harus segera mendapat respon dari institusi pendidikan akuntansi (Tarigan, 2007).

Watson dan Schneider (1999) juga mengatakan bahwa tingkat kompetensi mahasiswa sebuah universitas dalam menguasai teknologi ERP akan meningkatkan kredibilitas universitas dimata perusahaan pencari tenaga kerja, sehingga dapat memberikan keuntungan kompetitif ditengah persaingan antar lembaga pendidikan tinggi yang semakin ketat.

Hal ini sudah mendapat perhatian baik dari lembaga pendidikan seperti universitas dan sekolah tinggi bisnis dan ekonomi, maupun oleh perusahaan yang memproduksi software ERP. Seperti yang telah dilakukan oleh SAP AG, sebuah perusahaan penyedia teknologi ERP terbesar di dunia yang memproduksi sistem ERP dengan nama SAP R/3.

Perusahaan tersebut merancang sebuah program dengan nama SAP University Alliance Program (SAP UAP) sebagai upaya mengakomodasi kebutuhan universitas untuk memberi materi-materi ERP kepada

Hal ini juga membuka peluang bagi lembaga pendidikan tinggi untuk ikut mengembangkan materi pembelajaran ERP dalam kurikulumnya, sehingga mampu mempersiapkan lulusannya untuk menjawab kebutuhan pasar tenaga kerja (Watson dan Schneider, 1999). Universitas sebagai lembaga yang akan mencetak mahasiswanya. SAP UAP dirancang untuk mendukung kegiatan belajar mahasiswa dengan menyediakan simulasi implementasi teknologi SAP ERP di dalam kelas sehingga memudahkan mahasiswa untuk memahami ide dasar \bagaimana peran teknologi ERP dalam sistem kerja operasi bisnis serta memahami konsep utama aplikasi software SAP ERP (McCann dan Grey, 2009). Melalui program tersebut, maka sejak tahun 1996 SAP menjadi perusahaan pertama yang menawarkan sistem ERP kepada pihak universitas untuk digunakan dalam kurikulum pengajaran mereka (Sager et al, 2006).

Dari uraian diatas, maka dapat dimengerti bahwa pemahaman mahasiswa akuntansi tentang teknologi ERP sangatlah penting, karena kemajuan teknologi ERP telah berkembang dan secara nyata mempengaruh bagaimana bisnia beroperasi dan bagaimana kegiatan di bidang akuntansi dilaksanakan, sehingga upaya untuk menciptakan sarjana akuntansi yang memiliki kompetensi di bidang teknologi informasi terutama sistem ERP menjadi hal yang tidak dapat dihindari bagi institusi pendidikan akuntansi.

(15)

2.1.3 Perkembangan ERP

Perkembangan Enterprise Resource Planning dibagi menjadi empat tahap, yaitu:

1. Material Requirement Planning (MRP)

Material Requirement Planning (MRP) merupakan hasil pengolahan atau pemrosesan dari Bill of Material (BOM) yang dimulai pada tahun 1960-an dan mulai terkenal pada tahun 1970-an. Saat itu, orang yang bekerja pada manufaktur dan perencanaan produksi sedang mencari metode yang lebih baik dan lebih efisien untuk memesan bahan baku dan menemukan MRP sebagai solusi sempurna untuk kebutuhan manufaktur dan perencanaan produksi karena mampu memecahkan masalah-masalah utama yang ada.

2. Closed-loop MRP

Sistem MRP berubah menjadi sesuatu sistem yang lebih baik dari hanya sekadar cara untuk memesan. Sistem MRP dapat mengelola tanggal jatuh tempo dari pemesanan dan dapat mendeteksi serta memberikan peringatan ketika suatu barang tidak diterima pada saat tanggal jatuh tempo. Terdapat beberapa tools yang dikembangkan untuk mendukung perencanaan penjualan dan produksi, pengembangan jadwal produksi, peramalan, perencanaan kapasitas, dan pemrosesan pemesanan. Pengembangan tersebut menghasilkan closed-loop MRP, dimana sistem tidak hanya sekadar untuk perencanaan kebutuhan material, tetapi juga dapat untuk mengotomatisasi proses produksi.

3. Manufacturing Resource Planning II (MRP II)

Tahap ketiga perkembangan dari ERP disebut dengan MRP II yang merupakan metode untuk perencanaan yang efektif dari sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan manufaktur. MRP II terbentuk dari kumpulan berbagai fungsi yang saling terhubung, fungsi-fungsi tersebut adalah perencanaan bisnis, perencanaan operasional dan penjualan, manajemen permintaan, perencanaan produksi, master scheduling, perencanaan kebutuhan material, perencanaan kebutuhan kapasitas, serta pelaksanaan sistem pendukung untuk kapasitas dan material. Hasil dari sistem tersebut akan terintegrasi dengan laporan keuangan seperti perencanaan bisnis, laporan pembelian, biaya pengiriman, proyeksi inventory, dan sebagainya.

4. Enterprise Resource Planning (ERP)

ERP merupakan tahap terakhir dari perkembangan ERP, dimana konsep dasar ERP sama dengan konsep MRP II. Perusahaan software menciptakan ERP dengan

(16)

sekumpulan proses bisnis yang luas dalam hal ruang lingkup dan memiliki kemampuan untuk menangani beberapa fungsi bisnis tambahan serta integrasi yang baik dan kuat dengan fungsi finansial dan akuntansi. ERP juga mampu mengintegrasikan tools lain seperti CRM (Customer Relationship Management), SCM (Supply Chain Management), dan sebagainya. Selain itu, ERP juga dapat mendukung proses bisnis yang melibatkan pihak luar perusahaan.

2.1.4 Penerapan Sisten ERP dalam Perusahaan

Pengembangan ERP dalam perusahaan melakukan klasifikasi menjadi 3 (tiga) bagian pengembangan yaitu: generic, preconfigured, dan installed. Dalam hal ini generic adalah pengembangan yang dapat dilakukan dengan sederhana tidak memakan biaya yang sangat besar. Hal ini biasa dilakukan untuk memberikan solusi pada suatu perusahaan yang tidak besar tetapi memiliki proses produksi yang cukup kompleks, sehingga membutuhkan solusi ERP pada bisnisnya. Selanjutnya untuk preconfigured, pada pengembangan ini dilakukan penyesuaian atau konfigurasi ulang dari paket sistem aplikasi ERP yang sudah ada untuk dapat diaplikasikan pada perusahaan. Installed, pada pengembangan ini biasanya ERP digunakan sebagai alat untuk mendukung kegiatan operasional perusahaan setelah memiliki fase generic dan preconfigured. Ada beberapa alternatif cara dalam menerapkan sistem ERP, diantaranya adalah:

a. Melakukan instalasi aplikasi ERP secara langsung dan menyeluruh. Perusahaan mengganti sistem lama dengan sistem ERP. Cara ini tentu juga mengandung resiko, seperti kesiapan perusahaan dengan sistem yang baru. Apakah sumber daya yang ada di dalamnya sudah siap untuk mengoperasionalkan sistem ERP atau belum.

Seringkali proses implementasi akan berjalan lambat karena proses tidak dilakukan secara bertahap per bagian dahulu.

b. Melakukan strategi franchise, cara ini dilakukan dengan cara mengimplementasi beberapa sistem ERP yang berbeda pada setiap unit bisnis pada perusahaan. Semua sistem ini juga saling terhubung dengan modul-modul umum yang seperti modul keuangan. Implementasi biasanya fokus pada satu unit dahulu yang dijadikan pilot project. Ini mengurangi resiko kegagalan sambil menguji sistem ERP di unit itu apakah bisa berjalan dengan baik. Apabila hasilnya ternyata memuaskan, maka sistem ERP dapat diimplementasikan ke unit yang lain secara bertahap berdasarkan referensi pilot project.

(17)

2.1.5 Keuntungan dan Kerugian ERP

Keuntungan yang didapatkan dari sistem ERP antara lain:

1. Integrasi antara area fungsional yang berbeda dapat meyakinkan komunikasi, produktifitas dan efisiensi yang tepat.

2. Rancangan Perekayasaan

3. Pelacakan pemesanan dari penerimaan sampai fulfillment

4. Mengatur saling ketergantungan dari proses penagihan material yang kompleks 5. Pelacakan 3 cara yang bersesuaian antara pemesanan pembelian, penerimaan

inventori, dan pembiayaan

6. Akuntasi untuk keseluruhan tugas: melacak pemasukan, biaya dan keuntungan pada level inti.

Adapun kerugian dari sistem ERP yaitu:

1. Terbatasnya kustomisasi dari perangkat lunak ERP 2. Sistem ERP sangat mahal

3. Perekayasaan kembali proses bisnis untuk menyesuaikan dengan standar industri yang telah dideskripsikan oleh sistem ERP dapat menyebabkan hilangnya keuntungan kompetitif

4. ERP sering terlihat terlalu sulit untuk beradaptasi dengan alur kerja dan proses bisnis tertentu dalam beberapa organisasi

5. Sistem dapat terlalu kompleks jika dibandingkan dengan kebutuhan dari pelanggan 6. Data dalam sistem ERP berada dalam satu tempat, contohnya: pelanggan, data

keuangan. Hal ini dapat meningkatkan resiko kehilangan informasi sensitif, jika terdapat pembobolan sistem keamanan.

2.2 Pengendalian Internal COSO

2.2.1 Pengertian COSO

COSO merupakan singkatan dari Comittee of Sponsoring Organization of treadway Commision, yaitu suatu inisiatif dari sektor swasta yang dibentuk pada tahun 1985. COSO merupakan model pengendalian internal yang banyak digunakan oleh auditor sebagai dasar untuk mengevaluasi dan mengembangkan pengendalian internal. Menurut model COSO, internal Control adalah suatu proses, melibatkan seluruh anggota organisasi, dan memiliki tiga tujuan utama, yaitu efektifitas dan efisiensi operasi, mendorong kehandalan laporan

(18)

memberikan jaminan yang wajar, bukan yanga bsolute, karena kemungkinan kesalahan manusia, kolusi, dan penolakan manajemen atas pengendalian, membuat proses ini menjadi tidak sempurna.

Struktur pengendalian internal COSO dikenal sebagai kerangka kerja pengendalian internal yang terintegrasi dan memiliki lima komponen yang saling berhubungan.

Komponen ini didapat dari cara manajemen dalam menjalankan bisnisnya dan terintegrasi dengan proses manajemen. Komponen pengendalian COSO antara lain meliputi:

1. Lingkungan Pengendalian

Tindakan atau kebijakan manajemen yang mencerminkan sikap manajemen puncak secara keseluruhan dalam pengendalian manajemen. Lingkungan pengendalian menciptakan suasana pengendalian dalam suatu organisasi dan mempengaruhi kesadaran personal organisasi tentang pengendalian. Lingkungan pengendalian merupakan landasan untuk semua komponen pengendalian intern yang membentuk disiplin dan struktur. Berdasarkan rumusan COSO bahwa lingkungan pengendalian didefinisikan sebagai seperangkat standar, proses, dan struktur sebagai dasar dalam pelaksanaan pengendalian internal di seluruh organisasi. Lingkungan pengendalian terdiri dari lima komponen yaitu : (1) Integritas dan nilai etika organisasi, (2) Parameter-parameter pelaksanaan tugas dan tanggung jawab direksi dalam mengelola organisasinya, (3) Struktur organisasi, tugas, wewenang dan tanggung jawab, (4) Proses untuk menarik, mengembangkan, dan mempertahankan individu yang kompeten, (5) Ketegasan mengenai tolok ukur kinerja, insentif, dan penghargaan untuk mendorong akuntabilitas kinerja.

Lingkungan pengendalian yang dihasilkan memiliki dampak yang luas pada sistem secara keseluruhan pengendalian internal. Selanjutnya, COSO (2013:7) menyatakan, bahwa terdapat lima prinsip yang harus ditegakkan atau dijalankan dalam organisasi untuk mendukung lingkungan pengendalian, yaitu : (1), Organisasi menunjukkan komitmen terhadap integritas dan nilai-nilai etika, (2) Dewan direksi menunjukkan kemandirian dari manajemen dan latihan yang mengawasi perkembangan dan kinerja pengendalian internal, (3) Manajemen menetapkan, dengan pengawasan dewan, struktur, jalur pelaporan, dan otoritas dan tanggung jawab yang tepat dalam mengejar tujuan, (4) Organisasi menunjukkan komitmen untuk

(19)

dengan tujuan, (5) Organisasi meminta pertanggungjawaban individu atas tanggung jawab pengendalian internal mereka dalam mengejar tujuan.

2. Penilaian Risiko

Tindakan manajemen untuk mengidentifikasi dan menganalisis risiko-risiko yang relevan dalam penyusunan laporan keuangan dan perusahaan secara umum.

Berdasarkan rumusan COSO, bahwa penilaian risiko melibatkan proses yang dinamis dan interaktif untuk mengidentifikasi dan menilai risiko terhadap pencapaian tujuan.

Risiko itu sendiri dipahami sebagai suatu kemungkinan bahwa suatu peristiwa akan terjadi dan mempengaruhi pencapaian tujuan entitas, dan risiko terhadap pencapaian seluruh tujuan dari entitas ini dianggap relatif terhadap toleransi risiko yang ditetapkan. Oleh karena itu, penilaian risiko membentuk dasar untuk menentukan bagaimana risiko harus dikelola oleh organisasi. Selanjutnya, COSO (2013:7) menjelaskan mengenai empat prinsip yang mendukung penilaian risiko yaitu : (1) Organisasi menentukan tujuan dengan kejelasan yang cukup untuk memungkinkan identifikasi dan penilaian risiko yang berkaitan dengan tujuan, (2) Organisasi mengidentifikasi risiko terhadap pencapaian tujuannya di seluruh entitas dan menganalisis risiko sebagai dasar untuk menentukan bagaimana risiko harus dikelola, (3) Organisasi mempertimbangkan potensi penipuan dalam menilai risiko terhadap pencapaian tujuan, (4) Organisasi mengidentifikasi dan menilai perubahan yang dapat berdampak signifikan pada sistem pengendalian internal.

3. Aktivitas Pengendalian

Berdasarkan rumusan COSO, bahwa aktivitas pengendalian adalah tindakan- tindakan yang ditetapkan melalui kebijakan-kebijakan dan prosedur prosedur yang membantu memastikan bahwa arahan manajemen untuk mengurangi risiko terhadap pencapaian tujuan dilakukan. Aktivitas pengendalian dilakukan pada semua tingkat entitas, pada berbagai tahap dalam proses bisnis, dan atas lingkungan teknologi.

Aktivitas pengendalian memiliki berbagai macam tujuan dan diterapkan dalam berbagai tindakan dan fungsi organisasi. Aktivitas pengendalian meliputi kegiatan yang berbeda, seperti : otorisasi, verifikasi, rekonsiliasi, analisis, prestasi kerja, menjaga keamanan harta perusahaan dan pemisahan fungsi. COSO (2013:7) menegaskan mengenai tiga prinsip dalam organisasi yang mendukung aktivitas

(20)

pengendalian yaitu : (1) Organisasi memilih dan mengembangkan aktivitas pengendalian yang berkontribusi terhadap mitigasi risiko pencapaian sasaran pada tingkat yang dapat diterima, (2) Organisasi memilih dan mengembangkan aktivitas pengendalian umum atas teknologi untuk mendukung tercapainya tujuan, (3) Organisasi menyebarkan aktivitas pengendalian melalui kebijakan kebijakan yang menetapkan apa yang diharapkan, dan prosedur-prosedur yang menempatkan kebijakankebijakan ke dalam tindakan.

4. Informasi dan Komunikasi

Informasi sangat penting bagi setiap entitas untuk melaksanakan tanggung jawab pengendalian internal guna mendukung pencapaian tujuan-tujuannya.

Informasi yang diperlukan manajemen adalah informasi yang relevan dan berkualitas baik yang berasal dari sumber internal maupun eksternal dan informasi digunakan untuk mendukung fungsi komponen-komponen lain dari pengendalian internal.

Informasi diperoleh ataupun dihasilkan melalui proses komunikasi antar pihak internal maupun eksternal yang dilakukan secara terus-menerus, berulang, dan berbagi. Kebanyakan organisasi membangun suatu sistem informasi untuk memenuhi kebutuhan informasi yang andal, relevan, dan tepat waktu. COSO (2013:7) menegaskan mengenai tiga prinsip dalam organisasi yang mendukung komponen informasi dan komunikasi yaitu : (1) Organisasi memperoleh atau menghasilkan dan menggunakan informasi yang relevan dan berkualitas untuk mendukung fungsi pengendalian internal, (2) Organisasi secara internal mengkomunikasikan informasi, termasuk tujuan dan tanggung jawab untuk pengendalian internal, yang diperlukan untuk mendukung fungsi pengendalian internal, (3) Organisasi berkomunikasi dengan pihak eksternal mengenai hal-hal yang mempengaruhi fungsi pengendalian internal.

5. Pemantauan

COSO (2013:5) menjelaskan mengenai komponen aktivitas pemantauan (monitoring activities) dalam pengendalian internal yaitu evaluasi yang sedang berlangsung, evaluasi terpisah, atau beberapa kombinasi dari keduanya digunakan untuk memastikan apakah masingmasing dari lima komponen pengendalian internal, termasuk kontrol untuk mempengaruhi prinsip-prinsip dalam setiap komponen, hadir dan berfungsi. Evaluasi berkelanjutan, dibangun dalam proses bisnis di berbagai tingkat entitas, memberikan informasi yang tepat waktu. Evaluasi terpisah, dilakukan

(21)

secara berkala, akan bervariasi dalam cakupan dan frekuensi tergantung pada penilaian risiko, efektivitas evaluasi yang sedang berlangsung, dan pertimbangan manajemen lainnya. Temuan dievaluasi berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh regulator, badan atau manajemen standar yang diakui dan dewan direksi, dan kekurangan dikomunikasikan kepada manajemen dan dewan direksi sebagaimana mestinya.

Kegiatan pemantauan meliputi proses penilaian kualitas kinerja pengendalian intern sepanjang waktu, dan memastikan apakah semuanya dijalankan seperti yang diinginkan serta apakah telah disesuaikan dengan perubahan keadaan. Pemantauan seharusnya dilaksanakan oleh personal yang semestinya melakukan pekerjaan tersebut, baik pada tahap desain maupun pengoperasian pengendalian pada waktu yang tepat, guna menentukan apakah pengendalian intern beroperasi sebagaimana yang diharapkan dan untuk menentukan apakah pengendalian intern tersebut telah disesuaikan dengan perubahan keadaan yang selalu dinamis.

2.2.2 Sejarah COSO

Pada tahun 1979-an, marak terjadi tindakan korupsi di Amerika. Untuk menindak lanjuti hal tersebut, sektor eksekutif-legislatif, SEC (Securities Exchange and Commission) dan US Congress membentuk FCPA (Foreign Corrupt Practices Act) dengan tujuan untuk melawan fraud dan korupsi yang sedang merak tersebut. Pada tahun 1985, sektor swasta yang disponsori oleh 5 asosiaso profesional yaitu: American Institute of Certified Public Accountants (AICPA), American Accounting Association (AAA), Financial Executives Institute (FEI), The Institute of Internal Auditors (IIA) dan The Institute of Management Accountants (IMA) membentuk National Commission on Fraudulent Financial Reporting atau dikenal sebagai The Treadway Commissio. Tujuan dari komisi ini adalah untuk melakukan riset mengenai fraud dalam pelaporan keuangan dan membantu rekomendasi- rekomendasi yang terkait fraud tersebut untuk perusahaan publik, auditor independen, SEC, dan instansi pendidikan. Komisi ini kemudia merancang sebuah kerangka kerja yang dikenal dengan COSO (Comittee of Sponsoring Organization of treadway Commision).

Misi utama dari COSO adalah untuk menghadirkan panduan bagi pasar global dalam penyelenggaraan organisasi yang baik melalui perkembangan kerangka kerja komprehensif dan pengawasan terhadap 3 subyek yang saling berhubungan, yaitu : pengendalian internal, Enterprise Risk Management (ERM), dan pencegahan Fraud.

(22)

COSO melakukan studi atas ketiga hal tersebut dengan perkembangan sebagai berikut: Tahun 1992, untuk mengevaluasi kontrol internal, pada tahun 1992 COSO mempublikasika sebuah kerangka kerja pengendalian internal (Internal Control – Integrated Framework) yang menjadi pedoman bagi para eksekutif, dewan direksi, regulator, penyusun standar, organisasi profesi, dan lembaga lainnya sebagai kerangka kerja yang komprehensif untuk mengukur pengendalian internal. Pada tahun 1996, menerbitkan Internal Control Issue in Derivatives Usage untuk mneggantikan kerangka kerja yang dipublikasikan pada tahun 1992 yang sudah usang. Tahun 1999, mengeluarkan hasil studi pencegahan fraud, Fraudulent Financial Reporting: 1987-1997. Pada tahun 2004, menerbitkan panduam terkait ERM bernama Enterprise Risk Management Integrated Framework. Pada tahun 2006, menerbitkan Internal Control over Financial Reporting Guide for Smaller Public Companies untuk menggantikan kerangka kerja yang dipublikasi pada tahun 1996. Pada tahun 2009 menerbitkan Guidance on Monitoring Internal Control System untuk menggantikan kerjagka kerja yang terbit tahun 2006. Tahun 2010 mengeluarkan hasil studi oencegahan fraud kedua, Fraudulent Financial areporting:1998- 2997. Dan pada tahun 2013 merevisi dan menerbitkan kembali Internal Control – Integrated Framework.

2.2.3 Pihak yang Terlibat dalam COSO

Pengendalian internal dilakukan oleh pihak yang terkait dan berperan, misalnya adalah dewan komisaris, manajemen, dan pihak-pihak lainnya yang mendukung pencapaian tujuan organisasi. Serta menyatakan bahwa tanggung jawab atas penetapan, penjagaan, dan pengawasan sistem Pengendalian Internal adalah tanggung jawab manajemen.

2.3 Sistem Pengendalian Internal

2.3.1 Pengertian Sistem Pengendalian Internal

Pengendalian intern harus dilaksanakan seefektif mungkin dalam suatu perusahaan untuk mencegah dan menghindari terjadinya kesalahan, kecurangan, dan penyelewengan.

Di perusahaan kecil, pengendalian masih dapat dilakukan langsung oleh pimpinan perusahaan.Namun semakin besar perusahaan, dimana ruang gerak dan tugas-tugas yang harus dilakukan semakin kompleks, menyebabkan pimpinan perusahaan tidak mungkin lagi melakukan pengendalian secara langsung, maka dibutuhkan suatu pengendalian intern yang dapat membrikan keyakinan kepada pimpinan bahwa tujuan perusahaan telah tercapai.

(23)

Menurut Mulyadi dalam buku Sistem Akuntansi (2008 : 163) “mendefinisikan sistem pengendalian intern meliputi struktur organisasi, Bukti Transaksi Jurnal Buku Besar Neraca Lajur Laporan Keuangan Neraca R/L Lap. Per Modal 8 metode, ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen”.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pengendalian intern merupakan suatu proses yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi yang terdiri dari berbagai kebijakan, prosedur, teknik, peralatan fisik, dokumentasi, dan manusia.

2.3.2 Tujuan Pengendalian Intern

Menurut Al Haryono Jusup (2014:356-357), sistem pengendalian internal dirancang oleh manajemen untuk memenuhi tiga tujuan utama:

1) Keandalan pelaporan keuangan entitas Manajemen bertanggungjawab untuk menyusun laporan keuangan bagi investor, kreditor, dan pihakpihak lainnya.

Manajemen memiliki tanggungjawab hukum dan profesional untuk memastikan bahwa informasi telah disajikan secara wajar sesuai dengan persyaratan pelaporan yang ditetapkan oleh International Financial Reporting Standards (IFRS) dan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Tujuan pengendalian internal yang efektif atas pelaporan keuangan adalah untuk memenuhi tanggungjawab pelaporan keuangan ini.

2) Efektivitas dan efisiensi operasi entitas Pengendalian dalam suatu perusahaan akan mendorong efektivitas dan efisiensi penggunaan sumber daya secara optimal untuk mencapai tujuan yang telah dicanangkan perusahaan. Tujuan utama pengendalian ini adalah untuk memberi informasi keuangan dan nonkeuangan yang akurat tentang kegiatan operasional perusahaan untuk pengambilan keputusan.

3) Kesesuaian dengan undang-undang dan peraturanperaturan Perusahaan publik, non- publik, dan organisasi nirlaba berkewajiban menaati banyaknya undangundang dan peraturan-peraturan yang diterbitkan. Sebagian diantaranya hanya menyangkut akuntansi secara tak langsung, namun ada juga yang langsung berkaitan dengan akuntansi seperti undang-undang perpajakan.

(24)

2.3.3 Jenis Sistem Pengendalian Intern

Dilihat dari tujuan tersebut maka sistem pengendalian intern dapat dibagi menjadi dua yaitu:

a. Pengendalian Intern Akuntansi (Preventive Controls)

Pengendalian Intern Akuntansi dibuat untuk mencegah terjadinya inefisiensi yang tujuannya adalah menjaga kekayaan perusahaan danmemeriksa keakuratan data akuntansi.Contoh : adanya pemisahan fungsi dan tanggung jawab antar unit organisasi.

b. Pengendalian Intern Administratif (Feedback Controls)

Pengendalian Administratif dibuat untuk mendorong dilakukannya efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakkan manajemen (dikerjakan setelah adanya pengendalian akuntansi) Contoh : pemeriksaan laporan untuk mencari penyimpangan yang ada, untuk kemudian diambil tindakan.

2.3.4 Peran Penting Sistem Pengendalian Intern

a) Membantu manajemen dalam mengendalikan dan memastikan keberhasilan kegiatan organisasi.

b) Menciptakan pengawasan melekat, menutupi nkelemahan dan keterbatasan personel, serta mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan dan kecurangan.

c) Membantu auditor dalam menentukan ukuran sampel dan pendekatan audit yang akan diterapkan.

d) Membantu auditor dalam memastikan efektifitas e. Audit, dengan keterbatasan waktu dan biaya audit.

2.3.5 Keterbatasan Sistem Pengendalian Internal

COSO (2013:9) menjelaskan mengenai keterbatasan-keterbatasan pengendalian internal sebagaimana yang dirumuskan dalam Internal Control Integrated Frame Work. Kerangka ini mengakui bahwa sementara pengendalian internal memberikan jaminan yang wajar untuk mencapai tujuan entitas, batasan memang ada. Pengendalian internal tidak dapat mencegah penilaian buruk atau keputusan, atau peristiwa eksternal yang dapat menyebabkan organisasi gagal mencapai tujuan operasionalnya. Dengan kata lain, bahkan sistem pengendalian

(25)

internal yang efektif dapat mengalami kegagalan. Keterbatasan dapat terjadi karena enam akibat yaitu :

1) Kesesuaian tujuan yang ditetapkan sebagai prakondisi untuk pengendalian internal,

2) Realitas bahwa penilaian manusia dalam pengambilan keputusan bisa salah dan tunduk pada bias,

3) Perincian yang dapat terjadi karena kegagalan manusia seperti kesalahan sederhana,

4) Kemampuan manajemen untuk mengesampingkan pengendalian internal, 5) Kemampuan manajemen, personel lain, dan / atau pihak ketiga untuk

menghindari kontrol melalui kolusi,

6) Peristiwa eksternal di luar kendali organisasi.

Berdasarkan uraian COSO, bahwa pengendalian internal tidak bisa mencegah penilaian buruk atau keputusan, atau kejadian eksternal yang dapat menyebabkan sebuah organisasi gagal untuk mencapai tujuan operasionalnya. Dengan kata lain, bahkan sistem pengendalian intern yang efektif dapat mengalami kegagalan. Lebih lanjut dikemukakan bahwa keterbatasan-keterbatasan yang ada mungkin terjadi sebagai hasil dari penetapan tujuan-tujuan yang menjadi prasyarat untuk pengendalian internal tidak tepat, penilaian manusia dalam pengambilan keputusan yang dapat salah dan bias, faktor kesalahan/kegagalan manusia sebagai pelaksana, kemampuan manajemen untuk mengesampingkan pengendalian internal, kemampuan manajemen, personel lainnya, ataupun pihak ketiga untuk menghindari kolusi, dan juga peristiwa-peristiwa eksternal yang berada di luar kendali organisasi.

(26)

2.3.6 Penanggungjawab Sistem Pengendalian Intern

a. COSO (committee of sponsoring organizations), suatu organisasi yanganggotannya terdiri dari AAA (the American Accounting Association), AICPA, IIA (the Institute of Internal Auditors), IMA (the Institute of Management Accountants), dan FEI (the Financial Executive Institute), menyatakan bahwa setiap personel dalamsuatu organisasi memiliki tanggungjawab dan merupakan bagian dari struktur pengendalian interen organisasi.

b. Pihak eksteren, seperti auditor independent serta lembaga otoritas yang lain, dimungkinkan untuk memberikan kontribusi dalam perancangan 11 struktur pengendalian interen, tetapi mereka tidak bertanggungjawab terhadap efektifitas SPI dan bukan bagian dari SPI.

c. Kelompok berperan besar:

1) Manajemen,

2) Dewan komisaris dan komite audit, 3) Auditor interen,

4) Personel lain dalam organisasi, 5) Auditor independen,

6) Pihak luar lain, seperti lembaga-lembaga otoritas yang memiliki kewenangan untuk mengatur jalannya organisasi.

(27)

BAB III

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

3.1 Sejarah Perusahaan

Unilever Indonesia pertama kali didirikan pada 5 Desember 1933 dengan nama

“Lever’s Zeepfabrieken N.V.” yang bertempat di daerah Angke, Jakarta Utara berdasarkan akta No. 23 dari Mr. A.H. van Ophuijsen, notaris di Batavia. Akta ini disetujui oleh Jenderal Geoual van Nederlandsch-Indie berdasarkan surat No. 14 pada 16 Desember 1933, terdaftar di Raad van Justitie, Batavia No. 302 pada 22 Desember 1933 dan diterbitkan dalam Javasche Courant pada 9 Januari 1934, tambahan No. 3.

Pada 22 Juli 1980, Perusahaan berganti nama menjadi “PT Unilever Indonesia”

dengan akta No. 171 dari notaris Ny. Kartini Muljadi SH. Perubahan nama pun kembali terjadi pada 30 Juni 1997 menjadi “PT Unilever Indonesia, Tbk.” dengan akta No. 92 notaris publik Bp. Mudofir Hadi SH. Akta ini disetujui oleh Menteri Kehakiman dengan surat keputusan No.C2-1.049HT.01.04 TH.98 tanggal 23 Februari 1998 dan diumumkan dalam Berita Negara No. 2620 tanggal 15 Mei 1998, tambahan No. 39.

Pada 22 November 2000, Unilever Indonesia mengadakan perjanjian dengan PT Anugrah Indah Pelangi, untuk mendirikan perusahaan baru yaitu PT Anugrah Lever (PT AL) yang bergerak di bidang manufaktur, pengembangan, pemasaran dan penjualan dari kecap, saus cabai serta saus lainnya seperti Bango dan merek lain di bawah lisensi perusahaan untuk PT AL.

Berselang dua tahun, tepatnya pada 3 Juli 2002, Unilever Indonesia kembali mengadakan perjanjian dengan Texchem Resources Berhad untuk mendirikan perusahaan baru yaitu PT Technopia Lever yang bergerak di bidang distribusi, ekspor dan impor barang- barang dengan merek dagang Domestos Nomos. Pada 7 November 2003, Texchem Resources Berhad menandatangani perjanjian jual beli saham dengan Technopia Singapore Pte. Ltd, di mana Texchem Resources Berhad setuju untuk menjual semua sahamnya di PT Technopia Lever ke Technopia Singapore Pte. Ltd.

Dalam Rapat Umum Luar Biasa Perusahaan pada 8 Desember 2003, Unilever Indonesia menerima persetujuan dari pemegang saham minoritasnya untuk mengakuisisi saham PT Knorr Indonesia (PT KI) dari Unilever Overseas Holdings Limited (pihak terkait).

(28)

Akuisisi ini efektif berjalan pada tanggal penandatanganan perjanjian jual beli saham antara perusahaan dan Unilever Overseas Holdings Limited pada 21 Januari 2004.

Pada 30 Juli 2004, Unilever Indonesia bergabung dengan PT KI. Merger dicatat dengan menggunakan metode yang mirip dengan metode penyatuan kepemilikan.

Perusahaan adalah perusahaan yang bertahan dan setelah merger PT KI tidak lagi sebagai badan hukum yang terpisah. Penggabungan ini sesuai dengan persetujuan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dalam surat No. 740 / III / PMA / 2004 tanggal 9 Juli 2004.

Pada 2007, Perusahaan menandatangani perjanjian bersyarat untuk membeli merek

"Buavita" dan "Gogo" minuman Vitality berbasis buah dari Ultra. Transaksi selesai pada Januari 2008.

3.2 Misi Perusahaan

Misi perusahaan kami adalah untuk menciptakan masa depan yang lebih baik setiap hari, kami membantu konsumen merasa nyaman, berpenampilan baik, dan lebih menikmati hidup melalui brand dan layanan yang bermanfaat bagi mereka dan orang lain. Kami menginspirasi masyarakat untuk melakukan langkah kecil setiap harinya yang bila digabungkan bisa mewujudkan perubahan besar bagi dunia. Selain itu, kami senantiasa mengembangkan cara baru dalam berbisnis yang memungkinkan kami untuk menumbuhkan bisnis sambil mengurangi dampak terhadap lingkungan.

Ambisi kami adalah menjadi pemimpin di pasar global dalam hal menciptakan bisnis yang berkelanjutan; yang berlandaskan tujuan mulia (purpose-led) dan mampu bersaing dimasa depan (future-fit). Untuk mencapai hal tersebut, ada lima langkah strategis yang kami miliki :

1) Mengembangkan Portofolio yang Berpotensi Mendorong Pertumbuhan yang Tinggi Kami berfokus pada kebersihan, perawatan tubuh, produk kecantikan premium, makanan yang berbasis nabati dan nutrisi yang bermanfaat seperti vitamin, mineral dan suplemen.

Beradaptasi dengan perubahan masyarakat dan seleranya terhadap makanan.

2) Brand yang Terdepan Menjadi Sumber Kebaikan

Kami ingin meningkatkan kesehatan planet dan masyarakat. Kami juga ingin meningkatkan kepercayaan diri dan kesejahteraan masyarakat sembari berkontribusi

(29)

untuk menciptakan lingkungan yang lebih toleran, adil dan inklusif. Brand kami memiliki peran penting untuk mencapai hal tersebut. Selain itu, semua inovasi brand kami juga akan didasari pada riset dan teknologi.

Diperkuat oleh tujuan mulia dan inovasi.

3) Mengembangkan Bisnis di Pasar USA, India, China dan Market Utama Lainnya Kami akan mengembangkan bisnis kami di USA, India dan China, sembari kami juga membesarkan skala bisnis kami di market utama lainnya.

Memperkuat keberadaan kami di negara berkembang.

4) Memimpin dalam Kanal Penjualan di Masa Depan

Kami sedang mengembangkan bisnis kami di eCommerce dan juga terus berupaya mengembangkan eB2B platforms yang baru, kami juga sedang mendorong kepemimpinan kami dengan menerapkan pengetahuan kami dalam memahami konsumen kami.

Mengembangkan cara yang inovatif untuk menjangkau konsumen kami.

5) Membangun Organisasi yang Purpose-Led (Berpegang pada Tujuan Mulia) dan Future-Fit (Mampu Bersaing Dimasa Depan)

Kami fokus untuk mengembangkan kapabilitas yang tangkas, melakukan transformasi digital, serta mengembangkan karyawan kami dengan membekali pengetahuan secara terus-menerus yang bisa diaplikasikan secara jangka panjang.

Kami akan menjadi perusahaan yang mendorong toleransi, keberagaman, inklusi, dan menciptakan pemimpin yang memiliki value.

Membangun budaya kerja yang ingin terus maju dan berkelanjutan.

3.3 Visi Perusahaan

Meraih rasa cinta dan penghargaan dari masyarakat Indonesia dengan menyentuh kehidupan setiap orang Indonesia secara positif setiap harinya.

3.4 Kegiatan Perusahaan

Berdasarkan Pasal 3 Anggaran Dasar Perseroan, maksud dan tujuan Perseroan adalah menjalankan bisnis pada sektor-sektor berikut: sektor industri, sektor jasa perdagangan

(30)

besar (distributor), perdagangan impor, layanan riset pemasaran, dan layanan konsultasi manajemen dan penyewaan real estate. Kegiatan usaha Perseroan mencakup produksi, pemasaran, dan distribusi barang-barang konsumsi, termasuk di dalamnya sabun, deterjen, es krim, bumbu-bumbu masak, kecap, produk - produk kosmetik, minuman dengan bahan pokok teh dan minuman sari buah.

Unit Bisnis dan Produk Produk

Perseroan mengusung tujuan dan inovasinya masing-masing sebagai upaya dalam memasyarakatkan kehidupan yang berkelanjutan, yaitu kehidupan yang ramah lingkungan serta memberikan manfaat sosial, sekaligus memberikan pertumbuhan usaha yang menguntungkan dan berkelanjutan. Saat ini Perseroan memiliki lebih dari 40 merek yang terbagi di dalam dua kategori produk Home & Personal Care serta Foods & Refreshment.

Secara operasional kedua kategori besar ini memiliki sub kategori sebagai berikut: tiga Bisnis Unit di bawah Home & Personal Care yaitu Beauty & Wellbeing, Home Care, dan Personal Care, serta dua Bisnis Unit di bawah Foods & Refreshment yaitu Ice Cream dan Nutrition.

3.5 Nilai – Nilai Perusahaan

Hubungan antara Unilever Indonesia dan karyawan ditopang oleh nilai-nilai integritas, rasa hormat, tanggung jawab dan semangat kepeloporan perusahaan, serta perilaku dan standar etika yang ditetapkan dalam PedomanPedoman Prinsip Bisnis. Nilai-nilai tersebut secara teratur dikomunikasikan melalui rapat, pertemuan, kegiatan pelatihan dan kampanye yang dipimpin oleh Komite Integritas Bisnis, dan didukung oleh mekanisme whistleblower yang menyediakan berbagai saluran rahasia dan aman bagi karyawan untuk melaporkan pelanggaran terhadap nilainilai Perusahaan.

Komitmen kami terhadap keberlanjutan tertanam dalam strategi the Unilever Compass, yang memberikan arahan strategis jangka panjang bagi Unilever Indonesia yang berlandaskan tujuan mulia, relevan dan mampu bersaing untuk masa depan. Hal ini didasarkan pada keyakinan utama kami bahwa merek dengan tujuan mulia akan bertumbuh, perusahaan dengan tujuan mulia akan bertahan, dan orang dengan tujuan mulia akan berkembang. Keyakinan ini mendorong transformasi bisnis kami di mana kami telah meluncurkan program manajemen perubahan untuk semua tingkatan manajemen guna memastikan bahwa hal-hal tersebut dipahami dan diinternalisasi dengan baik.

(31)

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Penerapan ERP Pada PT Unilever Indonesia

PT Unilever Indonesia melakukan pengimplementasian sistem kerja berbasis Enterprise Resources Planning (ERP) dengan melakukan pengembangan ide–ide baru di sepanjang periode dalam menghasilkan produk–produk agar mampu memenuhi keputusan pelanggan. Perusahaan yang berkategori Personal Care, Food and Home Care Product, PT Unilever sudah mengoperasikan perusahaannya secara global lebih dari 80 negara. Dalam hal ini, perusahaan membutuhkan sistem yang berintegrasi tidak hanya untuk pemantauan pada cabang di setiap negara melainkan membentuk kebijakan secara strategis untuk meningkatkan proses bisnis secara eksternal maupun internal. Unilever Indonesia Tbk telah dipilih sebagai prototype bagi negara – negara di Kawasan Asia Pasifik guna memulai usaha secara besar dikarenakan Indonesia sebagai negara yang berada di Asia memiliki posisi secara geografis dan budaya yang unik. Pada bulan Desember 2006, PT Unilever mulai mengambil keputusan dengan mendirikan ERP sebagai salah satu sistem yang terintegrasi dengan memanfaatkan SAP R/3. Adapun modul yang diimplementasikan oleh perusahaan, yaitu:

a. Finance and Controlling (FICO) b. Warehouse Management (WM) c. Production Planning (PP)

d. Business Warehouse (BW) e. Human Resources (HR)

Dalam menjalankan sistem modul – modul di atas, Unilever melibatkan pihak ketiga (Third–Parties) dengan melakukan kerja sama mempekerjakan PT. Accenture sebagai konsultan perusahaan disertai dengan adanya negara – negara yang sukses dalam melakukan implementasi sistem ERP ini. Terbukti bahwa Unilever melakukan pendekatan untuk mengoperasikan 250 sistem ERP yang diproses sekitar 30.000 transaksi per menit. Hal ini mengakibatkan langkah penting dalam scope yang dilakukan perusahaan dalam melakukan orientasi pada pertumbuhan perusahaan dengan cara melakukan penyatuan TI dan ERP yang berbeda dengan menjadikannya sebagai perusahaan global.

(32)

PT Unilever Indonesia sukses melakukan sistem ini karena mendapatkan efektifitas dalam kecepatan yang akan menjadi kemampuan solusi TI baru dalam membuat keputusan bisnis yang dapat terinformasi, terutama pada SAP ERP, yang dapat diperkirakan akan diproses sekitar 60.000 transaksi per menit jika perusahaan menginginkan pertumbuhan secara ambisius. Dengan analitik yang dimasukkan ke dalam sistem SAP dapat bekerja secara langsung pada saat melakukan data transaksi, program SAP yang dilakukan perusahaan berfokus pada adanya percepatan tugas pada operasional perusahaan dan dalam meningkatkan pengambilan keputusan secara real time. Dengan demikian, program ini mampu meningkatkan strategi Data Warehouse (EDW) secara global dimana hal ini menjadi komponen yang penting bagi perusahaan untuk melakukan pelaporan dan analitik, yang dapat melibatkan penggalian, transformasi, pemuatan, dan penggabungan data secara ERP dengan memperoleh data dari sumber lain.

Pada umumnya sistem ERP bertujuan untuk memberikan informasi dengan cara meingtegrasikan seluruh sistem informasi yang ada pada suatu perusahaan. PT Unilever mulai menerapkan sistem ERP pada tahun 2006 dengan beberapa modul yaitu, perencanaan produksi, manajemen Gudang, keuangan dan pengendalian, SDM, dan Gudang bisnis. Awal mula penerapan sistem ERP pada unilever tidak memenuhi tujuan dari penerapan sistem itu sendiri. Dalam melakukan pendekatan untuk menjalankan 250 sistem ERP yang diketahui memproses sekitar 30.000 transaksi per menitnya PT Unilever melibatkan pihak ketiga, terutama PT.Accenture sebagai konsultan dan negara yang berhasil dalam penerapan sistem ERP ini yang pada akhirnya penerapan sistem ERP dapat membantu permasalahan pada data perusahaan dengan cepat sehingga tidak membuang-buang waktu dan tidak menimbulkan masalah yang cukup besar. Dengan dilakukannya implementasi sistem ERP tingkat efisiensi suatu perusahaan meningkat dan menghasilkan pendapatan yang maksimal.

Beberapa fungsi dan tujuan penerapan ERP pada PT Unilever:

a) Integrasi Data : ERP membantu PT Unilever dalam mengintegrasikan berbagai data dari departemen seperti keuangan, produksi, dan persediaan. Ini memungkinkan perusahaan untuk menghindari duplikasi data, mempercepat akses informasi, dan meningkatkan akurasi data yang digunakan dalam pengambilan keputusan.

b) Optimasi Kinerja Manajemen : ERP membantu PT Unilever dalam mengoptimalkan kinerja manajemen dengan memberikan informasi akurat dan real-time. Ini

(33)

memungkinkan manajemen untuk merespons perubahan pasar dan situasi internal dengan lebih efektif.

c) Standarisasi Proses: ERP membantu PT Unilever dalam menerapkan standarisasi proses yang baik. Ini memungkinkan perusahaan untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi kesalahan dalam operasionalnya.

d) Optimasi Biaya Operasional: ERP membantu PT Unilever dalam mengoptimalkan biaya operasional dengan mengurangi biaya penyimpanan, meningkatkan efisiensi produksi, dan menghindari kelebihan persediaan yang mahal.

e) Perlindungan Data Perusahaan: ERP membantu PT Unilever dalam melindungi data perusahaan dengan memberikan akses yang terbatas dan mengontrol data yang dapat diakses oleh karyawan.

f) Peningkatan Layanan Pelanggan: ERP membantu PT Unilever dalam meningkatkan layanan pelanggan dengan memberikan informasi yang akurat dan cepat. Ini memungkinkan perusahaan untuk merespons dengan cepat terhadap permintaan pelanggan dan meningkatkan kepuasan pelanggan.

g) Optimalisasi Persediaan dan Pengelolaan Produksi: ERP membantu PT Unilever dalam mengoptimalkan persediaan dan pengelolaan produksi dengan mengintegrasikan data persediaan, produksi, dan permintaan pasar. Ini memungkinkan perusahaan untuk mengidentifikasi pola permintaan, menghindari kelebihan persediaan yang mahal, dan mengatur ulang produksi sesuai kebutuhan aktual.

Manfaat Penerapan ERP pada PT Unilever Indonesia Diterapkannya sistem ERP memberikan manfaat yang sangat besar bagi Unilever. Perusahaan dapat mengurangi beban biaya dalam pengolahan sistem di Perusahaan dan juga dengan sistem SAP yang mengintegrasikan seluruh proses bisnis yang ada pada perusahaan yang menajdikan perushaan lebih efektif dan efisien dalam mengolah datanya. Sehingga inilah yang menjadi acuan bagi perushaan-perusahaan besar mengapa sistem ERP ini harus di terapkan dalam perusahaan.

(34)

4.2 Pengendalian Internal COSO Pada PT Unilever Indonesia

Kerangka kerja COSO (Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission) adalah salah satu kerangka kerja yang paling dikenal dan diterapkan untuk pengendalian internal di seluruh dunia. Kerangka kerja ini terdiri dari lima komponen utama:

1. Lingkungan Pengendalian (Control Environment)

Tindakan atau kebijakan manajemen yang mencerminkan sikap manajemen puncak secara keseluruhan dalam pengendalian manajemen. Lingkungan pengendalian menciptakan suasana pengendalian dalam suatu organisasi dan mempengaruhi kesadaran personal organisasi tentang pengendalian.

Pengendalian Internal:

1) Membangun budaya etika dan integritas di seluruh organisasi.

2) Dewan direksi dan komite audit yang aktif dan independen.

3) Struktur organisasi yang jelas dengan tanggung jawab dan wewenang yang ditetapkan.

Contoh Penerapan di PT Unilever Indonesia:

1) Kode Etik dan Pedoman Perilaku: PT Unilever Indonesia mengadopsi kode etik yang ketat dan mengkomunikasikannya kepada semua karyawan. Kode etik ini mencakup panduan tentang perilaku etis, kepatuhan hukum, dan integritas dalam semua aspek operasi bisnis.

2) Komite Audit: PT Unilever Indonesia memiliki komite audit yang independen dan aktif dalam mengawasi pengendalian internal, memastikan transparansi dan akuntabilitas dalam pelaporan keuangan.

2. Penilaian Risiko (Risk Assessment)

Tindakan manajemen untuk mengidentifikasi dan menganalisis risiko-risiko yang relevan dalam penyusunan laporan keuangan dan perusahaan secara umum.

Pengendalian Internal:

1) Identifikasi dan analisis risiko yang relevan terhadap pencapaian tujuan entitas.

2) Penilaian risiko secara berkala untuk memahami perubahan dan dampaknya.

Referensi

Dokumen terkait

Through the function of Enterprise resource Planning system (ERP) we can increase the supply chain performance.. For this research title survey have been conduct and

Sistem intelijen untuk Enterprise Resource Planning ( ERP ) merupakan suatu proses perencanaan bisnis terintegrasi yang mengelola operasi dan fungsi-fungsi pendukung dari

PENGARUH PEMANFAATAN SISTEM ENTERPRISE RESOURCE PLANNING (ERP) DAN FAKTOR SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) TERHADAP KUALITAS INFORMASI AKUNTANSI PADA WILAYAH PT PLN (PERSERO)

Perencanaan sumberdaya perusahaan (Enterprise Resource Planning /ERP) adalah aplikasi komputer yang menyatukan sistem informasi yang mencakup berbagai fungsi utama

Keunggulan sistem ERP ( Enterprise Resource Planning ) adalah mengintegrasikan proses segudang dimana bisnis beroperasi, menghemat waktu dan biaya, keputusan dibuat

ERP (Enterprise Resource Planning) merupakan sebuah sistem informasi yang diperuntukan bagi perusahaan barang maupun jasa yang berperan untuk mengintegrasikan proses bisnis

Perancangan Sistem Informasi Berbasis Enterprise Resource Planning ERP Pada Studi Kasus MOU Coffee M Farel Akbar Rakha Raharjo1, Alexander Machicky Mayestino2 1Fakultas Ilmu

Dokumen ini membahas penerapan strategi manajemen rantai pasokan di PT Unilever Indonesia