• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Kaidah Tafsir Perspektif Fakhruddin Al-Razi (Studi Analisis Kaidah Tafsir Tentang al-Amru ba’da al-Hazhr Pada Tafsir Mafatih Al-Ghaib)

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Penerapan Kaidah Tafsir Perspektif Fakhruddin Al-Razi (Studi Analisis Kaidah Tafsir Tentang al-Amru ba’da al-Hazhr Pada Tafsir Mafatih Al-Ghaib)"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

Di antara kaidah tafsir yang digunakan dalam menafsirkan Al-Qur'an adalah kaidah al-Amru ba'da al-Hazhr. Dalam pengertian aturan ini, Fakhruddȋn al-Rȃzi mengatakan secara terbuka, bahwa aturan al-Amru ba'da al-Hazhr berimplikasi pada al-Wujhȗb. Kajian ini menyimpulkan bahwa terdapat implikasi yang berbeda bagi al-Rȃzi dalam memahami teori kaidah al-Amru ba'da al-Hazhr dengan penerapannya pada ayat-ayat al-Qur'an.

Kata kunci: Kaidah Tafsir, Fakhruddȋn al-Rȃzi, Mafȃtih al-Ghaib, al-Amru ba'da al-Hazhr. This research discusses the application of the principles of Tafsîr (interpretation of the Qur'an) according to Fakhruddȋn al-Rȃzi. This study deduces Fakhruddȋn al-Rȃzi's inconsistency in understanding the theory regarding the principle of al-Amru ba'da al-Hazhr and his application to verses in the Qur'an.

Dengan demikian, dari sembilan ayat al-Qur'an yang berbentuk al-Amru ba'da al-Hazhr, lima di antaranya berimplikasi pada al-Ibahah (kebolehan) dan hanya empat yang berimplikasi pada al-Wujub (kewajiban). Sebagai ketua Program Studi Al-Qur'an dan Tafsir Pascasarjana di Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakarta. Seluruh staf pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakarta yang telah membantu penulis dalam pembuatan disertasi ini.

Konsonan

Kata Sandang

Maka tidak heran jika di dalam Al-Qur'ân banyak sekali shȋgah (bentuk) perintah dan larangan, hal ini dikarenakan Al-Qur'ân diturunkan sebagai kitab pedoman bagi manusia, sehingga isinya banyak mengandung tentang landasan taklȋf (pembebanan syariat) pada manusia. Oleh karena itu, untuk memahami Al-Qur'an, khususnya untuk menjadi seorang mufassir, dibutuhkan beberapa disiplin ilmu yang memiliki keterkaitan langsung dengannya. Hal ini dimaksudkan agar isi dan kandungan Al-Qur'ân dapat dipahami secara komprehensif dan relevan dengan permasalahan manusia dan perkembangan zaman.

Di antara beberapa disiplin ilmu yang terkait langsung dengan Al-Qur'an adalah disiplin ilmu tafsir kaidah tafsir dan Ulȗm Al-Qur'an. Kaidah tafsir itu sendiri merupakan salah satu bagian terpenting dalam disiplin Ulȗm Al-Qur'an2. Singkatnya, kaidah tafsir berarti: “ketetapan yang membantu seorang mufessir untuk menurunkan makna atau pesan al-Qur’an dan menjelaskan isi ayat-ayat yang tidak bermakna”3.

Oleh karena itu, dengan memahami kaidah tafsir, seorang mufassir akan terbebas dari kesalahan dalam menafsirkan Alquran. Hal ini karena mufassir memiliki kemampuan intelektual untuk menarik kesimpulan hukum (istinbath) dari Al-Qur'an5. Dalam kitab al-Itqȃn fȋ ̒Ulȗm Al-Qur'ân, Imam as-Suyȗthi membagi ilmu ini menjadi 80 bab, di antara bab-bab tersebut.

Hal ini dimaksudkan karena banyaknya bacaan al-Qur’an yang memiliki bentuk perintah dan larangan, sehingga pembahasan al-Amru dan al-Nahyu menjadi sangat penting untuk dikaji. Persoalan seputar kaidah tafsir terkait al-amru (kata-kata perintah) merupakan persoalan yang kompleks. 7 Istilah al-Amru ba'da al-Hazhr adalah salah satu jenis masalah yang berkaitan dengan al-amru.

Misalnya, dalam Al-Qur'an, Allah melarang transaksi jual beli pada waktu shalat Jum'at, Allah berfirman. 8Aẖmad Muẖammad Hȃdi al-Hubait," al-Amru ba'da al-Hazhr fȋ Al-Qur'ȃn al-Karȋm: Dirȃsah Istiqrȃiyyah Taẖlȋliyyah".

Kemudian jika dicermati lebih dalam lagi, akan ditemukan fakta bahwa sampai sekarang pun para cendekiawan muslim masih memperdebatkan persoalan yang berkaitan dengan Nȃsikh dan Mansȗkh.

ذللَّٱ ذن َ

Pembatasan Masalah

Jika menganggap bahwa pembahasan tentang kaidah tafsir dalam Al-Qur'an cukup luas, maka pembahasan tentang kaidah tafsir itu terbatas. Analisis tafsir Fakhruddin al-Rȃzi terhadap ayat-ayat yang mengandung kaidah tafsir tentang al-amru ba'da al-hazhr (kata perintah setelah larangan) yang dikomentarinya langsung pada kitab Mafȃtȋh al-Ghaib. Analisis koherensi dan implikasi tafsir Fakhruddin al-Rȃzi terhadap kitab Mafȃtȋh al-Ghaib dengan teorinya untuk memahami fungsi kaidah tafsir al-Amru ba̒da al-Hazhr dalam istinbath hukum (Kesimpulan).

Perumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Mengetahui konteks dan implikasi tafsir Fakhruddȋn al-Rȃzi terhadap ayat-ayat Al-Qur'an yang memuat kaidah istinbath (ketetapan) al-Amru ba'da al-Hazhr.

Kegunaan Penelitian

Kajian Pustaka

Skripsi yang membahas tentang format aturan al-Amru ba̒da an-Nahyi (perintah setelah larangan) dan pengaruhnya terhadap perbedaan pendapat 19 ahli fikih.Tesis ini membahas tentang format perintah dan larangan dari perspektif ushul fiqh ahli. Tesis ini juga menjelaskan permasalahan seputar kaidah al-amru ba̒da an-nahy (perintah setelah larangan), namun tidak menjelaskan secara spesifik pandangan ulama tertentu, dalam artian hanya mengambil pandangan ulama secara global.

20 Izzah Kȃmil Musthafa al-Ja fari, al-Amru wa an-Nahy ̑̒Inda Ushȗliyyȋn, Tesis. Disertasi ini mengkaji aspek perintah dan larangan serta implikasinya terhadap istinbath (ketetapan) hukum Islam. Disertasi ini mengkaji secara mendalam tentang pengertian al-Amru dan an-Nahy (larangan) serta permasalahan yang terkait dengannya.

Namun, dalam pembahasan al-Amru ba̒da al-Hazhr, terlihat pembahasannya tidak tuntas dibahas. Inilah yang akan penulis isi, dimana penulis akan mengisi kekosongan disini dengan menuliskan pandangan Fakhruddȋn al-Rȃzi yang lebih spesifik mengenai hal tersebut. Buku ini membahas tentang definisi istilah al-amru dalam Al-Qur'an, namun tidak secara khusus membahas masalah al-Amru.

21 Abdul H̱amȋd Da imuddin, risalah "Al-Amru wa an-Nahy wa Atsaruhumȃ fȋ al-Aẖkȃm al-Syar'iyyah". Tesis ini menguraikan pembahasan dimensi bahasa dalam Tafsir Mafatih al-Ghaib. Risalah ini secara luas membahas konsep istinbath yang dilakukan oleh al-Rȃzi untuk menegakkan hukum Syariah secara umum.

Namun, disertasi ini tidak membahas secara khusus mengenai konsep kata imperatif dan kata larangan serta implikasinya terhadap ketentuan hukum. Bertentangan dengan apa yang akan penulis tulis, yang akan memfokuskan pembahasannya pada kata perintah setelah pelarangan dan implikasinya untuk.

Metode Penelitian

  • Jenis Penelitian
  • Pendekatan
  • Teknik Pengumpulan Data
  • Metode Analisis Data

Sumber data dalam penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber informasi primer berasal dari buku dan artikel yang ditulis langsung oleh Fakhrudin̒n al-Rȃzi, antara lain sebagai berikut. Mafȃtȋh al-Ghaib, (Beirut: Dȃr al-Kutub al-̒Ȃlamiyyah, 1421 H) Sumber sekunder berupa buku dan buku serta jurnal dan disertasi yang memuat penelitian ini sehingga mendukung pembahasan pokok.

Karena penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research), maka teknik pengumpulan data menggunakan metode dokumenter yaitu dengan mengumpulkan, meneliti dan mencatat informasi yang berkaitan dengan topik penelitian24. Dan disini penulis akan menerapkan bagian kedua yaitu mengumpulkan ayat-ayat dengan format al-Amru ba̒da al-Hazhr, dan menganalisis teori Fakhruddȋn ar-Rȃzi pada kitab tafsir Mafȃtiẖ al-Ghaib. Untuk melaksanakan penelitian ini secara teratur dan koheren, diperlukan rasionalisasi dan pembahasan yang sistematis.

Oleh karena itu, dalam penelitian ini, penulis akan membagi menjadi beberapa bab yang saling berhubungan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis terhadap Tafsȋr Mafȋtȋh al-Ghaib oleh Muhammad bin 'Umar bin al-Husain al-Rȃzi atau lebih dikenal dengan Fakhruddȋn al-Rȃzi dalam kajian penerapan kaidah Tafsȋr, maka penulis dapat menyimpulkan. Fakhruddȋn al-Rȃzi secara konsisten menerapkan kaidah penafsiran "al-Amru ba'da al-Hazhr Yufȋdu al-Wujȃb", terhadap ayat-ayat Al-Qur'ȃn yang memiliki format ini.

Cara yang digunakan untuk menjelaskan ayat-ayat tersebut adalah dengan menyebutkan secara langsung bahwa ayat-ayat tersebut terlibat dalam masalah kaidah tafsir “al-Amru ba’da al-Hazhr”, kemudian menyebutkan implikasi kata-kata perintahnya. Namun terkadang beliau juga tidak secara eksplisit menyebutkan adanya aturan tersebut dalam ayat-ayat tersebut. Hal ini karena ia meyakini bahwa secara linguistik kaidah penafsiran adalah "al-Amru ba'da al-Hazhr Yufȋdu al-Wujȗb".

Maka dari sembilan ayat dalam Al-Qur'an yang memuat format ini, menurut al-Rȃzi, lima di antaranya berimplikasi pada al-Ibȃhah dan empat ayat lainnya berimplikasi pada al-Wujȗb. Implikasi penafsiran yang dilakukan Fakhruddȋn al-Rȃzi terhadap teks-teks Al-Qur'ȃn yang memiliki format kaidah ini ternyata mayoritas sesuai dengan pendapat ulama.

SARAN

Dȃ'imuddin, Abdul H̱amȋd, "Al-Amr wa al-Nahy wa Atsaruhumȃ fȋ al-Aẖkȃm al-Syar'iyyah" Disertasi. Al-Farmawi, Abdul Hayy, Metode Tafsir Maudhu'i og Cara Penerapannya, Terj.Rosihon Anwar, Bandung: CV.Pustaka Setia, 2002, Cet.1 Al-Ghazali, Muhammad bin Muhammad, al-Mustashfa fi Ilm al-Ushul, Beirut. Al-Hanafi, Muhammad bin Abȗ Bakr bin Abdul Qȃdir, Mukhtȃr as-Shihȃh, (Beirut: al-Maktabah al-Ashriyyah, 1420 H).

I El-Hubejt, Aẖmad Muẖammad Hȃdi,” el-Amr ba׳da el-Hadzr fȋ Al-Kur’an el-. El-Qahthȃni, Abdullah Ma ȃyil ȃlu Hȃdhir. el-Istinbȃth ̑̒inda el-Fakhr er-Rȃzi min Khilȃl Tefsȋrihi Mafȃtȋh el-Ghaib: Dirȃsat Nadzariyyah Tethbȋqiyyah, Disertasi. El-Subki, Abdul Vehhab bin Ali bin Abdul Kafi, Raf’u el-Haxhib en Mukhtashar Ibn el-Haxhib, Bejrut: Alam el-Kutub.

Al-Zarkasy, Muhammad bin Bahadir bin Abdillah, al-Bahr al-Muhit fi Ushul al-Fiqh, Bejrut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, Tahqiq: Muhammad Muhammad Tamir, 1421 H/2000 M.

Referensi

Dokumen terkait

11. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah pesan, kesan dan keserasian al-Qur’an.. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah pesan, kesan dan keserasian al-Qur’an. Quraish Shihab, Tafsir