• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of PENERAPAN GAYA KEPEMIMPINAN UNTUK MENUNJANG PRODUKTIVITAS PETUGAS LEMBAGA PEMASYARAKATAN PEMUDA KELAS IIA MADIUN

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "View of PENERAPAN GAYA KEPEMIMPINAN UNTUK MENUNJANG PRODUKTIVITAS PETUGAS LEMBAGA PEMASYARAKATAN PEMUDA KELAS IIA MADIUN"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

P-ISSN: 2356-4164, E-ISSN: 2407-4276

Open Access at : https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/jkh

Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial

Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja

1263 PENERAPAN GAYA KEPEMIMPINAN UNTUK MENUNJANG PRODUKTIVITAS PETUGAS LEMBAGA PEMASYARAKATAN PEMUDA KELAS IIA MADIUN

Nastalya Haqq, Mitro Subroto Politeknik Ilmu Pemasyarakatan E-mail:

Info Artikel Abstract Masuk: 1 Desember 2022

Diterima: 15 Januari 2023 Terbit: 1 Februari 2023 Keywords:

correctional, leadership, productivity

Correctional institutions play a role in improving human who have problems with the law to become better human beings. The productivity of correctional officers' performance has an impact on the number of recidivism occurring. The role of leaders is important to carry out and realize organizational goals. Leaders have their own leadership style, but we don't know which one can increase the productivity of officer's performance. Productivity is very important for organizations, to achieve goals and maintain organizational stability. In correctional institutions, the recidivism rate becomes a benchmark for whether the prison has an active role in changing the inmates to be better than before. The lower levels of recidivism that occur, it also reflects how productivity is in a prison. Based on this, the purpose of this study was to determine the effect of leadership on the work productivity of officers at the Lapas Pemuda Kelas IIA Madiun.

Abstrak Kata kunci:

pemasyarakatan, kepemimpinan, produktivitas.

Corresponding Author : Nastalya Haqq, e-mail :

Lembaga pemasyarakatan memegang peran dalam meningkatkan kualitas manusia yang berhadapan dengan hukum menjadi lebih baik. Produktivitas petugas pemasyarakatan memiliki dampak pada jumlah residivisme yang terjadi. Peran pimpinan sangat penting dalam mencapai dan mempertahankan tujuan organisasi. Pemimpin

(2)

1264 mempunyai gaya kepemimpinan masing-masing, tapi kita tidak tahu mana yang menunjang kinerja petugas pemasyarakatan. Di Lembaga pemasyarakatan, angka residivisme menjadi tolak ukur apakah Lembaga pemasyarakatn berperan aktif dalam mengubah narapidana menjadi lebih baik dari sebelumnya. Produktifitas Lembaga pemasyarakatan Semakin rendah tingkat residivisme yang terjadi berati juga mencerminkan bagaimana produktifitas di dalam sebuah lapas.

Berdasarkan hal tersebut, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan terhadap produktivitas kerja Petugas di Lapas Pemuda Madiun.

@Copyright 2023.

PENDAHULUAN

Lembaga Pemasyarakatan berperan dalam membentuk Kembali manusia yang telah menjalani hukuman di dalam penjara, mempunyai banyak tugas penting untuk menunjang perannya tersebut. Produktifitas petugas pemasyarakatan dalam membina narapidana berdampak pada besar kecilnya pengulangan pidana atau residivisme yang dilakukan oleh mantan warga binaan yang telah keluar dari Lembaga pemasyarakatan. Selain itu, peran petugas dalam melakukan pembinaan kemandirian juga memberi dampak bagi warga binaan. Warga binaan yang telah mengikuti pelatihan kerja dan memiliki keterampilan dari hasil pelatihan kerja, memiliki kesempatan lebih untuk memperbaiki kehidupan dan kondisi perekonomian keluarganya dengan mengimplementasikan keterampilan atau kemahiran yang mereka miliki untuk membuka usaha sendiri ataupun menyalurkan tenaga dan kemampuannya diusaha orang lain. Pada Lembaga Pemasyarakatan sendiri terdapat sebuah struktur atau unsur sederhana yaitu pemimpin atau kepala Lapas sebagai atasan, dan petugas sebagai bawahan. Seorang pemimpin sangatlah penting dalam menjalankan tugas dan perannya di dalam sebuah organisasi. Visi, misi dan tujuan organisasi pun tidak akan terwujud bila seorang pemimpin yang menghendaki. Seorang pemimpin harus mempunyai dan memperlihatkan gaya kepemimpinannya. Setiap pemimpin mempunyai gaya dan cara memimpin yang berbeda-beda.

Menurut Stephen P. Robbins mengatakan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi suatu kelompok kearah suatu pencapaian (tujuan).

Pendapat ini memandang semua anggota kelompok atau organisasi sebagai satu kesatuan sehingga kepemimpinan diberi makna sebagai kemampuan mempengaruhi semua anggota. Agar bersedia melakukan kegiatan atau bekerja untuk mencapai tujuan kelompok atau organisasi. Selain itu, menurut Ole Robert G Ownes mengatakan bahwa kepemimpinan merupakan suatu interaksi antar suatu, pihak yang memimpin dengan pihak yang dipimpin. Pendapat ini menyatakan bahwa kepemimpinan merupakan proses dinamis yang dilaksanakan melalui

(3)

1265 proses hubungan timbal balik antara pemimpin dan yang dipimpin. kepemimpinan adalah upaya memandu, mendorong dan memfasilitasi orang lain dalam rangka pencapaian tujuan dengan menggunakan cara-cara tertentu dimana tujuan tersebut ditentukan atau disepakati (Locke 1991:67) dan (Ackoff 1999:136).

Gaya kepemimpinan adalah pola menyeluruh dari tindakan seorang pemimpin, baik yang tampak maupun yang tidak tampak oleh bawahannya.

Menurut (Lako, 2004:379) bahwa gaya kepemimpinan terbagi atas empat bagian yaitu demokratik, konsultif, delegasi, dan partisipatif. Menurut Tanjung et al (2020) Kepemimpinan atau memimpin kegiatan adalah upaya yang dilakukan oleh seseorang dengan segala kemampuannya untuk mempengaruhi, mendorong, membimbing, mengarahkan, dan menggerakkan orang lain agar mau bekerja dengan semangat dan kepercayaan dalam mencapai tujuan bersama. Gaya kepemimpinan yang dianut oleh seorang pemimpin tergantung dari tingkat kematangan atau kematangan anggota serta tujuan yang ingin dicapai.

Produktivitas kerja adalah kemampuan memperoleh manfaat sebesar- besarnya dari sarana dan prasarana yang tersedia dengan menghasilkan (output) yang optimal bahkan kalau mungkin yang maksimal (Siagian, 2008) Produktivitas kerja karyawan itu sesungguhnya bukanlah sesuatu yang kebetulan dimilikinya, tetapi merupakan suatu akibat dari persyaratan-persyaratan kerja yang harus dipenuhi oleh petugas (Slamet, 1998). menurut Balai Pengembangan Produktivitas Daerah (Soedarmayanti, 2009) ada 6 faktor utama yang menentukan produktivitas kerja yakni :

1. Sikap kerja, seperti kesediaan untuk bekerja secara bergiliran dapat menerima tambahan tugas dari bekerja dalam satu tim;

2. Tingkat keterampilan, yang dilakukan oleh pendidikan, latihan dalam manajemen dan supervisi serta keterampilan dalam teknik industri;

3. Hubungan antara tenaga kerja dan pimpinan organisasi yang tercermin dalam usaha bersama antara pimpinan organisasi dan tenaga kerja untuk meningkatkan produktivitas melalui lingkungan pengawasan mutu;

4. Manajemen produktivitas yakni manajemen yang efisiensi mengenai sumber daya dan sistem kerja untuk mencapai peningkatan produktivitas;

5. Efisiensi tenaga kerja seperti perencanaan tenaga kerja dan tambahan tugas;

6. Kewirausahaan yang tercermin dalam pengambilan resiko, kreativitas dalam berusaha dan berada pada jalur yang benar dalam berusaha.

Hasibuan (2006:241) mengemukakan ada empat gaya kepemimpinan yang menjadi perilaku seorang pemimpin, yaitu: a) Kepemimpinan yang berorientasi pada prestasi (archievement oriented leadership). Pemimpin menetapkan tujuan yang bersifat menantang, pemimpin tersebut mengharapkan agar bawahan berusaha mencapai tujuan tersebut seoptimal mungkin, serta pemimpin menunjukkan rasa percaya diri kepada bawahannya bahwa mereka akan memenuhi tuntutan bawahannya. b) Kepemimpinan Direktif (directive leadership), pemimpin member kesempatan kepada bawahan untuk mengetahui apa yang menjadi harapan bagi pemimpinannya dan pemimpin tersebut menyatakan kepada bawahannya tentang bagaimana dapat melaksanakan suatu tugas. Gaya ini mengandung arti bahwa pemimpin berorientasi pada hasil. c) Kepemimpinan parsipatif (participative leadership), pemimpin berkomunikasi dengan bawahannya dan bertanya untuk mendapatkan masukan-masukan atau saran

(4)

1266 dalam rangka pengambilan keputusan. d) Kepemimpinan suportif (suppprtive leadership), usaha pemimpin untuk mendekatkan diri dan bersikap ramah serta menyenangkan.

Produktivitas kerja sangat diperlukan pada sebuah organisasi, untuk mencapai target serta untuk menjaga organisasi agar tetap stabil. Produktivitas kerja petugas akan berkaitan dengan bagaimana kepemimpinan yang diterapkan oleh seorang pemimpin. Apabila kepemimpinan yang diterapkan sesuai dengan harapan petugas maka produktivitas kerja petugas akan menjadi lebih baik.

Kemudian motivasi merupakan pendorong bagi seseorang untuk bekerja. Sehingga semakin tinggi kepercayaan seorang petugas terhadap pemimpinnya serta tingginya motivasi dari petugas untuk bekerja maka semakin tinggi pula produktivitas kerja yang ditunjukkannya.

Di Lembaga Pemasayarakatan (Lapas), angka residivisme menjadi tolak ukur apakah lapas tersebut berperan aktif dalam merubah warga binaan menjadi lebih baik dari sebelumnya. Semakin banyak tingkat residivisme yang terjadi berati juga mencerminkan bagaimana produktifitas di dalam sebuah lapas. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh kebijakan-kebijakan yang diberlakukan bagi petuga lapas dan job description yang belum optimal dalam pelaksanaannya, dan adanya gap antara pimpinan dengan bawahannya sehingga kinerja petuga lapas tidak mengenai sasaran. Berdasarkanhal tersebut, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan terhadap produktivitas kerja Petugas di Lapas Pemuda Madiun.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. “Metodologi adalah proses, prinsip, dan prosedur yang kita gunakan untuk mendekati problem dan mencari jawaban” (Mulyana, 2008: 145).

Menurut Sugiyono (2007: 1), metode penelitian kualitatif merupakan suatu penelitian yang digunakan untuk meneliti pada objek yang alamiah dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara gabungan, analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi. Penelitian kualitatif bertujuan mempertahankan bentuk dan isi perilaku manusia dan menganalisis kualitas- kualitasnya, alih-alih mengubahnya menjadi entitas-entitas kuantitatif (Mulyana, 2008: 150). Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskipsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan melakukan observasi dan wawancara

1) Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengamatan.

Pengamatan dilakukan dengan caranonparticipant observation terhadap remaja perempuan yang menggunakan media komunikasi untuk mencari informasi kesehatan.

2) Wawancara dilakukan untuk mengetahui untuk melengkapi data dan upaya memperoleh data yang akurat dan sumber data yang tepat. Dalam penelitian ini, penulis mewawancarai 5 orang informan, yang terdiri dari remaja

(5)

1267 perempuan yang berasal dari kesehatan dan yang berasal dari non kesehatan.

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehngga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data (Moleong, L.J, 2006:248). Analisis data dilakukan dengan induktif yaitu dimulai dari keputusan-keputusan khusus (data yang terkumpul) kemudian diambil secara umum. Strategi pendekatan yang dilakukan adalah dengan metode induks konseptualisasi dimana peneliti bertolak dari fakta atau informasi empiris (data) untuk membangun konsep hipotesis dan teori.

Menurut Miles and Huberman (1984) dalam Sugiyono (2015:337), mengemukakan bahwa analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.

Proses analisis data yang berlangsung selama penelitian ditempuh melalui langkah-langkah sebagai berikut a) reduksi data, b) penyajian data dan c) verifikasi data

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan Pemuda. Kelas IIA Madiun, beralamat di Jl. Yos Sudarno No. 106 Kota Madiun. Lapas Pemuda Madiun adalah satu unit Pelayanan Teknik Pemasyarakatan di bawah naungan Jendral Pemsyarakatan. Lapas Pemuda Madiun berkapasitas sebanyak : 854 orang Napi/Tahanan dengan jumlah pegawai 78 orang terdiri dari 67 orang pegawai laki – laki dan 11 orang pegawai perempuan. Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Madiun tergolong Lapas Kelas IIA maka Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehakiman RI, Nomor : M.01.PR.07.03 TAHUN 1985 Tanggal 26 Februari 1985 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemasyarakatan mempunyai tugas pokok dan fungsi sebagai berikut :

a. melakukan pembinaan narapidana/anak didik;

b. memberikan bimbingan, mempersiapkan sarana dan mengelola hasil kerja c. melakukan bimbingan sosial/kerohania narapidana/anak didik

d. melakukan pemeliharaan keamanan dan tata tertib lembaga pemasyarakatan

e. melakukan urusan tata usaha dan rumah tangga.

Berdasarkan penelitian diketahui bahwa informan dalam penelitian ini berjumlah 2 informan yang semuanyanya berjenis kelamin laki-laki dan berumur

>30 tahun, pendidikan terakhir 2 informan S1. Masa kerja bervariasi mulai dari 7 tahun hingga 10 tahun.

Gaya kepemimpinan merupakan in strumen yang dipandang untuk mempengaruhi dan mengendalikan orang lain untuk mau bekerjasama dalam mencapai tujuan. Pemimpin yang baik harus mengetahu tentang tanggung jawab yang diemban. Rasa memiliki tanggungjawab yang tinggi dapat digunaka sebagai indeks untuk mengetahui karakteristrik pemimpin yang ideal. Karakteristik pemimpin ideal setidaknya memiliki 8 idikator, yaitu:

a. cerdas, pemimpin yang memoilik8i pengetashuan yang luas dpat dengan mudah, cepat dan tepat dalam menyelesaikan permasalahan.

(6)

1268 b. Bertanggang Jawab, pemimpin yang baik tidak hanya mementingkan dirinya seniri melainkan harus paham akan tanggung jawabnya kepada organisasi.

c. Jujur, pemimpin yang ideal harus memiliki sifat jujur baik dalam berkata maupun bertindak, sifat jujur seorang pemimpin membuat anggota percvaya dengan kinarja denga begitu perintah yang diberikan kan cepat terlaksana.

d. Dapat dipercaya, kepercayaan natara pemimpin dan anggota sangat diperlukan untuk memacu kinerja organisasi untuk lebih maju.

e. Inisiatif, pemimpin harus mampu untuk memutuskan dan memiliki kemampuan untuk mencari solusi demi kemajuan organisasi.

f. Konsisten dan tegas, konsistem dalam ,manjalankan tugas dan aturan secara bijaksana, tegas dalam menegakkan peraturan namun tidak mengekang anggotannya untuk mengembangkan kemampuan.

g. Adil, pemimpin yang ideal tidak membedakan perlakuan terhadap anggota, dan tidak memihak kepada salah satu angggota.

h. Lugas, perkataan pemimpin bharus luga agar mudah diterima oleh anggota.

Umumnya pemimpin memiliki gaya yang berbeda antara masing-masing sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh individu. Tantangan bagi organisasi yang memiliki visi misi dalam mencapai tujuan namun harus menyamakan gaya kepemimpinan yang dimiliki oleh pemimpin dengan kinerja anggota yang sudah menjadi budaya diorganisasi. Begitu pula dengan pamimpin yang seharusnya tidak mengedepankan egonya menuntut anggota bekerja seperti apa yang pemimpin mau.

Budaya kerja yang tercipta duiorganisasi bukan terbentuk sehari-duahari namun sudah seperti menjaedi tradisi diorganisasi tersebuty. Pemimpin yang baru menepati jabatannya di organisasi tersebut juika memiliki kriteria ideal untuk mampu menjadi pemimpin yang baik pasti mengupayakan dirinya untuk beradaptasi dalam lingkungan organisasi.

Veithzal Rivai menyebutkan tiga gaya kepemimpinan yang umum dimiliki yaitu, pertama gaya kepemimpinan otoriter. Kepemimpinan ini menganut sistem segala sesuatu diatur dan pemegangb kendali utama organisasi adalah pempimpin, anggota tidak memiliki suara dalam pengambilan keputusan di dalam organisasi. Keuda adalah gaya kepempinan bebas, yang merupakan kebalikan dari gaya kepemimpinan otoriter. Keputusan atas kegiatan diambil melalui keputusan perorangan atau kelompok-kelompok kecil, pemimpin memberikan kepercayaannya sepenuhnya kepada anggota yang memiliki tanggungjawab atas tugas masing-masing.

gaya kepemimpinan ketiga adalah demokratis, pemimpin menganggap anggota sebagai aspek penting dalam organisasi. pemimpin menghargai Kemauan, kehendak, kemampuan, buah pikiran, pendapat, kreativitas, inisiatif yang berbeda-beda. Keputusan yang diamboil organisasi diambil dari musyawarah antara pemimpin dan anggota.

Berdasarkan hasil dari observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti di Lapas Pemuda Madiun, berjalan dengan efektif dan efisinnya program pembinaaqn yang diberikan oleh Lapaa pemuda Madiun kepada warga binaan.

Kedisiplinan petugas pemasyarakatan sangat dibutuhkan untuk membentuk Kembali warga binaan menjadi manusia yang berguna bagi keluarga dan masyarakat.

(7)

1269 Menurut observasi yang peniliti lakukan di lapangan, Kepala Lapas (Kalapas) Pemuda Madiun lebih cenderung menggunqkan gaya gaya kepemimpinan demokratis, sikap kalaps yang tidak memposisikan disinya seagai bos namun benar-benar pemimpin yang bersikap objektif dan tidak membedakan perlakuan terhadap petugas satu dengan yang lainnya.semua petugas, staf maupun pejabat eselon harus menaati peraturan yang telah diterapkan di Lapas Pemuda Madiun. Menurut Veithzal Rivai , Kepemimpinan demokratis adalah kepemimpinan yang mengambil keputusan sangat mementingkan musyawarah, yang diwujudkan pada setiap jenjang dan di dalam unit masing-masing.

Kalapas pemuda rutin melakukan Rolling petugas di tia-tiap seksi jika terjadi permasalahan yang terjadi di salah satu seksi akibat petugas yang kurang menguasai pekerjaan di seksi tersebut. Kalapas mengambil keputusan tersebut karena melihat evaluasi kinerja yang kurang kemudian dengan keputusan yang diambil secara musyawarah dengan kepala bidang seksi, dmi terciptanya suasana kerja yang nyaman dan kinerja petugas tetap terjaga.

Seperti yang diungkapkan oleh salah satu petugas Lapas Pemuda Madiun, Menurut Bapak Wiko

“baru pertama kali saaya bekerja dibawah pimpinan yang tidak hanya meminta anggotanya untuk mengutamakan integritas kepada Lapas namun juga mau memberi contoh. Bapak sangat loyal kepada anggotanya, kami di sini bekerja tidak dibawah tekanan. Pembawaannya yang luwes membuat kami sebagai anggota tidak segan untuk meminta pendapat dan masukan bukan hanya masalah pekerjaan, kalapas juga sering menyempatkan waktu untuk berolahraga Bersama anggotanya, bapak memang hoby olahraga jaadi anggota diberi kebebasan dan fasilitas untuk berolahraga sesuai minat setelah penat bekerja, namun tetap dengan tidak mengesampingkan pekerjaan yang menjadi tanggung jawab. Harus diselesaikan”

Kalapas Pemuda Madiun mempercaya petugas dalam menjalankan tugasnya, tidak hanya mengawasi tapi Kalapas juga berusaha mendekatkan diri dengan petugas agar tidak terkesan adanya jarak antara pimpinan dengan anggota.

Dengan begitu terbukti petugas merasa nyaman bekerja dibawah pimpinan Kalapas namun tetap bertanggunjawab atas tugas yang harus diselesaikan.

Kalapas Pemuda Madiun memberika kebabasan kepada masing-masing Kepala Seksi untuk mengatur jalannya kegiatan sesuai rencana kerja, selagi tetap dalam aturan yang terdapat di Lapas Pemuda Madiun. Hal tersebut merupakan bukti bahwa kalapas membebaskan anggotanya upengambilan keputusan-keputusan demi terwujudnya tujuan Lapas.

Menurut Irphan, yang merupakan Kepala Seksi Kegiatan Kerja:

“kebebasan untuk saya mengambil keputusan, contohnya dalam menentukan barang-barang yang menjadi produk hasil karya warga binaan, kalapas sepenuhnya menyerahkan dan mempercayakan sepenuhnya kepada saya. Pesan dari kalapas hanya buatlah karya yang mempunyai peluang untuk dipasarkan dan mampu memenuhi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Kalapas sering meninjau langsung ke Bengkel Kerja untuk melihat bagaimana program pembinaan kemandirian berlangsung, tidakj jarang pula beliau memberikan pujian kepada wargabinaan atas barang yang mereka

(8)

1270 buat. Hal tersebut bisa menjadi pemicu semangat bagi warga binaan untuk terus berkarya dan berproses dalam memperbaiki diri.”

Produktivitas kerja dapat diartikan menjadi hasil kongkrit yang dihasilkan organisasi selama jangka waktu tertentu selama proses kerja. Dalam hal ini, semakin rendah angka residivis yang terjadi maka semakin baik program pembinaan yang diberikan lapas untuk warga binaan.

Pemimpin mempunyai pengaruh besar produktivitas dan upaya peningkatan kinerja petugas. Petugas merupakan pelaku utama untuk mewujudkan visi, miosi dan tujuan baik jangka pendek maupun jangka Panjang bagi Lapas. Tentu saja kalapas memiliki harapan besar dalam meningkatkan produktivitas petugas untuk menciptakan lapas yang baik dari waktu ke waktu. Orientasi yang sama yaitu untuk menunjukan hasil yang efisien dan efektif harus dimiliki oleh kalapas dan petugas dalam meningkatkan produktifitas kerja. Untuk mengetahui dampak gaya kepemimpinan terhadap produktivitas kerja karyawan diperlukan indicator sebagai berikut:

1. Kemampuan

Kemampuan pemimpin didukung oleh karyawan yang memiliki keinginan yang sama dalam mewujudkan visi, misi dan tuh=juan prganisasi. Dalam mengembangkan kemampuan petugas, pemimpin harus memberikan kebebasan petugas dalam menentukan keputusan dan tetap melakukan pembimbingan terhadap petugas dalam melaksanakan pekerjaan. Kemampuan petugas merupakan fakktor utama dalam mewujudkan tujuan organisasi. Hal tersebut sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Veithzal Rivai bahwa Tipe kepemimpinan demokratis menempatkan manusia sebagai faktor utama dan terpenting dalam setiap kelompok atau organisasi. Dengan demikian semakin baik kemampuan yang dimiliki karyawan tujuan perusahaan akan semakin mudah dicapai.\.

2. Meningkatkan hasil yang ingin dicapai

Kebebasan yang diberikan kalapas kepada petugas mengenai program pembinaaan yang diberikan kepada wqarga binaan dengan tetap memberikan himbauan dan arahan kepada petugas mengenai keberhasilan program pembinaan tersbut. Keinginan kalapas adlah untuk mengurangi angka terjadinya residivisme dalam beberapa tahun kedepan. Keberhasilan lapas dalam melaksankan program pembinaan akan mengurangi angka terjadinya overcrowded yang ada di dalam lapas akibat berkurangnya residivis yang Kembali ke dalam lapas karena pengulangan kasus yang sama ataupun kasus lainnya.

3. Semangat kerja

Kualitas sumber daya manusia adalah faktor utama yang mendorong keberhasilan lapas dalam mencapai tujuan pemasyaraktan. Karena itu pemimpin perlu memahami individu yang terdapat di dalam sebuah organisasi yang di pimpinya dan harus memahami terkait dengan bakat, minat, motivasi, harapan, kebutuhan, keinginan dan kemampuanya dalam mengelola sumberdaya manusia itu sebaik mungkin agar bisa mencapai apa yang di inginkan secara efektif dan efisien.

(9)

1271 Pemberian pemahaman petugas pemasyarakatan atas fungsi, tugas dan peran mereka sebagai ASN yang memberikan pelayanan public yang professional dan berkualitas. Penguatan mental Petugas pemasyarakatan dan profesionalitas dapat dilakukan dengan cara pengadaan pelatihan- pelatihan yang bertujuan untuk membentuk pola pikir dan emosional petugas pemasyarakatan sesuai dengan Program Pelaksanaan Prinsip Dasar Pemasyarakatan (Back to Basics) yang tengah digalakkan oleh Ditjenpas Program Back to Basics merupakan strategi untuk meningkatkan kualitas pelayanan.

Semangat kerja yang tinggi, kedisiplinan dan kerja sama yang baik antara pimpinan dan petugas akan membawa dapak bagi pencapaian tujuan lapas karena produktivitas yang semakin meningkat.

4. Pengembangan diri

Pemimpin mendorong petugas untuk tetpa terus berinovasi mengikuti perkembangan zaman yang terjadi. Dimasa pandemic seperti sekarang ini, sedikit kemungkinan kerajinan hasil karya warga binaan diperkenalkan melalui pameran-pameran yang diselenggarakan untuk internal maupun pameran yang diselenggarakan oleh pemerintah kota.

Pemasaran hasil karya warga binaan itu akhirnya dibelokkan melalui penjualan yang dilakukan dengan bantuan e-commerce atau lapak jual beli online yang sedang digandrungi oleh semua kalangan. Apresiasi kalapas cukup tinggi atas inovasi yang dicptakan oleh petugas. Pemimpin berharap agar inovasi-inovasi seperti ini akan terus tercipta agar hasil karya warga binaan tidak hanya menjadi barang pajangan di dalam laps namun bisa bersaing dengan produksi-produksi di luar lapas.

5. Mutu

Kalapas sangat memperhaikan keberlagsungan program-program pembinaan dan pemenuhan hak-hak warga binaanberjalan sesuai dengan yang diharapkan ataukan terdapat kendala di dalam pelaksanaannya. Kalaps selalu menghimbau petugas untuk selalu berpegang teguh kepada Standart Oprasional Procedur (SOP) yan berlaku. Bukan hanya pemberian program pembinaan namun juga pelayanan yang diberikan kepada petugas untuk warga binaan yang mengurus hak-haknya, sseperti asimilasi reimisi dan lain-lain. Kalaps menghimbau untuk petugas supaya tetap bekerja bersih dan tidak terindikasi adanya praktik pungutan liar yang dilakukan oknum petugas kepada warga binaan.

Berdasarkan data yang telah dikumpulkan, kalapa pemuda medium sangat memperhatikan maksimalnya program-program di lapas terlaksana. Kalaps memastikan tidak ada kecacatan dalam pelaksanaan program yang telah dilaksanakan oleh petugas dan diperuntukkan kepada warga binaan. Kalaps mengevaluasi apakan program yang dilaksanakan sudah sesuai dengan SOP dan sesuai dengan pedoman pelaksanaan yang ada.

Gaya kepemimpinan yang paling tepat adalah suatu gaya yang dapat memaksimumkan produktivitas, kepuasan kerja, pertumbuhan dan mudah dengan segala situasi. Berdasarkan ulasan yang telah dijelaskna penulis, terdapat dua dampak gaya kepemimpinan terhadap produktivitas kinerja

(10)

1272 petugas pemasyarakatan. Kalaps pemuda madiun sangat memperhatikan terlaksananya program-program yang ada di Lapas pemuda Madiun dengan memperhatikan keefektifan dan efisiensi pelaksanaan program-program tersebut. Kualitas program pembinaan kemandirian juga menunjukkan hasil yaitu terpenuhinnya PNBP di tahun 2021 dan pemberian premi kepada warga binaan yang mengikuti pelatihan kerja.

Keterbukaan kalapas kepada petugas namun tetap memegang teguh aturan yang berlaku di dalam lapas, membuat petugas bekerja dengan nyaman tidak berada dibawah tekanan. Hal tersebut yang membuat program-program yang sudah direncanakan terlaksana dengan masimal.

PENUTUP Kesimpulan

Gaya kepemimpinan yang dimiliki oleh Kalapas Pemuda adiun adalah gaya kepemimpinan demokratis. Hal tersebut terlihat dari sikap kalapsa dalam mengontrol dan mengatur petugas. Tidak ada perbedaan perlakuan yang diberikan kalapas kepada bawahannya, kalapas selalu bersikap objektif kepada semua petugas pamasyarakatan di lapas Pemuda Madiun

Gaya kepemimpinan yang paling tepat adalah suatu gaya yang dapat memaksimumkan produktivitas, kepuasan kerja, pertumbuhan dan mudah dengan segala situasi. Dampak dari gaya kepemimpinan terseut adlaah terlaksananya program-program yang ada di dalam lapas .

Implikasi

Implikasi adalah suatu konsekuensi atau akibat langsung dari hasil penemuan suatu penelitian ilmiah. Berdasarkan hasil yang telaah didapat ditemukan implikasi teoritida dan praktis sebagai beriku:

1. Implikasi Teoritis

a. Gaya kepemimpinan yang dimiliki oleh Kalapas Pemuda Madiun mempengaruhi produktivotas kinerja petugas. Namun diketahui tidak semua pemimpin memiliki gaya kepemimpinan yang sama. Petugas harus bisa menyesuaikan diri dengan gaya kepemimpinan lain dengan tetap memerhatikan kinerja.

b. Dukungan pemimpin diperlukan untuk menunjang kinerja petugas dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Diharap pemimpin mendukung dan memiliki kepercayaan penuh terhadap kompetensi yang dimiliki oleh petugas dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.

2. Implikasi Praktis

Hasil penelitian ini digunakan sebgai bahan maukan untuk Kalapas maupun petugas, untuk dapat membenahi diri sehubungan dengan gaya kepemimpinan yang dimiliki oleh pemimpin dan budaya kerja yang dimiliki disebuah organisasi. Keberhasilan dalam mencapai tujuan dapat dicapai dengan adanya sinergritas yang terbentuk antara pimpinan dan petugas.

(11)

1273 DAFTAR PUSTAKA

H, Yusuf Fajar. “Gaya Kepemimpinan Dalam Meningkatkan Produktivitas Kerja Di Kementerian Agama Kabupaten Banjarnegara,” Skripsi. Yogyakarta:

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2017.

Isvamdiari, Any, “Pengaruh Kepemimpinan Dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada Pt Central Capital Futures Cabang Malang”, Jurnal Jibeka Volume 12, No 1, 2018.

Prayogo, Agung, “Analisis Gaya Kepemimpinan Dalam Upaya Meningkatkan Produktivitas Kerja Karyawan Ud. Widagdo Rahayu Pacitan”, Skripsi, Ponorogo: Institut Agama Islam Negeri Ponorogo, 2020.

Sahidi, “Karakter Kepemimpinan Ideal Dalam Organisasi”, Jurnal Moderat,Volume 6, Nomor 3, 2020.

Referensi

Dokumen terkait

1.2.1 ออกแบบตารางเก็บข้อมูลการผลิต Time Study Observation Sheet เมื่อทราบจ านวนครั้งในการศึกษาเวลาแล้ว ผู้วิจัยด าเนินการออกแบบตารางเก็บ ข้อมูลการผลิตดังภาพประกอบ 26