1
PENERAPAN KONSEP GREEN BUILDING PADA HUNIAN (RUMAH BOTOL RIDWAN KAMIL)
DISUSUN OLEH : Indan Prayoga
41220010023 Dosen :
Wibisono Bagus N, S.T., M.Sc.
Mata Kuliah : Metode Penelitian
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR UNIVERSITAS MERCU BUANA
TAHUN 2022/2023
2
ABSTRATC
One reaction of the environmental crisis is the emergence of the concept green design that leads to sustainable design and energy concepts. In this study applied green design at the residence of architect Ridwan Kamil, known as Bottle House.
Bottle house is a house that is designed to have a balanced reciprocal relationship with its environment. Th\e use of bottles is one of the design ideas that help reduce waste in Indonesia at time can be one of alternative materials that are not only functional but alsoaesthetically.
Description of the analysis results show the relationship between the design of Bottle Houses by the application of ecological aspects in buildings, which the Housemeets with a good bottle in the fulfillment of all aspects of the building with the Green Design category as a version of LEED Certified Building, one of the organization that have a standardin the assessment of building sustainable and sfficiency of energy.
ABSTRAK
Salah satu reaksi dari krisis lingkungan adalah munculnya konsep Desain Hijau atau green design yang mengarah pada desain berkelanjutan dan konsep energi.
Dalam penelitian ini mengkajiupaya terapan green designpada kediaman arsitek Ridwan Kamil yang dikenal dengan Rumah Botol.
Rumah Botol adalah satu rumah yang dirancang agar memiliki hubungan timbal balik yang seimbang dengan lingkungannya. Penggunaan botol bekas merupakan salah satu ide perancangan yang membantu mengurangi limbah di Indonesia sekaligus dapat menjadi salah satu alternative material yang tidak hanya fungsional namun juga estetis.
Hasil uraian analisis menunjukan hubungan antara desain Rumah Botol dengan penerapan aspek ekologi pada bangunan, dimana Rumah Botol memenuhi dengan baik seluruh aspek dalam pemenuhan bangunan Green Design dengan kategorinya sebagai Certified Building versi LEED, salah satu organisasi yang memiliki standar dalam penilaian bangunan yang berkelanjutan dan hemat energi.
3 DAFTAR ISI
ABSTRAK ... 2
DAFTAR ISI ... 3
BAB I ... 4
PENDAHULUAN ... 4
1.1 LATAR BELAKANG ... 4
1.2 RUMUSAN MASALAH ... 4
1.3 TUJUAN ... 5
BAB II ... 6
TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1 Green Building ... 6
2.2 KONSEP GREEN BUILDING ... 7
2.3 GREENSHIP EXISTING BUILDING VERSI 1.1 ... 8
2.3.1 Tepat Guna Lahan ... 8
2.3.2 Efisiensi dan Konservasi Energi ... 9
2.3.3 Konservasi Air ... 9
2.3.4 Sumber dan Siklus Material ... 9
2.3.5 Kesehatan dan Kenyamanan Udara Dalam Ruang ... 10
2.3.6 Manajemen Lingkungan Bangunan... 10
2.3.7 Kriteria GREENSHIP ... 11
2.3.8 Peringkat GREENSHIP ... 12
BAB III ... 13
METODOLOGI PENELITIAN ... 13
3.1 OBJEK PENELITIAN ... 13
3.2 PEMILIHAN METODE PENELITIAN ... 13
3.3 VARIABEL PENELITIAN ... 14
3.4 METODE PENGAMBILAN DATA ... 14
3.4.1 Jenis Sumber Data ... 14
3.4.2 Teknik Pengumpulan Data ... 14
3.5 ANALISIS DATA ... 14
3.5.3 Pengumpulan Data ... 15
3.5.4 Reduksi Data ... 15
3.5.5 Penyajian Data ... 15
3.5.6 Penarikan Kesimpulan ... 15
4 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
Rumah tinggal merupakan salah satu kebutuhan hidup yang utama disamping kebutuhan sandang dan pangan. Rumah tinggal mempunyai peran sebagai wadah kegiatan bagi penghuninya dalam menjalankan kegiatan sehari-hari. Sebagai salah satu kebutuhan primer dan mempunyai peranan penting dalam siklus hidup manusia. Dalam perencanaannya salah satu yang menjadi pertimbangan dalam merancang sebuah hunian atau rumah tinggal yaitu memperhatikan kondisi lingkungan sekitar, seperti kondisi geologis, iklim setempat, bahan bangunan dan prinsip pembangunan yang sekecil mungkin merusak alam. Apabila hal ini diterapkan, akan menciptakan hunian yang nyaman sekaligus membawa dampak positif untuk kelestarian lingkungan.
Hunian yang nyaman dan bisa memberikan nilai positif untuk kelestarian lingkungan, hal tersebut bisa diwujudkan melalui rumah tinggal berkonsep bangunan ramah lingkungan (green building). Konsep green building adalah sebuah konsep dimana bangunan yang dalam desain, konstruksi dan oprasinya bisa mengurangi dampak negatif bagi lingkungan. Konsep ini juga mengharuskan supaya bangunan bisa memberikan dampak yang positif bagi lingkungan dan alam. Kriteria green building yang bisa diterapkan dalam perencanaan rumah tinggal adalah Efisiensi dan Konservasi Energi (EEC). EEC bertujuan untuk mendorong penghematan energi melalui Langkah Langkah efisiensi energi.
Pada rumah tinggal, sistem tata cahaya dan sistem tata udara merupakan komponen yang memainkan peran penting, untuk mengoptimalkan kedua sistem tersebut diperlukan perencanaan yang tepat, perencana atau pemilik rumah bisa menerapkan sistem pencahayaan dan penghawaan alami. Dengan menerapkan pencahayaan dan penghawaan alami pemilik rumah bisa memangkas kebutuhan energi listrik.
Salah satu rumah yang mengusung konsep hemat energi adalah rumah botol karya arsitek M.Ridwan Kamil. Rumah ini mendapat Green Design Award dari BCI Asia karena rumah ini hemat energi, penggunaan material botol bekas dalam unsur perancangan dipilih sebagai salah satu bentuk untuk mendukung Gerakan reuse dan recycle yaitu menggunakan material bekas menjadi rancangan yang unik dan kreatif.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan dari uraian latar belakang, maka dengan ini dapat dirumuskan masalah seperti, bagaimana penerapan konsep green building pada eksterior dan interior pada rumah botol, karya Ridwan kamil.
5 1.3 TUJUAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan konsep green building pada eksterior dan interior pada rumah botol, karya Ridwan kamil.
6 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Green Building
Green building didefinisikan oleh Environmental Protection Agency (EPA) sebagai struktur bangunan yang environmentally responsible dan menggunakan sumber daya secara efisien di seluruh siklus hidupnya. Konsep ini memperluas dan melengkapi tujuan dari bangunan biasa yang selama ini hanya fokus kepada nilai ekonomi, utilitas, kekuatan dan kenyamanan bangunan. Green building dirancang untuk mengurangi dampak menyeluruh akibat pembangunan terhadap kesehatan manusia dan lingkungan, melalui:
1. Penggunaan energi, air dan sumber daya lain secara efisien.
2. Perlindungan kesehatan penghuni bangunan.
3. Meminimalisir timbunan limbah, polusi, dan degradasi lingkungan.
Sebagai contoh, green building dapat memanfaatkan material bangunan yang ramah lingkungan atau berkelanjutan dalam konstruksinya (misalnya material hasil reuse dan recycle, atau terbuat dari sumber daya terbarukan); menciptakan lingkungan indoor yang sehat dan tidak tercemar polutan (yaitu dengan mengurangi pemakaian produk yang mengemisikan polutan); serta perancangan landscape yang dapat meminimalisir pemakaian air.
Green Building dapat juga dikenal dengan bangunan hijau, konstruksi hijau, atau bangunan berkelanjutan yang dihadirkan dalam bentuk konsep untuk memecahkan permasalahan seperti kerusakan alam dan pemanasan global. Gren Building adalah bangunan yang dirancang dengan konsep yang ramah lingkungan, hemat energi, dan material yang ramah lingkungan. Upaya untuk menghasilkan penggunaan sumber daya secara efisien selama daur hidup bangunan sejak perencanaan, pembangunan, oprasional, pemeliharaan, renovasi bahkan sampai pembongkaran.
Menurut Peraturan Mentri Negara Lingkungan Hidup No. 8 Tahun 2010, bangunan ramah lingkungan (green building) adalah suatu bangunan yang menerapkan prinsip lingkungan dalam perancangan, pembangunan, pengoperasian, pengelolaan dan aspek penting penanganan dampak perubahan iklim.
Menurut Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 38 Tahun 2012, bangunan gedung hijau adalah bangunan yang bertanggung jawab terhadap lingkungan dan sumber daya efisien dari mulai perencanaan, pelaksanaan konstruksi, pemanfaatan, pemeliharaan, sampai dekonstruksi.
Menurut GBCI, bangunan hijau adalah bangunan baru yang direncanakan dan dilaksanakan atau bangunan sudah terbangun yang dioperasikan dengan memperhatikan
7
faktor-faktor lingkungan/ekosistem dan memenuhi kinerja, bijak guna lahan, hemat air, hemat energi, hemat bahan kurangi limbah, kualitas udara dalam ruangan.
Dalam Greenship sebagai system rating yang telah disusun oleh GBCI terdapat enam kategori yang menjadi nilai suatu bangunan dapat dikatakan green building, yaitu :
1. Tepat Guna Lahan
2. Efisiensi dan Konservasi Energi 3. Konservasi Air
4. Sumber dan Siklus Material
5. Kualitas Udara dan Kenyamanan Udara dalam ruang 6. Manajemen Lingkungan Bangunan
Sehingga dapat disimpulkan bahwa bangunan hijau adalah pembangunan yang berbasis pada keseimbangan alam untuk mendapatkan bangunan yang sehat dan nyaman sekaligus hemat energi dari perancangan, pembangunan dan penggunaan material yang berdampak terhadap lingkungan sangat minim.
2.2 KONSEP GREEN BUILDING
Konsep pembangunan berkelanjutan dapat ditelusuri dengan energi (minyak terutama fosil) krisis dan pencemaran berwawasan lingkungan pada tahun 1970. Gerakan Green Building di Amerika Serikat berasal dari kebutuhan dan keinginan untuk lebih hemat energi dan ramah lingkungan. Ada sejumlah motif untuk membangun hijau, termasuk manfaat lingkungan, ekonomi dan sosial.
Pembangunan yang berkelanjutan harus mencerminkan Tindakan yang mampu melestarikan lingkungan alamnya. Pembangunan berkelanjutan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Memberikan kemungkinan pada kelangsungan hidup dengan jalan melestarikan fungsi dan kemampuan ekosistem yang mendukungnya, baik secara langsung maupun tidak langsung.
2. Memanfaatkan sumber daya alam dengan menanfaatkan teknologi yang tidak merusak lingkungan.
3. Memberikan kesempatan kepada sektor dan kegiatan lainnya untuk berkembang Bersama-sama di setiap daerah, baik dalam kurun waktu yang sama maupun kurun waktu yang berbeda secara berkesinambungan.
4. Meningkatkan dan melestarikan kemampuan dan fungsi ekosistem untuk memasok, melindungi, serta mendukung sumber daya alam bagi kehidupan secara berkesinambungan.
8
5. Menggunakan prosedur dan tata cara yang memperhatikan kelestarian fungsi dan kemampuan ekosistem untuk mendukung kehidupan, baik masa kini maupun masa yang akan dating.
Suatu bangunan dapat disebut sudah menerapkan konsep bangunan hijau apabila berhasil melalui suatu proses evaluasi tersebut tolak ukur penilaian yang dipakai adalah Sistem Rating.
Sistem Rating adalah suatu alat yang berisi butir-butir dari aspek yang dinilai yang disebut rating dan setiap butir rating mempunyai nilai. Apabila suatu bangunan berhasil melaksanakan butir rating tersebut, maka mendapatkan nilai dari butir tersebut. Apabila jumlah semua nilai yang berhasil dikumpulkan bangunan tersebut dalam melaksanakan Sistem Rating tersebut mencapai suatu jumlah yang ditentukan, maka bangunan tersebut dapat disertifikasi pada tingkat sertifikasi tersebut.
2.3 GREENSHIP EXISTING BUILDING VERSI 1.1
GREENSHIP Exsisting Building Versi 1.1 merupakan perangkat penilaian dari GBCI yang terdiri dari kategori, kriteria, dan tolak ukur di dalamnya. Perangkat penilaian ini digunakan untuk bangunan gedung yang telah lama beroperasi minimal satu tahun setelah gedung selesai dibangun. Dalam perangkat penilaian ini sudah terdapat spesifikasi aspekaspek secara signifikan dan harus menjadi perhatian utama dalam konsep gedung ramah lingkungan (bangunan hijau). Kategori ini mengandung beberapa rating yang menjadi inti penilaian sistem GREENSHIP EB 1.1 terdapat enam kategori penilaian dalam perangkat penilaian yaitu:
2.3.1 Tepat Guna Lahan
Kategori pertama dalam perangkat penilaian GREENSHIP EB 1.1 akan menilai mengenai kualitas lahan pada bangunan. Total nilai di dalam kategori ini adalah 16 poin dan memiliki satu kriteria prasyarat serta nilai pada kategori ini maksimal 13,68%. Kriteria yang akan dinilai tentang penempatan lokasi bangunan yang strategis dan memperhatikan beberapa hal berikut :
a. Site Management Policy b. Motor Vehicle Reduction Policy c. Community Accessbillity d. Motor Vehicle Reduction e. Site Landscaping f. Heat Island Effect
g. Strom Water Management h. Site Management
i. Building Neighbourhood
9 2.3.2 Efisiensi dan Konservasi Energi
Kategori kedua dalam perangkat penilaian GREENSHIP EB 1.1 akan menilai mengenai jumlah kebutuhan energi pada Gedung. Selain itu kategori ini juga membahas tentang penghematan dan alternatif energi baru. Total nilai di dalam kategori ini adalah 36 poin dan memiliki dua kriteria prasyarat serta nilai pada kategori ini maksimal 30,77%. Beberapa kriteria yang akan dinilai sebagai berikut:
a. Policy and Energy Management Plant b. Minimum Building Energy Performance
c. Optimized Efficiency Building Energy Performance d. Testing, Recommisioning or Retrocommisioning e. System Energy Performance
f. Energy Monitoring & Control g. Operation and Maintenance h. On Site Renewable Energy i. Less Energy Emission 2.3.3 Konservasi Air
Kategori ketiga dalam perangkat penilaian GREENSHIP EB 1.1 akan menilai mengenai kebutuhan air pada grdung. Dalam kategori ini akan membahas sumber untuk mendapatkan kebutuhan air bersih. Total nilai di dalam kategori ini adalah 20 poin dan memiliki dua kriteria prasyarat serta nilai kategori ini maksimal 17,09%.
Beberapa kriteria yang akan dinilai sebagai berikut:
a. Water Management Policy b. Water Sub-Metering c. Water Monitoring Control d. Fresh Water Efficiency e. Water Quality
f. Recycled and Alternative Water g. Potable Water
h. Deep Well Reduction i. Water Tap Efficiency 2.3.4 Sumber dan Siklus Material
Kategori keempat dalam perangkat penilaian GREENSHIP EB 1.1 akan menilai mengenai material-material yang digunakan pada Gedung. Total nilai di dalam kategori ini 12 poin dan memiliki satu kriteria prasyarat serta nilai pada kategori ini maksimal 19,26%. Beberapa kriteria yang akan dinilai sebagai berikut:
a. Fundamental Refrigerant (Refigeran fundamental)
10 b. Material Purchasing Policy c. Waste Management Policy d. Non ODS usage
e. Material Purchasing Practice f. Waste Management Practice g. Hazardous Waste Management h. Management of Used Good
2.3.5 Kesehatan dan Kenyamanan Udara Dalam Ruang
Kategori kelima dalam perangkat penilaian GREENSHIP EB 1.1 akan menilai mengenai kenyamanan dan kesehatan pengguna di dalam ruang Gedung.
Lingkup yang akan dinilai yaitu kenyamanan visual, termal, dan tingkat kebisingan dalam ruangan. Total nilai di dalam kategori ini 20 poin dan memiliki satu kriteria prasyarat serta nilai pada kategori ini maksimal 17,09%. Beberapa kriteria yang akan dinilai sebagai berikut:
a. No Smoking Campaign b. Outdoor Air Introduction
c. Enviromental Tobacco Smoke Control d. CO 2 and CO Monitoring
e. Physical, Chemical and Biological Pollutants f. Thermal Comfort
g. Visual Comfort h. Acoustic Level i. Building User Survey
2.3.6 Manajemen Lingkungan Bangunan
Kategori kelima dalam perangkat penilaian GREENSHIP EB 1.1 akan menilai mengenai manajemen lingkungan yang dibutuhkan oleh gedung. Kategori ini akan membahas tentang manajemen dan dokumen-dokumen yang dibutuhkan dari proses konstruksi hingga bangunan beroprasi. Total nilai di dalam kategori ini 13 poin dan memiliki satu kriteria prasyarat serta nilai pada kategori ini adalah maksimal 11,11%. Beberapa kriteria yang akan dinilai sebagai berikut:
a. Operation & Maintenance Policy b. Innovations
c. Design Intent & Owner’s Project Requirement d. Green Operational & Maintenance Team e. Green Occupancy/Lease
f. Operation and Maintenance Training
11 2.3.7 Kriteria GREENSHIP
Berdasarkan ringkasan tolak ukur GREENSHIP, setiap kategori penilaian terdiri dari beberapa rating yang berisi muatan apa saja yang akan dinilai, tolak ukur apa saja yang harus dipenuhi, dan beberapa nilai poin yang terkandung di dalamnya. Terdapat 3 jenis kriteria penilaian GREENSHIP, yaitu:
1. Kriteria kredit
Kriteria kredit adalah kriteria yang terdapat pada penilaian GREENSHIP yang tidak harus terpenuhi. Untuk memenuhi kriteria ini disesuaikan dengan kemampuan gedung tersebut.
2. Kriteria bonus
Kriteria bonus adalah kriteria yang bila dipenuhi mungkin pemberian nilai tambah. Pencapaian kriteria ini dinilai cukup sulit dan jarang terjadi di lapangan. Nilai bonus ini juga tidak mempengaruhi nilai maksimum GREENSHIP, namun tetap diperhitungkan sebagai nilai pencapaian.
3. Kriteria prasyarat
Kriteria prasyarat adalah kriteria yang ada disetiap kategori dan harus terpenuhi sebelum dilakukan penelitian lebih lanjut berdasarkan kriteria kredit dan kriteria bonus. Apabila kriteria ini tidak terpenuhi maka kriteria kredit dan kriteria bonus tidak dapat dinilai.
Tolak ukur merupakan parameter yang menjadi penentu keberhasilan perolehan poin pada setiap kriteria. Setiap kriteria terdiri dari beberapa tolak ukur dan setiap tolak ukur terdapat poin yang berbeda-beda disesuaikan dengan tingkat kesulitannya.
Kategori Jumlah Kategori Jumlah Tolak
Prasyarat Kredit Bonus Ukur
ASD 2 7 25
EEC 2 5 2 27
WAC 1 7 1 16
MRC 3 5 18
IHC 1 8 22
BEM 1 5 11
Jumlah Kriteria dan
10 37 3 119
Tolak Ukur
TABEL 2.1. Ringkasan Penilaian Kategori GREENSHIP 1.1
12 2.3.8 Peringkat GREENSHIP
Peringkat GREENrSHIP didapatkan dari tolak ukur pada setiap kategorinya.
Dari hasil kegiatan observasi di lapangan (eksisting), penilaian poin sesuai dengan ketentuan yang ada pada GREENSHIP kemudian dijumlahkan antara kriteria sehingga akan menghasilkan total poin. Dari total poin tersebut akan dikategorikan menjadi 4 peringkat yang telah ditentukan pada GREENSHIP.
Peringkat Ketentuan
Platinum Minimum 73% dengan 74 poin
Gold Minimum 57% dengan 58 poin
Silver Minimum 46% dengan 47 poin
Bronze Minimum 35% dengan 35 poin
TABEL 2.2. Peringkat Pada GREENSHIP
13
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 OBJEK PENELITIAN
Objek penelitian yang dipilih pada penelitian ini adalah Bangunan Rumah Botol, Karya Ridwan Kamil, yang berlokasi di Jl. Cigadung Selatan, Bandung, Jawa Barat.
3.2 PEMILIHAN METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Menurut Sugiyono (2016:9) metode deskriptif kualitatif dilakukan berdasarkan filsafat postpositivisme yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trigulasi (gabungan), analisis data
14
bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi. Penelitian kualitatif bertumpu pada latar belakang alamiah secara holistic, memposisikan manusia sebagai alat penelitian, melakukan analisis data secara induktif, lebih mementingkan proses daripada hasil penelitian yang dilakukan disepakati oleh peneliti dan subjek penelitian.
3.3 VARIABEL PENELITIAN
Variabel penelitian menurut Sugiyono (2015) adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari objek atau kegiatan yang memiliki variasi tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Adapun variabel yang menjadi fokus pada penelitian ini antara lain mengenai penerapan konsep green building pada eksterior dan interior pada bangunan Rumah Botol karya Ridwan Kamil.
3.4 METODE PENGAMBILAN DATA
Pengambilan data terdiri atas jenis sumber data serta bagaimana Teknik pengambilan data dilakukan
3.4.1 Jenis Sumber Data
Prosedur pengambilan data penelitian ini menggunakan data sekunder. Data sekunder merupakan data yang didapatkan dari jurnal penelitian, standar- standar peraturan dan buku-buku terkait, dalam hal ini merupakan data pendukung terkait standar green building.
3.4.2 Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan teknik studi dokumen. Studi dokumen adalah metode pengumpulan data yang tidak ditunjukan langsung kepada subjek penelitian. Studi dokumen adalah jenis pengumpulan data yang meneliti berbagai macam dokumen yang berguna untuk bahan analisis. Data-data tersebut yang didapatkan dari beberapa buku, jurnal dan website resmi yang kemudian dikumpulkan sebagai refrensi Analisa data.
3.5 ANALISIS DATA
Analisis data adalah proses mencari dan Menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil studi Pustaka sehingga dapat mudah dipahami, dapat menjawab penelitian dan tentunya dapat diinformasikan kepada orang lain. Menurut Miles &
Huberman (dalam Rohmadi & Nasucha, 2015:87-88) Teknik analisis data terdiri atas empat komponen proses analisis, yaitu, pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
15 3.5.3 Pengumpulan Data
Digunakan untuk mengumpulkan data-data atau fakta-fakta yang digunakan sebagai bahan penelitian. Pada penelitian ini data dan fakta terkait dikumpulkan melalui studi litelatur.
3.5.4 Reduksi Data
Reduksi data dilakukan setelah data-data penelitian terkumpul. Pada tahap reduksi data, tidak semua data digunakan untuk bahan penelitian, akan tetapi dipilih atau diseleksi terlebih dahulu sebelum dianalisis. Tidak semua data dapat digunakan, karena data-data yang digunakan untuk penelitian adalah data-data yang sesuai atau difokuskan pada suatu permasalahan penelitian.
3.5.5 Penyajian Data
Penyajian data merupakan kegiatan penyusunan sekumpulan informasi, hingga dapat dilakukan penarikan kesimpulan dan penarikan Tindakan.
Penyajian data dapat dilakukan dengan teks naratif, matriks, grafik, jaringan dan bagan. Pada tahap ini, penyajian data-data diseleksi atau dispesifikasi pada fokus permasalahan penelitian yaitu terkait penerapan green building pada eksterior dan interior rumah botol karya Ridwan Kamil.
3.5.6 Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan dilakukan setelah tiga proses awal penelitian tersebut terlaksana. Ketika data sudah disajikan dengan fokus permasalahan, maka dapat ditarik kesimpulan mengenai hasil analisis data tersebut.