PENDAHULUAN
Rumusan Masalah
Bagaimana penerapan metode bercerita dalam pembelajaran pendidikan agama Islam pada siswa kelas IV SD Negeri no.14 Mallaka. Apakah penerapan metode bercerita dapat meningkatkan minat belajar pendidikan agama Islam kelas IV SD Negeri no.14 Mallaka.
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Instruksi gerakan dan perubahan suara dapat digambarkan sebagai demonstrasi bercerita. g) Siswa kemudian membentuk kelompok. 5 Siswa membuktikan isi cerita. √ 6 Siswa menyadari bahwa gerakan dan perubahan suara ketika bercerita dapat membantu memahami cerita dan menjadikannya menarik. Dialog ini bertujuan untuk meningkatkan minat siswa dalam mempelajari keterampilan bercerita: a) Siswa mendengarkan cerita guru sebagai model bercerita.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Metode Bercerita
Sejak zaman dahulu lagi, setiap bangsa di muka bumi ini mempunyai kisah-kisah yang mengandungi nilai-nilai moral yang digunakan untuk mendidik anak cucu mahupun generasi muda. Oleh kerana kedudukan cerita dalam kehidupan manusia sangat penting, agama Islam menggunakan cerita untuk secara tidak langsung menyampaikan ajarannya dalam bidang akhlak, akidah dan lain-lain. Menggunakan kaedah cerita adalah sangat penting untuk mengajar pelajar kerana cerita mempunyai impak yang besar.
Langkah-Langkah Pelaksanaan Metode Bercerita
6 Sumber Data : Lembar Observasi Siklus I Pertemuan I Minat Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri No.14 Mallaka Tahun 2018. 8 Sumber Data : Lembar Observasi Siklus II Pertemuan I Minat Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri No.14 Mallaka 2018. Siswa mengidentifikasi rangkaian peristiwa dalam cerita Gembala dan Serigala,.. c) Siswa mencoba menirukan bunyi dalam cerita Gembala dan Serigala.
Kelebihan dan Kekurangan Metode Bercerita
Prinsip-Prinsip Bercerita
Macam-Macam Teknik Bercerita
Bercerita sambil bermain jari. Teknik ini melibatkan penggunaan jari tangan guru sendiri dalam bercerita. Ketika guru mencapai klimaks konflik, sebaiknya guru menyampaikannya dengan suara yang pelan, agar dapat menarik perhatian siswa.
Minat Belajar
- Pengertian Minat Belajar
 - Pengertian Belajar
 - Prinsip Belajar
 - Ciri-Ciri Minat Belajar
 - Pembentukan Minat Belajar
 - Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar
 - Pengaruh Minat Terhadap Kegiatan Belajar Siswa
 
Belajar merupakan suatu proses upaya individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku baru secara menyeluruh, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Menurutnya, belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku baru secara menyeluruh, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Dapat disimpulkan bahwa belajar adalah serangkaian aktivitas fisik dan mental untuk mencapai perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman individu dalam berinteraksi dengan lingkungan yang melibatkan kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Pendidikan Agama Islam
- Pengertian Pendidikan Agama Islam
 - Tujuan Pendidikan Agama Islam
 - Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam
 
Menurut Abdul Fatah Jalal, tujuan umum pendidikan agama Islam adalah menyadarkan manusia sebagai hamba Allah. 172 26Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Efektif Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Bandung: Mladi Rosda Karya. Sebagaimana diketahui, ajaran pokok Islam mencakup bidang keimanan (aqidah), persoalan keislaman (syariah) dan persoalan keikhlasan (akhlak).
Penelitian yang Relevan
Adapun ilmu yang dapat digunakan untuk mengkaji hadis adalah dari segi wurudnya, dari segi makna dan maknanya, dari segi sejarah dan asal usulnya, dari segi sejarah dan kepribadiannya, dari segi apa yang dapat diperhatikan. sebagai bukti atau tidak, dan dari segi syarat-syarat yang dapat diperhatikan dalam evaluasi. Berdasarkan hasil observasi tahap pertama yang menunjukkan bahwa tingkat minat belajar siswa pada tahap pertama dengan rata-rata persentase minat belajar siswa pada 5 indikator minat belajar hanya sebesar 48,6%. Sedangkan hasil observasi minat belajar pada II. siklus melihat adanya peningkatan perolehan skor (kriteria tinggi), rata-rata persentase minat belajar siswa untuk indikator minat belajar (5 indikator) sebesar 70,5%.
Hipotesis Penelitian
Indikator Keberhasilan
80%) ditemukan aktivitas guru di III. 10 Sumber data : lembar observasi pertemuan III. No.14 Mallaka 2018.
METODE PENELITIAN
Subjek, Objek dan Tempat Penelitian
Subjek penelitian ini adalah guru dan seluruh siswa kelas IV SD Negeri No.14 Mallaka Kab. Waktu penelitian ini dijadwalkan pada bulan Mei sampai Juli 2018 di SD Negeri No.14 Mallaka. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IV tahun ajaran 2018-2019 yang berjumlah 19 siswa.
Variabel Penelitian
Dengan demikian, variabel merupakan bagian penting dalam suatu penelitian karena merupakan objek penelitian atau titik perhatian penelitian.
Devinisi Operasional
Instrumen Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian juga melibatkan pengamat, tugas pengamat adalah melihat aktivitas guru dan aktivitas siswa, Lukman yang berperan sebagai pengamat aktivitas guru, pada saat proses pembelajaran hal ini dilakukan untuk memberikan masukan dan pendapat terhadap pelaksanaan pembelajaran. pembelajaran yang dilaksanakan, sehingga masukan dari pengamat dapat digunakan untuk menyempurnakan pembelajaran pada Siklus II. Berdasarkan hasil observasi guru, mereka dapat melakukan refleksi diri dengan melihat data observasi guru dan siswa selama pembelajaran. Hasil yang diperoleh dari tahap observasi kemudian dikumpulkan dan dianalisis, dari hasil observasi apakah kegiatan yang dilakukan sudah mampu meningkatkan minat belajar pendidikan agama islam dengan menggunakan metode narasi pada mata pelajaran pendidikan agama islam kelas IV SD Negeri no.14 Mallaka.
Jenis Data
Teknik Pengumpulan Data
Teknik Analisis Data
Dari Tabel IV.6 dapat dijelaskan bahwa minat belajar siswa pada siklus I secara klasikal tinggi dengan persentase rata-rata sebesar 64,2%. Siswa memperhatikan dengan sungguh-sungguh penjelasan guru tentang mengungkapkan pikiran dan perasaan melalui kegiatan narasi, dimana seorang siswa dapat dikatakan tertarik belajar tinggi apabila ia merasa tertarik pada suatu benda, dengan perolehan skor rata-rata sebesar 73,6%. Dimana guru pada siklus III sudah benar-benar menggunakan metode bercerita, terlihat minat belajar siswa meningkat menjadi 84,2%.
Kemudian berdasarkan hasil observasi pada siklus I yang menunjukkan bahwa tingkat minat belajar siswa mencapai persentase rata-rata sebesar 64,2% dengan kategori tinggi. Dan pada siklus II menunjukkan tingkat minat belajar siswa mencapai rata-rata persentase 70,5% dengan kategori tinggi. Sedangkan pada siklus III terjadi peningkatan pencapaian minat belajar siswa rata-rata persentasenya mencapai 84,2% dengan kategori sangat tinggi.
Hasil penelitian dan pembahasan sebagaimana diuraikan di atas menjelaskan bahwa “melalui metode narasi minat belajar pendidikan agama Islam (PAI) siswa kelas IV SD Negeri No.14 Mallaka Kab. Berdasarkan hasil observasi sebelum penerapan minat belajar siswa rata-rata persentasenya sebesar 48,4% tercapai dengan kategori kurang baik, dan pada siklus III terjadi peningkatan minat belajar siswa dengan perolehan nilai sebesar 84,2% dengan kategori sangat tinggi.
Siswa memperhatikan secara sungguh-sungguh penjelasan guru dalam mengungkapkan pikiran dan perasaannya melalui kegiatan bercerita, dimana seorang siswa dapat dikatakan mempunyai minat belajar yang tinggi apabila ia merasa tertarik pada suatu benda.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil analisis minat belajar siswa di SD Negeri 14 Mallaka sebelum kampanye diketahui bahwa minat belajar siswa terhadap pendidikan agama Islam tergolong rendah dengan persentase rata-rata sebesar 34,4% yaitu kurang dari 40%. Analisis sementara penulis mengenai rendahnya minat siswa dalam mempelajari agama Islam disebabkan karena metode pengajaran yang digunakan guru masih metode yang lama. 4 diatas dapat dijelaskan bahwa minat belajar siswa sebelum menggunakan metode bercerita pada pendidikan agama Islam klasik masih tergolong rendah dengan rata-rata persentase peningkatan sebesar 48,4%.
Setelah kampanye selesai dilakukan observasi untuk mengukur minat belajar siswa terhadap pendidikan agama Islam. Mengacu pada penilaian pada III. Pada bab ini dapat disimpulkan bahwa minat belajar siswa pada tingkat I secara klasikal tinggi sebesar 64,2% berada pada interval 56%-75%. Berdasarkan penilaian pada III. bab tersebut dapat kita simpulkan bahwa minat belajar siswa pada kelas II. derajatnya secara klasik tinggi, karena 70,5% berada pada kisaran 56-75%.
Jika diperhatikan dari hasil observasi minat belajar pada siklus II, maka minat belajar yang ditunjukkan siswa mengalami peningkatan dibandingkan pada siklus I. Hal ini terlihat dari persentase minat belajar yang ditunjukkan siswa pada siklus II, dimana pada siklus ini tercapai persentase sebesar 70,5% atau dengan kategori penilaian tinggi. Dari tabel IV.10 dapat dijelaskan bahwa minat belajar siswa pada siklus III secara klasikal sangat tinggi dengan persentase rata-rata sebesar 84,2%.
Berdasarkan penilaian yang disampaikan pada bab III dapat disimpulkan bahwa minat belajar siswa pada siklus III secara klasikal sangat tinggi, karena 84,2% berada pada rentang 76%-100%. Jika diperhatikan dari hasil observasi minat belajar siswa pada siklus III, minat belajar siswa dari siswa mengalami peningkatan dibandingkan pada siklus II. Pada data awal 48,4% hasil belajar siswa masih tergolong rendah, hal ini dikarenakan guru belum sepenuhnya menerapkan metode bercerita, pada siklus I 64,2% minat belajar siswa mengalami peningkatan nilai yaitu tergolong tinggi, dan masuk
Pembahasan
Pada siklus II guru sudah menerapkan metode bercerita yang kurang tepat karena masih ada siswa yang belum memahami materi yang dijelaskan oleh guru. Artinya tindakan yang diberikan guru pada siklus III mempunyai dampak yang lebih baik dibandingkan tindakan pada siklus I dan siklus II. Hal ini menggambarkan bahwa untuk menyelesaikan permasalahan, siswa memerlukan waktu secara perlahan.
Pada mulanya siswa perlu dibimbing secara intensif, namun lama kelamaan siswa mendapat kesempatan untuk memecahkan masalah meskipun tanpa bantuan guru. Hal ini juga terlihat pada kemajuan belajar siswa, dimana siswa lebih berani mengungkapkan pikiran dan perasaannya melalui bercerita serta mampu bercerita dengan urutan, suara, pengucapan, intonasi, gerak tubuh, dan ekspresi wajah yang benar. Selama proses penelitian berlangsung, terdapat beberapa hal yang menjadi kendala dalam penelitian, antara lain: pada awal pertemuan masih banyak siswa yang belum memahami langkah-langkah atau tahapan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode bercerita.
Selama proses penelitian disetiap siklusnya, masih terdapat siswa yang bekerja secara individu, tidak mau bertukar pendapat dengan anggota kelompok lainnya. Untuk mengatasi hal tersebut guru memberikan penjelasan betapa pentingnya bekerja sama dalam kelompok agar siswa dapat lebih kreatif dalam menyelesaikan masalah dan tidak hanya mengandalkan guru, guru meyakinkan siswa bahwa mereka mempunyai kemampuan untuk menyelesaikannya. tugas-tugas yang diberikan kepada mereka. Guru juga lebih tegas dalam memanfaatkan waktu agar semua langkah yang direncanakan dapat terselesaikan.
Pengujian Hipotesis
Keberhasilan tersebut berkat penggunaan metode bercerita yang berarti siswa rajin belajar dan menerapkan demonstrasi narator sesuai dengan isi cerita. Siswa rajin belajar dan menggunakan demonstrasi naratif sesuai dengan isi cerita, minat belajar siswa akan menimbulkan rasa perhatian terpusat (fokus). Siswa mau bertanya dan tidak malu mengemukakan pendapat serta berdialog dengan guru tentang manfaat keterampilan bercerita dalam kehidupan.Dialog ini bertujuan untuk membangun minat siswa dalam mempelajari keterampilan bercerita.
Ingat pesan nenek pada cerita di atas, bahwa asal kita teguh, jeruji besi yang besar sekalipun bisa tergesek. Siswa mau bertanya dan tidak malu mengutarakan pendapatnya serta berdialog dengan guru tentang manfaat mendongeng dalam kehidupan, dialog ini.
PENUTUP
Saran