• Tidak ada hasil yang ditemukan

penerapan model pembelajaran discovery learning untuk

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "penerapan model pembelajaran discovery learning untuk"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Copyright © Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Vokasi (JP2V)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI PELUANG

SISWA KELAS XII IIS 2 MAN 1 BANDA ACEH Nurmaily1

Guru Matematika / MAN 1 Banda Aceh

Diterima : 09 Juni 2021 Disetujui : 16 Juni 2021 Abstrak

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah melakukan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas, dengan model Kemmis dan Taggart yang dilaksanakan dalam dua siklus, setiap siklus dua kali pertemuan. Pada setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.

Prosedur penelitian terdiri dari pra penelitian, perencanaan siklus satu, pelaksanaan tindakan siklus satu, pengamatan siklus satu, refleksi siklus satu, perencanaan siklus dua, pelaksanaan tindakan siklus dua, pengamatan siklus dua dan refleksi siklus dua. Teknik pengumpulan data yaitu mengumpulkan nilai tes yang dilaksanakan pada setiap akhir pembelajaran pada setiap siklus dengan menggunakan instrument soal (tes tertulis). Data observasi dilakukan dengan melihat keaktifan siswa proses pembelajaran. Data dianalisis dengan cara statistik persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa dari 35,29 % pada pra penelitian meningkat menjadi 61,76 % pada siklus I dan meningkat menjadi 88,24 % pada siklus II. Secara keseluruhan penerapan model Discovery Learning telah mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa di kelas XII IIS 2 pada MAN 1 Banda Aceh.

Karena pembelajaran dengan menerapakan model Discovery Learning dapat menciptakan suasana pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan.

Kata Kunci: Hasil Belajar, Model Pembelajaran Discovery Learning, Peluang.

1. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang Masalah

Matematika mempunyai peran penting dalam perkembangan berbagai disiplin ilmu pengetahuan dan teknologi serta daya pikir manusia. Oleh karena itu pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari tingkat dasar untuk membekali mereka dengan kemampuan berpikir logis, sistematis, kritis dan kreatif serta mampu bekerja sama. Hal tersebut diperlukan agar siswa dapat memiliki kemampuan untuk memperoleh, mengelola dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan penuh persaingan. Untuk mewujudkan harapan tersebut pembelajaran matematika haruslah kreatif dan inovatif, maka diperlukan model-model pembelajaran yang sesuai dengan materi pokok bahasan serta media pembelajaran yang sesuai, sehingga matematika yang bersifat abstrak bisa dikonkritkan dan mudah difahami.

Berdasarkan kenyataan yang ada di lapangan, model pembelajaran yang dilaksanakan di MAN 1 Banda Aceh cenderung monoton yaitu ceramah dan siswa diberi tugas. Dalam kegiatan belajar mengajar, para guru cenderung langsung menyampaikan materi dengan metode pembelajaran yang sama tanpa memperhatikan suasana kelas apakah sudah nyaman atau belum. Sedangkan pada siswa sendiri, mereka kebanyakan takut bertanya pada guru tentang materi pelajaran yang belum mereka pahami. Kedua kejadian tersebut akan menjadikan minimnya aktivitas siswa dan pemahaman materi yang telah disampaikan oleh guru atau pendidik. Demikian juga pada pembahasan materi pokok peluang kelas XII di MAN 1 Banda Aceh masih banyak siswa yang kurang aktif dalam pembelajaran, belum terbiasa untuk mengungkapkan pendapat, bahkan masih ada siswa yang tidak tertarik pada pelajaran matematika.

Keadaan ini mengakibatkan pada pelajaran matematika pokok bahasan peluang masih kurang maksimal, sehingga kemampuan siswa dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan materi juga masih lemah.

Dalam pembelajaran siswa kurang antusias, kurang semangat, kurang aktif, sistem pembelajarannya pun

(2)

tidak bisa berkembang. Hal ini terjadi karena pada proses pembelajaran, metode yang digunakan pada pokok bahasan peluang kurang tepat, guru menggunakan metode ceramah dan diskusi klasikal.

Dilihat dari dokumen kelas XII IIS 2 MAN 1 Banda Aceh selama satu tahun terakhir, tahun pelajaran 2017/2018 pada waktu dilaksanakan evaluasi materi pokok peluang, nilai siswa yang telah mencapai KKM atau diatas 75 yaitu hanya 15 orang siswa dengan persentase 45.45 %. Siswa yang nilainya kurang dari 75 yaitu 18 orang siswa dengan persentase 54.55%. Sedangkan pembelajaran dikatakan berhasil apabila mencapai ketuntasan hasil belajar sekitar 85%.

Berdasarkan kenyataan tersebut, peneliti tertarik untuk menerapkan suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan percaya diri, peduli, tanggung jawab dan hasil belajar siswa, terutama pada materi Peluang dengan model pembelajaran Discovery Learning.

Model pembelajaran Discovery Learning didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila guru menyajikan materi pembelajaran tidak dalam bentuk finalnya, tetapi siswa dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan, seperti menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan, mengorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan (Kemdikbud, 2014).

Sedangkan pembelajaran Discovery Learning menurut Hosnan (2014) adalah suatu model untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tidak akan mudah dilupakan siswa.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Discovery Learning memberikan kesempatan pada siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran baik secara kognitif, afektif maupun psikomotor. Karena siswa tidak hanya menerima informasi dari guru saja akan tetapi siswa sendiri yang menemukan dan mendapatkan informasi tentang materi Peluang melalui suatu pengamatan langsung yang dilakukan oleh siswa. Guru hanya berperan sebagai fasilitator yang memberikan arahan dan bimbingan agar siswa menemukan pemahaman dari konsep pelajaran yang sudah dipelajari. Hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning mudah diingat, dihafal, dan mudah ditransfer karena siswa mengamati, menemukan, memecahkan dan menyimpulkan sendiri apa yang mereka amati.

Adapun keunggulan dari model Discovery Learning, menurut Hosnan (2014) keunggulan model Discovery Learning yaitu :

1. Meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah (problem solving).

2. Mendorong siswa berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri.

3. Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.

4. Siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar.

5. Siswa aktif dalam kegiatan belajar mengajar, karena ia berpikir dan menggunakan kemampuan untuk menemukan hasil akhir.

Dari uraian di atas dapat didimpulkan bahwa model pembelajaran Discovery Learning, merupakan model pembelajaran yang dapat melibatkan peserta diik secara penuh dalam proses pembelajaran dan memudahkan siswa dalam memahami pembelajaran karena model pembelajaran Discovery Learning menuntut siswa untuk mengalami sendiri proses penemuan dalam pembelajaran, dan siswa akan lebih mudah mentransfer pengetahuannya keberbagai konteks, serta menumbuhkan rasa kepuasan batin dengan menemukan sendiri, sehingga motivasi, kreatifitas, kedisiplinan dan semangat siswa untuk belajar akan meningkat.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran Discovery Learning sangat menunjang terhadap peningkatan hasil belajar siswa di SMA/MA. Dengan demikian model pembelajaran Discovery Learning dapat dijadikan salah satu model pembelajaran untuk diterapkan dalam kegiatan pembelajaran. Peneliti termotivasi untuk bisa memikat kembali siswa agar dapat berkonsentrasi dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning.

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik melakukan penelitian guna meningkatkan hasil belajar siswa di Kelas XII IIS 2, oleh sebab itu peneliti mengajukan judul “Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Peluang Siswa Kelas XII IIS 2 MAN 1 Banda Aceh Tahun Pelajaran 2018/2019”.

(3)

1.2. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah yang telah tertulis diatas, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui apakah dengan penerapan model pembelajaran Discovery Learning dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada materi peluang di Kelas XII IIS 2 MAN 1 Banda Aceh Tahun Pelajaran 2018/2019.

2. Untuk mengetahui apakah dengan penerapan model pembelajaran Discovery Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi peluang di Kelas XII IIS 2 MAN 1 Banda Aceh Tahun Pelajaran 2018/2019.

2. Metode Penelitian 2.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.

Kemmis dan Mc Taggart dalam (Safwal, 2006) mengemukakan bahwa “Prosedur penelitian tindakan kelas dipandang sebagai siklus spiral yang terdiri dari beberapa komponen perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi yang selanjutnya mungkin diikuti dengan siklus spiral berikutnya”.

a) Rencana: Rencana tindakan apa yang akan dilakukan untuk memperbaiki,meningkatkan atau perubahan prilaku dan sikap sebagai solusi.

b) Tindakan: Apa yang dilakukan oleh guru atau peneliti sebagai upaya perbaikanpeningkatan atau perubahan yang diinginkan.

c) Observasi: Mengamati atas hasil tindakan yang dilaksanakan.

d) Refleksi: Peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbagkan hasil dari tindakan yang telah dilakukan

Prosedur dalam penelitian ini terdiri dari 4 tahap, yaitu: tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi, tahap refleksi. Langkah-langkah (Siklus) dalam PTK dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 1. Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Penjelasan alur di atas adalah:

1) Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran.

(4)

2) Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau dampak dari menggunakan model pembelajaran Discovery Learning

3) Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat.

4) Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.

2.2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah kelas XII IIS 2 MAN 1 Banda Aceh Tahun Pelajaran 2018/2019 yang berjumlah 33 siswa dengan jumlah siswa laki-laki sebanyak 13 orang dan perempuan 20 orang.

2.3. Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di kelas XII IIS 2 MAN 1 Banda Aceh yang berada di Jalan Pocut Baren No.116 Desa Keuramat Kec. Kuta Alam Kota Banda Aceh. Dilaksanakan dilaksanakan mulai dari bulan September 2018 s.d November 2018 pada semester ganjil.

2.4. Instrumen Penelitian

Berdasarkan teknik pengumpulan data yang dipakai, maka instrumen dalam penelitian ini adalah:

1) Soal Evaluasi

Soal digunakan sebagai pedoman untuk memperoleh data hasil belajar siswa. Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan cara tes formatif. Soal evaluasi ini dapat dilihat pada lampiran.

2) Dokumentasi

Dokumen-dokumen dalam penelitian ini dapat memberikan gambaran konkret mengenai kondisi siswa pada saat pembelajaran dan untuk memperkuat data yang diperoleh. Dokumen-dokumen tersebut berupa foto yang memberikan gambaran secara konkret mengenai kondisi kegiatan siswa saat berlangsungnya proses pembelajaran dilaksanakan pada tiap pertemuan.

2.5. Analisis Data

Analisis data hasil belajar dilakukan dengan rumus persentase menurut Depdiknas (2003):

% 100 seluruhnya x siswa

jumlah

tuntas yang siswa jumlah

P

2.6. Indikator Penelitian

Keberhasilan Penelitian Tindakan Kelas ini ditentukan oleh Indikator penelitian. Indikator penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1. Indikator Penelitian

No. Ukuran Indikator Capaian Siklus I Capaian Siklus II 1. Siswa yang mencapai angka

KKM ( nilai ≥ 75) ≥ 70.00 % ≥ 85.00%

2. Nilai rata-rata kelas ≥ 75.00 ≥ 80.00

3. Hasil dan Pembahasan 3.1. Deskripsi Kondisi Awal

Sebelum melakukan kegiatan tiap-tiap Siklus, peneliti mengumpulkan data awal berupa daftar nama murid dan nilai awal murid. Nilai awal murid diambil dari nilai pretest kelas XII IIS 2 pada materi peluang sebelum menggunakan Model pembelajaran Discovery Learning.

Berdasarkan hasil nilai pretest mata pelajaran Matematika kelas XII IIS 2 materi peluang menunjukkan bahwa hasil belajar siswa berada pada taraf rendah, yaitu terlihat pada ketuntasan klasikal murid dapat disajikan pada tabel di bawah ini.

(5)

Tabel 2. Hasil Pretest Siswa

No Jenis data yang diamati Hasil yang diperoleh

1 Nilai tertinggi 90

2 Nilai terendah 40

3 Rata-rata 63,82

4 Ketuntasan Klasikal 35,29%

Berdasarkan tabel 2 di atas, hasil pretest siswa yang dilakukan pada saat pra penelitian memperoleh persentase ketuntasan belajar sebesar 35,29 %. Nilai terendah pada pretest adalah 40 dan nilai tertinggi adalah 90. Nilai rata-rata pada pretest adalah 63,82. Setelah melakukan pre test, maka peneliti akan melanjutkan penelitian pada Siklus I.

3.2. Hasil Penelitian Siklus 1 a. Perencanaan

Kegiataan perencanaan yang dilakukan pada siklus I adalah mempersiapkan beberapa hal yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian yaitu: merancang silabus, merancang RPP, menyusun instrument tes, mendesain bahan ajar sesuai dengan materi, mendesain model pembelajaran yaitu model pembelajaran Discovery Learning.

b. Pelaksanaan

Penelitian siklus I yang telah di jelaskan pada Bab III di laksanakan sesuai perencanaan dengan melakukan tes pada tanggal 10 September 2018 yaitu pada pertemuan kedua. Setelah penerapan model pembelajaran Discovery Learning pada siklus I, siswa telah mengalami peningkatan pemahaman terhadap materi peluang, hal ini terlihat dari hasil tes belajar yang diperoleh oleh siswa. Hasil belajar siswa yang diperoleh setelah penerapan model pembelajaran Discovery Learning pada siklus I dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 3. Hasil Belajar Siswa pada Siklus I

No Jenis data yang diamati Hasil yang diperoleh

1 Nilai tertinggi 100

2 Nilai terendah 50

3 Jumlah siswa dengan nilai

mencapai KKM 21

4 Jumlah siswa yang nilai belum

mencapai KKM 13

5 Rata-rata 78,24

6 Ketuntasan Klasikal 61,76%

Berdasarkan tabel 3 di atas, dari 34 siswa yang mengikuti pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran Discovery Learning terdapat 21 siswa yang sudah mencapai ketuntasan nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) dan 13 siswa belum mencapai ketuntasan nilai KKM. Nilai tertinggi siswa yang diperoleh pada siklus I yaitu 100 dan nilai terendah adalah 50. Persentase ketuntasan siswa hasil belajar siswa pada siklus I adalah sebesar 61,76 %, dengan nilai rata-rata 78,24. Berdasarkan hasil belajar yang diperoleh pada siklus I, maka peneliti ingin melanjutkan penelitian pada siklus II dengan penerapan model pembelajaran Discovery Learning yang sama dengan siklus I. Pada siklus II, peneliti mengharapkan adanya peningkatan hasil belajar yang diperoleh oleh siswa, sehingga persentase ketuntasan siswa juga mengalami peningkatan sesuai dengan indikator siklus II yang telah ditetapkan oleh peneliti.

(6)

c. Refleksi

Berdasarkan hasil tes pada Siklus I dapat diketahui bahwa masih ada siswa yang belum mencapai KKM dan belum mencapai nilai ketuntasan secara klasikal. Oleh karena itu, peneliti harus melanjutkan pembelajaran pada Siklus II untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan pada Siklus I. Dan hasil temuan diatas untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel 4. Refleksi Hasil Penelitian Siklus I

No. Temuan Revisi

1. Siswa masih susah dalam menanyakan hal-hal yang belum dimengerti kepada guru atau temannya

Pada siklus berikutnya guru perlu meningkatkan motivasi pada setiap siswanya untuk menanyakan halhal yang belum dimengerti tanpa rasa takut atau malu dengan cara memberikan reward kepada setiap siswa yang mau bertanya, agar semua siswa biasa melakukan proses pembelajaran dengan baik dan sempurna pada pembelajaran selanjutnya.

2. Dalam diskusi kelompok siswa terlihat masih banyak yang tidak aktif untuk menanyakan hal yang belum dimengerti

Guru perlu memberikan semangat dan motivasi kepada setiap kelompok untuk lebih aktif dan berani dalam bertanya dengan cara memberikan poin untuk kelompok yang mau bertanya, agar diskusinya terlihat aktif.

3. Siswa masih takut dan ragu dalam menyampaikan pendapatnya

Guru perlu meyakinkan siswanya bahwa pendapat yang disampaikannya akan menjadi sebuah pengetahuan baru, dan apabila pendapatnya kurang sempurna, maka deberikan kesempatan untuk siswa lain untuk menyampaikannya

4. Dalam diskusi kelompok siswa terlihat masih banyak yang tidak aktif untuk menanyakan hal yang belum dimengerti

Guru perlu memberikan semangat dan motivasi kepada setiap kelompok untuk lebih aktif dan berani dalam bertanya dengan cara memberikan poin untuk kelompok yang mau bertanya, agar diskusinya terlihat aktif.

3.3. Hasil Penelitian Siklus 2 a. Perencanaan

Kegiataan perencanaan yang dilakukan pada siklus II adalah:

- Merancang silabus, merancang RPP, menyusun instrument tes, mendesain bahan ajar sesuai dengan materi, mendesain teknik pembelajaran yaitu teknik Eliciting.

- Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada materi yang akan dipelajari - Memberikan motivasi kepada siswa yang tidak aktif dalam kelompok dan menyelesaikan

tugas individu yang diberikan kepadanya dengan baik.

- Pengelolaan waktu lebih efektif agar semua tujuan pembelajaran dapat tercapai.

b. Pelaksanaan

Penelitian siklus II yang telah di jelaskan pada Bab III di laksanakan sesuai perencanaan dengan melakukan tes pada tanggal 24 September 2018 yaitu pada pertemuan kedua. Setelah penerapan model pembelajaran Discovery Learning pada siklus II, siswa telah mengalami peningkatan pemahaman terhadap materi peluang, hal ini terlihat dari hasil tes belajar yang diperoleh oleh siswa. Hasil belajar siswa yang diperoleh setelah penerapan model pembelajaran Discovery Learning pada siklus II dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 5. Hasil Belajar Siswa pada Siklus II

No Jenis data yang diamati Hasil yang diperoleh

1 Nilai tertinggi 100

2 Nilai terendah 70

(7)

3 Jumlah siswa dengan nilai

mencapai KKM 30

4 Jumlah siswa yang nilai belum

mencapai KKM 4

5 Rata-rata 87,94

6 Ketuntasan Klasikal 88,24 %

Berdasarkan tabel 5 di atas, dari 34 siswa terdapat 30 siswa yang sudah mencapai ketuntasan nilai klasikal dan 4 siswa yang belum mencapai ketuntasan klasikal. Nilai tertinggi siswa yang diperoleh pada siklus II yaitu 100 dan nilai terendah adalah 70. Persentase ketuntasan siswa hasil belajar siswa pada siklus II adalah sebesar 88,24 % dengan nilai rata-rata 87,94. Berdasarkan hasil belajar yang diperoleh pada siklus II, maka peneliti mencukupkan penelitian sampai pada siklus II, hal ini dilakukan karena siswa telah mencapai indikator ketuntasan yang harapkan oleh guru.

c. Observasi

Dari angket respon siswa pada siklus I yang diisi oleh 38 orang siswa setelah mengikuti pembelajaran pada materi Text Invitation Letter dengan menggunakan teknik Eliciting, maka dapat disimpulkan bahwa respon siswa positif terhadap pembelajaran dengan menggunakan teknik Eliciting pada materi Text Invitation Letter.

d. Refleksi

Berdasarkan pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus I dan siklus II, terlihat adanya peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa menjadi lebih baik setelah penerapan model pembelajaran Discovery Learning. Padasi klus II, siswa terlihat telah memiliki peningkatan dalam mengerjakan soal secara individu yang diberikan kepadanya dan siswa juga memperlihatkan adanya keseriusan dalam memperhatikan penjelasan yang disampaikan oleh guru. Selain itu, siswa yang mengikuti pembelajaran melakukan dengan aktif dan tertib dan terlihat lebih bersemangat.

3.4. Pembahasan Perbandingan Antar Siklus

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada siklus I dan II, Penerapan model pembelajaran Discovery Learning telah memberikan nilai yang positif terhadap peningkatan hasil belajar Matematika pada siswa terutama pada materi peluang. Perbandingan persentase hasil belajar siswa pada pra siklus, siklus I dan siklus II dapat dilihat pada Gambar 2 di bawah ini.

Gambar 2. Perbandingan Persentase Hasil Belajar Siswa pada Pra siklus, Siklus I dan Siklus II.

35,29%

61,76%

88,24%

0,00%

10,00%

20,00%

30,00%

40,00%

50,00%

60,00%

70,00%

80,00%

90,00%

100,00%

Pra SIklus Siklus I SIklus II

Perbandingan Persentase Hasil Belajar Siswa

Pra SIklus Siklus I SIklus II

(8)

Berdasarkan Gambar 2, terlihat bahwa adanya peningkatan hasil belajar siswa dari Pra siklus ke Siklus I dan siklus I ke siklus II. Pada pra siklus sebelum penerapan model pembelajaran Discovery Learning hanya mampu memberikan persentase 35,29 %. Sedangkan pada siklus I setelah penerapan model pembelajaran Discovery Learning telah mampu memberikan persentase hasil belajar siswa yaitu sebesar 61,76 % dan telah mengalami peningkatan menjadi 88,24 % pada siklus II.

4. Kesimpulan dan Saran 4.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data di kelas XII IIS 2 MAN 1 Banda Aceh di peroleh kesimpulan sebagai berikut:

1) Peningkatan hasil belajar siswa setelah melakukan pembelajaran dengan model Discovery Learning meningkat dari 61,76% pada Siklus I dan meningkat menjadi 88,24% pada Siklus II.

2) Secara keseluruhan penerapan model pembelajaran Discovery Learning dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika pada materi peluang siswa kelas XII IIS 2 MAN 1 Banda Aceh Tahun Pelajaran 2018/2019.

4.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah disimpulkan di atas, upaya meningkatkan mutu pendidikan perlu dikemukakan beberapa saran yang membangun. Saran-saran tersebut adalah:

1) Peneliti menyarankan pada guru agar dapat menerapkan model pembelajaran Discovery Learning dalam proses pembelajaran, karena melalui penerapan model pembelajaran Discovery Learning dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

2) Peneliti mengharapkan kepada pihak lain untuk melakukan penelitian yang sama pada materi lain sebagai bahan pertimbangan dengan hasil penelitian ini.

3) Kepada pembaca atau pihak berpropesi sebagai guru, agar penelitian ini menjadi bahan masukkan dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan di masa yang akan datang.

5. Daftar Pustaka

[1] Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

[2] Depdiknas .2003. Undang-undang RI No.20 tahun 2003.tentang sistem pendidikan nasional.

[3] Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.

[4] Hikmat syaf, Agus. Media Pembelajaran. Cipayung: GP Press

[5] Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifik Dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor:

Ghalia Indonesia.

[6] Kemendikbud. 2014. Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum 2013. Jakarta: Kemendikbud.

[7] Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1997. Kamus Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

[8] Safwal. 2006. Penerapan Model Kooperatif tipe Jigsaw III pada Konsep Dinamika Gerak Lurus di MAN 3 Banda Aceh, Skripsi. Banda Aceh: IAIN AR-Ranir

Referensi

Dokumen terkait

Klasifikasi nilai siswa kelas I posttest no Perolehan nilai Frekuensi f Presentase % 1 Nilai 70 keatas 19 86,35% 2 Nilai 69 kebawah 3 13,65% Jumlah 22 100

Hasil Observasi Siswa pada Siklus I No Komponen yang Diamati Jumlah 26 Siswa Frekuensi Persentase 1 Mengerjakan tugas - - 2 Bertanya kepada guru 2 7,60% 3 Menjawab pertanyaan yang