PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKN PADA SISWA
KELAS III SD GMIM III TOMOHON
Sri Meilaningsi Abd Gani, Fransiska R. Korompis, Boby A. Lompoliuw Program Studi S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan dan
Psikologi
Universitas Negeri Manado, E-mail: [email protected],
f [email protected] , [email protected]Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar Pkn melalui penerapan model pembelajaran Problem Posing pada siswa kelas III di SD GMIM III Tomohon. Metode penelitian yang digunakan yakni desain penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam dua siklus, prosedur dalam setiap siklus yaitu:
perencananaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Teknik pengumpulan data, melalui: lembar kegiatan siswa, tes formatif siklus I dan II, lembar pengamtan aktivitas belajar siswa. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas III SD GMIM 3 TOMOHON dengan jumlah siswa 12 Orang yang terdiri dari 5 siswa perempuan dan 7 siswa laki- laki. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan tes berupa soal dan dokumentasi. Data yang telah terkumpul dilakukan analisis dengan perhitungan presentase dan rata rata hasil belajar yang di capai siswa. Hasil penelitian ditemukan bahwa model problem possing dikatakan efektif untuk meningkatkan hasil belajar Pkn siswa apabila, hasil penelitian siswa mencapai, persentase tuntas belajar klasikal ≥ 75%. Berdasarkan hasil penelitian siklus I persentase ketuntasan belajar klasikal mencapai 65%.
Pada siklus II terjadi peningkatan persentase tuntas belajar mencapai 86,6%.
Kesimpulan dari penelitian ini bahwa penerapan model problem possing dapat meningkatkan hasil belajar Pkn siswa kelas III SD GMIM III Tomohon.
Disarankan agar model pembelajaran problem possing dapat digunakan pada mata pelajaran yang lain guna menigkatkan hasil belajar siswa.
Kata Kunci : model pembelajaran problem possing, hasil belajar Pkn
PENDAHULUAN
Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah, setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar.
Menurut Korompis, F., (2022) Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik dan buruknya pribadi manusia menurut ukuran normatif. Kesadaran untuk memperoleh pe
ndidikan diharapkan menjadi milik tiap individu agar muncul generasi penerus bangsa yang berkualitas dan mampu menyesuaikan diri untuk hidup
. Formalitas dan legalitas tetap saja menjadi sesuatu yang penting akan tetapi perlu diingat bahwa subtansi juga bukan sekedar sesuatu yang bisa di abaikan hanya untuk mengejar tataran formal saja. Maka yang perlu di lakukan sekarang bukan saja menghapus formalitas yang telah berjalan melainkan menata kembali system pendidikan yang ada melainkan dengan paradigma baru yang lebih baik. Dengan paradigm baru bertumpu pada teori kognitif dan konstruktivistik. Pembelajaran akan berfokus pada pengembangan kemampuan intelektual yang berlangsung secara social dan kultural,mendorong siswa mengembangkan
pemahaman serta pengetahuannya sendiri dalam konteks social, dan belajar di mulai dari pengetahuan awal dan perspektif budaya, tugas belajar di desain menantang dan menarik untuk mencapai derajat berpikir tingkat tinggi (Kamdi,2008:2)
Pembelajaran Pkn di SD mempunyai kedudukan yang penting dalam upaya mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Oleh karena itu, pembelajaran PKn diarahkan untuk
membentuk warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga Negara yang baik, cerdas, terampil dan berkarakter yang diamanatkan oleh pancasila dan UUD 1945.
Selain itu ada beberapa faktor yang bertujuan untuk menciptakan kegiatan belajar mengajar yang efektif sehingga dapat memperoleh peningkatan hasil belajar siswa khususnya pelajaran Pkn. Misalnya guru membimbing siswa agar lebih aktif dalam menyampaikan masalah berupa bentuk soal yang belum di pahami atau sulit menjawab soal soal tersebut dan guru harus mampu membantu siswa berkembang sesuai dengan taraf intelektualnya. intelektual akan lebih membantu siswa memahami konsep-konsep yang akan di ajarkan maka guru diminta lebih kreatif dalam memberikan pelajaran sesuai yang diperlukan peserta didik agar dapat keluar dari kesulitan belajar yang mereka hadapi. Menurut Rorimpandey, W. H. dkk (2022) Kreativitas guru juga sangat dibutuhkan untuk memotivasi semangat belajar siswa karena dalam proses belajar motivasi sangat diperlukan sehingga peserta didik mempunyai minat untuk belajar agar hasil belajar siswapun dapat meningkat.
Dalam proses belajar mengajar siswa diharapkan mau dan mampu mengemukakan pendapat sesuai dengan apa yang telah dipahami. Selain itu diharapkan pula mampu berinteraksi secara positif antara siswa dengan siswa sendiri maupun antara siswa dengan guru apabila ada kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam belajar dengan demikian penggunaan model pembelajaran Problem posing menjadi semakin penting.
Dalam proses pembelajaran pengembangan potensi-potensi siswa harus di lakukan secara menyeluruh dan terpadu.
Pengembangan potensi siswa secara tidak seimbang pada gilirannya menjadikan
pendidikan cenderung lebih peduli pada pengembangan satu aspek pada kepribadian tentu saja, bersifat partikular dan parsial . pada sesungguhnya pertumbuhan dan perkembangan siswa merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh semua sekolah dan guru, itu berarti materi pelajaran pada bidang studinya saja (Gordon, 1997: 8)
Guru memegang startegis utama paling penting terutama dalam pembentukan watak anak bangsa melalui pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang diinginkan.
Dari esensi tersebut, peranan guru sulit digantikan oleh yang lain, (Supriadi 1998:04) karenanya dalam proses pembelajaran dikelas guru tidak cukup hanya berbekal pengetahuan berkenaan dengan bidang studi yang di ajarkan, akan tetapi sangat perlu memperhatikan aspek aspek pembelajaran secara holistik yang mendukung terwujudnya potensi siswa.
Dari penjelasan di atas maka dapat ditegaskan bahwa usaha perbaikan proses pembelajaran melalui upaya pemilihan model pembelajaran yang tepat dan inovatif dalam pembelajaran Pkn pada materi. Cara menjaga kerukunan di sekolah dasar merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting untuk di lakukan. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk memperbaiki proses pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar siswa adalah melalui model pembelajaran problem posing. Peneliti memilih metode pembelajaran ini karena sangat mendukung perubahan pola berfikir siswa, pada metode ini juga guru tidak perlu terlalu banyak menekankan pada keaktifan berfikir siswa, siswa hanya ditekankan untk menemukan masalah serta dapat mengatasi masalah yang ada.
Untuk itu diperlukan suatu upaya dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran guru harus memilih strategi atau cara dalam menyampaikan materi
pelajaran agar kegiatan belajar berlangsung dengan efektif sehingga diperoleh peningkatan hasil belajar siswa khususnya pelajaran Pkn.
Berdasarkan hasil observasi dikelas III SD GMIM III tomohon, proses pembelajaran PKn dengan materi keberagaman belum berhasil sepenuhnya.
Dimana siswa kurang aktif dalam kegiatan belajar mengajar. anak cenderung tidak begitu tertarik dengan pembelajaran Pkn karena selama ini pembelajaran Pkn di anggap sebagai pembelajaran yang hanya mementingkan hafalan semata kurang menekankan pada aspek penalaran sehingga menyebabkan rendahnya semangat belajar pkn dan sering ditemui sulit menerapkan pembelajaran pkn di kelas III karena masih termasuk kelas rendah.
Di temukan juga bahwa guru lebih mendominasi aktivitas pembelajaran. Siswa hanya duduk diam mendengarkan penjelasan dari guru sehingga apa yang disampaikan guru tidak membekas dalam diri siswa mengakibatkan siswa sangat sulit menangkap apa yang sedang di jelaskan oleh guru. dan Guru lebih dominan menggunakan buku teks untuk menjelaskan materi Pkn kepada siswa. Pembelajaran seperti ini mengakibatkan siswa kurang aktif di dalam kelas. Selain itu, guru masih menggunakan cara yang konvensional dalam menyampaikan materi. Gaya mengajar guru kurang bervariasi. Adanya perbedaan kemampuan dan daya ingat siswa juga terlihat selama observasi berlangsung
Data awal yang didapat oleh peneliti melalui guru kelas, ditemukan bahwa dari 12 siswa yang terdaftar dikelas, hanya 5 orang siswa yang memahami akan materi yang diajarkan oleh guru, sedangkan 7 orang siswa masih belum mengerti dengan materi yang diajarkan guru. Dengan kata lain hanya 41,6%
siswa yang memahami pembelajaran PKN ini,
sedangkan sisanya 58,4% belum memahami akan materi ini sedangkan standar kkm adalah 75. Karena mungkin dalam pembelajaran mereka masih bingung akan model pembelajaran yang baru di jelaskan dan materi yang diajarkan masih sulit untuk di tangkap karena bersifat langkah dan jarang di dengar serta di parktikan, pembelajaran yang di gunakan saat ini adalah untuk mewujudkan peserta didik mampu menguasai materi serta mampu mencapai kopetensi dasar atau seperangkat indikator yang telah di tetapkan.
Yaitu melalui model pembelajaran problem posing.
Dari uraian tersebut maka peneliti mencoba melakukan penelitian ini dengan tujuan dari penelitian ini yaitu meningkatkan hasil belajar Pkn melalui penerapan model pembelajaran Problem Posing di SD GMIM 3 Tomohon.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian dilaksanakan dalam bentuk penelitian tindakan kelas (PTK) yang mengacu pada desain yang dikemukakan Kemmis dan McTaggart (Heris, 2017) terdiri dari empat tahap yaitu: 1) Perencanaan, 2) Aksi, 3) Observasi, 4) Refleksi. Alur penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1. Spiral Penelitian Tindakan Kelas
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas III SD GMIM 3 TOMOHON dengan jumlah siswa 12 Orang yang terdiri dari 5 siswa perempuan dan 7 siswa laki- laki.
Untuk memperoleh data dalam penelitian ada beberapa teknik pengumpulan data. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi dan tes dilaksanakan dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan atau soal secara tertulis kepada semua siswa dengan menggunakan Lembar Kerja Siswa dan Lembar Penilaian. Setelah data terkumpul peneliti melakukan analisis data, Data yang diperoleh dari proses belajar-mengajar dihitung dengan menggunakan rumus KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal), sebagai berikut:
KB =
T
Tt
x 100%
Keterangan :KB = Ketuntasan belajar
T = Jumlah skor yang diperoleh siswa Tt = Jumlah skor total
Dengan menghitung persentase ketuntasan belajar, selanjutnya kriteria dan ukuran keberhasilan ketuntasan belajar yaitu setiap siswa tuntas belajarnya jika proporsi jawaban benar siswa ≥ (lebih besar atau sama dengan) 75
%
maka suatu kelas dapat dikatakan telah tuntas belajar (Depdiknas, dalam Trianto, 2011:64).HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 28 oktober di kelas III SD Gmim 3 Tomohon dengan jumlah siswa 12 yang terdiri dari 5 siswa perempuan dan 7 siswa laki-laki. Penelitian ini dilakukan dengan tema kerukunan dalam bermasyarakat dan sub tema cara menjaga kerukunan pada mata pelajaran Ppkn dengan tujuan dapat menigkatkan pemahaman sikap social serta toleransi di lingkungan sekolah. Yang dilaksanakan dalam 2 siklus pembelajaran.
Adapun pembahasan hasil penelitian ini berdasarkan pengumpulan data melalui tindakan yang dilakukan pada Siklus I dan Siklus II, dengan menggunakan tahap-tahap, yaitu : (1) tahap perencanaan, (2) tahap aksi, (3) tahap observasi, dan (4) refleksi.
Siklus I
Berdasarkan hasil evaluasi ternyata pada siklus 1 ini belum berhasil dan peneliti melakukan perbaikan dengan melaksanakan siklus II, yang pelaksanaannya sama dengan siklus 1, hanya saja hal-hal yang belum berhasil pada siklus 1 peneliti perbaiki pada siklus II. Bila hasil belajar yang diperoleh belum sesuai dengan ketuntasan belajar maka peneliti melaksanakan tindakan pada siklus II.
Tabel 1. Hasil belajar siklus I
Berdasarkan dari hasil tabel diatas maka ketuntasan belajar dapat dihitung sebagai berikut:
KB = T
Tt x 100 % KB = 780
1200 ×100 %=65 %
Jadi, pencapaian hasil belajar pada siklus I adalah 65 %, ini berarti belum berhasil.Siklus II
Tabel 2. Hasil belajar siklus II
Berdasarkan dari hasil tabel diatas maka ketuntasan belajar dapat dihitung sebagai berikut:
KB = T
Tt x 100 %
KB = 1040
1200 ×100 %=86,6 %
Jadi, pencapaian hasil belajar pada siklus II adalah 86,6 %, dapat dikatakan telah terjadi peningkatanDengan demikian hasil belajar dapat di katakan telah terjadi peningkatan dalam pembelajaran PPKN di kelas III SD GMIM III tomohon dengan menggunakan model problem posing karena hasil (KB) ketuntasan belajar mencapai 86,6 % sehingga tindakan pada siklus II dinyatakan berhasil dan tidak perlu lagi di lanjutkan tindakan pada siklus berikutnya.
Pembahasan
Penelitian ini menggunkan penelitan tindakan kelas (PTK) yang terdiri dari dua siklus. Pada siklus I hasil yang dicapai belum terlalu memuaskan karena hanya mencapai 65% Hal ini disebabkan siswa belum terlalu memahami konsep dari materi yang diajarkan. Kendala lain yang ditemui dalam proses belajar mengajar pada siklus I ini yakni pemahaman guru terhadap model problem posing masih kurang, guru yang seharusya hanya bertindak sebagai fasilitator kenyataannya lebih banyak mendominasi pembelajaran sehingga keaktifan dalam penyajian materi dan kreativitas siswa tidak nampak, disamping itu juga guru tidak menyiapkan media pembelajaran untuk menunjang proses pembelajaran.
Pada siklus II ini terjadi peningkatan aktivitas guru dan siswa sehingga hasil belajar siswa menjadi sangat baik. Untuk hasil belajar pada siklus II seluruh siswa kelas III SD GMIM III TOMOHON sudah mencapai ketuntasan belajar pada materi keberagaman, dimana hasil belajar siswa adalah 86,6 %, sebab siswa mampu mengerjakan setiap soal dalam bentuk
menyajikan masalah yang ada dalam lembar penilaian dengan benar sehingga hasil yang diperoleh siswa pada siklus II sangat memuaskan, kemudian pelaksanaan penelitian siklus II ini dikatakan berhasil.
Sedangkan aktivitas guru sudah lebih baik dari siklus 1, dimana guru sudah mampu menerapkan langkah-langkah model problem posing dengan tepat dan guru lebih kreatif pada saat proses pembelajaran.
Hasil penelitian pada siklus I, kinerja dalam menerapkan model pembelajaran berbasis problem posing (menyajikan masalah) masih belum maksimal yang ditunjukan oleh hasil belajar yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran, yaitu mencapai 65 % dari jumlah 12 siswa hanya 5 siswa saja yang mencapai KKM sedangkan 7 siswa masih belum mencapai KKM.Hal ini dapat dilihat melalui kemampuan siswa dalam proses pembuatan peta pikiran tentang materi keberagaman dengan menggunakan kata-kata sendiri melalui diskusi kelompok masih sulit bagi siswa, sehingga siswa belum memahami sikap sikap toleransi dilingkungan sekolah. Selain dari pada itu, keaktifan siswa dalam kelompok masih belum terlihat sehingga perlu dilanjutkan pada siklus II.
Hasil penelitian pada siklus II ini, yaitu lebih memperhatikan kinerja guru dalam menerapkan model problem posing sudah meningkat sehingga hasil belajar yang di peroleh siswa sudah membaik yaitu 86,6 % dan dari 12 siswa yang sudah mencapai KKM ada 10 orang siswa dan sisanya 2 orang siswa belum mencapai KKM. Dengan hasil belajar siswa khususnya mata pelajaran PPKN pada materi keberagaman dimana siswa diminta menyajikan masalah pada materi tersebut menunjukan siswa sudah mampu dalam proses penyajian masalah tentang tema keberagaman di lingkungan sekolah melalui
diskusi kelompok yang sudah dilaksanakan dengan baik.
Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa penerapan model Pembelajaran problem posing dapat meningkatkan hasil belajar pendidikan kewarganegaraan (PPKN) pada materi keberagaman kelas III SD GMIM III Tomohon.
Daftar Pustaka
Gordon B, 1997, Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen, PT. Gramedia, Jakarta.
Hendriana, Heris. E.E. Rohaeti, U. Sumarno.
2017. Hard Skills dan Soft Skills Matematik Siswa. Bandung: Refika Aditama.
Mangangantung, J. M., Wentian, S., &
Rorimpandey, W. H. (2022).
Pengaruh Kreativitas Guru dan Motivasi Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V SD Negeri di Kecamatan Wanea. Jurnal Inovasi Teknologi Pendidikan, 9(1), 15-24.
Palendeng, F. G., Mogot, A. M., Kaunang, M., Korompis, F., & Ratunguri, Y.
(2022). Penerapan Model
Pembelajaran Jigsaw untuk Meningkatkan Hasil Belajar Sains pada Siswa Kelas V SD GMIM III Tomohon. Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan, 8(3), 157-164.
Trianto. 2011. Model-Model Pembelajaran
Inovtif Berorientasi
Konstruktivistik.Jakarta : Prestasi Pustaka.
Waras Kamdi. (2008). Project Based Learning: Pendekatan Pembelajaran Inovatif.
Universitas Negeri Medan.