PELAKSANAAN TUGAS JAGA NAVIGASI PADA KAPAL KETIKA DI SALURAN PADAT DI KM. Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala nikmat dan karunia-Nya, sehingga dalam waktu yang singkat penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Terapan yang berjudul “IMPLEMENTASI PENERAPAN NAVIGASI KEPING DETY PADA HIPP SAAT DI SALURAN PERKEMBANGAN SEMPIT DI KM.TANTO ABADI” dalam kurun waktu 10 tahun. waktu. cara tanpa sesuatu yang tidak diinginkan. DWIVAYANA RAHMANDHANI, Penerapan Pemberlakuan Tugas Menjaga Navigasi di Jembatan Selama Alur Pelayaran Sempit di KM.TANTO ABADI.
Pelaksanaan tugas jaga navigasi di anjungan pada alur pelayaran yang sempit Salah satu penyebab terjadinya kecelakaan di kapal adalah kurangnya disiplin dan keterampilan petugas jaga dalam melaksanakan tugas jaga dengan baik khususnya dalam bidang navigasi. kapal melewati perairan sempit. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan pelaksanaan tugas jaga navigasi pada anjungan kapal pada saat berada di perairan sempit. Teknik pengumpulan datanya salah satunya adalah dengan mengamati, mengkaji dan menganalisa objek atau permasalahan yang diselidiki secara langsung, sehingga dapat diketahui bagaimana penerapan tugas jaga navigasi di anjungan kapal, aturan navigasi yang dilakukan oleh petugas jaga dan cara pemeliharaannya. . kualitas jam tangan navigasi selama jaga di kapal pada km.
Hasil penelitian yang dilakukan penulis menemukan bahwa terdapat beberapa faktor penyebab terjadinya kecelakaan pada alur pelayaran yang sempit yaitu pelaksanaan tata cara jaga yang tidak tepat, aturan jaga yang tidak diperhatikan dengan baik pada saat navigasi tidak tepat dan ketidakpedulian jam navigasi terhadap jam istirahatnya. Salah satu faktor penyebab terjadinya kecelakaan pada alur pelayaran sempit, upaya untuk meminimalisir dan mencegah terjadinya kecelakaan adalah dengan melaksanakan tugas jaga navigasi sesuai dengan prosedur dan aturan jaga yang berlaku serta memberikan jam istirahat yang cukup bagi petugas jaga navigasi ketika berada pada alur pelayaran sempit. DWIVAYANA RAHMANDHANI, Penerapan pelaksanaan tugas jaga navigasi di anjungan selama berada di saluran sempit MV.
The purpose of this study is to determine the application of implement the navigation watch duties on the bridge while in the narrow channel.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
PENUTUP
Latar Belakang
Namun faktor yang perlu diperhatikan adalah tidak semua wilayah Indonesia mempunyai koneksi langsung dengan laut, setiap wilayah juga mempunyai tingkat kedangkalan dasar laut yang berbeda-beda dan tidak semua kapal dapat memasuki wilayah sungai milik Indonesia. Dalam menunjang setiap kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat khususnya masyarakat Indonesia di bidang kelautan, pemerintah Indonesia telah memiliki dan membangun setiap perusahaan pelayaran serta berbagai jenis kapal niaga seperti kapal tanker, kapal general cargo, kapal container dan kapal penumpang. . dan lain-lain, sebagai bentuk sarana. Untuk sarana pendistribusian barang dari suatu tempat ke tempat lain perlu masuk ke pelabuhan melalui jalur akses/saluran menuju pelabuhan. Ada berbagai jenis dan ukuran kapal yang tidak bisa memasuki alur sempit, seperti sungai dan lokasi dermaga.
Namun, Kapten dibantu dalam operasinya oleh Kepala Perwira dan Awak Kapal lainnya. Pada tanggal 23 Oktober 2017 sore hari sekitar 18.00 di perairan Sungai Mantuil Banjarmasin Selatan, KM. Maksud dan tujuan pelaksanaan tugas jaga adalah untuk menjaga keselamatan, keamanan, ketertiban kapal, muatan, penumpang, dan lingkungan hidup.
Perwira dan petugas jaga navigasi atau jaga ruang mesin, atau anggota awak kapal lainnya yang diperlukan untuk melaksanakan tugas keselamatan, pencegahan polusi dan keamanan, harus diberikan waktu istirahat sebagai berikut: Istirahat minimal 10 jam dalam jangka waktu 24 jam. Jangka waktu 7 hari. Jam istirahat dapat dibagi menjadi maksimal 2 periode, salah satunya harus minimal 6 jam dan jarak waktu antar periode berturut-turut tidak boleh lebih dari 14 jam. Pengurangan jam istirahat menjadi 70 jam istirahat dalam jangka waktu tujuh hari diperbolehkan untuk jangka waktu paling lama dua minggu berturut-turut.
Seiring dengan pertumbuhan perekonomian dunia, penggunaan transportasi laut semakin padat, terutama di wilayah sempit seperti selat dan kanal, atau wilayah terkonsentrasi seperti pelabuhan dan jalur pelayaran, yang dapat menimbulkan risiko tinggi terjadinya kecelakaan laut, baik dalam bentuk kecelakaan laut. tabrakan antar kapal atau bahaya navigasi lainnya, seperti kapal karam atau tenggelam pada kedalaman yang dangkal. Oleh karena itu, diperlukan kehati-hatian dalam melakukan jaga navigasi, terutama saat melintasi perairan sempit. Berangkat dari latar belakang diatas maka saya memutuskan untuk melakukan penelitian dengan topik yang berjudul “PELAKSANAAN TUGAS PEMELIHARAAN NAVIGASI PADA KAPAL SAAT DI SALURAN PERKAYAAN SEMPIT DI KM.
Rumusan Masalah
Batasan Masalah
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui penerapan penerapan jam navigasi pada jembatan saat berada pada alur pelayaran sempit di alur Banjarmasin.
Manfaat Penelitian
Review Penelitian Sebelumnya
Berdasarkan tinjauan pustaka yang dibaca dan ditelaah oleh penulis, maka penelitian yang dilakukan penulis menunjukkan kesamaan dari segi jalur pelayaran, namun berbeda dalam judul umum, definisi masalah, isi dan penyajian. Sutini (2015) meneliti analisis olah gerak kapal pada saat memasuki jalur pelayaran yang sempit dan dangkal. Sedangkan penulis mendalami penerapan pelaksanaan tugas jaga navigasi pada anjungan kapal pada alur pelayaran sempit di KM.
Landasan Teori
Dalam melaksanakan tugas jaga navigasi, perhatian khusus harus diberikan pada hal-hal yang karena pelaksanaan pekerjaan yang bertanggung jawab, demi keselamatan kapal (orang, kapal, dan segala barang di dalamnya). Segala sesuatu yang berkaitan dengan tugas/pengenaan jam tangan diatur oleh ketentuan Standar Sertifikasi Pelatihan dan Pengawasan Pelaut (STCW 1978, amandemen 1995). Berbagai peraturan dan regulasi yang disetujui oleh perwakilan Organisasi Maritim Internasional (IMO) dimaksudkan untuk membantu pelaut dalam melaksanakan tugas jaga mereka secara cermat.
Dalam sehari (selama 24 jam), tugas dibagi menjadi 3 shift dengan masing-masing shift bertugas selama 4 jam pada siang hari dan 4 jam pada malam hari, sehingga setiap shift bertugas 8 jam per shift. Perwira jaga adalah perwira geladak/maalim dan insinyur kapal (engineer) serta anak buah kapal (coxswain), tukang minyak (oilman). Jaga navigasi dilaksanakan oleh awak kapal yang mempunyai pengetahuan ilmu navigasi, tempat jaganya berada di ruang anjungan.
Dalam melaksanakan tugas jaga kapal, perwira jaga harus memperhatikan dengan seksama, dan apabila timbul keadaan khusus harus memberitahukan kepada perwira jaga. Petugas jaga navigasi harus selalu mematuhi SOLAS 1974: 1) Pertimbangkan untuk menugaskan seseorang . ganti kendali otomatis dengan kendali manual pada waktu yang tepat untuk mencegah bahaya langsung. Menjadi awak kapal dan menjalankan tugasnya di atas kapal sesuai dengan aturan IMO terkait dengan STCW Code 1978 yang mengatur standar minimum yang harus dipenuhi oleh awak kapal dalam kaitannya dengan pelatihan awak kapal, sertifikasi dan petugas jaga bagi pelaut. .
Banyaknya kecelakaan yang terjadi di laut salah satunya disebabkan oleh kelalaian manusia dalam berjaga, yang diakibatkan oleh kelelahan petugas yang bertugas saat berlayar. Oleh karena itu, telah ditetapkan peraturan untuk pemeliharaan kesehatan awak kapal di STCW BAB VIII Bagian A yang berkaitan dengan standar dinas jaga kebugaran untuk bertugas yaitu. Semua orang yang ditunjuk sebagai petugas jaga atau sebagai bawahan yang ikut serta dalam tugas jaga harus diberikan istirahat minimal 10 jam dalam setiap jangka waktu 24 jam.
Jam istirahat ini dapat dibagi menjadi maksimal 2 jam istirahat, yang salah satunya paling lama 6 jam. Kondisi waktu istirahat yang dijelaskan pada bagian a dan b di atas tidak perlu diperhatikan dalam kondisi darurat, pelatihan, atau keadaan darurat. Menyimpang dari ketentuan bagian a dan b di atas, metode minimum 10 jam dapat dikurangi menjadi mayoritas.
Kerangka Pemikiran
Jenis Penelitian
Lokasi Penelitian 1. Waktu Penelitian
Jenis Data dan Sumber Data
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui perantara atau diperoleh dan dicatat oleh pihak lain. Data sekunder diperoleh dari buku-buku yang berkaitan dengan topik yang akan dibahas dan diperlukan sebagai pedoman teori dan ketentuan formal dari kondisi nyata hasil pengamatan dan informasi lain yang diperoleh. Data dalam penelitian ini diperoleh dari wawancara, observasi, literatur dan dokumentasi.
Wawancara adalah suatu usaha yang dilakukan seseorang atau suatu pihak untuk memperoleh keterangan, pendapat mengenai suatu hal yang diperlukan untuk tujuan tertentu, dari seseorang atau pihak lain melalui tanya jawab. Observasi adalah laporan yang memuat gambaran umum/laporan hasil suatu pengamatan (observasi) Teks jenis ini menggambarkan atau menguraikan secara umum bentuk, sifat atau sifat seperti benda, hewan, tumbuhan, manusia atau peristiwa yang terjadi di alam kita semesta. Menurut Ardila, dokumentasi adalah kumpulan dokumen yang dapat memberikan informasi atau bukti mengenai proses pengumpulan dan pengolahan dokumen baik berupa barang, gambar atau tulisan sebagai alat bukti serta dapat memberikan informasi penting secara sistematis dan menyampaikan informasi kepada penggunanya.
Pemilihan Informan
Teknik Analisis Data
- Pengumpulan Data (Data Collection)
- Reduksi Data (Data Reduction)
- Display Data
Metode penelitian kualitatif (Sistematika Penelitian Kualitatif), (Online), http://wordpress.com/technology-education/methode-Research-Qualitative-Systematics-Penelitian-Qualitative. Jalur Masuk Arus ke Muara Sungai Barito – Banjarmasin”, http://marwanmohamad.blogspot.co.id/2011/05/route-alur-entry-muara-barito.html.