• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of PENERAPAN PEMBELAJARAN SAINS MELALUI PERMAINAN UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN KOGNITIF PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI PAUD MATHLA’UL ANWAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "View of PENERAPAN PEMBELAJARAN SAINS MELALUI PERMAINAN UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN KOGNITIF PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI PAUD MATHLA’UL ANWAR"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

325

PENERAPAN PEMBELAJARAN SAINS MELALUI PERMAINAN UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN KOGNITIF PADA ANAK USIA 5-6

TAHUN DI PAUD MATHLA’UL ANWAR

Sri Nuraeni

Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya

Corresponding Author: Sri Nuraeni , e-mail: [email protected]

ARTICLE INFO Article history:

Received 10, 05, 2023

Revised 15, 06, 2023

Accepted 10, 09, 2023

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan pembelajaran sains pada anak usia dini. Pembelajaran sains pada dasarnya hanya bersifat pengenalan tentang alam dan fenomenanya. Pembelajaran sains melalui bermacam-macam percobaan merupakan salah satu media dan sarana untuk mengembangkan cara bernalar sejak usia dini adapun permainan yang dilakukan yaitu diantaranya telur mengambang, erupsi gunung, gelembung lava, gas balon, dan slime. Metode penelitian ini adalah penelitian tindak kelas. Tempat penelitian di PAUD Mathla’ul Anwar. Subjek penelitian ini adalah anak usia 5-6 tahun dengan jumlah 5 orang anak. Hasil penelitian terlihat bahwa adanya peningkatan terhadap anak dimana anak yang tadinya pasif menjadi aktif. Oleh karena itu penting sekali pengenalan sains sejak dini untuk meningkatkan perkembangan kognitif pada anak.

Kata Kunci: Perkembangan Kognitif, Pembelajaran Sains, Permainan Sains.

How to Cite : Sri Nuraeni, Penerapan Pembelajaran Sains Melalui Permainan Untuk Meningkatkan Perkembangan Kognitif Pada Anak Usia 5-6 Tahun Di Paud Mathla’ul Anwar, Pelangi: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Pendidikan Islam Anak Usia Dini, 5 (2), 325-337.

DOI : https://doi.org/10.52266/pelangi.v4i1.766 Journal Homepage : https://ejournal.iaimbima.ac.id/index.php/pelangi This is an open acc : ess article under the CC BY SA license

PENDAHULUAN

Pendidkan Anak Usia Dini perlu dilakukan agar anak memiliki pengalaman belajar yang luas sehingga anak mampu mengembangkan potensi dan kemampuan yang dimiliki secara optimal. Dalam pertumbuhan dan perkembangannya pendidikan Anak Usia Dini memegang peran yang p_ISSN: 2655593 & e_ISSN: 27456439

Volume 5, Issue 2, Maret 2023

(2)

326

sangat penting, mada masa ini yakni usia 0 sampai 6 tahun disebut juga masa keemasan (golden age). Masa ini merupakan masa penentu keberhasilan pertumbuhan perkembangan seorang anak menuju masa selanjutnya.

Aktifitas pembelajaran pada anak usia dini dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan kognitif. Aktivitas dalam proses belajar mengajar hendaknya ditentukan kepada perkembangan struktur kognitif, melalui pemberian kesempatan kepada anak untuk memperoleh kesempatan secara langsung dalam berbagai aktivitas pembelajaran yang sesuai dengan pembelajaran terpadu dan pandangan makna. Beetlesthone mengutip Piaget menytakan bahawa ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan intelektual, yakni pengalaman, kedewasaan, transmisi sosial, dan yang paling mendasar, keseimbangan yaitu menentuakn keseimbangan dari benda-benda yang sebelumnya belum dipahami. Crain menyatakan bahwa Bandura seperti halnya Piaget melihat anak anak sebagai agen kognitif aktif menemukan aturan tertentu dan memegang erat konsep yang dibangun diatasnya.

Banduran menekankan kepada cara kerja lingkungan eksternal. Peningkatan kemampuan berpikir dapat dilakukan melalui stmulus dari bermacam-macam arah. Sains merupakan salah satu media atau sarana untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan berfikir secara logis.

Namun kenyataannya pemebelajaran sains pada anak kurang di kenalkan atau diterapkan sehingga anak kurang mengetahui penomena alam disekitanya. Pada dasarnya pembelajaran sains pada anak usia dini hanya bersifat pengenalan tentang alam dan fenomenanya. Pengenalan sains di tingkat TK jika dilakukan dengan cara yang tepat akan mengembangkan kemampuan berfikir logis anak secara bertahap. Pada pembelajaran sains anak usia dini anak tidak diminta untuk menghafal suatu konsep sains, akan tetapi diajak untuk bereksplorasi terhadap objek alam sekitar dengan berinteraksi secara langsung. Seluruh anggota tubuh terutama panca indera akan terlibat pada saat anak bereksplorasi dan melakukan percobaan- percobaan sehingga anak akan terlatih untuk berfikir logis. Sehingga dengan

(3)

327

adanya pembelajaran sains ini akan melatih anak dalam perkembangan kognitif anak.

Pembelajaran sains melalui bermacam-macam percobaan merupakan salah satu media dan sarana untuk mengembangkan cara bernalar sejak usia dini. Pada pembelajaran sains selain kemampuan bernalar anak juga dapat mengembangkan cara berpikir yang spesifik seperti mengembangkan kemampuan atau kecedasan nauralitik.

Beetlesthon menyatakan bahwa bermain memberikan kesempatan pada anak-anak untuk berpartisipasi dalam cara mereka sendiri dan mengintepretasikan tugas secara personal serta memberikan mereka mencoba rute imajinatif tanpa takut akan berbagai macam batasan. Metode bermain memberikan ruang kepada anak untuk melakukan eksplorasi sesuai dengan imajinasi dan kemampuannya. Anak melalui bermain dapat menemukan sendiri cara memecahkan suatu masalah yang mungkin tidak terpikirkan sebelumnya. Metode bermain juga memungkinkan anak untuk mengembangkan kreativitas melalui daya imajinasinya yang dimilikinya.

TINJAUAN TEORITIS

A. Perkembangan Kognitif Anak

Perkembangan kognitif adalah proses dimana idividu dapat meningkatkan kemampuan dalam menggunakan pengetahuannya. Kognisi adalah fungsi mental yang meliputi persepsi, pikiran, simbol, penalatran, dan pemecahan masalah. Istilah kognisi (cognition) dimaknai sebagai strategi untuk meredukasi kompleksitas dunia. Kognisi juga dimaknai sebagai cara bagaimana manusia menggambarkan pengalaman mengenai dunia dan bagaimana menggorganisasi pengalaman mereka. Aspek yang dipantau dari perkembangan aspek kognitif yaitu: 1) Informasi/

(4)

328

pengetahuan (figurative), 2) pengetahuan (prosedur/operatif), 3) Pengetahuan temporal dan special, 4) pengetahuan dan pengingat memori.1

Williams mengatakan kognitif adalah bagaimana cara individu bertingkah laku, cara individu bertindak, yaitu cepat lambatnya individu di dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapinya. Gambaran yang diberikan Williams tentang ciri-ciri perilaku kognitif adalah: berfikir lancar, berpikir luwes, berpikir orisinal, berpikir terperinci (elaborasi). Anak-anak membentuk skema-skema baru lewat proses asimilasi dan akomodasi. Piaget meyakini bahwa anak-anak merupakan pembangun kecerdasan yang akitif lewat asimilasi ( menerima pengalaman baru) dan akomodasi ( mengubah skema yang udah ada untuk disesuaikan dengan informasi baru), yang menghasilkan keseimbangan.2

Menurut Brunner ia membagi proses perkembangan perilaku kognitif kedalam tiga periode, yaitu : Pertama, Tingkat enaktif ( enactive stage) merupakan suatu masa ketika individu berusaha memahami lingkungannya;

tahapan ini mirip dengan sensorimotor period dari Piaget, Kedua, Ikonik.

Tahapan ini terjadi pada saat anak telah menginjakan kakinya di taman kanak-kanak. Di sini anak belajar lewat gambaran mental dan bayangan ingatannya. Pada tahap ini seorang anak banyak belajar dari contoh yang dilihatnya gambaran contoh dari orang yang dikaguminya menjadi gambaran mentalnya dan memengaruhi perkembangan kognitifnya. Ketiga, penggunaan lambang ( simbolik) pada saat ini anak telah duduk di sekolah dasar kelas akhir atau SMP di mana anak secara prima mampu menggunakan bahasa dan berpikir secara abstrak.

Perkembangan kognitif adalah perkembangan kemampuan anak untuk mengeksplorasi lingkungan karena bertambah besarnya koordinasi

1 Filtri, Perkembangan kognitif anak usia 5-6 Tahun di Tinjau Dari Tingkat Pendidikan Ibu di PAUD kasih ibu kecamatan rumbai. PAUD Lectura: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 1(2), 169- 178,2018. hal.171.

2 Hijriati, Tahapan Perkembangan Kognitif Pada Masa Early Childhood. Bunayya: Jurnal Pendidikan Anak, 1(2), 33-49.2017. hal. 35-37

(5)

329

dan pengendalian motorik, maka dunia kognitif anak berkembang pesat, makin kreatif, bebas dan imajinatif. Pikiran anak mulai aktif sejak lahir, dari hari ke hari sepanjang pertumbuhannya. Perkembangan pikirannya, seperti:

belajar tentang orang, belajar sesuatu, belajar tentang kemampuan- kemampuan baru, memperoleh banyak ingatan, menambah banyak pengalaman. Sepanjang perkembangannya pikiran anak, maka anak akan menjadi lebih cedas.

B. Pembelajaran Sains bagi Anak Usia Dini

Sains berasal dari bahasa inggris science yang artinya pengetahuan.

Selain itu dalam bahasa jerman sains berasal dari kata wissenschaft yang artinya pengetahuan yang sistematis ( Saepudin, 2011). Menurut istilah secara umum, Sains adalah proses pengamatan, berpikir, dan merefleksikan aksi dan kejadian/peristiwa. Sains merupakan cara kita berpikir dan melihat dunia sekitar kita. Ini adalah salah satu cabang ilmu atau subjek bahasan yang mengkaji fakta-fakta/kenyataan yang terkait dengan fenomena alam.3

Pembelajaran sains hendaknya mulai diberikan semenjak anak berusia dini. Ruang linggkup pembelajaran sains anak usia dini meliputi tiga hal yaitu produk, sikap dan roses sains ( Saepudin, 2011). Pembelajaran sains diberikan kepada anak usia dini agar nantinya anak usia dini mendapatkan berbagai pengetahuan dan informasi ilmiah dan memiliki minat dan ketertarikan terhadap sains yang ditemukan dilingkungan sekitartempat tinggalnya ( mirawati & Nugraha, 2017). Dalam rangka melaksanakan pembelajaran sains untuk anak usia dini hendaknya memperhatikan prinsip- prinsip berikut: 1) Konkret; 2) Bersifat mengenal; 3) Adanya keseimbangan anatara kegitan fisik dan psikis; 4) Memperhatikan perkembangan anak usia

3 Handoko, W. D., Marmawi, M., & Fadillah, F. Metode Pembelajaran Sains Anak Usia 5-6 Tahun di PAUD Laboraturium Model Universitas Muhammadiyah Pontianak. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Khatulistiwa (JPPK), 8(3). hal.2.

(6)

330

dini ; 5) disesuaikan dengan gaya belajar anak yang khas ; 6) terpadu dan 7) dilaksanakan dengan konsep bermain sambil belajar. 4

Sujiono mengemukakan bahawa sains bagi anak usia dini akan membantu anak dalam mengembangkan beberapa aspek berikut5:

1. Sosial, perkembangan kemampuan sosial ditandai dengan kemampuan untuk bekerjasama. Pada pembelajaran sains anak akan diberikan kesempatan untuk bekerjasama, misalnya bekerjasama dalam mengelola dan menggunakan alat dan bahan yang akan diperlukan untuk melakukan penyelidikan tentang suatu fakta atau melakukan kegiatan eksperimen.

2. Emosional, pembelajaran sains secara berkelompok selain dapat mengembangkan kemampuan sosial anak, juga melatih anak untuk saling menghargai, mengungkapkan perasaan secara verbal maupun nonverbal misalnya saat anak berhasil melakukan suatu kegiatan. Anak akan merasa senang , bangga dan gembira terhadap pencapainya.

3. Fisik, percobaan dan permainan sains akan memberikan kesempatan pada anak untuk mengembangkan kemampuan motoriknya. Misalnya kemampuan motorik halus anak akan berkembang saat anak melakukan percobaan-percobaan, melemparkan benda untuk mengetahui gaya gravitasi, meniup balon, menuangkan air kedalam wadah, meletakan benda-benda kedalam wadah yang berisikan air untuk mengetahui posisi benda dalam air, mengaduk zat yang larut dan tidak larut dalam air dan lain-lain.

4. Kreativitas, kegitan menyelidik dan percobaan sains akan melatih daya imajinasi anak. Anak akan berfikir dan terus mencoba untuk mengetahui reaksi yang akan ditimbulkan dari berbagai benda.

4 Wijaya, K. W. B., & Dewi, P. A. S. Pembelajaran Sains Anak Usia Dini dengan Model Pembelajaran Children Learning In Science. Jurnal Studi Guru dan Pembelajaran, 4(1), 142-146.

2021. hal. 143.

5 Winangun, I. M. A. Pengenalan Life Science Bagi Anak Usia Dini Melalui Media Flashcard

Berkonten Lokal. Widya Kumara: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 1(2), 80-89.2020.hal.83.

(7)

331

Misalnya mencoba bahan-bahan yang larut dalam air dan cara untuk melarutkan benda ( mengaduk dan mengocok).

5. Kognitif, kemampuan kognitif meliputi kemampuan mengingat dan memahami. Untuk mengelompokan benda berdasarkan fungsi dan kegunaannya maka langkah awal yang dilakukan anak adalah mendata nama-anama benda serta memahami kegunaannya.

C. Permainan Sains Pada Anak Usia Dini

Kegiatan bermain untuk anak sangat penting sehingga pembelajaran sains untuk anak usia dini sangat tepat jika menggunakan metode bermain, yang disebut dengan bermain sains. Bermain sains merupakan kegiatan untuk meningkatkan aspek perkembangan dan potensi yang dimiliki anak.

Bermain sains ditujukan untuk melatih kemampuan anak mengenal berbagai gejala benda dan gejala peristiwa. Anak dilatih untuk melihat, meraba, membau, merasakan, mendengar dan mengecap. Semakin banyak keterlibatan indra dalam belajar, anak semakin memahami apa yang dipelajari. Anak memperoleh pengetahuan baru dari hasil pengindraannya dengan berbagai benda yang ada di sekitarnya. Tujuan bermain sains yaitu:

(1) mengenalkan dan memupuk rasa cinta kepada alam sekitar sehingga menyadari kebesaran dan keagungan Tuhan yang Maha Esa, (2) menumbuhkan minat pada anak usia dini untuk mengenal dan mempelajari benda-benda serta kejadian di lingkungan sekitarnya, (3) mengembangkan aspek-aspek yang terkait dengan keterampilan sains dasar seperti mengamati, mencari tahu, melakukan, menemukan, dan menyampaikan temuanny sehingga pengetahuan dan gagasan tentang alam sekitar dalam diri anak menjadi berkembang, (4) mengembangkan rasa ingin tahu, tekun, terbuka, kritis, mawas diri, bertanggung jawab, bekerja sama, dan mandiri dalam 132 Gusti Ayu Dewi Setiawati, Ni Wayan Ekayanti kehidupannya, dan menggunakan teknologi sederhana dan konsep sains yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang ditemukan dalam kehidupan seharihari.

(8)

332

Dengan mengaitkan antara kelompok materi beserta topik yang dipelajari, maka dalam metode bermain sains untuk anak usia dini juga mengandung ketiga lingkup materi yang terdiri dari; bermain sains fisik, bermain sains makhluk hidup dan bermain sains bumi dan lingkungan.

1) Bermain Sains Fisik Dalam bermain sains fisik, anak diajak untuk mengenal wujud fisik dari benda melalui eksplorasi, belajar ciri- ciri benda, cara benda bergerak, perubahan pada benda (berat, bentuk, ukuran, warna dan temperatur) serta mengeksplorasi bagaimana benda-benda bergerak dan berubah. Beberapa kegiatan bermain sains fisik yang bisa dilakukan misalnya: mengenal es mencair, membuat susu, bola menggelinding, mengenal rasa makanan, mencium bau dan mengenal macam- macam bentuk dari benda atau buah.

2) Bermain Sains Makhluk Hidup Melalui sains makhluk hidup, anak diajak mengeksplorasi tentang makhluk hidup seperti manusia, hewan, dan tumbuhan. Anak diajak mengenal ciri, siklus dan tempat hidup makhluk hidup. Beberapa kegiatan bermain sains yang dapat dilakukan, misalnya:

mengamati perubahan dari kacang hijau menjadi tauge, memotong dan mencuci sayuran, memetik buah atau daun, menanam tanaman, merawat binatang peliharaan dan mengamati akuarium sebagai tempat hidup makhluk hidup.

3) Bermain Sains Bumi dan Lingkungan Bermain sains bumi dan lingkungan mengajak anak mengenal alam sekitar yang diamati langsung oleh anak, seperti mengenal benda angkasa (bulan, bintang dan matahari dan planet), menggambar rumah dan lingkungan sekitar, mewarnai gambar lingkungan, mengamati terjadinya hujan, mengetahui bahwa membuang sampah sembarangan dapat mengakibatkan banjir. Melalui bermain sains bumi dan lingkungan, anak mengenal tentang sebab akibat, dan mengenal

(9)

333

peran manusia yang dapat berakibat positif maupun negatif bagi lingkungannya.6

D. Proses Pembelajaran Sains

Teori Konstruktivistik meyakini bahwa pembelajaran menggunakan pendekatan scientific dapat memberikan kesempatan peserta didik untuk dapat melakukan proses ilmiah yaitu mengamati, menanya, menalar, mencoba dan mengkomunikasikan. Teori ini menjadi dasar Kurikulum 2013 yang mengusung pendekatan saintifik sebagai metode pembelajaran anak usia dini. Proses berpikir ilmiah tersebut antara lain7 :

1. Mengamati. Mengamati dilakukan untuk mengetahui objek diantaranya dengan menggunakan indera seperti melihat, mendengar, menghirup, merasa dan meraba.

2. Menanya. Anak didorong untuk bertanya, baik tentang objek yang telah diamati maupun hal-hal lain yang ingin diketahui.

3. Mengumpulkan informasi. Mengumpulkan informasi dilakukan melalui beragam cara, misalnya dengan melakukan, mencoba, mendiskusikan dan menyimpulkan hasil daru berbagai sumber.

4. Menalar. Menalar merupakan kemampuan menghubungkan informasi yang sudah dimiliki dengan informasi yang baru diperoleh sehingga mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang suatu hal.

5. Mengkomunikasikan. Mengkomunikasikan merupakan kegiatan untuk menyampaikan hal-hal yang telah dipelajari dalam berbagai bentuk. Misalnya melalui cerita, gerakan dan dengan menunjukkan hasil karya berupa gambar, berbagai bentuk dari adonan, boneka dari bubur kertas, kriya dari bahan daur ulang dan hasil anyaman.

6 Setiawati, G. A. D., & Ekayanti, N. W. Bermain Sains Sebagai Metode yang Efektif dalam Pembelajaran Sains untuk Anak Usia Dini. Pratama Widya: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 6(2), 126-136.2021.hal.131-132

7 Maylani, R. Belajar sambil bermain anak usia dini melalui kegiatan percobaan sains sederhana. In SENDIKA: Seminar Pendidikan (Vol. 2, No. 1, pp. 63-69). 2018. hal.65

(10)

334

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan pada salah satu sekolah yaitu PAUD Mathla’ul Anwar. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindak kelas.

Penelitian ini dilakukan pada kelas B dengan jumlah anak 5 orang. Dalam melakukan penelitian disini menggunakan beberpa permainan sains, yang diantaranya yaitu telur mengambang, erupsi gunung, gelembung lava, gas balon, dan slime. Prosedur penelitian ini menggunakan empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, dan dokumentasi. Peneliti melakukan penelitian secara langsung dan sistematis terhadap kegiatan dan proses kegiatan pembelajaran sampai selesai , selanjutnya data yang diperoleh di kumpulkan dan didokumentasikan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan penelitian tindak kelas di PAUD Mathla’ul Anwar. Penelitian ini dilakukan dengan mengenalkan pembelajaran sains pada anak melalui permainan eksperimen yaitu diantarnya telur mengambang, erupsi gunung, gelembung lava, gas balon, dan slime. Tetapi pada saat melakukan permainan dengan mencoba eksperimen ternyata anak masih belum mengetahui pembelajaran sains.

Pemebelajaran sains pada anak kurang di kenalkan atau diterapkan sehingga anak kurang mengetahui penomena alam disekitanya. Hal ini terlihat dimana anak masih merasa kebingungan dengan adanya permainan sains tersebut. Mereka terlihat kurang aktif dalam permainan tersebut dan cenderung mengamati. Saat melakukan eksperimen yang dilakukan peneliti di kelas B terdapat beberapa anak yang masih bingung dengan permainan sains sehingga beberapa anak terlihat kurang aktif dalam kegiatan permainan sains tersebut.

Dari ke lima orang anak terdapat 1 anak yang memang kurang aktif dalam permainan sains, anak tersebut cenderung lebih mengamati daripada

(11)

335

mencoba . Hal ini mungkin terjadi akibat kurangnya pengenalan sains yang diberikan oleh guru tentang permainan sains. Selain itu masalah yang muncul yaitu anak cenderung terlihat tidak suka ketika melakukan permainan yaitu saat membuat slem anak-anak terlihat tidak mau karena mungkin tidak terbiasa sehingga disini butuh waktu untuk membujuk anak agar anak mampu melakukan permainan sains tersebut.

Dalam permasalahan yang telah ditemukan perlu adanya pengenalan sains yang harus diberikan kepada anak agar anak belajar untuk mengenal feneomena alam disekitanya sehingga tersetimulusnya perkembangan kognitif pada anak. oleh karena itu disini diperlukannya peran guru sebagai fasilitator dalam meningkatkan perkembangan kognitif pada anak.

Tabel 1. Permainan Sains

Keterangan Waktu Hasil Kriteria

Siklus I Minggu

Pertama Pada saat minggu pertama anak-anak masih terlihat bingung dengan adanya permainan sains, dimana mereka masih terlihat pasif dalam permainan.

Anak masih pasif

Siklus II Minggu

Kedua Untuk minggu kedua anak- anak mulai antusias dengan permainan sains, karena mereka sudah mengetahaui tentang permainan sains, dimana disini anak –anak sudah mulai bertanya, mampu menawarkan diri dalam bereksperimen, anak mulai melakukan kreativitas dan sebagainya.

Anak sudah Aktif

(12)

336

Jika dilihat dari kedua siklus tersebut bahwa pada saat siklus I minggu pertama, dengan hasil anak-anak masih terlihat bingung dengan adanya penerapan pembelajaran sains tersebut dengan permainan dimana anak-anak masih terlihat pasif dan kurang antusias dalam kegiatan tersebut. Tetapi saat siklus ke dua pada minggu ke dua anak-anak mulai antusias dengan permainan sains, karena mereka sudah mengetahaui tentang permainan sains, dimana disini anak –anak sudah mulai bertanya, mampu menawarkan diri dalam bereksperimen, anak mulai melakukan kreativitas dan sebagainya. Disini terlihat bahwa ada perubahan pada anak dimana anak yang tadinya pasif menjadi aktif. Maka oleh karena itu bahwa penerapan pembelajaran sains pada anak usia 5-6 tahun dapat meningkatkan perkembangan kognitif pada anak.

SIMPULAN

Dari penelitian yang sudah peneliti lakukan di PAUD Mathla’ul Anwar pada anak usia 5-6 tahun dapat ditarik kesimpulannya bahwa Penerapan pembelajaran sains dengan menggunakan permainan telur mengambang, erupsi gunung, gelembung lava, gas balon, dan slime ternyata sangat efektif dilakukan. Pengenalan sains melalui permainan merupakan suatu cara yang tepat dalam materi kepada anak dan melalui permainan sains pembelajaran akan lebih menyenangkan dan tidak membosankan. Diamana anak yang tadinya pasif menjadi aktif. Selain itu juga adanya penerapan pembelajaran sains ini dapat mengenalkan berbagai macam fenomena alam disekitanya seperti erupsi gunung menelutus gelembung lava dan sebagainya. Maka dengan ini bahwa penerapan pembelajaran sains pada anak akan meningkatkan perkembangan kognitif pada anak terutama berfikir logis anak.

DAFTAR PUSTAKA

Fardiah, F., Murwani, S., & Dhieni, N. (2019). Meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak Usia Dini melalui Pembelajaran Sains. Jurnal Obsesi:

Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 4(1), 133-140.

Filtri, H. (2018). Perkembangan kognitif anak usia 5-6 tahun di tinjau dari tingkat pendidikan ibu di PAUD kasih ibu kecamatan rumbai. PAUD Lectura: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 1(2), 169-178.

(13)

337

Handoko, W. D., Marmawi, M., & Fadillah, F. Metode Pembelajaran Sains Anak Usia 5-6 Tahun Di Paud Laboratorium Model Universitas Muhammadiyah Pontianak. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Khatulistiwa (JPPK), 8(3).

Hijriati, H. (2017). Tahapan perkembangan kognitif pada masa early childhood.

Bunayya: Jurnal Pendidikan Anak, 1(2), 33-49.

Maylani, R. (2018). Belajar sambil bermain anak usia dini melalui kegiatan percobaan sains sederhana. In Sendika: Seminar Pendidikan (Vol. 2, No. 1, pp. 63-69).

Rahmi, P. (2020). Pengenalan Sains Anak Melalui Permainan Berbasis Keterampilan Proses Sains Dasar. Bunayya: Jurnal Pendidikan Anak, 5(2), 43-55.

Setiawati, G. A. D., & Ekayanti, N. W. (2021). Bermain Sains Sebagai Metode yang Efektif dalam Pembelajaran Sains untuk Anak Usia Dini. Pratama Widya: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 6(2), 126-136.

Subiani, S., Wulandari, R. S., & Arkam, R. (2022). Peningkatan hasil pembelajaran sains aud melalui metode eksperimen. Mentari: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2(1).

Wijaya, K. W. B., & Dewi, P. A. S. (2021). Pembelajaran Sains Anak Usia Dini dengan Model Pembelajaran Children Learning In Science. Jurnal Studi Guru dan Pembelajaran, 4(1), 142-146

Winangun, I. M. A. (2020). Pengenalan Life Science Bagi Anak Usia Dini Melalui Media Flashcard Berkonten Lokal. Widya Kumara: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 1(2), 80-89.

Referensi

Dokumen terkait

Imas Alamiah, 1003207, Penerapan Kompetensi tutor dalam Menumbuhkan Kreativitas Belajar Anak Usia Dini Melalui Kegiatan Bermain Pada Lembaga Paud Kembang

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan perkembangan kemampuan kognitif anak melalui metode permainan sains pada anak kelompok A TK ABA Merbung Klaten Selatan Klaten Tahun

Pada siklus II kegiatan bermain dengan bola angka dapat merangsang motorik kasar anak, melatih pergerakan yang aktif, serta melatih otak agar lebih berkonsentrasi,

jika diberi permainan ketika proses pembelajaran berlangsung. Itu sebabnya ada ungkapan “ belajar melalui bermain atau bermain seraya belajar ” karena biasanya anak

Menurut Gordon dalam Baihaqi & Sugiarmini (2014) Hiperaktif pada dasarnya adalah anak yang men- galami kesulitan dalam dirinya sendiri. Dari beberapa pendapat di atas bahwa

Hal ini dikarenakan bahwa saat kegiatan pembelajaran sains melalui eksperimen, anak akan melakukan suatu percobaan tentang apa yang terjadi di lingkungan sekitarnya di

Dalam proses pembelajaran menggunakan permainan ikan yakni dengan mengenalkan pada anak jenis permainan yang dibawakan oleh Ibu guru agar anak tertarik dengan

Melalui bermain eksplorasi alam sekitar anak dapat berinteraksi langsung dengan benda – benda yang dapat menarik rasa ingintahunya dan mencari tahu sendiri