• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DENGAN PENDEKATAN MULTIPEL REPRESENTASI PADA TOPIK FLUIDA STATIS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DENGAN PENDEKATAN MULTIPEL REPRESENTASI PADA TOPIK FLUIDA STATIS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS."

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

C. Model Pembelajaran Inkuiri dengan Multipel Representasi ... 20

D. Keterampilan Berpikir Kritis ... 23

E. Kemampuan kognitif ... 27

G.Analisis Silabus dan Materi Pembelajaran ... 34

H.Keterkaitan Pembelajaran Inkuiri dengan Multipel Representasi dengan Kemampuan kognitif dan Keterampilan Berpikir Kritis ... 35

I. Hasil Penelitian yang Relevan ... 36

(2)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian ... 39

c. Keterlaksanaan Pembelajaran ... 50

3. Uji Hipotesis ... 51

a. Uji Normalitas ... 51

b. Uji Homogenitas ... 52

c. Uji Hipotesis Penelitian ... 52

d. Uji Beda Rata – Rata ... 54

G. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 55

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi dan Pengolahan Data Hasil Penelitian ... 56

1. Kemampuan kognitif Fluida Statis ... 56

a. Deskripsi Peningkatan Kemampuan kognitif Fluida Statis ... 57

b. Pengolahan Data Kemampuan kognitif Fluida Statis ... 60

2. Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Fluida Statis ... 62

a. Deskripsi Keterampilan Berpikir Kritis... 62

b. Pengolahan Data Keterampilan Berpikir Kritis ... 65

3. Deskripsi Keterlaksanan Pembelajaran Inkuiri dengan MultipelRepresentasi pada topik Fluida Statis ... 67

4. Tanggapan Siswa Terhadap Pembelajaran Inkuiri dengan Multipel Representasi pada topik Fluida Statis ... 68

B. Pembahasan ... 69

1. Karakteristik Pembelajaran Inkuiri dengan Multipel Representasi pada Topik Fluida ... 69

2. Kemampuan kognitif Fluida Statis ... 71

(3)

5. Tanggapan Siswa Terhadap Pembelajaran Inkuiri dengan

Multipel Representasi ... 79 6. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Pembelajaran Inkuiri

dengan Multipel Representasi ... 80

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 81 B. Saran... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 83

(4)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Langkah Siklus Belajar Inkuiri menurut Wenning (2011)... 16

Tabel 2.2. Model Pembelajaran Inkuiri dengan Pendekatan Multipel Representasi ... 22

Tabel 2.3. Indikator Keterampilan Berpikir Kritis menurut Ennis ... 26

Tabel 2.4. Kompetensi dan Indikator Konsep Fluida ... 35

Tabel 2.5. Kajian Teoritis Pembelajaran Inkuiri dengan Multipel Representasi- Konsep Fluida-Keterampilan Berpikir Kritis ... 35

Tabel 2.6. Hubungan antara Konsep Fluida dengan Multipel Representasi ... 36

Tabel 3.1 Gambaran Desain Penelitian ... 39

Tabel 3.2. Rancangan Instrumen Penelitian ... 40

Tabel 3.3. Kategori Reliabilitas Tes ... 47

Tabel 3.4. Kriteria Tingkat Kemudahan Soal ... 48

Tabel 3.5. Kriteria Daya Pembeda ... 48

Tabel 3.6. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 55

Tabel 4.1 Keterlaksanaan Pembelajaran pada tiap – tiap Pertemuan... 67

(5)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Hierarki Dasar Praktik Pengajaran Sains Berorientasi Inkuiri . 13

Gambar 2.2. Fungsi Multipel Representasi ... 19

Gambar 2.3. Tekanan Pada Gelas ... 31

Gambar 2.4. Bejana Berhubungan (aplikasi Hukum Pascal) ... 32

Gambar 2.5. Kapal dapat Terapung di Laut ... 32

Gambar 2.6. Benda Terapung di Air ... 33

Gambar 2.7. Pengukuran Berat Benda ... 34

Gambar 2.8. Keadaan Benda dalam Air berdasarkan Massa Jenisnya ... 34

Gambar 3.1. Alur Penelitian ... 43

Gambar 4.1. Perbandingan Persentase Skor Rata-Rata Tes Awal, Tes Akhir dan N-Gain Kemampuan Kognitif Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 57

Gambar 4.2. Perbandingan N-gain Kemampuan kognitif Untuk Setiap Ranah Kognitif Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 58

Gambar 4.3. Perbandingan Skor pretes dan postes pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol pada setiap Ranah kognitif ... 59

Gambar 4.4. Perbandingan Persentase Skor Rata-Rata Tes Awal, Tes Akhir dan N-Gain Keterampilan Berpikir Kritis Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 62

(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A : Perangkat Pembelajaran ... 83

Lampiran B : Instrumen Penelitian ... 114

Lampiran C : Hasil Uji Coba Instrumen ... 152

Lampiran D : Data Tes Awal, Tes Akhir, N-Gain dan Angket... 172

Lampiran E : Pengolahan Data ... 193

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi serta informasi yang sangat cepat

perlu upaya proaktif dari pemerintah seperti perubahan kurikulum sains.

Perubahan kurikulum sains dari kurikulum berbasis kompetensi (KBK) menjadi

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sekarang merupakan respon

pemerintah yang baik. Pada dasarnya KTSP seperti halnya KBK adalah kurikulum

yang bertitik tolak dari kompetensi yang seharusnya dimiliki pelajar setelah

menyelesaikan pendidikannya namun pengembangannya dilakukan oleh guru

tingkat satuan pendidikan sehingga dapat disesuaikan dengan keadaan lokal dan

peserta didik. Kompetensi sains pada tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA)

meliputi pengetahuan, keterampilan serta nilai-nilai dan pola berpikir anak yang

merupakan refleksi dari pemahaman dan penghayatan dari apa yang telah

dipelajarinya (Depdiknas, 2004).

Selain itu untuk dapat mencapai kompetensi yang telah ditetapkan tersebut,

guru dituntut turut melakukan perubahan proses pembelajaran yaitu dari sekedar

pembelajaran untuk tahu (learning to know) menjadi pembelajaran untuk berbuat

(learning to do). Sehingga tujuan yang harus dicapai dalam proses pembelajaran

harus meliputi domain kognitif, afektif dan psikomotor. Pelajaran fisika

merupakan paduan antara analisis deduktif dan proses induktif sehingga

(8)

bernalar juga memperoleh pengalaman belajar melalui kerja ilmiah dalam belajar

fisika. Secara rinci, fungsi dan tujuan mata pelajaran fisika ditingkat SMA adalah

sebagai sarana:

1) Membentuk sikap positif terhadap fisika dengan menyadari keindahan dan keteraturan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. 2) Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat bekerja sama dengan orang lain. 3) Mengembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan merakit instrumen percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tulisan. 4) Mengembangkan kemampuan bernalar dalam berfikir analisis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam dan menyelesaikan masalah secara kualitatif maupun kuantitatif. 5) Menguasai konsep dan prinsip fisika, serta mepunyai keterampilan mengembangkan pengetahuan, dan sikap percaya diri sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi (Depdiknas, 2006).

Penelitian dilakukan di salah satu SMA Negeri Tangerang. Pemilihan

sekolah penelitian dengan pertimbangan bahwa SMA ini merupakan satu-satunya

SMA Negeri yang ada di Kecamatan Benda Kota Tangerang. Secara geografis,

sekolah ini dekat dengan Bandara Internasional Soekarno-Hatta dengan

pemukiman yang padat. Hal ini membawa konsekuensi terhadap beberapa hal,

diantaranya menampung siswa dalam jumlah yang cukup besar dimana untuk

kelas X terdapat 12 kelas dan XI IPA ada 5 kelas dengan rata-rata jumlah siswa

adalah 35 orang dalam satu kelas. Hal tersebut membawa dampak terhadap

susahnya melakukan pembatasan penerimaan siswa berdasarkan prestasi

akademiknya. Keadaan ini sangat berpengaruh terhadap kualitas hasil dan proses

pembelajaran yang berlangsung, terutama dalam implementasi kurikulum tingkat

satuan pendidikan (KTSP) yang sudah dilaksanakan mulai tahun ajaran

(9)

Implementasi kurikulum ini memasuki tahun kelima di SMAN tersebut dan

menuntut adanya perubahan dalam sistem pembelajaran. Perubahan terutama

terlihat dari adanya standar kompetensi yang harus dimiliki anak setelah proses

pembelajaran secara tuntas, serta dari pendekatan dan metode pembelajaran yang

diharapkan dapat berubah dari teacher-centered menjadi pola student-centered,

dimana fokus model pembelajaran yang berpusat pada siswa adalah penempatan

siswa yang mengkonstruksi pengetahuan dari pengalaman mereka sendiri. serta

membawa adanya perubahan susunan materi dalam pembelajaran Fisika.

Dari hasil diskusi dengan guru diketahui bahwa ketuntasan pencapaian

kompetensi siswa tentang beberapa konsep fisika masih sangat bervariasi, dimana

masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan dan

memahami konsep - konsep fisika. Kesulitan terutama dialami siswa dalam

penyelesaian soal-soal pemecahan masalah. Kemampuan matematika sebagian

siswa yang kurang sangat mempengaruhi kemampuan mereka dalam

menyelesaikan soal-soal yang memerlukan perhitungan. Kesulitan dalam

mempelajari materi vektor yang menjadi prasyarat dalam pembahasan kinematika

dan dinamika juga dialami oleh sebagian siswa, sehingga sangat mempengaruhi

kemampuan kognitif dan penyelesaian soal-soal tentang konsep fisika yang

berkaitan erat dengan vektor seperti fluida. Kesulitan lain yang dialami oleh

sebagian siswa adalah menentukan rumus yang harus digunakan dalam

menyelesaikan setiap persoalan. Kesulitan menentukan rumus, dikarenakan

(10)

hafalan dan tidak mendorong keterampilan berpikir. Sehingga hal tersebut

memberikan dampak pada hasil belajar fisika yang rendah.

Keberhasilan siswa dalam mempelajari fisika salah satunya ditentukan oleh

kemampuan guru mengelola pembelajaran. Dalam mengelola pembelajaran

diperlukan metode mengajar yang baik. Namun selama ini Guru mengajar di kelas

dengan metode ceramah dan tanya jawab (sifatnya penyampaian

informasi/konsep). Hampir setiap petemuan Guru lebih sering mencatat

penjelasan bahkan terkadang mendiktekan penjelasan dan memberikan contoh

soal sehingga catatan siswa lengkap namun hanya sebatas bisa mengerjakan soal – soal yang mirip dengan contoh soal. Sehingga bila soal divariasikan siswa

cenderung kebingungan . Guru jarang menggunakan format representasi konsep

yang berbeda bahkan media pada saat belajar dan kegiatan praktikum jarang

dilakukan walaupun pembelajaran dilakukan di ruang fisika.

Metode mengajar banyak ragamnya, dalam proses belajar mengajar tidak

menggunakan hanya satu metode saja, tetapi harus divariasikan, yaitu disesuaikan

dengan tipe belajar siswa dan kondisi serta situasi yang ada pada saat itu, sehingga

tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan oleh guru dapat tercapai. Selain itu

seorang guru harus memiliki seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku

yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai dan diaktualisasikan oleh guru dalam

melaksanakan tugas keprofesionalan (kompetensi). Menurut Johnstone (1982)

dalam Treagust et al (2003), guru sering mengasumsikan bahwa siswa dapat

mentransfer pengetahuannya dari tingkat pemahaman yang satu ke tingkat

pemahaman yang lainnya dengan mudah. Padahal Russel et al (1997)

(11)

jenis representasi, sangat jarang mereka dapat mentransfer pengetahuannya ke

bentuk yang lainnya semudah para ahli melakukannya. Sementara itu menurut

Waldrip (2008) pengalaman dan pengetahuan siswa bergantung pada bahasa,

perangkat dan skema yang dimiliki siswa untuk mempresentasikan pengalaman

dan pengetahuannya.

Pada dasarnya tujuan dari pembelajaran adalah untuk membantu siswa

belajar. Sehingga muncul ide model – model pembelajaran yang sangat ragam variasi, namun hanya beberapa yang cocok dengan pengajaran sains di sekolah.

Hassard dan Dias dalam Wenning (2011) mengatakan bahwa ada tema – tema yang dapat digabungkan dalam pembelajaran sains, diantaranya adalah pengajaran

sains seharusnya aktif, bermakna, konstruktivis, , prior knowledge, termasuk

didalamnya bekerja sama dan bekerja secara kolaboratif. Peranan guru dalam

mengkonstruksi atau menyediakan informasi yang utuh sangat diperlukan seperti

halnya siswa menyajikan sendiri konsep, proses dan topik. Sehingga perlu

dikembangkan suatu model pembelajaran yang memberikan pengalaman kepada

siswa untuk menemukan konsep seperti inkuiri namun dengan memberikan sajian

berbagai representasi dari konsep tersebut.

Model pembelajaran inkuiri merupakan salah satu model pembelajaran yang

menekankan kepada aktifitas siswa dalam proses belajar dimana polanya

mengikuti metode sains sehingga memberikan kesempatan kepada siswa untuk

belajar bermakna. Sehubungan dengan itu Robert B. Sund (Hamalik, 2011)

mengatakan bahwa penemuan terjadi apabila individu terlibat, terutama dalam

penggunaan proses-proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan

(12)

bertindak sebagai seorang ilmuwan (scientist) yang melakukan eksperimen dan

mampu melakukan proses mental berinkuiri yang digambarkan dengan

tahapan-tahapan yang dilalui.

Facione (2007) mengatakan “Becoming educated and practicing good judgment does not absolutely guarantee a life of happiness, virtue, or economic success, but it surely offers a better chance at those things”, oleh karenanya sangatlah wajar jika keterampilan untuk mengambil keputusan melalui

pertimbangan yang matang dimiliki pula oleh siswa-siswa kita. Namun demikian,

keterampilan tersebut bukanlah sesuatu yang baru, karena keterampilan yang

dikenal sebagai keterampilan berpikir kritis tersebut merupakan pengembangan

dari kemampuan kognitif yang dimiliki seseorang, seperti yang diungkapkan

Facione (2007) Above we suggested you look for a list of mental abilities and

attitudes or habits, the experts, when faced with the same problem you are working on, refer to their lists as including cognitive skills and dispositions.

Dengan demikian proses belajar siswa yang biasanya berorientasi hanya

pada peningkatan kemampuan kognitif saja, dapat lebih dikembangkan kearah

pengembangan keterampilan berpikir kritis mereka, sehingga kebermaknaan

dalam proses pembelajaran di kelas sekaligus membekali kecakapan hidup di luar

kelas.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti melakukan penelitian dengan

mengembangkan pembelajaran inkuiri dengan multipel representasi untuk

(13)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang diajukan

adalah bagaimana pengaruh pembelajaran inkuiri dengan multipel representasi

terhadap kemampuan kognitif dan keterampilan berpikir kritis pada topik fluida

statis? Adapun sub masalah dari penelitian ini adalah :

1. Bagaimana peningkatan kemampuan kognitif siswa kelas XI IPA pada topik

fluida statis setelah menerapkan model pembelajaran inkuiri dengan

pendekatan multipel representasi dibandingkan dengan penerapan

pembelajaran konvensional?

2. Bagaimana peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa kelas XI IPA IPA

pada topik fluida statis setelah menerapkan model pembelajaran inkuiri

dengan pendekatan multipel representasi dibandingkan dengan penerapan

pembelajaran konvensional?

3. Bagaimana respon siswa kelas XI IPA terhadap penerapan model

pembelajaran inkuiri dengan pendekatan multipel representasi pada topik

fluida statis?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah dan latar belakang diatas maka tujuan dari penelitian

ini adalah memperoleh gambaran perbandingan peningkatan kemampuan kognitif

dan keterampilan berpikir kritis siswa pada topik fluida statis antara siswa yang

mendapatkan pembelajaran inkuiri dengan pendekatan multipel representasi

(14)

Selain itu diharapkan penelitian ini memperoleh gambaran mengenai respon

siswa kelas XI IPA terhadap penerapan model pembelajaran inkuiri dengan

pendekatan multipel representasi pada topik fluida statis.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dijadikan bukti tentang potensi pembelajaran inkuiri

dengan multipel representasi dalam meningkatkan kemampuan kognitif dan

keterampilan berpikir kritis siswa yang nantinya dapat dimanfaatkan oleh berbagai

pihak yang berkepentingan seperti guru, mahasiswa dan praktisi pendidikan.

E. Definisi Operasional

Variabel dalam penelitian ini adalah kemampuan kognitif siswa dan

keterampilan berpikir kritis pada topik fluida statis. Dalam penelitian ini terdapat

beberapa istilah yang seringkali dimunculkan seperti berikut ini :

1. Pembelajaran inkuiri dengan multipel representasi merupakan kegiatan

belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk

mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis dimana setiap

tahapannya merepresentasi ulang konsep yang sama dengan format yang

berbeda, termasuk dalam bentuk verbal, gambar, grafik, matematis. Sintaks

model pembelajaran inkuiri yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penyajian masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, menguji

hipotesis dan membuat kesimpulan. Pada setiap tahapannya guru

merepresentasikan konsep dalam format yang berbeda seperti gambar, grafik,

(15)

representasi akan diamati keterlaksanaannya menggunakan lembar observasi

sesuai dengan tahapan yang direncanakan.

2. Pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran yang biasa digunakan

oleh guru dengan langkah sebagai berikut penyajian masalah, mengajukan

hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis dan membuat kesimpulan.

3. Berpikir kritis merupakan proses dan kemampuan yang dilibatkan dalam

membuat keputusan secara rasional apa yang harus dilakukan dan dipercaya

(Ennis, 1987). Indikator keterampilan berpikir kritis yang digunakan dalam

penelitian ini diadaptasi dari Liliasari (1997), yaitu mendefinisikan materi

subjek, memberikan alasan dari percobaan, menggunakan strategi logis,

menentukan hal yang dilakukan secara tentatif, menjawab pertanyaan tentang

fakta, melaporkan berdasarkan pengamatan, mengidentifikasi hal yang

relevan, melibatkan sedikit dugaan berdasarkan peristiwa – peristiwa,

melaporkan generalisasi eksperimen. Keterampilan berpikir kritis siswa

dijaring dengan menggunakan tes pilihan ganda yang memuat indikator -

indikator keterampilan berpikir kritis setelah mendapatkan pembelajaran

inkuiri dengan multipel representasi.

4. Kemampuan kognitif yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah

kemampuan siswa pada tingkatan kognitif sebagaimana tercakup dalam

taksonomi Bloom yang meliputi C2 (pemahaman), C3 (penerapan) dan C4

(analisis). Kemampuan kognitif dalam penelitian ini diukur dengan tes

objektif beralasan yang dilakukan sebelum dan setelah pembelajaran.

5. Respon adalah tanggapan yang diberikan oleh siswa yang diperoleh dari

(16)

representasi. Angket yang diberikan menggunakan skala likert dengan

pernyataan positif dimulai dengan 4 (Sangat setuju), 3 (setuju), 2 (tidak

setuju), 1 (sangat tidak setuju). Pernyataan negatif dengan 4 (Sangat tidak

setuju), 3 (tidak setuju), 2 (setuju), 1 (sangat setuju). Respon siswa dianalisis

(17)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen dengan desain

Randomized Control-Group Pretest-Posttest, karena dalam melakukan

pemilihan kelompok sampel penelitian peneliti memilih secara acak dua kelas

(kelompok) siswa dari kelas yang ada di satu sekolah untuk menjadi kelompok

penelitian (cluster ramdom sampling) dan pengukuran setiap variabel

dilakukan secara bertahap bagi kedua kelompok penelitian. Desain penelitian

seperti digambarkan sebagai berikut:

Tabel 3.1 Gambaran desain penelitian

Kelompok Pretes Perlakuan Postes

Eksperimen O1, O2 X1 O1, O2

Kontrol O1, O2 X2 O1, O2

Keterangan :

O1 = Instrumen kemampuan kognitif

O2 = Instrumen keterampilan berpikir kritis

X1 = Perlakuan berupa pembelajaran inkuiri dengan multipel representasi

X2 = Perlakuan berupa pembelajaran konvensional

Kelompok penelitian terdiri dari kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol. Eksperimen dilakukan dengan memberikan pembelajaran inkuiri

dengan multipel representasi pada kelompok eksperimen dan pembelajaran

konvensional pada kelompok kontrol. Kedua kelompok diberikan pretes dan

postes yang diharapkan dapat mengukur kemampuan kognitif siswa pada

topik fluida dan keterampilan berpikir kritis pada kedua kelompok sebelum

(18)

B. Subyek Penelitian

Penelitian akan dilakukan di salah satu SMA yang ada di kota Tangerang

propinsi Banten. Subyek dalam penelitian ini adalah keseluruhan siswa XI

IPA semester II (dua) di salah satu SMA Negeri yang terdaftar pada tahun

ajaran 2011/2012. Penetapan kelas dilakukan secara acak dengan teknik

cluster random sampling. Sebagai sampel penelitian dipilih dua kelas secara

acak dari lima kelas yang memiliki kemampuan yang setara tanpa mengacak

siswa tiap kelasnya. Pengelompokkan sampel terdiri dari satu kelas sebagai

kelompok eksperimen dan satu kelas lainnya sebagai kelompok kontrol.

C. Instrumen Penelitian

Sebagai media ukur pencapaian tujuan penelitian ini, maka digunakan

rancangan instrumen penelitian dalam proses pengumpulan data penelitian

seperti pada tabel.

Tabel 3.2. Rancangan Instrumen Penelitian

D. Prosedur Penelitian

Tahapan-tahapan yang ditempuh dalam penelitian ini meliputi tiga langkah,

yaitu: perencanaan penelitian, pelaksanaan penelitian, dan diakhiri dengan

evaluasi atau analisis hasil penelitian.

a. Perencanaan Penelitian

Langkah-langkah perencanaan penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut.

Target Subjek Metode/Teknik Bentuk Instrumen

Kemampuan kognitif

Siswa Tes Objektif Pilihan ganda

beralasan Keterampilan

berpikir kritis

Siswa Tes Objektif Pilihan ganda

Respon Siswa Skala Sikap Kuesioner

(19)

1) Melakukan studi pendahuluan berupa observasi pada tempat penelitian untuk

mengetahui permasalahan yang dihadapi sekolah dalam kegiatan

pembelajaran Fisika serta keadaan sekolah dan jumlah kelas populasi yang

dijadikan subyek penelitian juga kegiatan pembelajaran dan pemahaman

konsep siswa yang terlihat dari hasil belajar yang dicapai.

2) Merumuskan masalah dan alternatif pemecahan masalah berdasarkan hasil

temuan studi pendahuluan.

3) Melakukan studi literatur dilakukan untuk mengkaji temuan-temuan studi

pendahuluan. Studi ini juga dilakukan untuk mencari teori-teori yang

berkaitan dengan pembelajaran inkuiri, multipel representasi, kemampuan

kognitif dan keterampilan berpikir kritis serta konsep fluida statis. Selain itu,

juga yang berhubungan dengan teori-teori pengembangan penelitian dan

hasil-hasil penelitian yang relevan. Hasil studi literatur, selanjutnya,

digunakan sebagai landasan untuk mengembangkan perangkat pembelajaran.

4) Menyusun perangkat pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) sesuai dengan tahap-tahap model pembelajaran inkuiri

yang akan diterapkan pada sampel penelitian untuk meningkatkan

kemampuan kognitif dan keterampilan berpikir kritis pada topik fluida statis.

5) Menyusun angket tanggapan siswa untuk mengetahui bagaimana tanggapan

siswa terhadap model pembelajaran inkuiri dengan pendekatan multipel

representasi dalam kegiatan pembelajaran.

6) Menyusun lembar observasi guru untuk mendapatkan data berupa aktivitas

siswa dan guru selama KBM yang menerapkan pembelajaran inkuiri dengan

(20)

7) Menyusun kisi-kisi dan instrumen tes kemampuan kognitif dan keterampilan

berpikir kritis..

8) Pertimbangan (judgment) dosen pembimbing dan dosen ahli terhadap

instrumen tes kemampuan kognitif dan keterampilan berpikir kritis yang

dibuat berdasarkan kisi-kisi dan indikator yang dipilih.

9) Melakukan ujicoba instrumen tes kemampuan kognitif dan keterampilan

berpikir kritis pada siswa yang pernah mempelajari topik fluida statis.

10)Menganalisis hasil uji coba tes untuk melihat kualitas instrumen tes yang

meliputi reliabilitas tes, validitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda butir

soal dalam tes.

11)Penentuan instrumen dan perbaikan instrumen yang akan digunakan sebagai

instrumen tes penelitian berdasarkan hasil uji coba dan analisis instrumen.

b. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini sifatnya kolaboratoriumorasi antara peneliti dan guru Fisika.

Adapun Langkah-langkah pelaksanaan penelitian ini dapat diuraikan sebagai

berikut.

1) Pemilihan dua kelas sampel penelitian secara cluster random sampling dari

populasi siswa kelas XI di salah satu SMA Negeri di Kota Tangerang.

2) Sebelum dilakukan pembelajaran inkuiri dengan multipel representasi terlebih

dahulu diberikan pre-test tes kemampuan kognitif dan keterampilan berpikir

kritis baik pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol guna

mengetahui kemampuan awal siswa sebelum pembelajaran.

3) Menyelenggarakan kegiatan pembelajaran pada kelompok eksperimen dan

(21)

dengan menerapkan pembelajaran inkuiri dengan multipel representasi sesuai

dengan langkah-langkah yang terdapat dalam RPP serta menggunakan alat dan

bahan yang dibutuhkan dalam kegiatan pembelajaran. Sedangkan pada

kelompok kontrol pengajaran dilakukan dengan model pembelajaran

konvensional. Selama kegiatan pembelajaran dilakukan observasi aktivitas

siswa dan aktivitas guru menggunakan lembar observasi aktivitas siswa dan

lembar observasi aktivitas guru.

4) Memberikan post-test tes kemampuan kognitif dan keterampilan berpikir kritis

baik pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol setelah

pembelajaran pada topik fluida statis untuk mengetahui peningkatan tes

kemampuan kognitif dan keterampilan berpikir kritis siswa.

5) Memberikan angket tanggapan siswa setelah kegiatan pembelajaran untuk

mengetahui tanggapan siswa terhadap penerapan pembelajaran inkuiri dengan

multipel representasi..

c. Evaluasi /Analisis Hasil Penelitian

1) Mengolah dan menganalisis data hasil penelitian untuk menguji hipotesis.

2) Pembahasan dan kesimpulan dengan mempergunakan kajian pustaka yang

menunjang dan berdasarkan hasil pengujian statistik.

(22)

E. Alur penelitian

F. Teknik Analisis Data

Analisis data yang dilakukan adalah menggunakan teknik statistik yaitu

(23)

1. Uji Instrumen

Instrumen penelitian yang digunakan bukan berasal dari tes yang

terstandar, maka instrumen tersebut akan diuji melalui tahapan analisis butir

soal dan prosedur pengolahan data sebagai berikut:

a. Analisis Butir Soal

1). Pemberian skor

Setelah tes uji coba dilakukan, jawaban peserta tes diberi skor, baik

skor total maupun skor setiap butir soal. Setiap jawaban yang benar

diberi skor 1 (satu) dan jawaban yang salah diberi skor 0 (nol),

sehingga skor total setiap peserta tes adalah sama dengan jumlah

skor jawaban yang benar.

2). Validitas

Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat

kevalidan kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2002:144).

Sedangkan menurut Suryabrata (2008:60) validitas instrumen

didefinisikan sejauh mana instrumen itu merekam/mengukur apa

yang dimaksudkan untuk direkam /diukur. Validitas yang digunakan

dalam penelitian ini adalah validitas isi karena instrumen dalam

penelitian ini adalah berupa soal tes dalam bentuk pilihan ganda.

Menurut Sugiyono (2006: 272) untuk instrumen yang berbentuk tes,

maka pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan

membandingkan isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah

diajarkan. Untuk melihat tingkat validitas isi tes pada penelitian ini,

(24)

kritis diajukan kepada validator yang terdiri dari tiga orang dosen

pendidikan fisika untuk mengetahui kesesuaian antara soal dengan

indikator soal, dimensi kognitif pada instrument kemampuan kognitif

dan indikator keterampilan berpikir kritis serta kunci jawaban masing

– masing instrument.

Hasilnya dari ketiga tenaga ahli yang dimintai pertimbangan

(judgement) diperoleh kesimpulan bahwa instrument tes kemampuan

kognitif dan keterampilan berpikir kritis pada topik fluida statis yang

telah disusun sudah memenuhi validitas isi dan dapat digunakan

untuk keperluan penelitian. Namun terdapat beberapa hal yang perlu

diperbaiki terkait dengan konten, konteks dan redaksi soal. Selain

itu, ada beberapa catatan dari validator sebagai bahan pertimbangan

instrument, catatan ini selengkapnya dapat dilihat pada lembar

judgement tes kemampuan kognitif dan keterampilan berpikir kritis

yang telah diisi oleh para validator pada Lampiran B2.

3). Reliabilitas Instrumen Tes

Reliabilitas tes adalah tingkat keajegan tes, yaitu suatu nilai yang

mengukur sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk

menghasilkan skor yang ajeg atau konsisten.

Reliabilitas tes yang digunnakan dalam penelitian adalah teknik

tes-retes yaitu dengan melakukan pengambilan data sebanyak dua

kali. Menghitung koefisien reliabilitas tes dilakukan dengan

menggunakan rumus korelasi product moment pearson sebagai

(25)

rxy =

rxy = koefesien korelasi antara variabel X dan variabel Y

X = skor data pertama Y = skor data kedua N = jumlah sampel

Untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas (rxy), digunakan tolak

ukur yang dibuat oleh J. P. Guilford, seperti pada Tabel 3.4

Tabel 3.3. Kategori Reliabilitas Tes

Berdasarkan hasil uji coba, instrument kemampuan kognitif memiliki

derajat realibilitas sebesar 0,65 dengan kategori tinggi. Sedangkan

pada instrument keterampilan berpikir kritis memiliki derajat

reliabilitas sebesar 0,70 dengan kategori tinggi. Hal ini berarti bahwa

tingkat keajegan dari kedua instrument tes ini memiliki kategori

tinggi sehingga dapt digunakan sebagai instrument penelitian.

4). Tingkat Kemudahan Butir Soal

Tingkat kemudahan butir soal ditentukan dengan menggunakan

(26)

Dengan kriteria tingkat kemudahan:

Tabel 3.4. Kriteria Tingkat Kemudahan (Arikunto, 2005)

Tingkat Kemudahan Kriteria

0,70 < x < 1,00 Mudah

0,30 < x < 0,70 Sedang

0,00 < x < 0,30 Sukar

Berdasarkan hasil uji coba, rata – rata tingkat kemudahan

instrument kemampuan kognitif adalah 0,60 dengan kriteria sedang,

Sedangkan pada instrument keterampilan berpikir kritis memiliki

tingkat kemudahan yang bervariasi pada setiap soalnya, namun

secara rata – rata tingkat kemudahan instrument berpikir kritis

berada pada kriteria sedang yaitu 9 soal uji coba, 8 soal uji coba

mudah dan 3 soal sukar

5). Daya Pembeda butir soal

Daya pembeda butir soal dihitung dengan menggunakan rumus

indeks daya pembeda butir soal:

D = BA/JA– BB/JB (3.4)

Dengan:

JA = Banyak peserta kelompok atas

JB = Banyak peserta kelompok bawah

BA= Banyak peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan

benar

BB= Banyak peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu

dengan benar

Adapun kriteria indeks daya pembedanya sebagai berikut:

(27)

Berdasarkan hasil uji coba, instrument kemampuan kognitif memiliki

index daya pembeda yang bervariasi, namun ada dua soal uji yang

memiliki indeks daya beda yang kecil dengan kriteria jelek sehingga

soal tersebut dibuang. Sedangkan pada instrument keterampilan

berpikir kritis terdapa 3 soal yang jelek. Sehingga soal – soal tersebut

dibuang karena soal tersebut kurang dapat membedakan antara

kelompok atas dengan kelompok bawah.

2. Analisis Data Penelitian

Data hasil penelitian yang diperoleh berupa data kuantitatif dan

data kualitatif. Data kuantitatif yaitu data yang diperoleh dari hasil pretes

dan postes yang akan dianalisis dengan menggunakan uji statistik. Data

kualitatif yaitu data yang diperoleh dari hasil angket siswa, hasil

wawancara guru dan hasil observasi kegiatan pembelajaran. Setiap

pertanyaan yang tercantum dalam masalah khusus akan dijawab dengan

menggunakan analisis yang meliputi;

a. Gain Normalisasi

Data primer kemampuan kognitif dan keterampilan berpikir kritis

sebelum dan setelah perlakuan pembelajaran inkuiri dengan multipel

representasi dianalisis dengan membandingkan skor tes awal dan tes

akhir. Peningkatan yang terjadi dihitung gain score normalized

dengan rumus g faktor :

�= � −�

� −� (3.5)

Keterangan :

(28)

S pre = skor pre-test

S Maks = skor maksimal/ ideal

Dengan kriteria tingkat gain yang dinormalisasi adalah

0,7 < g≤1 : tinggi

0,3≤g < 0,7 : sedang

g < 0,3 : rendah

b. Respon siswa tentang pembelajaran inkuiri dengan multipel representasi

Data yang diperoleh melalui angket dalam bentuk skala kualitatif

dikonversi menjadi skala kuantitatif. Untuk pernyataan yang bersifat

positif kategori SS (sangat setuju) diberi skor tertinggi, makin menuju

ke STS (sangat tidak setuju) skor yang diberikan berangsur-angsur

menurun. Sebaliknya untuk pernyataan yang bersifat negatif ketegori

STS (sangat tidak setuju) diberi skor tertinggi, makin menuju ke SS

(sangat setuju) skor yang diberikan berangsur-angsur menurun.

Analisis dilakukan dengan menghitung persentase hasil angket

tanggapan siswa menggunakan rumus: (Sugiono, 2008).

% = ℎ � ℎ

ℎ ℎ 100% (3.6)

Analisis tanggapan siswa terhadap pembelajaran inkuiri dengan

multipel representasi yang disajikan dilakukan dengan melihat jawaban

setiap siswa terhadap pertanyaan-pertanyaan kuesioner yang diberikan.

c. Keterlaksanaan Pembelajaran Inkuiri dengan Multipel representasi

Analisis data hasil observasi proses pembelajaran inkuiri dengan

multipel representasi yang dilakukan oleh guru selama proses

(29)

% � = ℎ � ℎ

ℎ ℎ 100% (3.7)

3. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan analisis statistik

deskriptif dan inferensial dengan tahapan pengujian dasar – dasar analisis

sebagai pedoman untuk melakukan uji statistik yang digunakan. Analisis

data dengan menggunakan uji statistik dilakukan dengan tahapan –

tahapan sebagai berikut :

a. Uji Normalitas

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui sebaran distribusi data

yang diperoleh berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dari data

hasil pre-tes dan postes serta N-Gain dari kelas eksperimen dengan

terdistribusi normal. Kedua kriteria ini menggunakan taraf signifikansi

α = 0,05 dan derajat kebebasan dk = k – 3. Dengan kriterian Ho =

terdistribusi normal, H1 = tidak terdistribusi normal.

Untuk selanjutnya data penelitian di uji menggunakan program

SPSS 16. Uji normalitas distribusi data kemampuan kognitif fluida

(30)

menggunakan One-sample Shapiro-Wilk Test. Hal ini dikarenakan

jumlah sampel tang lebih dari 30 orang yaitu untuk kelas eksperimen

35 orang dan kelas kontrol 32 orang.

b. Uji Homogenitas

Uji ini dilakukan untuk menentukan apakah data penelitian

mempunyai varians yang homogen atau tidak untuk taraf signifikansi

α dengan menggunakan uji variansi dua peubah bebas dengan rumus :

=�22 (3.8)

Pada taraf signifikansi α, variansi sampel dikatakan homogen jika Fhit <

Ftabel dengan Ftabel = (1−α) ; −1 (Sudjana, 1996)

Untuk selanjutnya data penelitian di uji menggunakan program

SPSS 16. Uji homogenitas data kemampuan kognitif fluida statis dan

keterampilan berpikir kritis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol

dilakukan dengan menggunakan Levene Test.

c. Uji Hipotesis

a. Hipotesis I

Secara statistik, hipotesis penelitian dapat dilakukan :

H01 : �11 =�12 atau �11 <�12

H01 : �11 >�12

Keterangan :

H01 : Peningkatan kemampuan kognitif siswa yang diajar dengan

pembelajaran inkuiri dengan multipel representasi sama

(31)

dengan peningkatan kemampuan kognitif siswa yang diajar

dengan penerapan pembelajaran konvensional.

H11 : Peningkatan kemampuan kognitif siswa yang diajar dengan

pembelajaran inkuiri dengan multipel representasi lebih baik

secara signifikan dibandingkan dengan peningkatan

kemampuan kognitif siswa yang diajar dengan penerapan

pembelajaran konvensional

µ11 : Nilai rata – rata peningkatan kemampuan kognitif siswa yang

diajarkan dengan menerapkan pembelajaran inkuiri dengan

multipel representasi.

µ12 : Nilai rata – rata peningkatan kemampuan kognitif siswa yang

diajar dengan menerapkan pembelajaran konvensional.

b. Hipotesis II

Secara statistik, hipotesis penelitian dapat dilakukan :

H02 : �21 =�22 atau �21 < �22

H12 : �21 > �22

Keterangan :

H02 : Peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa yang diajar

dengan pembelajaran inkuiri dengan multipel representasi sama

dengan atau tidak lebih baik secara signifikan dibandingkan

dengan peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa yang

diajar dengan penerapan pembelajaran konvensional.

H12 : Peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa yang diajar

(32)

baik secara signifikan dibandingkan dengan peningkatan

keterampilan berpikir kritis siswa yang diajar dengan

penerapan pembelajaran konvensional

µ21 : Nilai rata – rata peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa

yang diajarkan dengan menerapkan pembelajaran inkuiri

dengan multipel representasi.

µ22 : Nilai rata – rata peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa

yang diajar dengan menerapkan pembelajaran konvensional.

d. Uji Beda Rata - Rata

Pengujian dilakukan setelah mengetahui distribusi data kemampuan

kognitif dan keterampilan berpikir kritis siswa normal dan homogen.

Maka Uji perbedaan rata-rata ditempuh dengan uji-t. menurut

Wahyudin (2007), Uji hipotesis ini dapat dihitung dengan uji-t:

dengan:

X

eksp = rata-rata skor kelompok eksperimen

kont

X = rata-rata skor kelompok kontrol

2

Nkont = jumlah anggota sampel kelompok control Langkah berikutnya adalah:

(a).Menentukan derajat kebebasan (dk)

(33)

(c).Menguji hipotesis, jika nilai t-hitung > t-tabel maka Ho

ditolak, dan H1 diterima.

Untuk selanjutnya, pengujian dilakukan menggunakan program SPSS

16 dengan uji beda rata – rata dilakukan menggunakan Independent

Samples t-Test (uji t dengan α = 0,05).

G. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan model pembelajaran inkuiri dengan multipel representasi

pada topik fluida dilaksanakan sesuai dengan jadwal pelajaran fisika di SMA

tempat penelitian. Mata pelajaran fisika untuk kelas XI IPA diberikan 4 jam

pelajaran dalam satu minggu dan dibagi menjadi dua kali pertemuan.

Tabel 3.6. Jadwal pelaksanaan penelitian

No Waktu Kegiatan

1 Kamis, 12 April 2012 Administrasi perijinan dan penjelasan

kepada guru fisika

2 Selasa, 24 April 2012 Tes awal pada kedua kelas eksperimen dan

kelas kontrol

3 Senin, 30 April 2012 Pembelajaran RPP1

4 Selasa, 1 Mei 2012 Pembelajaran RPP2

5 Senin, 7 Mei 2012 Pembelajaran RPP3

(34)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang penerapan

pembelajaran inkuiri dengan multipel representasi untuk meningkatkan

kemampuan kognitif, keterampilan berpikir kritis siswa SMA pada topik fluida

statis dapat disimpulkan bahwa :

1. Peningkatan kemampuan kognitif fluida statis siswa yang menggunakan

pembelajaran inkuiri dengan multipel representasi secara signifikan lebih

tinggi dibandingkan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran

konvensional. Rata-rata N-gain kemampuan kognitif kelas eksperimen 0,43

dan kelas kontrol sebesar 0,23 menunjukkan bahwa pembelajaran inkuiri

dengan multipel representasi lebih efektif daripada pembelajaran

konvensional dalam meningkatkan kemampuan kognitif.

2. Peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa yang menggunakan

pembelajaran inkuiri dengan multipel representasi secara signifikan lebih

tinggi dibandingkan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran

konvensional. rata-rata N-gain untuk kelas eksperimen sebesar 0,45 dan kelas

kontrol sebesar 0,22 menunjukkan bahwa pembelajaran inkuiri dengan

multipel representasi lebih efektif daripada pembelajaran konvensional dalam

(35)

3. Sebagian besar siswa (77%) setuju bahwa model pembelajaran inkuiri dengan

multipel representasi pada topik fluida statis dapat meningkatkan kemampuan

kognitif dan keterampilan berpikir kritis siswa

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang penerapan

pembelajaran inkuiri dengan multipel representasi untuk meningkatkan

kemampuan kognitif, keterampilan berpikir kritis siswa SMA pada topik fluida

statis peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut :

1. Pada tahapan yang digunakan dalam model pembelajaran inkuiri dengan

multipel representasi menggunakan waktu yang cukup lama, sehingga

sebaiknya secara cermat diperhitungkan waktunya agar pembelajaran dapat

dilakukan lebih efektif.

2. Karena konstruksi model pembelajaran inkuiri dengan multipel representasi

didahului dengan melakukan analisis konsep fluida statis untuk penyusunan

alur pembelajaran namun analisis indikator keterampilan berpikir kritis tidak

maksimal. Sehingga perlu dilakukan analisis yang lebih cermat dan tepat

terhadap kesesuaian antara setiap indikator-indikator keterampilan berpikir

kritis dengan multipel representasi dengan penggunaan model pembelajaran

inkuiri atau model pembelajaran lain.

3. Beberapa siswa lebih senang terhadap pembelajaran yang biasa dilakukan

oleh guru karena cenderung mencatat dan diberikan contoh soal.

Pembelajaran inkuiri dengan multipel representasi dapat dilanjutkan untuk

Gambar

Tabel 3.1 Gambaran desain penelitian Kelompok Pretes
Tabel 3.2. Rancangan Instrumen Penelitian
Gambar 3.1  Alur Penelitian
Tabel 3.3. Kategori Reliabilitas Tes Koefisien reliabilitas Kategori
+3

Referensi

Dokumen terkait

akan menjadi beban bagi negara-negara ASEAN jika timor leste masuk dalam keanggotaan ASEAN karena masalah yang muncul dari dalam negeri Timor leste seperti

ted R 2 ) sebesar 0,706 artinya besarnya sumbangan atau pengaruh variabel kepemimpinan kepala sekolah, disiplin kerja dan motivasi berprestasi terhadap kompetensi guru

Dalam riwayat as-Shahihain untuk hadits ini disebutkan, &#34;Barangsiapa yang berani melakukan sesuatu yang masih diragukan bahwa sesuatu itu berdosa, maka dia tidak

Hal tersebut disebabkan karena siswa telah percaya diri dengan kemampuannya dalam menyampaikan inisiatif diri sendiri, memperhatikan dan mengikuti pelajaran yang

Berdasarkan pengamatan peneliti di SMAN 1 Sidoarjo bahwa dengan adanya sebuah bahan ajar cetak yang berbentuk modul Unit Kegiatan Belajar Mandiri tersebut berpengaruh terhadap

Artinya, kegiatan inti di lembaga PAUD (bermain, bernyanyi dan bererita) dilihatdari segi regulasi mekanisme kerja di dalam otak. Dari sini, dapat diketahui apa yang sedang

Teknik supervisi kelompok adalah satu cara melaksanakan program supervisi yang ditujukan pada 2 (dua) orang atau lebih. Guru-guru yang diduga, sesuai dengan analisis kebutuhan,

Pengetahuan Kebijakan Rencana Tanggap Darurat Sistim Peringatan Bencana Kemampuan Memobilisasi Sumber Daya Indeks sekolah KESIAPSIAGAAN KOMUNITAS SEKOLAH. „ Komunitas sekolah