Lampiran 1: Kuesioner Penelitian
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN PENELITI Kepada Yth.
Bapak/Ibu selaku responden Di tempat.
Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa Departemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja Program Studi S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat USU,
Nama : Lu’lu Widad Anhar
NIM : 121000141
Akan mengadakan penellitian tentang “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keluhan Gangguan Kulit Dalam Penggunaan Asam Formiat Pada Pekerja Bagian Produksi Pabrik Pengolahan Karet PTPN III Kebun Sei Silau Tahun 2016”. Untuk itu saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk berpartisipasi menjadi responden dalam penelitian ini. Segala hal yang bersifat rahasia akan saya rahasiakan dan saya gunakan hanya untuk kepentingan penelitian ini.
Apabila Bapak/Ibu bersedia menjadi responden, maka saya bermohon untuk menandatangani lembar persetujuan yang tersedia. Atas perhatian dan ketersediaan serta kerjasama yang baik dari Bapak/Ibu, saya ucapkan terima kasih.
PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama :
Umur :
Dengan ini menyatakan bahwa saya telah mendapatkan penjelasan mengenai maksud dari pengumpulan data untuk penellitian tentang “ Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keluhan Gangguan Kulit Dalam Penggunaan Asam Formiat Pada Pekerja Bagian Produksi Pabrik Pengolahan Karet PTPN III
Kebun Sei Silau Tahun 2016”. Untuk itu, secara sukarela saya menyatakan
bersedia menjadi responden penelitian tersebut. Adapun bentuk kesediaan saya adalah:
1. Bersedia ditemui dan memberi keterangan yang di perlukan untuk keperluan penelitian
2. Bersedia untuk mengisi kuesioner
Demikianlah pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dengan penuh kesadaran tanpa paksaan.
Sei Silau, 2016 Responden
KUESIONER PENELITIAN
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN GANGGUAN KULIT DALAM PENGGUNAAN ASAM FORMIAT PADA PEKERJA BAGIAN PRODUKSI PABRIK PENGOLAHAN KARET PTPN
III KEBUN SEI SILAU TAHUN 2016
No. Responden :
Tanggal Wawancara :
I. KARAKTERISTIK RESPONDEN
Nama :
Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan
Umur : Tahun
Unit Kerja :
Masa Kerja : Tahun II. RIWAYAT PENYAKIT KULIT
No Pertanyaan Kode
1. Apakah sebelum anda bekerja pada bagian produksi pabrik pengolahan karet PTPN III Kebun Sei Silau anda pernah menderita gangguan/kelainan kulit?
a. Ya b. Tidak
(Jika “tidak” langsung ke no. 5 )
[ ]
a. Gatal b. Kemerahan
c. Kulit terasa seperti terbakar/terasa panas d. Tonjolan berisi air
e. Bengkak
f. Kulit terasa kering g. Kulit mengelupas
h. Lainnya ……….
[ ]
3. Pada bagian tubuh mana posisi kelainan kulit yang anda derita? (jawaban boleh lebih dari 1)
a. Telapak tangan b. Punggung tangan c. Lengan tangan d. Sela jari tangan e. Wajah
f. Leher g. Punggung h. Kaki
i. Lainnya ……….
[ ]
4. Apakah anda telah melakukan pengobatan terhadap kelainan kulit yang penah anda derita?
a. Ya, hingga sembuh b. Ya, tidak sembuh
c. Tidak melakukan pengobatan
III. KELUHAN GANGGUAN KULIT
No Pertanyaan Kode
5. Apakah anda pernah mengalami keluhan gangguan kulit sejak anda bekerja?
a. Ya b. Tidak
(Jika “tidak” langsung ke no. 8 )
[ ]
6. Jika ya, bagaimana keluhan gangguan kulit yang anda rasakan? (jawaban boleh lebih dari 1)
a. Gatal b. Kemerahan
c. Kulit terasa seperti terbakar/terasa panas d. Bengkak
e. Kulit terasa kering f. Kulit mengelupas
g. Lainnya ……….
[ ]
7. Pada bagian tubuh mana anda merasakan keluhan gangguan kulit tersebut? (jawaban boleh lebih dari 1)
d. Sela jari tangan e. Wajah
f. Leher g. Punggung h. Kaki
i. Lainnya .……….
[ ]
IV. PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI
No. PERTANYAAN YA TIDAK
8. Apakah anda memakai sarung tangan yang terbuat dari vinyl atau neoprane saat bekerja? 9. Apakah sarung tangan yang digunakan
menutupi seluruh bagian lengan?
10. Apakah anda memakai sepatu boot saat bekerja?
Lampiran 2
Master Data No Nomor
Responden
Umur Masa Kerja Unit Kerja Riwayat Penyakit Kulit Pemakaian APD Keluhan Gangguan Kulit
1 01 1 2 1 1 0 1
2 02 2 1 1 1 0 1
3 03 2 1 1 1 0 1
4 04 2 1 1 0 0 1
5 05 2 2 1 1 0 1
6 06 1 2 1 1 0 1
7 07 1 2 1 1 0 1
8 08 2 2 1 1 0 1
9 09 2 1 1 1 0 1
10 10 1 2 1 1 0 1
11 11 1 2 1 1 0 1
12 12 1 2 1 1 0 1
13 13 2 1 2 1 0 1
14 14 2 1 2 0 0 0
15 15 2 1 2 1 0 1
16 16 2 1 2 1 0 1
17 17 2 1 2 1 0 1
18 18 2 2 2 0 0 0
19 19 1 2 2 0 0 0
20 20 2 1 2 1 0 1
21 21 2 1 2 1 0 1
22 22 2 1 2 1 0 1
23 23 2 2 2 0 0 0
24 24 1 2 2 0 0 0
25 25 1 2 2 0 0 0
26 26 1 2 2 0 0 0
27 27 1 2 2 0 0 0
28 28 1 2 2 1 0 0
29 29 1 2 2 0 0 0
30 30 2 2 2 1 0 1
31 31 2 1 1 1 0 1
36 36 2 2 2 0 0 1
37 37 2 1 2 0 0 0
38 38 2 2 2 0 0 1
39 39 1 2 2 0 0 0
40 40 1 1 2 0 0 0
41 41 1 2 2 0 0 0
42 42 1 2 2 0 0 0
43 43 2 1 2 1 0 1
44 44 2 1 2 1 0 1
45 45 2 1 2 0 0 0
46 46 2 1 2 0 0 0
47 47 2 1 2 1 0 1
48 48 2 1 2 0 0 1
49 49 2 1 2 1 0 1
50 50 2 1 2 1 0 1
Lampiran 3
Hasil Analisis Univariat dan Bivariat
1. Hasil Analisis Univariat
1. Distribusi Keluhan Gangguan Kulit dalam Penggunaan Asam Formiat pada Pekerja Bagian Produksi Pabrik Pengolahan Karet PTPN III Kebun Sei Silau Tahun 2016
Statistics
Keluhan Gangguan Kulit
N Valid 51
Missing 0
2. Distribusi Umur pada Pekerja Bagian Produksi Pabrik Pengolahan Karet PTPN III Kebun Sei Silau Tahun 2016
Statistics
Umur Pekerja
N Valid 51
Keluhan Gangguan Kulit
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak Ada 20 39.2 39.2 39.2
Ada 31 60.8 60.8 100.0
Umur
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid <35 tahun 21 41.2 41.2 41.2
>=35 tahun 30 58.8 58.8 100.0
Total 51 100.0 100.0
3. Distribusi Masa Kerja pada Pekerja Bagian Produksi Pabrik Pengolahan Karet PTPN III Kebun Sei Silau Tahun 2016
Statistics
Masa Kerja
N Valid 51
Missing 0
Masa Kerja
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid > 2 tahun 25 49.0 49.0 49.0
<= 2 tahun 26 51.0 51.0 100.0
Total 51 100.0 100.0
4. Distribusi Unit Kerja pada Pekerja Bagian Produksi Pabrik Pengolahan Karet PTPN III Kebun Sei Silau Tahun 2016
Statistics
Unit Kerja
N Valid 51
5. Distribusi Riwayat Penyakit Kulit pada Pekerja Bagian Produksi Pabrik Pengolahan Karet PTPN III Kebun Sei Silau Tahun 2016
Statistics
Riwayat Penyakit Kulit
N Valid 51
Missing 0
riwayat penyakit kulit pada pekerja
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak ada 23 45.1 45.1 45.1
Ada 28 54.9 54.9 100.0
Total 51 100.0 100.0
Unit Kerja
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Langsung 13 25.5 25.5 25.5
Tidak langsung 38 74.5 74.5 100.0
6. Distribusi Pemakaian Alat Pelindung Diri pada Pekerja Bagian Produksi Pabrik Pengolahan Karet PTPN III Kebun Sei Silau Tahun 2016
Statistics
Pemakaian APD
N Valid 51
Missing 0
Pemakaian APD
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak Lengkap 51 100.0 100.0 100.0
2. Hasil Analisis Bivariat
1. Hubungan Umur dengan Keluhan Gangguan Kulit dalam Penggunaan Asam Formiat pada Pekerja Bagian Produksi Pabrik Pengolahan Karet PTPN III Kebun Sei Silau Tahun 2016
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Umur * Keluhan Gangguan Kulit
Umur * Keluhan Gangguan Kulit Crosstabulation
Keluhan Gangguan Kulit
Total Tidak Ada Ada
Umur <35 tahun Count 12 9 21
% within Umur 57.1% 42.9% 100.0%
% within Keluhan Gangguan
Kulit
60.0% 29.0% 41.2%
% of Total 23.5% 17.6% 41.2%
>=35 tahun Count 8 22 30
% within Umur 26.7% 73.3% 100.0%
% within Keluhan Gangguan
Kulit
40.0% 71.0% 58.8%
% of Total 15.7% 43.1% 58.8%
Total Count 20 31 51
% within Umur 39.2% 60.8% 100.0%
% within Keluhan Gangguan
Kulit
100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square 4.813a 1 .028 .042 .029 Continuity Correctionb 3.620 1 .057
Likelihood Ratio 4.833 1 .028 .042 .029
Fisher's Exact Test .042 .029
Linear-by-Linear
Association
4.719c 1 .030 .042 .029
N of Valid Cases 51
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,24.
b. Computed only for a 2x2 table
2. Hubungan Masa Kerja dengan Keluhan Gangguan Kulit dalam Penggunaan Asam Formiat pada Pekerja Bagian Produksi Pabrik Pengolahan Karet PTPN III Kebun Sei Silau Tahun 2016
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Masa Kerja * Keluhan Gangguan Kulit
Masa Kerja * Keluhan Gangguan Kulit Crosstabulation
Keluhan Gangguan Kulit
Total Tidak Ada Ada
Masa Kerja > 2 tahun Count 6 19 25
% within Masa Kerja 24.0% 76.0% 100.0%
% within Keluhan Gangguan Kulit
30.0% 61.3% 49.0%
% of Total 11.8% 37.3% 49.0%
<= 2 tahun Count 14 12 26
% within Masa Kerja 53.8% 46.2% 100.0%
% within Keluhan Gangguan Kulit
70.0% 38.7% 51.0%
% of Total 27.5% 23.5% 51.0%
Total Count 20 31 51
% within Masa Kerja 39.2% 60.8% 100.0% % within Keluhan
Gangguan Kulit
100.0% 100.0% 100.0%
3. Hubungan Unit Kerja dengan Keluhan Gangguan Kulit dalam Penggunaan Asam Formiat pada Pekerja Bagian Produksi Pabrik Pengolahan Karet PTPN III Kebun Sei Silau Tahun 2016
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Unit Kerja * Keluhan Gangguan Kulit
51 100.0% 0 .0% 51 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 4.763a 1 .029 .045 .028
Continuity Correctionb 3.593 1 .058
Likelihood Ratio 4.866 1 .027 .045 .028
Fisher's Exact Test .045 .028
Linear-by-Linear Association
4.669c 1 .031 .045 .028
N of Valid Cases 51
Unit Kerja * Keluhan Gangguan Kulit Crosstabulation
Keluhan Gangguan Kulit
Total Tidak Ada Ada
Unit Kerja Langsung Count 0 13 13
% within Unit Kerja .0% 100.0% 100.0%
% within Keluhan Gangguan Kulit
.0% 41.9% 25.5%
% of Total .0% 25.5% 25.5%
Tidak Langsung Count 20 18 38
% within Unit Kerja 52.6% 47.4% 100.0%
% within Keluhan Gangguan Kulit
100.0% 58.1% 74.5%
% of Total 39.2% 35.3% 74.5%
Total Count 20 31 51
% within Unit Kerja 39.2% 60.8% 100.0% % within Keluhan
Gangguan Kulit
100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 11.256a 1 .001 .001 .000
Continuity Correctionb 9.157 1 .002
Likelihood Ratio 15.736 1 .000 .000 .000
Fisher's Exact Test .001 .000
Linear-by-Linear Association
11.036c 1 .001 .001 .000
N of Valid Cases 51
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.10.
b. Computed only for a 2x2 table
4. Hubungan Riwayat Penyakit Kulit dengan Keluhan Gangguan Kulit dalam Penggunaan Asam Formiat pada Pekerja Bagian Produksi Pabrik Pengolahan Karet PTPN III Kebun Sei Silau Tahun 2016
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Riwayat Penyakit Kulit * Keluhan Gangguan Kulit
Riwayat Penyakit Kulit * Keluhan Gangguan Kulit Crosstabulation
Keluhan Gangguan Kulit
Total Tidak Ada Ada
Riwayat Penyakit Kulit
Tidak Ada Count 18 5 23
% within Riwayat Penyakit Kulit
78.3% 21.7% 100.0%
% within Keluhan Gangguan Kulit
90.0% 16.1% 45.1%
% of Total 35.3% 9.8% 45.1%
Ada Count 2 26 28
% within Riwayat Penyakit Kulit
7.1% 92.9% 100.0%
% within Keluhan Gangguan Kulit
10.0% 83.9% 54.9%
% of Total 3.9% 51.0% 54.9%
Total Count 20 31 51
% within Riwayat Penyakit Kulit
39.2% 60.8% 100.0%
% within Keluhan Gangguan Kulit
100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 26.793a 1 .000 .000 .000
Continuity Correctionb 23.893 1 .000
Likelihood Ratio 29.815 1 .000 .000 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association
26.268c 1 .000 .000 .000
N of Valid Cases 51
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.02.
b. Computed only for a 2x2 table
5. Hubungan Penggunaan APD dengan Keluhan Gangguan Kulit dalam Penggunaan Asam Formiat pada Pekerja Bagian Produksi Pabrik Pengolahan Karet PTPN III Kebun Sei Silau Tahun 2016
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pemakaian APD * Keluhan Gangguan Kulit
Pemakaian APD * Keluhan Gangguan Kulit Crosstabulation
Keluhan Gangguan Kulit
Total Tidak Ada Ada
Pemakaian APD Tidak Lengkap Count 20 31 51
% within Pemakaian APD
39.2% 60.8% 100.0%
% within Keluhan Gangguan Kulit
100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 39.2% 60.8% 100.0%
Total Count 20 31 51
% within Pemakaian APD
39.2% 60.8% 100.0%
% within Keluhan Gangguan Kulit
100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 39.2% 60.8% 100.0%
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square .a
N of Valid Cases 51
Lampiran 4
Dokumentasi
Gambar 1. Pengisian kuesioner oleh pekerja
Gambar 3.Telapak Tangan Pekerja yang Merasakan Keluhan Gangguan Kulit
Gambar 5. Telapak Tangan Pekerja yang Merasakan Keluhan Gangguan Kulit
Gambar 9. Sela Jari Pekerja yang Merasakan Keluhan Gangguan Kulit
Gambar 11. Telapak Tangan Pekerja yang Merasakan Keluhan Gangguan Kulit
Gambar 13. Telapak Tangan Pekerja yang Merasakan Keluhan Gangguan Kulit
Gambar 15. Telapak Tangan Pekerja yang Merasakan Keluhan Gangguan Kulit
Gambar 17. Telapak Tangan Pekerja yang Merasakan Keluhan Gangguan Kulit
[image:30.595.113.513.425.677.2]Gambar 19. Telapak Tangan Pekerja yang Merasakan Keluhan Gangguan Kulit
[image:31.595.119.518.420.672.2]Gambar 21. Telapak Tangan Pekerja yang Merasakan Keluhan Gangguan Kulit
[image:32.595.119.516.417.677.2]Gambar 23. Telapak Tangan Pekerja yang Merasakan Keluhan Gangguan Kulit
[image:33.595.114.509.409.672.2]Gambar 25. Sela Jari dan Punggung Tangan Pekerja yang Merasakan Keluhan Gangguan Kulit
Gambar 27. Telapak Tangan Pekerja yang Merasakan Keluhan Gangguan Kulit
[image:35.595.118.515.413.663.2]Gambar 29. Sela Jari Pekerja yang Merasakan Keluhan Gangguan Kulit
[image:36.595.121.510.413.650.2]Gambar 31. Telapak Tangan Pekerja yang Merasakan Keluhan Gangguan Kulit
[image:37.595.110.505.419.665.2]DAFTAR PUSTAKA
Afifah, A., 2012. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Terjadinya
Dermatitis Kontak Akibat Kerja Pada Karyawan Binatu. (Karya tulis
ilmiah). Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro. https://core.ac.uk/ download/files/379/11735625.pdf (diakses 10 agustus 2015).
Anies, 2014. Kedokteran Okupasi, Ar-ruzz Media, Yogyakarta.
Bangun, L. G., 2012. Gambaran dan Prevalensi Keluhan Gangguan Kulit Pada Pekerja Bengkel Kendaraan Bermotor Di Kecamatan Medan Baru, Medan
Selayang, dan Medan Johor Tahun 2012. (Karya tulis ilmiah) Fakultas
Kedokteran, Universitas Sumatera Utara. http://repository.usu.ac.id/ bitstream/123456789/38937/chapter%20II.pdf (diakses 7 agustus 2015). Buchari, 2007. Penyakit Akibat Kerja dan Penyakit Terkait Kerja, repository
USU.http://www.repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1432/1/070027 46.pdf (diakses 7 agustus 2015).
Budianto, C., 2010. Faktor Predisposisi yang Berpengaruh Terhadap Kejadian
Dermatitis Kontak Akibat Kerja Pada Pekerja Percetakan, (Skripsi).
Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret Surakarta. https://core.ac.uk/download/file/478/12349639.pdf (diakses 7 agustus 2015).
Cahyono, A.B., 2004. Keselamatan Kerja Bahan Kimia Di Industri. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Dahlan, M. S., 2013. Statitiska Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Salemba Medika, Jakarta.
Djuanda, A., 2011. Ilmu Penyakit kulit dan Kelamin. Edisi keempat. Cetakan Kedua. Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Ferdian, R., 2012. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Dermatitis Kontak Pada Pekerja Pembuat Tahu Diwilayah Kecamatan Ciputat dan
Ciputat Timur, (Skripsi). Peminatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja,
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/ 123456789/25962/1/RIZKA%20FERDIAN-fkik.pdf (diakses 7 agustus 2015).
56
Sriwijaya. www.akademik.unsri.ac.id/paper12/download/paper/ TA_10101001025.pdf (diakses tanggal 21 Maret 2016).
Hartantyo, D. A., 2013. Pengaruh Asam Semut Terhadap Kejadian Dermatitis Kontak Iritan Pada Pekerja Di Perusahaan Pengolahan Karet Di Palembang: Kajian Di Perusahaan Pengolahan Karet PT. X Di
Palembang, (Tesis). Kedokteran Okupasi Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. http://lib.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak-20350010.pdf (diakses 8 desember 2015).
Irianto, K., 2013. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Alfabeta, Bandung.
Jeyaratnam, J., dan D. Koh, 1996. Praktik Kedokteran Kerja. EGC, Jakarta. Kurpiewska, J., J. Liwkowicz, and K. Benczek, 2011. A Survey of Work-Relate
Skin Diseases in Different Occupational in Poland. International Journal of Occupational Safety and ergonomics (JOSE), Vol. 17, No. 2: 207-214. http://archiwum.ciop.pl/43478 (diakses 29 juli 2015).
Lestari, F., dan Utomo H.S., 2007. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Dermatitis Kontak Pada Pekerja di PT. Inti Pantja Press Industri. Jurnal.
Makara, Kesehatan, Vol. 11, No. 2: 61-68. http://journal.ui.ac.id/ index.php/health/article/viewfile/257/253 (diakses 19 februari 2016). NIOS Pocket Guide to Chemical Hazards, 2011. Formic Acid.
http://www.cdc.gov/niosh/npg/npgd0296.html (diakses 8 desember 2016). Notoatmodjo, S., 2002. Metode Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta. Occupational Safety & Health Administration (OSHA), 2006. Asam Formiat.
http://www.osha.gov/dts/chemicalsampling/data/CH_242800.html (diakses 8 desember 2016).
Pancarini, C., 2014. Determinan Kejadian Dermatitis Kontak Iritan Pada Pekerja
Dibagian Produksi PT Sunan Rubber Palembang, (Jurnal). Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Universitas Sriwijaya. www.akademik.unsri.ac.id/ paper12/download/paper/TA_10101001054.pdf (diakses 7 agustus 2015). Sentra Informasi Keracunan Nasional (SIKerNas), 2011. Asam Formiat. Bidang
Informasi Keracunan, Pusat Informasi Obat dan Makanan Badan POM RI. http://ik.pom.go.id/v2013/catalog/Asam%20Format_upload.pdf (diakses 7 agustus 2016).
57
Silalahi, D.K., 2010. Hubungan Kebersihan Perseorangan dan Pemakaian Alat
Pelindung Diri Dengan Keluhan Gangguan Kulit
Pada Petugas Pengelola Sampah Di Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang,
(Skripsi). Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20777/5/Chapter%20I.pdf (diakses 7 agustus 2015).
Situmeang, S. M. F., 2008. Analisa Dermatitis Kontak Pada Pekerja Pencuci
Botol Di PT X Medan, (Tesis). Sekola Pasca Sarjana, Universitas Sumatera
Utara. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7047/1/08E00631. pdf (diakses 7 agustus 2015).
Suma’mur P.K., 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (HIPERKES).
CV Sagung Seto, Jakarta.
Suma’mur P.K., dan Soedirman., 2014. Kesehatan Kerja Dalam Prespektif
Hiperkes & Keselamatan Kerja. Erlangga, Jakarta.
Suryani, F., 2011. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Dermatitis Kontak Pada Pekerja Bagian Processing dan Filling PT. Cosmar Indonesia
Tangerang Selatan, (Skripsi). Program Studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/ 123456789/1821/1/FEBRIA%20SURYANI-fkik.pdf (diakses 7 agustus 2015).
Suuronen, K., K. Aalto-Korte, R. Piipari, T. Tuomi, and R. Jolanki, 2007. Occupational Dermatitis and Allergic Respiratory Diseases in Finnish
Metalworking Machinists. Journal of Occupational Medicine: 277-283.
http://occmed.oxfordjournals.org/content/57/4/277.full (diakses 29 juli 2015).
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini bersifat deskriptif menggunakan desain cross sectional, yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan gangguan kulit dalam penggunaan asam formiat pada pekerja bagian produksi Pabrik Pengolahan Karet PTPN III Kebun Sei Silau.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada pekerja bagian produksi di Pabrik Pengolahan Karet PTPN III Kebun Sei Silau dan waktu penelitian dilaksanakan pada Januari 2016 – Februari 2016.
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi penelitian ini adalah seluruh pekerja yang bekerja pada bagian produksi Pabrik Pengolahan Karet PTPN III Kebun Sei Silau yaitu sebanyak 54 orang, yang terbagi pada beberapa bagian menurut proses pengolahannya yaitu: proses pengenceran sebanyak 3 orang, proses pembekuan sebanyak 13 orang, proses penggilingan sebanyak 17 orang, proses pengasapan dan pengeringan sebanyak 6 orang, proses sortasi sebanyak 10 orang, dan proses pengepakan
27
3.3.2 Sampel
Sampel penelitian ini adalah 51 orang, dengan teknik pemilihan sampel yang digunakan adalah purposive sampling dan kriteria yang digunakan adalah kriteria inklusi, yaitu kriteria dimana subjek penelitian dapat mewakili sampel penelitian karena memenuhi syarat sebagai sampel penelitian (Notoatmodjo, 2002).
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:
1. Pekerja yang dalam proses kerjanya kemungkinan kontak dengan asam formiat secara langsung ataupun tidak langsung.
2. Sebelum bekerja pekerja tidak kontak dengan bahan kimia lainnya yang kemungkinan dapat menyebabkan keluhan gangguan kulit.
3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer
Data primer dalam penelitian ini diperoleh menggunakan metode wawancara dengan teknik kuesioner. Kuesioner diisi oleh peneliti berdasarkan jawaban yang diberikan responden.
3.4.2 Data Sekunder
28
3.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.5.1 Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah:
1. Variablel Terikat/dipengaruhi (Dependent variabel)
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keluhan gangguan kulit.
2. Variabel Bebas/mempengaruhi (Independent variabel)
29
3.5.2 Definisi Operasional Variabel Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel
No. Variabel Definisi Operasional Hasil Pengukuran Skala Pengukuran Variabel 1. Keluhan Gangguan kulit
Pekerja merasakan kulit seperti terbakar ataupun kulit terasa panas.
1. Ada 0. Tidak Ada
Nominal
2. Umur Jumlah tahun responden mulai dari tahun lahir sampai tahun dilakukannya penelitian.
1. < 35 tahun 2. ≥ 35 tahun
Ordinal
3. Unit Kerja Pekerjaan yang dilakukan pekerja diduga kontak dengan asam formiat.
1. Langsung 0. Tidak Langsung Nominal 4. Masa Kerja
Berapa lama responden bekerja pada proses pengolahan lateks.
1. > 2 tahun 2. ≤ 2 tahun
Ordinal
3. Riwayat Penyakit Kulit
Pekerja sebelumya memiliki riwayat alergi yang berhubungan dengan keluhan gangguan kulit.
1. Ada 0. Tidak ada
Nominal
4. Pemakaian APD
Kelengkapan pekerja untuk menggunakan Alat Pelindung Diri guna melindungi bagian tubuh dari kontak langsung dengan bahan kimia selama melakukan pekerjaan.
1. Lengkap 0. Tidak
lengkap
Nominal
3.6 Metode Pengukuran 3.6.1 Keluhan Gangguan Kulit
Variabel keluhan gangguan kulit diukur berdasarkan jawaban responden pada kuesioner bagian III. Variabel ini dikategorikan menjadi 2 (dua) kategori
30
bagian III nomor 6. Kemudian untuk kategori “Tidak Ada” jika responden tidak menjawab bahwa ia merasakan “Kulit seperti terbakar/terasa panas” pada pertanyaan bagian III nomor 6. Jawaban responden pada kuesioner bagian III nomor 7 tidak masuk kedalam perhitungan skor, melainkan akan dibuat untuk penjelasan.
3.6.2 Umur
Variabel umur diukur berdasarkan jawaban responden pada kuesioner bagian I yang bersifat terbuka. Jawaban responden selanjutnya akan dikategorikan menjadi 2 (dua) kategori berdasarkan median yang didapatkan yaitu < 35 tahun dan ≥ 35 tahun.
3.6.3 Masa Kerja
Variabel masa kerja diukur berdasarkan jawaban responden pada kuesioner bagian I yang bersifat terbuka. Jawaban responden selanjutnya akan dikategorikan menjadi 2 (dua) kategori berdasarkan median yang didapatkan yaitu > 2 tahun dan ≤ 2 tahun.
3.6.4 Unit Kerja
31
3.6.5 Riwayat Penyakit Kulit
Variabel riwayat penyakit kulit diukur berdasarkan jawaban responden pada kuesioner bagian II. Variabel ini dikategorikan menjadi 2 (dua) kategori yaitu “Ada” jika responden menjawab “Ya” pada pertanyaan bagian II nomor 1.
Kemudian untuk kategori “Tidak Ada” jika responden menjawab “Tidak” pada
pertanyaan bagian II nomor 1. Jawaban responden pada kuesioner bagian II nomor 2, 3, dan 4 tidak masuk kedalam perhitungan skor, melainkan akan dibuat untuk penjelasan.
3.6.6 Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)
Variabel Pemakaian APD diukur berdasarkan jawaban responden pada kuesioner bagian IV. Variabel ini dikategorikan menjadi 2 (dua) kategori yaitu “Lengkap” jika responden menjawab “Ya” pada semua pertanyaan bagian IV.
Kemudian untuk kategori “Tidak Lengkap” jika responden menjawab “Tidak”
pada salah satu pertanyaan bagian IV.
3.7 Metode Analisis Data
3.7.1 Teknik Pengolahan Data
Data yang telah diperoleh, dianalisis melalui proses pengolahan data yang mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1. Editing, penyuntingan data dilakukan untuk menghindari kesalahan atau
kemungkinan adanya kuesioner yang belum terisi.
32
3. Entry data, data yang telah diberi kode tersebut kemudian dimasukkan dalam
program komputer untuk selanjutnya akan diolah.
4. Cleaning, dilakukan pengecekan dan perbaikan terhadap data yang masuk
sebelum data dianalisis.
5. Data-data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan analisis univariat dan analisis bivariat.
3.7.2 Teknik Analisis Data 3.7.2.1Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan variabel penelitian yang disajikan dalam bentuk distribusi dan persentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2002).
3.7.3 Analisis Bivariat
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Perusahaan
4.1.1 Gambaran Umum PTPN III Kebun Sei Silau
PTPN III Kebun Sei Silau yang menjadi lokasi penelitian berada di Kecamatan Setia Janji, Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak dalam bidang perkebunan dan industri khususnya perkebunan karet dan kelapa sawit. Perusahaan ini memiliki 8 (delapan) afdeling dan 1 (satu) Pabrik Pengolahan Karet (PPK) yang mengolah lateks dari seluruh afdeling menjadi ribbed smoked sheet.
Pabrik pengolahan karet ini memiliki 7 unit kerja yaitu unit penerimaan lateks, unit pengenceran lateks, unit pembekuan lateks, unit penggilingan, unit pengasapan dan pengeringan, unit sortasi, dan unit pengepakan. Unit penerimaan lateks, unit pengenceran lateks, dan unit pembekuan lateks bekerja pada siang hari karena menunggu hasil panen lateks dari seluruh afdeling. Unit penggilingan, dan unit pengasapan dan pengeringan bekerja pada malam hari. Sedangkan unit sortasi dan pengepakan bekerja pada pagi hari. Lama pekerja bekerja berdasarkan hasil panen lateks dari seluruh afdeling. Pada proses pembekuan lateks dilakukan pembubuhan asam formiat dengan dosis 7,5 – 9 kg/ton lateks.
34
4.2 Hasil Penelitian 4.2.1 Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk menggambarkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel bebas (umur, masa kerja, unit kerja, riwayat penyakit kulit dan pemakaian APD dan variabel terikat (keluhan gangguan kulit) yang telah diperoleh dari hasil penelitian.
4.2.1.1 Distribusi Keluhan Gangguan Kulit dalam Penggunaan Asam Formiat pada Pekerja Bagian Produksi Pabrik Pengolahan Karet PTPN III Kebun Sei Silau Tahun 2016
[image:56.595.120.517.509.567.2]Keluhan gangguan kulit diukur mengunakan skala pengukuran nominal dan dikategorikan menjadi dua kategori yaitu ada dan tidak ada. Hasil yang diperoleh mengenai keluhan gangguan kulit yang dirasakan pekerja dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut.
Tabel 4.1 Distribusi Keluhan Gangguan Kulit dalam Penggunaan Asam Formiat pada Pekerja Bagian Produksi Pabrik Pengolahan Karet PTPN III Kebun Sei Silau Tahun 2016
Keluhan Gangguan Kulit Frekuensi Persentase (%)
Ada 31 60,8
Tidak Ada 20 39,2
Total 51 100
35
4.2.1.2Distribusi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keluhan Gangguan Kulit pada Pekerja Bagian Produksi Pabrik Pengolahan Karet PTPN III Kebun Sei Silau Tahun 2016
[image:57.595.109.522.348.545.2]Faktor-faktor yang mempengaruhi keluhan gangguan kulit dalam penelitian ini yaitu faktor umur, masa kerja, unit kerja, riwayat penyakit kulit, dan pemakaian APD. Distribusi frekuensi faktor-faktor tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.2 Distribusi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keluhan Gangguan Kulit pada Pekerja Bagian Produksi Pabrik Pengolahan Karet PTPN III Kebun Sei Silau Tahun 2016
Faktor-Faktor Frekuensi Persentase (%)
Umur < 35 tahun 21 41,2
≥ 35 tahun 30 58,8
Masa Kerja > 2 tahun 25 49,0
≤ 2 tahun 26 51,0
Unit Kerja 1 13 25,5
2 38 74,5
Riwayat Penyakit Kulit Ada 28 54,9
Tidak Ada 23 45,1
Pemakaian APD Lengkap 0 0
Tidak Lengkap 51 100
Total 51 100
Keterangan : 1 = Kontak Langsung Dengan Asam Formiat 2 = Tidak Kontak Langsung Dengan Asam Formiat
Umur pekerja diukur menggunakan skala pengukuran ordinal dan dikategorikan menjadi dua kategori berdasarkan median yang didapatkan yaitu < 35 tahun dan ≥ 35 tahun. Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 51 pekerja terdapat 21 pekerja (41,2%) berumur < 35 tahun dan sebanyak 30 pekerja (58,8%) berumur ≥ 35 tahun.
[image:57.595.108.529.349.543.2]36
> 2 tahun dan ≤ 2 tahun. Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 51 pekerja terdapat 25 pekerja (49,0%) memiliki masa kerja > 2 tahun dan sebanyak 26 pekerja (51,0%) memiliki masa kerja ≤ 2 tahun.
Unit kerja pekerja diukur menggunakan skala pengukuran nominal dan dikategorikan menjadi dua kategori yaitu kontak langsung dengan asam formiat dan tidak kontak langsung dengan asam formiat. Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 51 pekerja terdapat 13 pekerja (25,5%) bekerja dengan kontak langsung dengan asam formiat dan 38 pekerja (74,5%) bekerja dengan tidak kontak langsung dengan asam formiat.
Riwayat penyakit kulit yang dimiliki pekerja diukur dengan menggunakan skala pengukuran nominal dan dikategorikan menjadi dua kategori yaitu ada dan tidak ada. Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 51 pekerja terdapat 28 pekerja (54,9%) memiliki riwayat penyakit kulit dan 23 pekerja (45,1%) tidak memiliki riwayat penyakit kulit.
Pemakaian alat pelindung diri pada pekerja diukur dengan menggunakan skala pengukuran nominal dan dikategorikan menjadi dua kategori yaitu lengkap dan tidak lengkap. Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 51 pekerja, seluruhnya tidak secara lengkap menggunakan alat pelindung diri.
4.2.2 Analisis Bivariat
37
terikat. Syarat uji Chi-Square adalah tidak ada sel yang mempunyai nilai expected (E) kurang dari 5. Jika syarat uji Chi-Square tidak terpenuhi, maka dipakai uji alternatifnya yaitu alternatif uji Chi-Square untuk tabel 2x2 adalah uji Fisher. 4.2.2.1 Hubungan antara Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keluhan
Gangguan Kulit dengan Keluhan Gangguan Kulit dalam Penggunaan Asam Formiat pada Pekerja Bagian Produksi Pabrik Pengolahan Karet PTPN III Kebun Sei Silau Tahun 2016
[image:59.595.105.525.442.680.2]Untuk mengetahui hubungan antara umur, masa kerja, unit kerja, riwayat penyakit kulit dan pemakaian alat pelindung diri dengan keluhan gangguan kulit dilakukan tabulasi silang (crosstab) dan uji statistik Chi-Square atau uji alternatifnya yaitu uji fisher dengan hasil pengujian hipotesis sebagai berikut: Tabel 4.3 Hubungan antara faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keluhan
Gangguan Kulit dengan Keluhan Gangguan Kulit dalam Penggunaan Asam Formiat pada Pekerja Bagian Produksi Pabrik Pengolahan Karet PTPN III Kebun Sei Silau Tahun 2016
Variabel
Keluhan Gangguan
Kulit P
Ada Tidak Ada
Total
n % n % n %
Umur < 35 tahun 9 42,9 12 57,1 21 100
≥ 35 tahun 22 73,3 8 26,7 30 100 0,028 Masa Kerja > 2 tahun 19 76,0 6 24,0 25 100
≤ 2 tahun 12 46,2 14 53,8 26 100 0,029
Unit Kerja 1 13 100 0 0 13 100
2 18 47,4 20 52,6 38 100 0,001 Riwayat
Penyakit kulit
Ada 26 92,9 2 7,1 28 100
0,001 Tidak Ada 5 21,7 18 78,3 23 100
Keterangan : 1 = Kontak Langsung Dengan Asam Formiat 2 = Tidak Kontak Langsung Dengan Asam Formiat Pemakaian APD tidak dapat dilakukan uji statistik
38
Berdasarkan hasil uji Chi-Square didapat p value sebesar 0,028, maka p value lebih kecil dari 0,05 (0,028 < 0,05) sehingga Ho diterima yang artinya ada hubungan yang bermakna antara umur dengan keluhan gangguan kulit dalam penggunaan asam formiat pada pekerja bagian produksi PTPN III Kebun Sei Silau.
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 25 pekerja yang memiliki masa kerja >2 tahun, terdapat 19 pekerja (76,0%) merasakan keluhan gangguan kulit. Berdasarkan hasil uji Chi-Square didapat p value sebesar 0,029, maka p value lebih kecil dari 0,05 (0,029 < 0,05) sehingga Ho diterima yang artinya ada hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan keluhan gangguan kulit dalam penggunaan asam formiat pada pekerja bagian produksi PTPN III Kebun Sei Silau.
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 13 pekerja yang bekerja kontak langsung dengan asam formiat, terdapat 13 pekerja (100%) merasakan keluhan gangguan kulit. Berdasarkan hasil uji Chi-Square didapat p value sebesar 0,001, maka p value lebih kecil dari 0,05 (0,001 < 0,05) sehingga Ho diterima yang artinya ada hubungan yang bermakna antara unit kerja dengan keluhan gangguan kulit dalam penggunaan asam formiat pada pekerja bagian produksi PTPN III Kebun Sei Silau.
39
hubungan yang bermakna antara riwayat penyakit kulit dengan keluhan gangguan kulit dalam penggunaan asam formiat pada pekerja bagian produksi PTPN III Kebun Sei Silau.
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Keluhan Gangguan Kulit dalam Penggunaan Asam Formiat pada Pekerja Bagian Produksi Pabrik Pengolahan Karet PTPN III Kebun Sei Silau Tahun 2016
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 51 pekerja pada bagian produksi Pabrik Pengolahan Karet PTPN III Kebun Sei Silau Tahun 2015 terdapat 31 pekerja (60,8%) merasakan keluhan gangguan kulit.
Keluhan gangguan kulit akibat kerja merupakan kelainan pada kulit yang dirasakan oleh pekerja pada saat bekerja ataupun selesai bekerja. Keluhan gangguan kulit ini dapat berupa rasa gatal, rasa terbakar, kemerahan, bengkak, lepuh kecil pada kulit, kulit mengelupas, kulit kering, kulit bersisik, penebalan pada kulit dan lain sebagainya.
Dalam penelitian ini, pekerja dikatakan merasakan keluhan gangguan kulit apabila pekerja merasakan kulit terasa seperti terbakar atau terasa panas. Jika pekerja hanya merasakan gatal tanpa merasakan kulit terasa seperti terbakar atau terasa panas, maka tidak termasuk keluhan gangguan kulit akibat penggunaan asam formiat karena kemungkinan rasa gatal pada kulit tersebut akibat seringnya pekerja kontak dengan lateks. Sesuai dengan teori yang menyatakan bila asam formiat kontak dengan kulit akan menimbulkan iritasi kulit dengan gejala kulit terasa terbakar atau terasa panas dan dermatitis (OSHA, 2006 dan NIOSH, 2011).
41
Diperoleh informasi dari 31 pekerja yang merasakan keluhan gangguan kulit, bagian tubuh yang terkena gangguan kulit paling banyak pada telapak tangan yaitu dirasakan oleh 30 pekerja, pada sela jari dirasakan oleh 27 pekerja, pada lengan tangan dirasakan oleh 16 pekerja, dan pada punggung tangan dirasakan oleh 10 pekerja. Pekerja merasakan keluhan gangguan kulit tidak hanya pada satu bagian tubuh saja, seperti ada yang merasakan pada telapak tangan, sela jari serta punggung tangan, ada juga yang merasakan pada lengan tangan dan punggung tangan. Keluhan gangguan kulit juga dirasakan pekerja pada kaki. Keluhan gangguan kulit yang dirasakan pada kaki pekerja lebih banyak berupa kutu air.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hartantyo (2013) dari 143 responden didapatkan 57,3% pekerja di area basah (kadar asam semut tinggi), menderita dermatitis kontak iritan. Pada uji statistik didapat ada hubungan bermakana antara paparan asam semut tinggi dengan kejadian dermatitis kontak iritan dengan p < 0,001, dan risiko 24 kali lipat.
42
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Situmeang (2008) dari 50 orang pekerja pencuci botol di PT. X Medan, sebanyak 27 orang (54%) menderita dermatitis kontak. Umumnya pekerja menderita iritasi pada telapak tangan dengan keluhan nyeri, gatal-gatal, kemerahan dan kulit telapak tangan menebal. Pekerja yang mengalami dermatitis ringan hanya menunjukkan gejala gatal-gatal, nyeri, kulit kering dan retak-retak, sedangkan yang mengalami dermatitis berat merasakan nyeri, panas, kulit bengkak dan melepuh. Hal ini terjadi karena pekerja kontak langsung dengan bahan kimia yang digunakan.
Menurut peneliti, keluhan gangguan kulit paling banyak terjadi pada telapak tangan, sela jari, dan lengan tangan karena pekerjaan dilakukan menggunakan tangan dan pekerja juga tidak menggunakan sarung tangan sebagai pelindung.
Keluhan gangguan kulit banyak terjadi pada pekerja yang kontak langsung dengan asam formiat yang digunakan pada proses pembekuan. Seluruh pekerja yang bekerja pada unit pembekuan merasakan keluhan gangguan kulit. Hal ini menunjukkan bahwa keluhan gangguan kulit yang dirasakan pekerja terjadi karena pekerja kontak dengan asam formiat saat melakukan proses kerja.
43
5.2 Hubungan Umur dengan Keluhan Gangguan Kulit dalam Penggunaan Asam Formiat pada Pekerja Bagian Produksi Pabrik Pengolahan Karet PTPN III Kebun Sei Silau Tahun 2016
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 51 pekerja pada bagian produksi Pabrik Pengolahan Karet PTPN III Kebun Sei Silau Tahun 2016 menunjukkan bahwa dari 30 pekerja yang berusia ≥ 35 tahun, terdapat 22 pekerja (73,3%) merasakan keluhan gangguan kulit.
Berdasarkan hasil uji Chi-Square didapat p value sebesar 0,028, maka p
value lebih kecil dari 0,05 (0,028 < 0,05) sehingga Ho diterima yang artinya ada
hubungan yang bermakna antara umur dengan keluhan gangguan kulit dalam penggunaan asam formiat pada pekerja bagian produksi PTPN III Kebun Sei Silau.
Menurut Cronin (1980) yang dikutip oleh Lestari dan Utomo (2007) pada dunia industri usia pekerja yang lebih tua menjadi lebih rentan terhadap bahan iritan. Seringkali pada usia lanjut terjadi kegagalan dalam pengobatan dermatitis kontak, sehingga timbul dermatitis kronik.
Menurut peneliti, keluhan gangguan kulit pada pekerja dapat terjadi pada semua kelompok umur tergantung masa kerja dan keseringan kontak dengan bahan iritan di tempat kerja. Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pekerja dengan umur yang lebih tua lebih banyak merasakan keluhan gangguan kulit karena mereka mempunyai masa kerja yang lebih lama. Masa kerja yang dimiliki pekerja pada usia tua paling cepat 3 tahun dan paling lama 27 tahun.
44
2 tahun. Masa kerja yang dimiliki pekerja pada usia muda paling cepat 1 tahun dan paling lama 3 tahun.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Budianto (2010) pada pekerja percetakan yang menunjukkan bahwa individu yang berusia 30-60 tahun memiliki kemungkinan terkena DK-AK 7 kali lebih besar dibandingkan individu yang berusia ≤ 30 tahun. Uji Chi-square didapat p value <
0,05 yaitu 0,031 yang artinya ada hubungan bermakna antara umur dengan kejadian dermatitis kontak yang merupakan keluhan gangguan kulit.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Suryani (2011) pada pekerja bagian processing dan filling PT. Cosmar Indonesia Tangerang Selatan yang menunjukkan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara usia dengan kejadian dermatitis kontak. Hasil uji statistik diperoleh p value < 0,05 yaitu 0,008.
Menurut penelitian Garmini (2014) pekerja yang usianya lebih tua berisiko mengalami dermatitis kontak iritan karena diduga kelompok ini memiliki kondisi kulit yang lebih rentan terhadap infeksi dibandingkan dengan usia yang lebih muda. Masa kerja juga berpengaruh karena usia yang lebih tua memiliki masa kerja yang lebih lama sehingga beresiko mengalami dermatitis kontak iritan.
5.3 Hubungan Masa Kerja dengan Keluhan Gangguan Kulit dalam Penggunaan Asam Formiat pada Pekerja Bagian Produksi Pabrik Pengolahan Karet PTPN III Kebun Sei Silau Tahun 2016
45
bahwa dari 25 pekerja yang memiliki masa kerja >2 tahun, terdapat 19 pekerja (76,0%) merasakan keluhan gangguan kulit.
Berdasarkan hasil uji Chi-Square didapat p value sebesar 0,029, maka p
value lebih kecil dari 0,05 (0,029 < 0,05) sehingga Ho diterima yang artinya ada
hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan keluhan gangguan kulit dalam penggunaan asam formiat pada pekerja bagian produksi PTPN III Kebun Sei Silau.
Pekerja yang memiliki masa kerja yang lama lebih banyak merasakan keluhan gangguan kulit karena pekerja tersebut lebih lama terpajan dan kontak secara berulang-ulang dengan asam formiat. Kontak dengan asam formiat secara berulang-ulang dapat menimbulkan peradangan pada kulit bahkan dapat menimbulkan iritasi berat pada kulit (dermatitis).
Sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa semakin lama masa kerja seseorang, semakin sering pekerja terpajan dan berkontak dengan bahan kimia. Lamanya pajanan dan kontak bahan kimia akan meningkatkan terjadinya dermatitis kontak akibat kerja yang merupakan keluhan gangguan kulit. Semakin lama seseorang dalam bekerja maka semakin lama dia telah terpapar bahaya yang ditimbulkan oleh lingkungan kerja tersebut (Suma’mur, 2009).
46
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Suryani (2011) pada pekerja bagian processing dan filling PT. Cosmar Indonesia Tangerang Selatan yang menunjukkan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan kejadian dermatitis kontak. Hasil uji statistik diperoleh nilai p value < 0,05 yaitu sebesar 0,012. Pekerja yang mengalami dermatitis kontak adalah pekerja yang memiliki rata-rata masa kerja selama 2 tahun, sedangkan pekerja yang tidak mengalami dermatitis kontak adalah pekerja yang memiliki rata-rata masa kerja selama 1 tahun.
Menurut Suryani (2011) semakin lama pekerja berkontak dengan bahan kimia setiap harinya, ditambah masa kerja yang lama akan memperberat kejadian dermatitis kontak pada pekerja. Pekerja yang lebih lama terpajan dan berkontak dengan bahan kimia menyebabkan kerusakan sel bagian kulit luar, semakin lama terpajan maka semakin merusak sel kulit hingga bagian dalam dan memudahkan untuk terjadinya penyakit dermatitis.
5.4 Hubungan Unit kerja dengan Keluhan Gangguan Kulit dalam Penggunaan Asam Formiat pada Pekerja Bagian Produksi Pabrik Pengolahan Karet PTPN III Kebun Sei Silau Tahun 2016
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 51 pekerja pada bagian produksi Pabrik Pengolahan Karet PTPN III Kebun Sei Silau Tahun 2016 menunjukkan bahwa dari 13 pekerja yang bekerja kontak langsung dengan asam formiat, terdapat 13 pekerja (100%) merasakan keluhan gangguan kulit.
Berdasarkan hasil uji Chi-Square didapat p value sebesar 0,001, maka p
value lebih kecil dari 0,05 (0,001 < 0,05) sehingga Ho diterima yang artinya ada
47
penggunaan asam formiat pada pekerja bagian produksi PTPN III Kebun Sei Silau.
Unit kerja yang kontak langsung dengan asam formiat adalah pada proses pembekuan atau koagulasi. Dosis asam formiat yang digunakan 7,5 – 9 kg/ton lateks. Pada unit ini asam formiat digunakan untuk membekukan lateks agar menjadi suatu gumpalan atau koagulum. Dari 13 pekerja yang bekerja pada unit ini, semuanya merasakan keluhan gangguan kulit. Banyaknya pekerja yang merasakan keluhan gangguan kulit karena pekerja pada unit ini terpajan dan kontak langsung dengan asam formiat secara terus-menerus.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 18 pekerja yang tidak kontak langsung dengan asam formiat merasakan keluhan gangguan kulit. Pekerja yang bekerja pada unit yang tidak kontak langsung dengan asam formiat juga memiliki resiko merasakan keluhan gangguan kulit karena pada unit tersebut kemungkinan lateks masih mengandung asam formiat.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Lestari dan Utomo (2007) pada pekerja di PT. Inti Pantja Press Industri yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pekerja yang mengalami dermatitis kontak berdasarkan jenis pekerjaannya. Dari uji statistik diperoleh nilai p value < 0,05 yaitu 0,02.
48
keluhan gangguan kulit. Hasil uji chi square diperoleh nilai p value < 0,05 yaitu 0,009.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ferdian (2012) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara jenis pekerjaan dengan dermatitis kontak. Hasil analisis keeratan hubungan ditunjukkan dengan nilai odds ratio sebesar 6,923. Artinya adalah risiko responden yang bekerja pada bagian yang bersentuhan langsung dengan bahan kimia untuk terkena dermatitis kontak adalah 6,923 kali dibandingkan dengan responden yang bekerja pada bagian lainnya.
5.5 Hubungan Riwayat Penyakit Kulit dengan Keluhan Gangguan Kulit dalam Penggunaan Asam Formiat pada Pekerja Bagian Produksi Pabrik Pengolahan Karet PTPN III Kebun Sei Silau Tahun 2016
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 51 pekerja pada bagian produksi Pabrik Pengolahan Karet PTPN III Kebun Sei Silau Tahun 2016 menunjukkan bahwa dari 28 pekerja yang memiliki riwayat penyakit kulit, terdapat 26 pekerja (92,9%) merasakan keluhan gangguan kulit.
49
Bagian tubuh yang pernah terkena gangguan kulit paling banyak adalah telapak tangan dan juga bagian tubuh yang paling banyak terkena keluhan gangguan kulit adalah telapak tangan. Menurut peneliti, hal ini menunjukkan bahwa riwayat penyakit kulit mempengaruhi terjadinya keluhan gangguan kulit.
Berdasarkan hasil uji Chi-Square didapat p value sebesar 0,001, maka p
value lebih kecil dari 0,05 (0,001 < 0,05) sehingga Ho diterima yang artinya ada
hubungan yang bermakna antara riwayat penyakit kulit dengan keluhan gangguan kulit dalam penggunaan asam formiat pada pekerja bagian produksi PTPN III Kebun Sei Silau.
Menurut Djuanda (2011) faktor individu ikut berpengaruh terhadap dermatitis kontak, yaitu perbedaan ketebalan kulit diberbagai tempat menyebabkan perbedaan permeabilitas, ras, jenis kelamin, usia, dan penyakit kulit yang sedang atau pernah dialami. Pekerja yang sebelumnya memiliki riwayat penyakit kulit akan lebih mudah mendapat dermatitis kontak akibat kerja, karena fungsi perlindungan kulit sudah berkurang akibat dari penyakit kulit sebelumnya.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fatma Lestari dan Hari Suryo Utomo di tahun 2007 yang menunjukkan perbedaan proporsi yang bermakna antara pekerja yang memiliki riwayat dermatitis kontak pada pekerjaan sebelumnya dengan yang tidak memiliki riwayat dermatitis kontak. Hasil uji statistik diperoleh nilai p value < 0,05 yaitu 0,042.
50
penyakit kulit untuk terkena dermatitis kontak adalah 3,52 kali dibandingkan dengan responden yang tidak memiliki riwayat penyakit kulit. Dari uji statistik didapatkan nilai p value lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,021 yang artinya terdapat hubungan yang bermakna antara riwayat penyakit kulit dengan dermatitis kontak yang merupakan keluhan gangguan kulit.
5.6 Hubungan Pemakaian Alat Pelindung Diri dengan Keluhan Gangguan Kulit dalam Penggunaan Asam Formiat pada Pekerja Bagian Produksi Pabrik Pengolahan Karet PTPN III Kebun Sei Silau Tahun 2016
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 51 pekerja pada bagian produksi Pabrik Pengolahan Karet PTPN III Kebun Sei Silau Tahun 2016 menunjukkan bahwa dari 51 pekerja yang tidak memakai alat pelindung diri, terdapat 31 pekerja (60,8%) merasakan keluhan gangguan kulit. Uji statistik tidak dapat dilakukan karena seluruh pekerja tidak memakai alat pelindung diri secara lengkap.
51
Hal ini kerena menurut mereka pakaian yang disediakan perusahaan terasa panas dan tidak menyerap keringat jika digunakan saat bekerja.
Pekerja pada unit sortasi memakai sarung tangan yang terbuat dari kain dan hanya satu pekerja pada unit koagulasi yang menggunakan sarung tangan yang terbuat dari vynil atau neoprane. Hal ini dikarenakan pekerja tidak terbiasa bekerja menggunakan sarung tangan dan pemakaian sarung tangan dapat memperlambat pekerjaan mereka.
Hasil penelitian Pancarini (2014) menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara penggunaan APD dengan kejadian dermatitis kontak iritan. Hasil uji statistik diperoleh p value < 0,05 yaitu sebesar 0,014.
Hasil penelitian Garmini (2014) menunjukkan bahwa Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diketahui nilai p value = 0,023 berarti ada hubungan yang bermakna secara statistik antara penggunaan APD dengan kejadian dermatitis kontak iritan. Nilai prevalensi rasio = 3,033 berarti pekerja yang menggunakan APD tidak lengkap mempunyai risiko untuk terkena dermatitis kontak iritan 3,033 kali lebih besar dibandingkan pekerja yang menggunakan APD lengkap.
Menurut Suma’mur (1992) Alat Pelindung Diri (APD) adalah suatu alat
yang dipakai untuk melindungi diri atau tubuh terhadap bahaya-bahaya kecelakaan kerja. Peralatan pelindung tidak menghilangkan ataupun mengurangi bahaya yang ada, peralatan ini hanya mengurangi jumlah kontak dengan bahaya.
52
memenuhi persyaratan diantaranya yaitu enak (nyaman) dipakai, tidak mengganggu pelaksanaan kerja, dapat memberikan perlindungan efektif terhadap berbagai macam bahaya yang dihadapi (Suma’mur, 2009).
Diperoleh informasi bahwa dari 20 pekerja yang tidak merasakan keluhan gangguan kulit meskipun mereka tidak memakai APD secara lengkap terdapat 20 pekerja bekerja tidak kontak langsung dengan asam formiat, 18 pekerja yang tidak mempunyai riwayat penyakit kulit, 14 pekerja mempunyai masa kerja ≤ 2 tahun, dan 11 orang berumur < 35 tahun.
Menurut peneliti, dari data di atas dapat dikatakan bahwa pekerja yang tidak merasakan keluhan gangguan kulit meskipun tidak memakai APD secara lengkap karena pekerja tersebut bekerja tidak kontak langsung dengan asam formiat atau mereka bekerja pada unit penggilingan, unit pengasapan dan pengeringan, unit sortasi dan unit pengepakan, serta pekerja tersebut juga tidak memiliki riwayat penyakit kulit sehingga kulit mereka tidak rentan terhadap bahan kimia yang digunakan.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yang diperoleh dari 51 pekerja pada bagian produksi Pabrik Pengolahan Karet PTPN III Kebun Sei Silau Tahun 2016 sebagai berikut:
1. Terdapat 31 pekerja (60,8%) merasakan keluhan gangguan kulit.
2. Ada hubungan yang bermakna antara umur, masa kerja, unit kerja dan riwayat penyakit kulit dengan keluhan gangguan kulit pada pekerja bagian produksi Pabrik Pengolahan Karet PTPN III Kebun Sei Silau.
3. Uji statistik untuk melihat hubungan pemakaian APD dengan keluhan gangguan kulit tidak dapat dilakukan karena semua pekerja tidak menggunakan APD secara lengkap.
6.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka peneliti dapat memberikan saran untuk perbaikan sebagai berikut:
1. Pekerja disarankan untuk memeriksakan keluhan gangguan kulit yang dirasakannya kepada dokter kulit.
2. Perusahaan melakukan sosialisasi kepada pekerja mengenai bahaya asam formiat bila kontak dengan bagian tubuh.
54
vynil atau neoprene dan menutupi lengan, sepatu boot, serta baju lengan
panjang dan celana panjang.
4. Perusahaan mewajibkan pekerja memakai APD secara lengkap, jika tidak digunakan akan dikenakan sanksi. Hal ini untuk mengurangi terjadinya keluhan gangguan kulit yang dirasakan pekerja.
5. Pekerja sebaiknya mengatur sikap kerja yang aman dan nyaman, serta berhati-hati saat bekerja agar lateks yang sudah mengandung asam formiat tidak berserak dan terkena bagian tubuh pekerja.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Penyakit Akibat Kerja (PAK)
Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang timbul oleh atau didapat pada waktu melakukan pekerjaan (Irianto, 2013). Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor: PER-01/MEN/1981 tentang Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja bahwa yang dimaksud dengan penyakit akibat kerja (PAK) adalah setiap penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja.
Dalam Keputusan Presiden No. 22 Tahun 1993 terdapat 31 jenis penyakit akibat kerja, 29 dari 31 jenis penyakit akibat kerja adalah penyakit akibat kerja yang bersifat internasional; penyakit demikian mengikuti standar Organisasi Perburuhan Internasional (Suma’mur, 2009).
Di tempat kerja terdapat faktor-faktor yang menjadi penyebab penyakit akibat kerja sebagai berikut (Suma’mur, 2009).
1. Faktor fisis , seperti:
a. Suara yang dapat mengakibatkan tuli akibat kerja;
8
c. Suhu yang terlalu tinggi menyebabkan heat stroke (pukulan panas), kejang panas (heat cramps) atau hiperpireksia (hyperpyrexia), sedangkan suhu terlalu rendah antara lain menimbulkan frostbite;
d. Tekanan udara tinggi menyebabkan penyakit kaison (caisson disease); e. Penerangan lampu yang buruk dapat menyebabkan kelainan pada indera
penglihatan atau kesilauan yang memudahkan terjadinya kecelakaan. 2. Faktor kimiawi, yaitu antara lain:
a. Debu yang menyebabkan pnemokoniosis (pneumoconiosis), diantaranya silikosis, asbestosis dan lainnya;
b. Uap yang diantaranya menyebabkan demam uap logam (metal fume fever), dermatosis (penyakit kulit) akibat kerja, atau keracunan oleh zat toksis uap formaldehida;
c. Gas, misalnya keracunan oleh CO, H2S dan lainnya;
d. Larutan zat kimia yang misalnya menyebabkan iritasi pada kulit;
e. Awan atau kabut, misalnya racun serangga (insecticides), racun jamur dan lainnya yang menimbulkan keracunan.
3. Faktor biologis, misalnya bibit penyakit antraks atau brusella (brucella) yang menyebabkan penyakit akibat kerja pada pekerja penyamak kulit;
9
5. Faktor mental-psikologis yang terlihat misalnya pada hubungan kerja atau hubungan industrial yang tidak baik, misalnya dengan timbulnya depresi atau penyakit psikosomatis.
2.2Penyakit Kulit Akibat Kerja
Kulit merupakan bagian tubuh manusia yang cukup sensitif terhapat berbagai macam penyakit. Penyakit kulit akibat kerja atau dermatosis akibat kerja adalah semua kelainan kulit yang disebabkan oleh pekerjaan. Penyakit tersebut terjadi pada saat atau setelah tenaga kerja bekerja melakukan pekerjaan atau disebabkan oleh faktor-faktor yang ada pada lingkungan kerja. Penyakit ini merupakan 50-60% dari seluruh penyakit akibat kerja, sebagian besar disebabkan karena pekerja kontak dengan bahan-bahan yang dipergunakan, diolah, atau dihasilkan oleh pekerjaan itu.
2.2.1 Penyebab penyakit kulit akibat kerja
Penyakit kulit akibat kerja disebabkan oleh kontak langsung kulit dengan agen penyebab. Banyak penyebab yang dapat menimbulkan penyakit kulit akibat kerja pada saat melakukan pekerjaan. Agen penyebab penyakit kulit tersebut antara lain berupa agen-agen fisik, kimia, maupun biologis (Anies, 2014).
Penyebab dermatosis akibat kerja digolongkan sebagai berikut (Sum’mur, 2009) :
10
2. Bahan yang berasal dari tanaman atau tumbuhan, yaitu daun, ranting, kayu, akar, umbi, bunga, getah, debu dan lainnya;
3. Makhluk hidup, yaitu bakteri, virus, jamur, cacing, serangga, kutu dan sejenisnya, serta hewan lainnya dan bahan yang berasal dari padanya;
4. Zat atau bahan kimia, yaitu asam dan garan zat kimia anorganis, persenyawaan kimia organis hidrokarbon, oli, ter, zat pewarna dan lainnya.
Dari semua penyebab tersebut, faktor kimiawi merupakan faktor bahaya yang paling penting, karena zat atau bahan kimia banyak digunakan berbagai industri dalam proses produksinya. Dermatosis akibat kerja ditimbulkan oleh 2 mekanisme, yaitu iritasi atau perangangan primer yang penyebabnya disebut dengan iritan primer, dan melalui sensitisasi atau perentanan kulit yang penyebabnya disebut pemeka (sentisitizer).
Perangsang primer adalah zat atau bahan kimia yang menimbulkan dermatosis oleh efeknya yang langsung pada kulit normal dilokasi terjadinya kontak bahan tersebut dengan kulit dalam jumlah dan kekuatan yang cukup lama. Iritan primer memberikan rangsangan kepada kulit, dengan jalan melarutkan lemak kulit, mengambil air dari lapisan kulit, mengoksidasi dan atau mereduksi susunan kimia kulit, sehingga keseimbangan kulit terganggu dan akibatnya timbul dermatosis.
11
disebabkan oleh zat kimia organis dengan struktur molekul lebih sederhana yang bergabung dengan zat putih telur untuk membentuk antigen.
2.2.2 Jenis Penyakit Kulit Akibat Kerja
Sebagaimana penyakit akibat kerja pada umumnya, dermatosis akibat kerja pun sering sangat khas menurut jenis pekerjaan dan lingkungan kerja. Berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, terdapat 2 (dua) jenis kelompok penyakit kulit akibat kerja, yaitu: 1. Penyakit kulit (dermatosis) yang disebabkan oleh penyebab fisis, kimiawi dan biologis, dan 2. Penyakit kulit epitelioma primer yang disebabkan oleh ter, pic, bitumen, minyak mineral, antrasen atau persenyawaannya, produk atau residu dari zat tersebut (Suma’mur,
2009).
Menurut Waldron (1990) dan Anies (2006) yang dikutip oleh Anies (2014), Penyakit kulit akibat kerja yang ditimbulkan oleh penyebab fisis, kimiawi dan biologis, antara lain sebagai berikut:
1. Dermatitis kontak iritan primer, adalah dermatosis akibat kerja yang paling sering ditemukan. Bentuk akut ditandai dengan eritema, edema, papula, vesikel, atau bula, yang biasanya terdapat pada tangan, lengan bawah, dan wajah. Bentuk kronik tidak khas, mrip dengan kebanyakan dermatosis yang lain dan penyebabnya tidak mudah dikenali.
2. Dermatitis (ekzema) kontak alergi, baik akut maupun kronis mempunyai cirri-ciri klinis yang sama dengan ekzema bukan akibat kerja.
12
4. Dermatosis solaris akut. Penyakit kulit ini dianggap sebagai penyakit kulit
akibat kerja, jika sangat dipermudah oleh zat-zat fotodinamik yang digunakan dalam pekerjaan tersebut.
5. Kanker kulit akibat kerja. Biasanya berupa kanker sel skuamosa atau sel basal. Kanker akibat kerja cenderung terjadi pada permukaan kulit yang paling banyak terpapar terhadap karsinogen.
6. Penyakit kulit menular akibat kerja. Paling sering adalah penyakit zoonotik, kandidiasis, tuberkolosis verukosa.
2.3Keluhan Gangguan Kulit Akibat Kerja
Keluhan gangguan kulit akibat kerja merupakan kelainan pada kulit yang dirasakan oleh pekerja pada saat bekerja ataupun selesai bekerja. Keluhan gangguan kulit ini merupakan gejala dari suatu penyakit akibat kerja. Keluhan gangguan kulit yang dirasakan oleh pekerja dapat memberi gambaran tentang jenis penyakit kulit apa yang berisiko diderita oleh pekerja. Keluhan gangguan kulit ini dapat berupa rasa gatal, rasa terbakar, kemerahan, bengkak, lepuh kecil pada kulit, kulit mengelupas, kulit kering, kulit bersisik, penebalan pada kulit dan lain sebagainya.
13
adalah faktor yang berasal dari masing-masing individu berupa usia, jenis kelamin, ras, penyakit kulit yang sedang/pernah diderita, dan daerah kulit yang terpapar.
Menurut Gilles, et.al., (1990) yang dikutip oleh Suryani (2011), Faktor-faktor yang berpegaruh terhadap timbulnya penyakit kulit akibat kerja antara lain, ras, keringat, terdapat penyakit kulit lain, Personal Hygiene, dan tindakan menggunakan APD.
Berdasarkan sumber yang menjelaskan tentang faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya penyakit kulit di atas, maka dapat disimpulkan faktor-faktor yang dominan menyebabkan terjadinya penyakit kulit yaitu bahan kimia, lama kontak, masa kerja, usia, jenis kelamin, ras, riwaya penyakit kulit sebelumnya, personal hygiene dan penggunaan APD.
2.4Pengolahan Getah Karet (Lateks)
Gambar
Dokumen terkait
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi makanan pasien dan kaitannya
Penelitian ini penting dilakukan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan gangguan pendengaran pada tenaga kerja bagian produksi PT. JAPFA
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan gejala gangguan sistem pernapasan pada pekerja beton PT.. Penelitian ini
Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Gangguan Fungsi Paru pada Pekerja Mebel PT Kota Jati Furnindo Desa Suwawal Kecamatan Mlonggo Kabupaten Jepara..
Berdasarkan latar belakang diatas yang menjadi permasalahan dalam penelitian adalah pengaruh intensitas kebisingan terhadap keluhan subyektif yang dirasakan oleh pekerja
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN SUBJEKTIF AKIBAT TEKANAN PANAS PADA PEKERJA LAUNDRY DI RUMAH SAKIT
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui “Determinan yang Berhubungan Dengan Keluhan Akibat Tidak Menggunakan Alat Pelindung
Faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan subyektif gangguan kognitif pada usia lanjut adalah faktor umur, kesulitan merawat diri sendiri, tingkat keparahan perasaan