• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PADA SISWA KELAS X

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENERAPAN PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PADA SISWA KELAS X"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar

Volume 02. Nomor 02. Desember 2021

e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar

66

PENERAPAN PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PADA SISWA KELAS X

OTKP

SMK

BAJIMINASA MAKASSAR

Implementation Of Problem-Based Learning Approach In Learning Mathematics To Improve Creative Thinking Ability In Class Xotkp Students

Of Vocational School Of Bajiminasa Makassar

Widolin Yuliani1, Jeranah2, Rezky Rahma Ruslan3 Pendidikan Matematika

Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Yayasan Pendidikan Ujung Pandang (YPUP)

Email1: [email protected] Email2: [email protected] Email2: [email protected]

Abstrak

This research is a classroom action research that aims to improve the ability to think creatively in class XOTKP SMK Bajiminasa Makassar through the application of a problem based learning approach. The subjects of this study were students of class XOTKP SMK Bajiminasa Makassar for the 2021/2022 academic year with a total of 14 students. The form of the instrument used was the administration of a test whose validity had been tested. The data analysis technique used is quantitative descriptive analysis.

Judging from the results of data analysis in cycle I, it shows that the average percentage of student activity obtains 54.54%, teacher activity obtains an average of 67.31%, student response questionnaires obtain an average percentage of 83.57% and the total average value -the average of students' creative thinking skills in each aspect of 14 students reached 63.39 with classical completeness reaching 71.42%. While the results of data analysis in cycle II, showed that the average percentage of student activity obtained 88.63%, teacher activity obtained an average of 90.38%, student response questionnaires obtained an average percentage of 89.286% and the total average score of ability students' creative thinking in every aspect of the 14 students reached 76.43 with classical completeness reaching 85.71%. It can be concluded that the application of a problem based learning approach can improve students' creative thinking skills.

Keywords: Problem Based Learning, Ability to think creatively

(Received: 03-06-2021; Reviewed: 30-07-2021; Revised: 03-08-2021; Accepted: 30-09-2021; Published: 01-12-2021)

(2)

e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar

67 Pendahuluan

Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk menghasilkan sumber daya manusia yang unggul dan berkualitas (Nurjaman, dkk 2019:132). Pendidikan juga merupakan sarana atau wahana yang berfungsi untuk meningkatkan kualitas baik aspek kemampuan, kepribadian maupun kewajiban sebagai warga negara yang baik. Pentingnya pendidikan tidak dapat dipungkiri oleh siapapun, pendidikan sangat penting sebagai alat untuk kelangsungan hidup manusia. Namun demikian, dalam pendidikan masih ada permasalahan yang kita hadapi, salah satu masalah yang dihadapi di dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi, otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami yang diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari–hari.

Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang mempunyai peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, baik sebagai alat bantu dalam penerapan bidang ilmu lain maupun dalam pengembangan ilmu matematika itu sendiri. Sehingga penguasaan materi matematika oleh siswa menjadi sebuah keharusan, dengan arti lain matematika bukanlah ilmu yang hanya untuk keperluan dirinya sendiri, tetapi matematika mempunyai peranan yang sangat penting untuk ilmu yang lain (Siagian, 2016 : 60).

Penyebab dari kesulitan belajar siswa diakibatkan karena lemahnya proses pembelajaran dalam kelas.

Lemahnya proses pembelajaran dalam kelas terjadi ketika guru hanya menggunakan pembelajaran yang sama yaitu model pembelajaran langsung atau metode ekspositori dimana seringkali siswa melakukan penipuan diri, mereka hanya meniru hasil pekerjaan orang lain, tanpa mengalami proses belajar. Selain itu, masalah yang timbul dalam proses belajar mengajar disebabkan kurangnya hubungan komunikasi antara guru dan siswa, serta siswa dengan siswa lainnya sehingga proses interaksi menjadi vakum, padahal proses belajar mengajar dipengaruhi oleh perilaku saling interaksi di dalam kelas, kurangnya interaksi antara guru dan siswa serta siswa dengan siswa lain menyebabkan kemampuan berpikir kreatif siswa menjadi rendah.

Berdasarkan hasil observasi awal di SMK Bajiminasa Makassar ditemukan bahwa kurikulum yang digunakan adalah Kurikulum 2013 dan kriteria ketuntasan minimum (KKM) di sekolah tersebut adalah 78, serta guru matematika mengemukakan beberapa hal mengenai pelajaran matematika diantaranya bahwa pelajaran matematika memang membutuhkan kemampuan guru dalam memilih pendekatan, model, strategi atau metode pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif. Peneliti juga menemukan beberapa masalah yang ada diantaranya : 1.) Siswa merasa kebingungan untuk melakukan pengelompokan unsur yang diketahui dalam soal; 2.) Langkah awal pengerjaan soal; 3.) Kesalahan dalam melakukan operasi matematika; 4.) Monoton terhadap contoh soal yang diberikan oleh gurunya, dan; 5.) Siswa kurang paham dalam hal akademis lebih khusus pada pembelajaran matematika karena lebih berfokus pada jurusan yang diminati. Selain itu, minat belajar matematika siswa masih kurang karena mereka menganggap matematika adalah pelajaran yang sulit dan menakutkan. sehingga, untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa pada pembelajaran matematika diatas, maka guru dapat menyediakan pendekatan, metode, model atau strategi yang melibatkan siswa aktif disaat proses pembelajaran berlangsung. Salah satu cara untuk mengatasi rendahnya kemampuan berpikir kreatif siswa adalah melalui penerapan pendekatan Problem Based Learning.

Oleh sebab itu, peneliti melakukan observasi awal dengan memberikan soal-soal matematika mengenai materi persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel secara umumnya yang berkaitan dengan kemampuan berpikir kreatif siswa, ternyata sebagian besar siswa kelas XOTKP SMK Bajiminasa mengacu pada salah satu indikator kemampuan berpikir kreatif yaitu indikator fleksibel atau keluwesan karena pada jawaban tersebut siswa memikirkan bermacam-macam cara untuk menyelesaikan masalah dan memberikan macam-macam penafsiran terhadap suatu masalah. Melihat

(3)

e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar

68 hasil dari jawaban siswa, maka dengan menggunakan pendekatan problem based learning dapat

meningkatkan lebih dari satu indikator pada kemampuan berpikir kreatif siswa karena dengan problem based learning atau yang lebih dikenal dengan pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang menggunakan masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari (otentik) yang bersifat terbuka (open- ended) untuk diselesaikan oleh siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir, keterampilan menyelesaikan masalah, keterampilan sosial, keterampilan untuk belajar mandiri dan membangun atau memperoleh pengetahuan baru.

Pendekatan Problem Based Learning adalah pendekatan mengajar dengan menggunakan permasalahan sebagai pusat untuk menumbuh- kembangkan kemampuan pemecahan masalah, pengaturan diri dan materi menurut Eggen (Marlina, dkk 2018:115). Kegiatan Problem Based Learning bermula dari satu masalah dan memecahkannya adalah fokus dalam pembelajaran, langkah awal dari pembelajaran berdasar masalah adalah mengajukan masalah, selanjutnya berdasarkan dari masalah tersebut akan ditemukan konsep, prinsip serta aturan-aturan dan masalah yang diajukan secara autentik ditunjukan dengan memacu pada kehidupan real. Menurut Happy, dkk (2014:50) Problem Based learning adalah suatu pembelajaran yang dirancang dan dikembangkan untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah.

Menurut Ngalimun, dkk (2016:117-118) Pembelajaran berbasis masalah (Problem based learning) selanjutnya disingkat PBL, merupakan salah satu pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa. Problem Based Learning adalah suatu pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap–tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan. Menurut Fogarty (Ngalimun, dkk 2016:118) menyatakan bahwa problem based learning adalah suatu pendekatan pembelajaran dengan membuat konfrontasi kepada pembelajar (siswa) dengan masalah–masalah praktis, berbertuk ill-structured, atau open mended melalui stimulus dalam belajar.

Metode

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang bersifat diagnostik yang bertujuan untuk menuntun peneliti ke arah suatu tindakan, dalam hal ini peneliti mendiagnosis dan memasuki situasi yang terdapat di dalam latar penelitian, contoh: Gurunya sendiri di sekolah yang mengajar dengan menerapkan teknik pembelajaran seperti model, strategi, metode atau pendekatan.

Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan pencermatan dalam bentuk tindakan terhadap kegiatan belajar yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama-sama (Suyadi, 2011:18).

Hasil dan Pembahasan Hasil

Data kemampuan berpikir kreatif siswa pada siklus I diperoleh melalui pemberian tes akhir siklus yang berupa tes uraian setelah penyajian materi selama 3 kali pertemuan kegiatan belajar mengajar.

Adapun nilai persentase rata-rata kemampuan berpikir kreatif siswa tiap aspek kelas XOTKP SMK Bajiminasa Makassar pada siklus I setelah menerapkan pendekatan Problem Based Learning menunjukkan bahwa siswa yang mengikuti tes akhir siklus I secara keseluruhan sebanyak 14 orang siswa. Hasil analisis data tingkat kemampuan berpikir kreatif siswa pada setiap aspek menunjukkan bahwa pada aspek kelancaran memperoleh rata-rata sebesar 12,28 dari 14 siswa, setelah itu pada aspek keluwesan memperoleh rata-rata sebesar 6,85 dari 14 orang siswa, kemudian tingkat kemampuan berpikir kreatif siswa pada aspek atau indikator keaslian memperoleh rata- rata 3,35 dan yang terakhir adalah aspek elaborasi yang memperoleh rata-rata pada aspeknya sebesar 2,85. Setelah

(4)

e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar

69 memperoleh rata-rata pada setiap aspek kemampuan berpikir kreatif siswa, terdapat pula skor yang

diperoleh dari empat aspek yang terdiri dari jumlah keseluruhan siswa kelas XOTKP sebanyak 14 orang siswa sehingga skor yang diperoleh mencapai rata-rata 25,35. Jadi, total nilai rata-rata pada setiap aspek dari 14 orang siswa mencapai 63,39.

Selain itu juga, karena total nilai rata-rata akhir yang diperoleh sebesar 63,39 maka belum dikatakan tuntas karena belum mencapai 85% dari total nilai siswa yang mendapatkan nilai lebih dari 60, sehingga tugas peneliti adalah bagaimana meningkatkan rata-rata pada salah satu aspek yang paling rendah dan memperoleh total nilai mencapai 85%. Maka peneliti tidak berhenti pada siklus I, tetapi perlu berlanjut ke siklus II.

Hasil analisis data tingkat kemampuan berpikir kreatif siswa juga menunjukkan bahwa sebanyak 0 orang siswa dari 14 siswa memperoleh persentase 0% berada pada tingkat kemampuan berpikir sangat kurang kreatif, sebanyak 2 orang siswa dari 14 siswa memperoleh persentase 14,29% berada pada tingkat kemampuan berpikir kurang kreatif, sebanyak 2 orang siswa dari 14 siswa memperoleh persentase 14,29% siswa berada pada tingkat kemampuan berpikir cukup kreatif, sebanyak 5 orang siswa dari 14 siswa memperoleh persentase 35,71% berada pada tingkat kemampuan berpikir kreatif, dan sebanyak 5 orang siswa dari 14 siswa juga memperoleh persentase 35,71% berada pada tingkat kemampuan berpikir sangat kreatif. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebanyak 10 orang siswa memperoleh nilai lebih dari 60 dengan kategori sangat kreatif dan kreatif serta tergolong dalam kategorisasi kreatif karena mencapai persentase 71,42%. Tetapi belum dikatakan tuntas, karena tidak memenuhi 85% dari total siswa dengan nilai lebih dari 60 maka harus berlanjut ke siklus II.

Hasil observasi diperoleh dari pengamatan yang dilakukan oleh observer dengan mengisi lembar observasi yang telah dipersiapkan sebelumnya yang bertujuan untuk mengetahui dan menilai perubahan sikap siswa selama kelangsungan proses belajar mengajar. Observasi terhadap aktivitas siswa dilakukan dengan mengamati perilaku atau sikap siswa yang diperoleh dari lembar observasi pada setiap pertemuannya, yang dicatat pada setiap siklus. Adapun hasil observasi aktivitas siswa menunjukkan bahwa persentase rata-rata hasil observasi siswa pada siklus I masih perlu lagi adanya peningkatan terhadap aktivitas siswa di siklus berikutnya, hal ini berarti keseriusan siswa pada saat mengikuti kegiatan pembelajaran masih sangat rendah.

Observasi aktivitas guru dilaksanakan selama 3 kali pertemuan pada siklus I. Untuk melihat keberhasilan proses pembelajaran dapat dilihat dari lembar observasi guru yang telah diisi oleh pengamat (observer) sebagaimana yang telah dipersiapkan oleh peneliti sebelumnya selama pembelajaran siklus I. Adapun hasil keterlaksanaan aktivitas guru dapat memberikan kesimpulan bahwa rata-rata observasi aktivitas guru pada siklus I memperoleh persentase rata-rata paling tinggi 67,31% maka berada pada rentang 56 – 75% dengan kategori baik.

Pada siklus ini peneliti selaku guru, memaparkan hasil kegiatan siswa pada proses pembelajaran berlangsung melalui angket respon siswa sesuai dengan pendekatan Problem Based Learning yang digunakan oleh peneliti. Adapun persentase angket respon terlihat bahwa persentase rata-rata respon siswa selama proses pembelajaran menggunakan pendekatan Problem Based learning (PBL) dapat dikategorikan positif, dan di siklus berikutnya guru akan berusaha untuk lebih meningkatkan lagi persentase dari respon siswa dengan kategori sangat positif.

Berdasarkan hasil analisis refleksi yang diperoleh pada siklus I, sebagai berikut:

1) Ditinjau dari hasil tes kemampuan berpikir kreatif siswa, yaitu total nilai rata-rata pada setiap aspek yang terdiri dari aspek

kelancaran, keluwesan, keaslian dan elaborasi dari 14 orang siswa mencapai 63,39 atau belum dikatakan tuntas karena belum mencapai 85% dari total nilai siswa yang mendapatkan nilai lebih dari 60 dan salah satu aspek yang paling rendah di siklus I yaitu aspek elaborasi karena siswa masih kurang dalam mencari arti yang lebih mendalam terhadap jawaban atau masalah dengan langkah-langkah yang terperinci serta kurangnya dalam mengembangkan gagasan yang telah ada.

(5)

e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar

70 2) Ditinjau dari lembar observasi aktivitas siswa, yaitu kurangnya mencari solusi dari permasalahan

yang terdapat dalam soal-soal, kurangnya kemampuan siswa dalam mengikuti arahan dari guru pada saat guru menyampaikan tujuan pembelajaran, kurangnya siswa dalam berdiskusi terkait materi yang sudah dibagikan, dan kurangnya keaktifan siswa dalam menyelesaikan soal.

3) Ditinjau dari lembar aktivitas guru, yaitu guru tidak terlalu mengawasi dan membimbing siswa pada saat mengerjakan soal baik secara individu maupun kelompok.

4) Ditinjau dari lembar angket respon siswa, yaitu siswa lebih suka belajar sendiri daripada secara berkelompok, dengan berdiskusi membuat siswa tidak berani untuk mengemukakan pendapatnya dan belajar secara berkelompok tidak membuat siswa lebih mudah mengerjakan soal-soal.

Siklus II dilaksanakan sebanyak 4 kali pertemuan, tiga kali pertemuan menyampaikan materi dan satu pertemuan untuk tes akhir siklus. Siklus II pada dasarnya mengulang langkah-langkah yang ada pada siklus I namun siklus II ini dilaksanakan mampu mencapai hasil yang lebih optimal, antara lain:

1) Hasil tes kemampuan berpikir kreatif siswa harus mencapai 85% dari total siswa dengan nilai >

60 dan tugas peneliti harus lebih lagi meningkatkan aspek elaborasi pada siswa agar siswa mampu dalam mencari arti yang lebih mendalam terhadap jawaban atau masalah dengan langkah- langkah yang terperinci dan dapat mengembangkan gagasan yang telah ada.

2) Dari lembar observasi aktivitas siswa, yaitu dimana siswa harus mampu mencari solusi dari permasalahan yang terdapat dalam soal-soal, siswa mampu dalam mengikuti arahan dari guru pada saat guru menyampaikan tujuan pembelajaran, kemampuan siswa dalam berdiskusi terkait materi yang sudah dibagikan, dan keaktifan siswa dalam menyelesaikan soal.

3) Ditinjau dari lembar aktivitas guru, yaitu guru harus lebih mengawasi dan membimbing siswa pada saat mengerjakan soal baik secara individu maupun kelompok. Dari lembar angket respon siswa, yaitu siswa harus bisa belajar beradaptasi secara berkelompok, agar ketika mereka berdiskusi membuat siswa lebih berani untuk mengemukakan pendapatnya dan dengan belajar secara berkelompok membuat siswa lebih mudah mengerjakan soal-soal.

4) Peneliti memberikan motivasi terhadap siswa untuk lebih percaya diri tampil dihadapan teman- temannya.

Data kemampuan berpikir kreatif siswa pada siklus II diperoleh melalui pemberian tes akhir siklus yang berupa tes uraian setelah penyajian materi selama 3 kali pertemuan (pertemuan kelima, keenam dan ketujuh) pada kegiatan belajar mengajar. Adapun nilai persentase rata-rata kemampuan berpikir kreatif siswa tiap aspek kelas XOTKP SMK Bajiminasa Makassar pada siklus II setelah menerapkan pendekatan Problem Based Learning menunjukkan bahwa siswa yang mengikuti tes akhir siklus II secara keseluruhan sebanyak 14 orang siswa. Hasil analisis data tingkat kemampuan berpikir kreatif siswa pada setiap aspek menunjukkan bahwa pada aspek kelancaran memperoleh rata-rata sebesar 4,64 dari 14 siswa, setelah itu pada aspek keluwesan memperoleh rata-rata sebesar 7,21 dari 14 orang siswa, kemudian tingkat kemampuan berpikir kreatif siswa pada aspek atau indikator keaslian memperoleh rata- rata 7,57 dan yang terakhir adalah aspek elaborasi yang memperoleh rata-rata pada aspeknya sebesar 11,14. Setelah memperoleh rata-rata pada setiap aspek kemampuan berpikir kreatif siswa, terdapat pula skor yang diperoleh dari empat aspek yang terdiri dari jumlah keseluruhan siswa kelas XOTKP sebanyak 14 orang siswa sehingga skor yang diperoleh mencapai rata-rata 30,57. Jadi, total nilai rata-rata pada setiap aspek dari 14 orang siswa mencapai 76,43.

Karena total nilai rata-rata akhir yang diperoleh sebesar 76,43 maka hasil tes kemampuan berpikir kreatif siswa kelas XOTKP SMK Bajiminasa Makassar sudah dikatakan tuntas karena telah mencapai 85% dari total nilai siswa yang mendapatkan nilai lebih dari 60, serta salah satu aspek atau indikator yang paling rendah di siklus I yaitu aspek elaborasi mengalami peningkatan dari siklus sebelumnya.

Maka penelitian ini berhenti di siklus II.

Hasil analisis data tingkat kemampuan berpikir kreatif siswa juga menunjukkan bahwa sebanyak 0 orang siswa dari 14 siswa memperoleh persentase 0% berada pada tingkat kemampuan berpikir sangat kurang kreatif, sebanyak 0 orang siswa dari 14 siswa memperoleh persentase 0% berada pada tingkat

(6)

e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar

71 kemampuan berpikir kurang kreatif, sebanyak 2 orang siswa dari 14 siswa memperoleh persentase

14,29% siswa berada pada tingkat kemampuan berpikir cukup kreatif, sebanyak 6 orang siswa dari 14 siswa memperoleh persentase 42,86% berada pada tingkat kemampuan berpikir kreatif, dan sebanyak 6 orang siswa dari 14 siswa juga memperoleh persentase 42,86% berada pada tingkat kemampuan berpikir sangat kreatif. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebanyak 12 orang siswa memperoleh nilai lebih dari 60 dengan kategori sangat kreatif dan kreatif serta tergolong dalam kategorisasi sangat kreatif karena mencapai persentase 85,71%. Maka sudah dikatakan tuntas karena telah memenuhi 85% dari total siswa dengan nilai lebih dari 60.

Observasi terhadap aktivitas siswa dilakukan dengan mengamati perilaku atau sikap siswa yang diperoleh dari lembar observasi pada setiap pertemuannya, yang dicatat pada setiap siklus. Adapun hasil observasi aktivitas siswa pada pertemuan siklus II menunjukkan bahwa persentase rata-rata hasil observasi siswa mengalami peningkatan terhadap aktivitas siswa di siklus sebelumnya, hal ini berarti keseriusan siswa pada saat mengikuti proses kegiatan pembelajaran sudah sangat baik.

Observasi aktivitas guru pada siklus II ini dilaksanakan selama 3 kali pertemuan yang terdiri dari pertemuan kelima, keenam dan ketujuh. Untuk melihat keberhasilan proses pembelajaran dapat dilihat dari lembar observasi guru yang telah diisi oleh pengamat (observer). Adapun hasil keterlaksanaan aktivitas guru dapat memberikan kesimpulan bahwa rata-rata observasi aktivitas guru pada siklus I memperoleh persentase rata-rata paling tinggi 90,38% maka berada pada rentang 76 – 100% dengan kategori sangat baik.

Pada siklus ini peneliti selaku guru, memaparkan hasil kegiatan siswa pada proses pembelajaran berlangsung melalui angket respon siswa sesuai dengan pendekatan Problem Based Learning yang digunakan oleh peneliti. Adapun persentase angket respon siswa terlihat bahwa persentase rata-rata respon siswa di siklus II selama proses pembelajaran menggunakan pendekatan Problem Based learning (PBL) mengalami peningkatan dari siklus I dan dapat dikategorikan sangat positif karena berada pada rentang 85 – 100%.

Berdasarkan hasil analisis refleksi yang diperoleh pada siklus II, sebagai berikut :

1) Hasil tes yang diperoleh pada evaluasi tindakan siklus II, yaitu mencapai persentase 85,71% yang dimana sebanyak 12 orang siswa memperoleh nilai ˃ 60.

2) Berdasarkan hasil refleksi pada siklus II, dapat disimpulkan bahwa telah terjadi peningkatan pada tes kemampuan berpikir kreatif siswa dalam pembelajaran matematika.

3) Tindakan proses belajar mengajar pada siklus II dalam penelitian ini dapat dijadikan sebagai suatu pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif pada siswa kelas XOTKP SMK Bajiminasa Makassar.

4) Keberhasilan yang diperoleh selama siklus II adalah aktivitas siswa dalam pembelajaran sudah mengarah kedalam pendekatan Problem Based Learning, dimana siswa sudah bisa membangun kerjasama dan aktif dalam berkelompok, tidak ragu untuk memberikan ide-ide, berani maju kedepan kelas untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Hal ini dapat kita lihat dari data hasil aktivitas siswa yang meningkat dari 54,54% pada siklus I menjadi 88,63% pada siklus II.

Pembahasan

Dalam penelitian ini diterapkan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Problem Based Learning yang terdiri dari dua siklus, pada siklus II terjadi peningkatan dalam proses pembelajaran yaitu meningkatnya tes kemampuan berpikir kreatif siswa kelas XOTKP SMK Bajiminasa Makassar, hal ini disebabkan karena siswa bisa menerima dan beradaptasi dengan pendekatan pembelajaran yang diterapkan. Rencana pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini sesuai dengan waktu yang ditentukan.

Secara kuantitatif antara siklus I dan siklus II terjadi peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa setelah diterapkan pendekatan Problem Based Learning pada pembelajaran matematika.

(7)

e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar

72 Berikut ini dijelaskan beberapa tabel perbandingan peningkatan antara siklus I dan siklus II.

Tabel 1. Perbandingan Peningkatan Siklus I dan Siklus II

No Nama Siswa

Siklus

I II

Nilai Nilai

1. AD 80 82,5

2. AS 42,5 77,5

3. AN 62,5 80

4. AR 82,5 77,5

5. AL 35 82,5

6. DS 62,5 77,5

7. DR 82,5 57,5

8. GL 67,5 85

9. KA 35 82,5

10 NA 80 75

11 NAA 65 57,5

12 NAY. 47,5 77,5

13 NAP 80 75

14 MS 65 82,5

Jumlah 887,5 1.070

Rata-rata 63,39 76,43

Sumber: Data diolah

Berdasarkan Tabel 1. pada siklus I, persentase rata-rata pada tes kemampuan berpikir kreatif siswa XOTKP SMK Bajiminasa Makassar diperoleh total nilai akhir rata-rata skor kemampuan berpikir kreatif siswa pada setiap aspek di siklus I yang mencapai 63,39 dan berada dalam kategori kreatif, tetapi dari total nilai rata-rata tersebut belum mencapai 85% karena dari 14 orang siswa yang mengikuti tes pada siklus I hanya terdapat 10 orang siswa yang mendapatkan nilai > 60 dengan kategori kreatif dan sangat kreatif serta 4 orang lainnya dengan 2 diantaranya di kategori kurang kreatif dan 2 diantaranya di kategori cukup kreatif, sehingga dari total persentase rata-rata yang mendapatkan nilai > 60 mencapai 71,42%, maka belum memenuhi 85% dari total nilai siswa dengan nilai > 60. Sedangkan pada siklus II itu sendiri, berdasarkan persentase rata-rata tes kemampuan berpikir kreatif pada siswa kelas XOTKP

SMK Bajiminasa Makassar diperoleh total nilai akhir rata-rata skor kemampuan berpikir kreatif siswa pada setiap aspek di siklus II mencapai 76,43 dan berada juga dalam kategori kreatif. Peningkatan kemampuan berpikir kreatif pada siswa kelas XOTKP SMK Bajiminasa Makassar setelah diterapkan pendekatan Problem Based Learning mengalami peningkatan, karena dari 14 orang siswa yang ikut pada tes siklus II terdapat 12 orang siswa diantaranya mendapatkan nilai > 60 dengan kategori kreatif dan sangat kreatif serta 2 diantaranya dalam kategori cukup kreatif, sehingga dari total persentase rata- rata yang mendapatkan nilai > 60 mencapai 85,71%, sehingga sudah memenuhi 85% dari total nilai siswa dengan nilai > 60.

Tabel 2. Perbandingan Peningkatan Akivitas Siswa Siklus I dan Siklus II

No. Aspek Yang Diamati

Siklus

1 2

Pertemuan Pertemuan

1 II III V VI VII

1. Siswa menjawab salam, berdoa, dan absensi 2 3 3 4 4 4

2. Kemampuan siswa dalam mengikuti arahan dari guru

saat menyampaikan tujuan dalam pembelajaran 2 2 2 2 3 3

3. Siswa menyimak permasalahan yang dipaparkan

dalam LKS dan kemudian mencari solusi dari 1 1 2 3 3 4

(8)

e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar

73 permasalahannya

4. Siswa mencatat materi yang diberikan oleh

guru 2 3 3 4 4 4

5. Siswa berdiskusi materi yang dibagikan oleh guru. 2 2 2 3 3 3 6. Siswa mencari jawaban yang relevan dari masalah

yang muncul 1 2 2 3 3 4

7. Siswa bertanya mengenai materi yang kurang

dimengerti 3 2 2 3 4 4

8. Keaktifan siswa dalam mengerjakan soal latihan 2 1 1 3 3 3 9. siswa menjelaskan materi hasil diskusi kelompok 2 2 2 3 3 3 10. siswa menyimpulkan materi yang sudah diberikan. 2 2 2 3 3 3 11. Berdoa dan memberi salam pada guru saat pelajaran

berakhir. 3 3 3 4 4 4

Jumlah 22 23 24 35 37 39

Rata-rata 50% 52,27% 54,54% 79,54% 84,09% 88,63%

Sumber: Data diolah

Berdasarkan pada Tabel 2. dapat dilihat bahwa perbandingan peningkatan aktivitas siswa antara siklus 1 dan siklus II sudah mengalami peningkatan disetiap pertemuan yang dimana pada siklus sebelumnya memperoleh 54,54% menjadi 88,63%.

Tabel 3. Perbandingan Peningkatan Akivitas Guru Siklus I dan Siklus II

No. Aspek Yang Diamati

Siklus

1 2

Pertemuan Pertemuan

1 II III V VI VII

1. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan

salam 3 3 4 3 4 4

2. Guru meminta salah satu sorang siswa untuk

memimpin doa 3 3 3 3 4 4

3. Guru mengecek kehadiran siswa 3 3 3 4 4 4

4.

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan rancangan pembelajaran dengan membuat LKS

2 2 2 3 3 3

5.

Guru memberikan motivasi kepada siswa dengan memberikan informasi tentang materi yang akan dipelajari

2 3 2 3 3 3

6. Guru membuat kelompok untuk berdiskusi 3 2 3 3 3 4

7.

Guru memberikan LKS kepada setiap kelompok untuk memudahkan dalam menyelesaikan soal atau masalah yang diberikan oleh guru

2 2 3 3 3 3

8. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

bertanya jika ada yang kurang dimengerti 2 3 2 3 3 4

9. Membimbing kelompok dalam mengerjakan LKS 2 2 2 2 3 3

10. Mendorong siswa untuk aktif dalam

diskusi. 2 2 2 3 3 4

11. Mengawasi setiap kelompok secara bergiliran. 1 1 2 2 2 3

12.

Guru mengarahkan siswa untuk menyimpulkan materi dan pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan

4 3 3 3 3 4

13. Kemampuan guru dalam menutup pembelajaran. 3 4 4 3 4 4

Jumlah 32 33 35 38 42 47

(9)

e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar

74 Rata-rata 61,54% 63,46% 67,31% 73,08% 80,76% 90,38%

Sumber: Data diolah

Berdasarkan pada Tabel 3. dapat dilihat bahwa perbandingan peningkatan aktivitas guru antara siklus 1 dan siklus II sudah mengalami peningkatan disetiap pertemuan yang dimana pada siklus sebelumnya memperoleh 67,31% menjadi 90,38%.

Tabel 4. Perbandingan Peningkatan Respon Siswa Siklus I dan Siklus II

No. Indikator

Siklus

I II

% %

Rata-rata 83,57 89,286

Sumber:Data diolah

Berdasarkan pada Tabel 4. dapat dilihat bahwa perbandingan peningkatan respon siswa setelah diterapkan pendekatan Problem Based Learning antara siklus 1 dan siklus II sudah mengalami peningkatan yang dimana pada siklus sebelumnya memperoleh 83,57% menjadi 89,286%.

Kesimpulan

Dengan menggunakan pendekatan Problem Based Learning (PBL) peneliti dapat menganalisis tingkat kemampuan berpikir kreatif siswa kelas XOTKP SMK Bajiminasa Makassar. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis data pada siklus I, menunjukkan bahwa total nilai rata-rata pada setiap aspek dari 14 siswa mencapai 63,39. Berdasarkan hasil analisis data dapat dilihat bahwa sebanyak 10 orang siswa memperoleh nilai lebih dari 60 dengan kategori sangat kreatif dan kreatif serta tergolong dalam kategorisasi kreatif karena mencapai persentase 71,42%, tetapi belum dikatakan tuntas, karena tidak memenuhi 85% dari total siswa dengan nilai lebih dari 60. Sementara, hasil analisis data pada siklus II, dapat dilihat bahwa sebanyak 12 orang siswa memperoleh nilai lebih dari 60 dengan kategori sangat kreatif dan kreatif serta tergolong dalam kategorisasi sangat kreatif karena mencapai persentase

1. Cara belajar yang baru saja berlangsung sangat menarik 78,57 92,86 2. Kesempatan berdiskusi dalam pembelajaran ini, membuat

saya lebih berani mengemukakan pendapat 78,57 85,71

3. Dengan cara belajar seperti ini, membuat saya lebih

menghargai pendapat orang lain 85,71 92,86

4. Saya lebih mudah mengerjakan soal pada pembelajaran

matematika dengan cara belajar seperti ini 71,43 78,57 5.

Saya lebih mudah memahami materi pembelajaran yang disampaikan, dengan cara belajar memecahkan masalah pada proses pembelajaran

85,71 85,71

6. Saya lebih suka belajar kelompok dari pada belajar sendiri-

sendiri 92,86 85,71

7. Cara belajar seperti ini, menjadikan saya senang untuk

belajar 85,71 92,86

8. Cara belajar seperti ini, membuat saya berani mengajukan

pertanyaan kepada guru 78,57 92,86

9. Belajar kelompok membuat saya lebih mudah mengerjakan

soal-soal 85,71 92,86

10. Cara belajar seperti ini, menumbuhkan sikap kritis, berpikir

ilmiah dan kerja sama. 92,86 92,86

Jumlah 835,7 892,86

(10)

e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar

75 85,71%. Maka sudah dikatakan tuntas karena telah memenuhi 85% dari total siswa dengan nilai lebih

dari 60.

Dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan pendekatan problem based learning dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa.

Saran

Dari hasil penelitian yang diperoleh berdasarkan penerapan pendekatan problem Based Learning dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas XOTKP

SMK Bajiminasa Makassar, maka diajukan saran-saran sebagai berikut:

1. Kepada siswa kelas XOTKP SMK Bajiminasa Makassar agar lebih ditingkatkan lagi cara belajarnya, terkhusus pada kemampuan berpikir kreatifnya.

2. Untuk mengajarkan materi, khususnya pelajaran matematika sebaiknya guru tidak hanya berfokus pada satu pendekatan atau strategi yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa.

3. Kepada seluruh siswa, agar dapat mengubah pandangannya tentang pelajaran matematika yang selalu dianggap menakutkan. Karena apapun yang ditekuni, maka lambat laun pasti bisa memahaminya.

Ucapan terima kasih

Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang terlibat dalam penelitian maupun penulisan artikel ini.

Referensi

Pustakaraya Happy, dkk. 2014. Keefektifan PBL Ditinjau Dari Kemampuan

Marlina, dkk. 2018. Penerapan Pendekatan Problem based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Kelas VII MTs Pada Materi Perbandingan dan Skala.

IKIP Siliwngi Bandung. Jurnal Pembelajaran Matematika Inovatif. Volume 1 No. 2 Ngalimun, dkk. 2016. Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja

Nurjaman, dkk. 2019. Penerapan Pendekatan Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik Siswa SMA. Universitas Muria Kudus. Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika. Volume 2 No. 2

Siagian. 2016. Kemampuan Koneksi Matematika Dalam Pembelajaran Matematika. FKIP UISU.

Journal Of Mathematics Education and Science. Volume 2 No. 1 Suyadi. 2011. Panduan Penelitian tindakan Kelas. Yogyakarta: DIVA Press

Info lebih lanjut

Hubungi

LPPM STKIP YPUP Makassar Jalan Andi tonro no. 17 Makassar

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan pemahaman dan berpikir kreatif matematis siswa SMP yang belajar matematika dengan pendekatan kontekstual lebih

Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam pembelajaran matematika melalui strategi pembelajaran Problem Based

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir kreatif siswa SMK Pertanian sebelum, selama dan setelah proses pembelajaran pengelolaan

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas XI Pemasaran 2 di SMK Negeri 1 Slawi melalui pembelajaran Problem Based Instruction

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa di Palangka Raya setelah diterapkan pendekatan Saintifik dengan menggunakan model

Hasil penelitian yang diperoleh: (1) Terdapat peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematik siswa yang signifikan pada kelas yang pembelajarannya menggunakan pendekatan open-ended

Penelitian ini meneliti tentang berpengaruh atau tidaknya pendekatan belajar terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada pembelajaran matematika setelah diadakan

setelah dilakukan proses belajar mengajar, terjadi peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelompok eksperimen yaitu yang menggunakan pembelajaran