• Tidak ada hasil yang ditemukan

penerapan pendekatan supervisi kolaboratif

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "penerapan pendekatan supervisi kolaboratif"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

28

PENERAPAN PENDEKATAN SUPERVISI KOLABORATIF UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PROFESIONAL

GURU DI SDN KUIN SELATAN 4 BANJARMASIN KOTA BANJARMASIN

Hairul, S. Pd

SDN Kuin Selatan 4 Banjarmasin

hairulkandangan@gmail.com/ 085248425535 ABSTRAK

Mutu sekolah berkaitan dengan supervisi kepala sekolah. Supervisi adalah usaha untuk memperbaiki situasi belajar mengajar atau bantuan yang diberikan kepada guru oleh kepala sekolah dalam melaksanakan tugas profesionalnya agar mampu membantu peserta didik dalam belajar untuk menjadi lebih baik. Supervisi ini berupa dorongan, bimbingan, dan kesempatan menumbuhkan keahlian guru, seperti pembuatan perencanaan pembelajaran yang kreatif, pemilihan alat-alat pelajaran dan metode mengajar yang lebih baik, cara penilaian yang sistematis terhadap seluruh proses pengajaran, dan sebagainya.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perkembangan proses supervisi kolaboratif untuk meningkatkan kompetensi profesional guru di SDN Kuin Selatan 4 Banjarmasin. Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Sekolah.

Hasil penelitian menunjukkanProses supervisi dengan menerapkan pendekatan supervisi kolaboratif mengalami perkembangan dari siklus 1 ke siklus 2. Peningkatan kompetensi profesional guru dari pra-siklus ke siklus 1 sebesar 18,18 poin. Rata-rata kompetensi profesional guru pada prasiklus sebesar 52,27 dengan kriteria kurang dan pada siklus 1 sebesar 70,45 dengan kriteria cukup. Kompetensi profesional guru juga mengalami peningkatan dari siklus 1 ke siklus 2 sebesar 18,19 poin. Rata-rata kompetensi profesional guru pada siklus 2 sebesar 88,64 dengan kriteria baik. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kompetensi profesional guru di SDN Kuin Selatan 4 Banjarmasin dapat ditingkatkan melalui penerapan pendekatan supervisi kolaboratif.

Kata Kunci: Supervisi Kolaboratif, Kompetensi Profesional Guru

ABSTRACT

School quality is related to the supervision of the principal. Supervision is an effort to improve the quality of teaching amg learning or assistance given to teachers by the principal in carrying cat his/her professional duties ini order to be able to help student better. This supervision is in the form of encouragement guidance, and oportunities.to encourage teacher expertise, such as the creation of creative learning plans, the selection of learning tools and better teaching method and the systematic way of evaluating the entire teaching process.

This study aims to describe the development of collaborative supervision processes to improve teacher professional competence in SDN Kuin Selatan 4 Banjarmasin. The research method used is school action research.

The research result show that the supervision process by applying a collaborative supervision approach has progressed from cycles 1 to cycle 2. The increase in teacher professional competence from pre-cycle to cycle 1 is 18,18 point. The average teacher professional competence in the pre-cycle was 52,27 with less criteria and in cycle 1 it was 70,45 with sufficient criteria. Teacher professional competence also increased from cycle 1 to cycle 2 by 18,19 point. The average teacher professional competence in cycle 2 was 88,64 with good

(2)

29

criteria. So, it can be concluded that the professional competence of teachers at SDN Kuin Selatan 4 Banjarmasin can be increased through the application of a collaborative supervision approach.

Keywords: Collaborative Supervision, Teacher Profesional Performance.

(3)

30 PENDAHULUAN

Guru merupakan ujung tombak keberhasilan pendidikan. Profesionalisme seorang guru terlihat dari kompetensinya sebagai seorang guru yang terdiri dari kompetensi profesional, kepribadian dan sosial. Salah satu dimensi kompetensi guru sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru adalah kompetensi profesional.

Dengan Permendiknas tersebut berarti seorang guru harus kompeten dalam melakukan kinerja profesionalnya.

Kompetensi profesional guru menurut

Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 terdiri dari kemapuan guru dalam: (1) menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu; (2) menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/bidang pengembangan yang diampu; (3) menegmbangkan materi pelajaran yang diampu secara kreatif; (4) mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif; dan (5) memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri.

Efektivitas pelaksanaan kinerja profesional guru sangat tergantung pada kompetensi kepala sekolah dalam melaksanakan tugasnya di antaranya dalam melakukan supervisi akademik.

Untuk melaksanakan supervisi akademik, kepala sekolah sebagai supervisor dan penanggungjawab kegiatan di sekolah

harus mampu menyusun program, melaksanakan, dan melakukan tindak lanjut supervisi akademik di sekolah yang dipimpinnya. Pelaksanaan supervisi akademik yang baik oleh kepala sekolah akan menghasilkan kompetensi guru dalam memfasilitasi pembelajaran yang baik pula. Selanjutnya, pembelajaran yang dilaksanakan dengan baik akan berdampak pada peningkatan prestasi peserta didik. Dengan demikian, keberhasilan peserta didik dalam pembelajaran sangat tergantung pada kemampuan guru dalam memfasilitasi pembelajaran dan kompetensi kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi akademik. Kompetensi supervisi akademik kepala sekolah terdiri dari tiga aspek yaitu kompetensi dalam menyusun program, melaksanakan,mengevaluasi dan menindaklanjuti temuan-temuan ketika melaksankan supervisi akademiknya

Berdasarkan hasil refleksi diri yang telah dilakukan oleh peneliti sebagai kepala sekolah, selama ini kepala sekolah melaksanakan tugas supervisi akademiknya dengan menerapkan pendekatan supervisi langsung secara individual, dengan cara mendatangi guru yang sedang bertugas, mengamati kinerjanya dan melakukan penilaian.

Pendekatan supervisi individual ini tidak terlalu efektif untuk meningkatkan kompetensi guru dalam melaksanakan tugasnya khususnya yang berkaitan dengan kompetensi profesionalnya. Hasil kajian empiric yang peneliti lakukan terhadap guru-guru di

SDN Kuin Selatan 4 Banjarmasin Kota Banjarmasin menunjukkan bahwa kompetensi profesional guru masih

(4)

31 rendah terutama pada kompetensi guru dalam mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif.

Rata-rata kemampuan guru dalam mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif. Rata-rata kemampuan guru dalam mengembangakn materi pembelajaran yang diampunya berdasarkan nilai penilaian kinerja guru terhadap 11 orang guru di SDN Kuin Selatan 4 Banjarmasin, diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 1

Kompetensi Guru Dalam Mengembangkan

Pembelaran

No.

Aspek

Rata-rata Skala 4 Skala

100 1. Keterurutan 2,14 53,41 2. Keberjenjangan 2,27 56,82 3. Kedalaman 2,18 44,32 4. Keluasan 2,09 52,27

Hasil analisis data pada tabel di atas menunjukkan bahwa kompetensi guru dalam mengembangkan materi pembelajaran yang diampu masih pada kategori sedang, yaitu indeks rata-rata 2,09 atau 52,27. Hasil refleksi terhadap temuan tersebut menunjukkan bahwa faktor yang menyebabkan masih rendahnya kompetensi guru tersebut di duga disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal

Untuk mengatasi masalah rendahnya kompetensi profesional guru dalam

melaksanakan tugas profesionalnya, maka diterapkan tindakan berupa pendekatan supervisi yang belum pernah dilakukan sebelumnya yaitu pendekatan supervisi kolaboratif.

Istilah supervisi berasal dari dua kata, yaitu “super” dan “vision”. Dalam Webster’s New World Dictionary istilah super berarti “higher in rank or position than, superior to (superintendent), a greater or better than other” (1999:

1343). Sedangkan kata vision berarti :the ability to perceive something not actually visible, as through mental acuteness or keen foresight (1999: 1492). Berdasarkan pengertian di atas supervisi merupakan pemantauan yang dilakukan oleh seorang atasan (supervisor) terhadap bawahanya dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja bawahannya.

Supervisi dilakukan oleh kepala sekolah, tentu memiliki misi dan tujuan tertentu. Dalam hal ini supervisi lebih ditujukan untuk memberikan pelayanan kepada guru dalam melakukan kinerja profesionalnya secara efektif dan efisien serta mengembangkan mutu pembelajaran. Dalam konteks pengawasan mutu pendidikan, maka supervisi kepala sekolah antara lain kegiatannya berupa pengamatan secara inrtensif terhadap proses pembelajaran di sekolah, kemudian ditindak lanjutu dengan pemberian feed back (Razik, 1995: 559). Gregorio (1966) mengemukakan bahwa ada lima fungsi utama supervisi, yaitu: sebagai inspeksi, penelitian, pelatihan, bimbingan dan penilaian. Fungsi inspeksi antara lain berperan dalam mempelajari keadaan dan kondisi sekolah, dan pada lembaga terkait, maka tugas seorang supervisor antara lain berperan dalam melakukan

(5)

32 penelitian mengenai keadaan sekolah secara keseluruhan baik pada kepala sekolah, guru, siswa, kurikulum tujuan belajar maupun metode mengajar, dan sasaran inspeksi adalah menemukan permasalahan dengan cara melakukan observasi, interview, angket, pertemuan- pertemuan dan daftar isian. Supervisor adalah seorang yang profeional. Dalam menjalankan tugasnya, ia bertindak atas dasar kaidah-kaidah ilmiah untuk meningkatkan mutu pendidikan. Untuk melakukan supervisi diperlukan kelebihan yang dapat melihat dengan tajam permasalahan peningkatan mutu pendidikan, menggunakan kepekaan untuk memahaminya dan tidak hanya sekedar menggunakan penglihatan mata biasa. Ia membina peningkatan mutu akademik melalui penciptaan situasi belajar yang lebih baik, baik dalam hal fisik maupun lingkungan nonfisik.

Keberhasilan kegiatan supervisi sangat bergantung pada pendekatan yang diterapkan. Nolan (2011) merinci pendekatan supervisi menjadi tiga jenis yaitu:

1) Pendekatan langsung (Directif) Pendekatan langsung adalah pendekatan supervisi oleh supervisor dengan memberikan arahan secara langsung dalam merespon stimulus dari orang yang disupervisi.

2) Pendekatan tidak langsung (non direktif).

Pendekatan tidak langsung adalah pendekatan supervisi oleh supervisor dengan memberikan arahan secara tidak langsung dalam merespon stimulus dari orang yang disupervisi.

3) Pendekatan kolaboratif.

Pendekatan kolaboratif merupakan gabungan antara pendekatan langsung

dan tidak langsung. Pendekatan ini merupakan pendekatan baru yang memungkinkan supervisor dan yang disupervisi untuk bersama-sama sepakat dalam menetapkan struktur, proses dan kriteria dalam melaksanakan proses supervisi.

Pemilihan pendekatan supervisi akan sangat tergantung dari karakteristik yang disupervisinya. Jika yang disupervisi berkemampuan dan motivasi rendah cenderung untuk disupervisi dengan pendekatan langsung. Mereka yang telah berhasil mengembangkan kompetensi dan motivasinya cenderung sesuai untuk disupervisi dengan pendekatan kolaboratif.

Pendekatan supervisi kolaboratif dilaksanakan oleh supervisor dengan berbagi tanggung jawab dengan orang yang disupervisi. Dengan demikian, pada saat kepala sekolah melaksanakan supervisi kolaboratif, maka kepala sekolah berbagi tanggung jawab dengan guru. Tugas kepala sekolah dalam supervisi kolaboratif adalah mendengarkan dan memperhatikan secara cermat keluhan guru terhadap masalah perbaikan, peningkatan, dan pengembangan kinerjanya.

Beberapa pakar supervisi mengemukakan bahwa gagasan pendekatan supervisi kolaboratif diilhami oleh gerakan hubungan instansi. Gerakan ini sekaligus merupakan reaksi terhadap praktik model supervisi klasik yang mengatakan bahwa fungsi supervisi adalah mengawasi mutu dengan cara mengarahkan, menujukkan, mengharuskan, memantau, menilai dan mengajar (Wiles & Lovell, 1975).

Kompetensi guru terdiri dari kompetensi pedagogik, kepribadian,

(6)

33 sosial dan profesional. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi guru dinyatakan bahwa guru harus memiliki empat kompetensi yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. . Salah satu kompetensi guru terkait dengan mata pelajaran yang diampunya adalah kompetensi profesional. Kompetensi profesional guru menurut Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 terdiri dari kemampuan guru dalam:

(1) menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu; (2) menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/ bidang pengembangan yang diampu; (3) menegembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif; (4) mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif; dan (5) memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri. Dalam melaksanakan tugas dan mengembangkan kompetensinya, guru harus diawasi dan didampingi oleh kepala sekolah sebagai atasan langsungnya melalui proses supervisi pembelajaran atau supervisi akademik.

Tujuan supervisi akademik adalah membantu guru mengembangkan kemampuannya mencapai tujuan pembelajaran yang telah dicanangkan bagi siswanya (Glickman, 1981). Melalui supervisi akademik diharapkan kualitas akademik yang dilakukan oleh guru semakin nmeningkat (Neagley, 1980).

Sedangkan menurut Sergiovanni (1987) ada tiga tujuan supervisi akademik

sebagaimana dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 1.

Tujuan Supervisi

1) Supervisi akademik diselenggarakan dengan maksud membantu guru mengembangkan kemampuan profesionalnya dalam memahami kegiatan akademik, kehidupan kelas, mengembangkan keterampilan mengajarnya.

2) Supervisi akademik diselenggarakan dengan maksud untuk memonitor kegiatan belajar mengajar di sekolah.

Kegiatan memonitor ini bisa dilakukan melalui kunjungan kepala sekolah ke kelas di saat guru sedang mengajar, percakapan pribadi dengan guru, teman sejawatnya, maupun dengan sebagian peserta didiknya.

3) Supervisi akademik diselenggarakan untuk mendorong guru menerapkan kemampuannya dalam melaksanakan tugas-tugas mengajarnya, mendorong guru mengembangkan kemampuannya sendiri, serta mendorong guru agar ia memiliki perhatian yang sungguhsungguh

TIGA TUJUAN SUPERVISI Pengem-bangan Profesionalisme

Pengawas- an kualitas Penum-

buhan Motivasi

(7)

34 (commitmen) terhadap tugas dan tanggung jawabnya.

Terdapat beberapa prinsip lain yang harus diperhatikan dan direalisasikan oleh supervisor

dalam melaksanakan supervisi akademik, yaitu:

1) Supervisi akademik harus mampu

menciptakan hubungan

kemanusiaan yang harmonis.

2) Supervisi akademik harus

dilakukan secara

berkesinambungan

3) Supervisi akademik harus demokratis. Supervisor tidak boleh mendominasi pelaksanaan supervisi akademiknya. Titik tekan supervisi akademik yang demokratis adalah aktif dan kooperatif.

4) Program supervisi akademik harus integral dengan program pendidikan.

5) Supervisi akademik harus komprehensif. Program supervisi akademik harus mencakup keseluruhan aspek pengembangan akademik, walaupun mungkin saja ada penekanan pada aspek-aspek tertentu berdasarkan hasil analisis kebutuhan pengembangan akademik sebelumnya.

6) Supervisi akademik harus konstruktif. Maksudnya supervisi akademik bukanlah sekali-kali mencari kesalahan-kesalahan guru.

7) Supervisi akademik harus objektif.

Dalam menyusun, melaksanakan, dan menmgevaluasi, keberhasilan program supervisi akademik harus objektif . ini artinya program supervisi akademik harus disusun berdasarkan kebutuhan nyata pengembangan profesional guru.

Para pakar pendidikan lebih banyak menegaskan bahwa seseorang akan bekerja secara profesional apabila ia memiliki kompetensi yang memadai.

Seseorang tidak akan bisa bekerja secara profesional apabila ia hanya memenuhgi salah satu kompetensi di antara sekian kompetensi yang dipersyaratkan.

Kompetensi tersebut merupakan perpadauan antara kemampuan dan motivasi. Betapapun tingginya kemampuan seseorang, ia tidak akan bekerja secara profesional apabila ia tidak memiliki motivasi kerja yang tinggi dalam mengerjakan tugas-tugasnya.

Sebaliknya, betapapun tingginya motivasi kerja seseorang, ia tidak akan bekerja secara profesional apabila ia tidak memiliki kemampuan yang tinggi dalam mengerjakan tugas-tugasnya. Selaras dengan penjelasan ini adalah satu teori yang dikemukakan oleh Glickman (1981), menurutnya ada empat protipe kepala sekolah dalam melakukan tugasnya khususnya supervisi akademik. Protipe kepala sekolah yang terbaik menurut teori ini adalah kepala sekolah profesional.

Seorang kepala sekolah bisa diklasifikasikan ke dalam prototype profesional apabila ia memiliki kemampuan tinggi (high level of abstract) dan motivasi kerja tinggi (highj level of commitment).

Penjelasan di atas memberikan implikasi khusus kepada bagaimana seharusnya program supervisi akademik dilaksanakan. Supervisi akademik yang baik harus mampu membuat guru semakin kompeten, yaitu guru semakin menguasai kompetensi, baik kompetensi kepribadian, pedagogic, profesional dan sosial. Oleh karena itu, supervisi

(8)

35 akademik harus menyentuh pada pengembangan seluruh kompetensi guru.

Supervisi akademik dalam rangka peningkatan profesinalisme guru sebagaimana yang diamksud di atas, harus dilaksanakan oleh kepala sekolah secara periodic setiap semester pada tahun pelajaran tertentu. Dengan demikian, dalam satu tahun kepala sekolah harus menyusun program supervisi akademik tahunan, semesteran, bulanan, mengembangkan instrument, melaksanakan, mengevakluasi, dan menindaklanjutinya dalam rangka peningkatan profesinalisme guru.

Supervisi akademik dapat dilaksanakan oleh kepala sekolah dengan efektif jika kepala sekolah memiliki kemampuan teoritis, kritis, dan praktis dan mumpuni. Hal ini sesuai dengan pendapat Glickman (Dalam Direktorat PMPTK Depdiknas, 2009) yang menyatakan bahwa untuk melaksanakan supervisi akademik secara efektif, kepala sekolah harus menguasai keterampilan konseptual, interpersonal, dan teknikal.

Oleh karena itu, seorang kepala sekolah harus memiliki sikap dan karakter pemimpin visioner, menguasai substansi supervisi akademik dan pengetahuan praktiknya.

Salah satu tugas kepala sekolah terkait supervisi akademik sebagaiamana dinyatakan di atas adalah merencanakan supervisi akademik. Agar kepala sekolah melaksanakan tugasnya dengan baik, maka kepala sekolah harus memiliki kompetensi membuat perencanaan program supervisi akademik. Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan – Badan PSDMP & K dan PMP Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tentang Supervisi Akademik – Bahan

Pembelajaran Utama – Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Tingkat I Kepala Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (2012: 13), menyatakan bahwa secara umum kegiatan supervisi akademik terdiri dari lima tahap yang terdiri dari merencanakan, melaksanakan, analisis data hasil supervisi akademik, memberikan umpan balik bagi guru, dan terakhir melaksanakan perbaikan proses pembelajaran setelah mendapatkan masukan dari hasil supervisi akademik.

Di bawah ini dinyatakan dengan bagan perencanaan supervisi akademik.

Gambar 2

Siklus Proses Supervisi Akademik

Pendekatan supervisi kolaboratif merupakan salah satu pendekatan supervisi yang dapat digunakan oleh kepala sekolah secara kolegial, bersifat mendampingi dan kemitraan dalam membimbing /memfaslitasi guru agar dapat melaksanakan tugas profesionalnya. Karakteristik pendekatan supervisi kolaboratif dalam pembimbingan terhadap guru menempatkan kepala sekolah sebagai

(9)

36 rekan kerja, kedua belah pihak berbagai kepakaran, curah pendapat, diskusi, presentasi dilaksanakan dengan terbuka dan fleksibel serta memiliki tujuan jelas, membantu guru berkembang menjadi tenaga-tenaga profesional melalui kegiatan-kegiatan reflektif. . Prinsip- pronsip pada pendekatan supervisi kolaboratif terdiri dari:

a) Kolaboratif yaitu supervisi dilaksanakan oleh kepala sekolah untuk membimbing guru dengan cara terlibat dalam melaksanakn tugas profesionalnya.

b) Kolegial, yaitu supervisi dilaksanakan dengan melibatkan tutor kolega yaitu guru lain untuk saling bertukar pengalaman dan pengetahuan dalam memperbaiki mutu mengajar, dan saling mengimbas pengetahuan melalui curah pendapat dan diskusi.

c) Kemitraan yaitu supervisi dilaksanakan bukan untuk menilai, tetapi untuk belajar bersama antara kepala sekolah dan guru, sehingga keberhasilan guru dalam mengajar merupakan keberhasilan bersama.

d) Terbuka yaitu supervisi dilaksanakan oleh kepala sekolah dengan memberikan kesempatan sepenuhnya kepada guru untuk melaksanakan berbagai metode atau teknik dalam melaksanakan kinerja profesionalnya dan memberikan kesempatan kepada guru lainnya untuk belajar dan memberikan masukan.

e) Fleksibel yaitu supervisi dapat dilaksanakan oleh kepala sekolah kapan saja dengan fokus materi disesuaikan dengan kebutuhan guru.

Kompetensi profesional guru merupakan kemampuan guru dalam menguasai mata pelajaran yang

diampunya. Kompetensi profesional yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan guru dalam mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif dengan indikator sebagai berikut:

a) Mampu mengembangkan materi pembelajaran secara terurut (keterurutan)

b) Mampu mengembangkan materi pembelajaran secara berjenjang (keberjenjangan).

c) Mampu mengembangkan materi pembelajaran secara mendalam (kedalaman).

d) Mampu mengembangkan materi pembelajaran secara luas (keluasan).

KERANGKA BERPIKIR

Hasil kajian empirik yang peneliti lakukan terhadap guru-guru di SDN Kuin Selatan 4 Banjarmasin menunjukkan bahwa kompetensi profesional guru masih rendah terutama pada kompetensi guru dalam mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif.

Rata-rata kemampuan guru dalam mengembangkan materi pembelajaran yang diampunya berdasarkan penilaian kinerja guru terhadap 11 orang guru di SDN Kuin Selatan 4 Banjarmasin menunjukkan bahwa kompetensi guru dalam menegmbangkan materi pembelajaran yang diampu masih pada kategori sedang yaitu indeks rata-rata 2.09 atau 52,27. Hasil refleksi terhadap temuan tersebut menunjukkan bahwa faktor yang menyebabkan masih rendahnya kompetensi guru tersebut diduga disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Faktor eksternal yang diduga mengakibatkan rendahnya kompetensi profesional guru adalah pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah

(10)

37 yang lebih bersifat menilai dan menggurui.

Pendekatan supervisi kolaboratif dalam meningkatkan kompetensi profesional guru untuk mengembangkan materi pembelajaran dilakukan melalui rangkaian kegiatan pembimbingan yang melibatkan seluruh guru yang sedang dibina/ dibimbing. Dalam melaksanakan supervisi akademik terhadap guru, kepala sekolah hendaknya berpedoman dan menggunakan pendekatan dan teknik supervisi akademik yang tepat. Strategi supervisi kolaboratif yang dijalankan yang mengantarkannya kepada efektivitas melaksanakan bantuan profesional melalui supervisi akademiknya yang diduga akan meningkatkan kemampuan atau kompetensi profesional guru dalam mengembangkan materi pembelajaran adalah sebagai berikut:

a) Pembimbingan secara kolaboratif, yaitu sebuah proses terstruktur dan berkelanjutan antara dua atau lebih pembelajar profesional untuk memungkinkan mereka menanamkan pengetahuan keterampilan dari sumber-sumber spesialis ke dalam praktik sehari-hari.

b) Menembapatkan seluruh guru sebagai sentral kegiatan pembimbingan yang mempunyai kedaulatan penuh.

c) Urusan supervisi akademik merupakan urusan kepala sekolah sepenuhnya sebagai supervisor.

d) Curah pendapat merupakan kondisi awal memperoleh informasi dari guru tentang masalah apa sebenarnya sedang dihadapi guru.

e) Tutor kolega merupakan forum di antara sesama guru dalam lingkungan sekolah, yang bertujuan untuk saling

bertukar pengalaman dan pengetahuan dalam memperbaiki mutu mengajar.

f) Guru yang telah mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan, lokakarya, dan pengembangan berkewajiban menularkan ilmu yang diperolehnya kepada guru lain.

g) Guru yang sedang melaksanakan kinerja profesionalnya harus memberikan kesempatan guru lain untuk melihat dan bertanya tentang kegiatan yang dijalankan.

h) Guru yang memiliki pengalaman dan mengetahui bagaimana cara melaksanakan kinerja profesionalnya dalam mengembangkan materi pembelajaran yang layak diketahui oleh sesama teman guru,

i) Kegiatan kelompok kerja guru dijadikan sebagai media untuk bertukar pengalaman dalam memecahkan berbagai masalah terkait kinerja profesionalnya.

Untuk lebih jelasnya maka dapat kita lihat dalam bagan kerangka berpikir sebagai berikut:

Gambar 3 Bagan Kerangka

Berfikir

(11)

38 METODE

Metode penelitian yang digunakan adalah metode Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) Dengan model Kemmis dan Mc. Taggart yang merupakan model pengembangan dari model Kurt Lewin.

Dikatakan demikian karena di dalam suatu siklus terdiri atas empat komponen, yang meliputi: (1) perencanaan, (2) Aksi/

tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi, setelah suatu siklus selesai diimplementasikan, khususnya sesudah adanya refleksi, kemudian diikuti dengan adanya perencanaan ulang yang dilaksanakan dalam bentuk siklus tersendiri.

Menurut Kemmsi dan Mc. Taggart, penelitian tindakan dapat dipandang suatu siklus spiral dari penyusunan perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan (observasi), dan refleksi yang selanjutnya mungkin diikuti dengan siklus spiral berikutnya. Dalam pelaksanaannya, ada kemungkinan peneliti telah mempunyai seperangkat rencana tindakan (yang didasarkan pada pengalaman), sehingga dapat langsung memulai tahap tindakan. Ada juga peneliti yang telah memiliki seperangkat data, sehingga mereka memulai kegiatan pertamanya dengan kegiatan refleksi (Sumini, 2010).

Lokasi Penelitian:

Penelitian ini dengan mengambil obyek pada SDN Kuin Selatan 4 Banjarmasin Kota Banjarmasin.

Lembar Observasi

Lembar observasi terdiri dari lembar observasi proses supervisi kolaboratif dan lembar observasi kinerja guru dalam melaksanakan kinerja profesionalnya dalam mengembangkan materi pembelajaran.

Lembar Catatn Lapangan

Catatan lapangan digunakan oleh peneliti untuk mencatat temuan-temuan lain yang tidak terdapat pada lembar observasi terkait dengan aktivitas kepala sekolah dan guru selama supervisi dengan menerapkan pendekatan kolaboratif.

Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara digunakan ketika wawancara dilakukan oleh kepala sekolah terhadap 12 orang guru tentang masalah-masalah yang urgen untuk dipecahkan bersama terkait kinerja profesionalnya dalam mengembangkan materi pembelajaran. Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan dan analisis data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif.

Teknik pengolahan data secara kuantitatif dilakukan terhadap variabel kompetensi profesional guru. Data yang diperoleh dari hasil pengamatan atau observasi kinerja profesional guru dalam mengembangkan materi pembelajaran yang terdiri dari empat aspek yaitu keterurutan, keberjenjangan, kedalaman, dan keluasan diolah dengan menentukan nilai rataratanya.

Teknik pengolahan data kualitatif dilakukan terhadap variabel proses supervisi kolaboratif yang dikumpulkan melalui lembar observasi proses supervisi kolaboratif yang diolah dengan cara mengkategorikan dan mengklasifikasikan data berdasarkan analisis kaitan logis, kemudian

ditafsirkan dalam konteks permasalahan penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Proses Supervisi Kolaboratif Siklus 1

Supervisi kolaboratif pada siklus 1 ini dilaksanakan pada tanggal 5 September

(12)

39 s/d 7 November 2022. Pendekatan supervisi kolaboratif pada siklus 1 dilaksanakan dengan menerapkan kelima prinsip pendekatan supervisi kolaboratif yaitu prinsip kolaboratif, kolegial, kemitraan, terbuka dan fleksibel.

Deskripsi hasil pengamatan peneliti sebagai observer sebagai berikut:

Table 2

Deskripsi Hasil Observasi Supervisi Kolaboratif

Siklus 1

No Tahapan Spesifik

Temuan

1 Tahap Pra- Supervisi Kolaboratif

Seluruh guru tidak membawa daftar masalah terkait kompetensi profesionalnya dalam mengembangkan materi pembelajaran dan bahan ajar, curah pendapat dan diskusi tidak berjalan dengan baik, hanya satu orang guru yaitu G05 yang aktif mencurahkan pendapatnya 2 Tahap

Pelaksanaan Supervisi Kolaboratif

Guru G03 dan G07 tidak menyiapkan hasil analisis materi pembelajaran yang telah disusunnya sehingga mengganggu proses supervisi kolaboratif

3. Tahap PascaSupervisi kolaboratif

Seluruh guru terlibat dalam proses refleksi pelaksanaan supervisi kolaboratif dengan menyampaikan temuan dan pemecahannya.

Pada siklus 1 ditemukan beberapa temuan pada tahap spesifik kegiatan supervisi kepala sekolah dengan menerapkan pendekatan supervisi kolaboratif. Hasil refleksi pada siklus 1 yang telah dilakukan menunjukkan beberapa hal sebagai berikut:

1) Seluruh guru tidak membawa daftar masalah terkait kompetensi

profesionalnya dalam

mengembangkan materi

pembelajaran dan bahan ajar sehingga curah pendapat dan diskusi pada tahap Pra-Supervisi Kolaboratif tidak berjalan dengan baik.

2) Terdapat dua orang guru dengan kode G03 dan G07 yang tidak menyiapkan hasil analisis materi pembelajaran ketika supervisi kolaboratif dilakukan di sekolah, sehingga pelaksanaan supervisi kolaboratif menjadi terganggu.

3) Seluruh guru terlibat dalam proses refleksi pelaksanaan supervisi kolaboratif dengan menyampaikan

temuan masalah dan

pemecahannya.

Proses Supervisi Kolaboratif Siklus II

Supervisi kolaboratif pada siklus 2 ini dilaksanakan pada tanggal 10 November s/d 8 Desember 2022. Pendekatan supervisi kolaboratif pada siklus 2 dilaksanakan berdasarkan rekomendasi- rekomendasi pada siklus 1 dengan menerapkan kelima prinsip pendekatan yaitu prinsip kolaboratif, kolegial, kemitraan, terbuka dan fleksibel. fleksibel melalui tahapan-tahapan spesifik sebagai berikut:

1) Tahap pra-supervisi kolaboratif, kepala sekolah terlebih dahulu melakukan koordinasi dengan semua guru dan menjelaskan teknis supervisi kolaboratif yang akan dilaksanakan.

2) Tahap supervisi kolaboratif, kepala sekolah melaksanakan supervisi kolaboratif bersama guru pada saat guru lain sedang melaksanakan kinerja

(13)

40 profesionalnya dengan menerapkan kelima prinsip supervisi kolaboratif, 3) Tahap pasca-supervisi, kepala sekolah

bersama guru melaksanakan refleksi pelaksanaan kinerja profesional dan supervisi kolaboratif difasilitasi oleh kepala sekolah.

deskripsi hasil pengamatan peneliti sebagai observer pada siklus II adalah sebagai berikut:

Table 3

Deskripsi Hasil Observasi Supervisi Kolaboratif Siklus II

Hasil refleksi siklus 2 yang telah dilakukan menunjukkan beberapa hal sebagai berikut:

1) Curah pendapat dan diskusi berjalan dengan baik dan seluruh guru aktif berdiskusi dan mencurahkan

pendapatnya dikarenakan pada tahap pra-supervisi kolaboratif, kepala sekolah terlebih dahulu melakukan koordinasi dengan semua guru dan menjelaskan teknis supervisi kolaboratif yang akan dilaksanakan.

2) Pelaksanaan supervisi kolaboratif berjalan dengan efektif dan guru mampu menerapkan solusi-solusi dari masalah yang teridentifikasi sebelumnya sebagai hasil curah pendapat dan diskusi dengan guru lain dan kepala sekolah pada tahap pra- supervisi kolaboratif.

3) Seluruh guru terlibat dalam proses refleksi pada tahap pasca-supervisi kolaboratif dikarenakan kepala sekolah telah koordinatif dengan guru dan telah berhasil memotivasi guru untuk saling belajar.

Berikut merupakan perkembangan temuan selama proses supervisi dengan menerapkan pendekatan supervisi kolaboratif dari siklus 1 ke siklus 2.

Tabel 4

Perkembangan Temuan Selama Proses Supervisi dengan Menerapkan Pendekatan Supervisi

Kolaboratif Dari Siklus I ke Siklus II

Tahapan Siklus 1 Siklus 2

PraSupervisi Kolaboratif

Seluruh guru tidak membawa daftar masalah terkait kinerja profesionalny a, curah pendapat dan

Curah pendapat dan diskusi berjalan dengan baik, seluruh guru aktif berdiskusi dan mencurahkan pendapatnya No Tahapan

Spesifik

Temuan

1 Tahap Pra- Supervisi Kolaboratif

Curah pendapat dan diskusi berjalan dengan baik, seluruh guru aktif berdiskusi dan

mencurahkan pendapatnya 2 Tahap

Pelaksanaan Supervisi Kolaboratif

Pelaksanaan supervisi kolaboratif berjalan dengan efektif, guru mampu menerapkan solusi-solusi dari masalah yang teridentifikasi sebelumnya sebagai hasil curah pendapat dan diskusi dengan guru lain dan kepala sekolah pada tahap prasupervisi kolaboratif.

3 Tahap Pasca- Supervisi Kolaboratif

Seluruh guru terlibat dalam proses refleksi

(14)

41

diskusi tidak berjalan dengan baik, hanya satu guru yaitu G05 yang aktif

mencurahkan pendapatnya Pelaksanaan

Supervisi Kolaboratif

Guru G03 dan G07 tidak menyiapkan kelengkapan berupa hasil analisis materi pembelajaran sehingga mengganggu proses supervisi kolaboratif.

Pelaksanaan supervisi kolaboratif berjalan dengan efektif, guru mampu menerapkan solusi-solusi dari masalah yang

teridentifikasi sebelumnya sebagai hasil curah pendapat dan diskusi dengan guru lain dan kepala sekolah pada tahap

prasuper visi kolaboratif.

PascaSupervi si

Kolaboratif

Seluruh guru terlibat dalam proses refleksi pelaksanaan supervisi kolaboratif dengan menyampaik an temuan dan

Seluruh guru terlibat dalam proses refleksi

pemecahanny a

Berdasarkan temuan tersebut, Tabel 4 berikut merupakan perkembangan proses supervisi kolaboratif dari siklus 1 ke siklus 2 yang mengalami perkembangan terutama pada tahap pra-supervisi kolaboratif.

Kompetensi Profesional Guru Pada Siklus 1

Kompetensi profesional guru ini terdiri dari kemampuan guru dalam mengembangkan materi pembelajaran dan bahan ajar. Kompetensi guru dalam melaksanakan kinerja profesionalnya diamati dan diukur menggunakan lembar observasi kinerja profesional guru dalam mengembangkan materi pembelajarn dan bahan ajar.

Grafik 1

Rata-rata Kompetensi Profesional Guru dalamMengembangkan Materi

Pembelajaran pada Siklus 1

K01

Nilai Siklus I 70.45

0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00

Rata-rata Kompetensi Profesional Guru dalam Mengembangkan Materi

Pembelajaran

(15)

42 Pada grafik .1 di atas terlihat skor rata-rata kompetensi professional 70,45 dengan kriteria cukup. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan guru dalam mengembangkan materi pembelajaran dan bahan ajar setelah diterapkan pendekatan supervisi kolaboratif sudah cukup baik. Berbeda dengan sebelum diterapkan pendekatan supervisi kolaboratif, rata-rata kompetensi guru dalam mengembangkan materi pembelajaran dan bahan ajar 52,27 dengan kriteria kurang. Hal ini menunjukkan bahwa pendekatan supervisi kolaboratif dapat meningkatkan kompetensi profesional guru dalam mengembangkan materi pembelajaran dan bahan ajar.

Kompetensi Profesional Guru Pada Siklus 2 Seperti halnya pada siklus 1, kompetensi profesional guru yang diukur adalah kemampuan guru dalam mengembangkan materi pembelajaran dan bahan ajar. Kompetensi profesional guru ini diamati dan diukur menggunakan lembar observasi kinerja profesional guru dalam mengembangkan materi pembelajaran dan bahan ajar.

Berikut merupakan rata-rata kompetensi profesional guru di SDN Kuin Selatan 4 Banjarmasin yang diukur dan diamati terhadap 10 orang guru.

Grafik 2

Rata-rata Kompetensi Profesional Guru dalam Mengembangkan Materi Pembelajaran pada Siklus 2

Pada grafik 2 terlihat bahwa skor rata-rata kompetensi profesional guru dalam mengembangkan materi pembelajaran dan bahan ajar sebesar 88,64 dengan kriteria baik. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan guru dalam mengembangkan materi pembelajaran dan bahan 11 ajar pada siklus 2 setelah diterapkan pendekatan supervisi kolaboratif

sudah naik. Berbeda dengan siklus 1, rata-rata kompetensi profesional guru dalam mengembangkan

materi pembelajaran dengan bahan ajar sebesar 70,45 dengan kriteria cukup baik. Hal ini menunjukkan bahwa pendekatan supervisi kolaboratif dapat meningkatkan kompetensi profesional guru dalam mengembangkan materi pembelajaran dan bahan ajar.

K01 Nilai Siklus II 88.6

0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 100.00

Rata-rata Kompetensi Profesional Guru dalam Mengembangkan Materi

Pembelajaran

(16)

43 Kompetensi profesional guru mengalami peningkatan dan pra- siklus, siklus 1 sampai dengan siklus 2.

Tabel 5 dan Grafik 3 berikut merupakan peningkatan kompetensi profesional guru dari sebelum melakukan tindakan (prasiklus) sampai dengan setelah diterapkannya tindakan berupa pendekatan supervisi kolaboratif (siklus 1 dan 2).

Tabel 5

Peningkatan Kompetensi Profesional Guru

Kompetensi Pra-

Siklus

Siklus 1

Siklus 2 Rata-rata 52,27 70,45 88,64 Kriteria Kurang Cukup Baik

Grafik 3

Peningkatan Kompetensi Profesional Guru dari Siklus 1 ke Siklus 2

Tabel 45 dam Grafik 3 di atas menunjukkan bahwa kompetensi profesional guru mengalami peningkatan dari pra-siklus ke siklus

1 dan dari siklus 1 ke siklus 2. Hal ini diduga bahwa pendekatan supervisi kolaboratif telah dilaksanakan secara efektif selama proses supervisi baik pada tahap pra-supervisi, pelaksanaan supervisi dan pasca-supervisi kolaboratif.

PENUTUP

Berdasarkah hasil dan pembahasan maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Proses supervisi dengan menerapkan pendekatan supervisi kolaboratif secara spesifik terdiri dari tahap pra- supervisi kolaboratif, supervisi kolaboratif, dan pasca-supervisi kolaboratif. Proses supervisi dengan menerapkan pendekatan supervisi kolaboratif mengalami perkembangan dari siklus 1 ke siklus 2.

2. Strategi Peningkatan kompetensi profesional guru di SDN Kuin Selatan 4 Banjarmasin dari pra-siklus ke siklus 1 sebesar 18,18 poin. Ratarata kompetensi profesional guru pada pra-siklus sebesar 52,27 dengan kriteria kurang dan pada siklus 1 sebesar 70,45 dengan kriteria cukup.

Kompetensi profesional guru juga mengalami peningkatan dari siklus 1 ke siklus 2 sebesar 18,19 poin. Rata- rata kompetensi profesional guru pada siklus 2 sebesar 88,64 dengan kriteria baik. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kompetensi profesional guru di SDN Kuin Selatan 4 Banjarmasin dapat ditingkatkan melalui penerapan pendekatan supervisi kolaboratif.

Rekomendasi

Sebagai implikasi dari hasil penelitian, berikut ini dikemukakan rekomendasi yang diharapkan dapat

(17)

44 memberikan sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan kualitas supervisi oleh kepala sekolah, khususnya dalam menerapkan dan mengembangkan pendekatan supervisi kolaboratif.

1. Pada tahap pra-supervisi kolaboratif, kepala sekolah harus terlebih dahulu melakukan koordinasi dengan semua guru dan menjelaskan teknis supervisi kolaboratif yang akan dilaksanakan.

2. Pada tahap supervisi kolaboratif, kepala sekolah harus menerapkan prinsip-prinsip pendekatan supervisi kolaboratif yaitu prinsip kolaboratif, kolegial, kemitraan, terbuka dan fleksibel.

3. Pada tahap pasca-supervisi kolaboratif, kepala sekolah harus koordinatif dengan guru dan memotivasi guru untuk saling belajar.

REFERENSI

Ali Imron (2011). Supervisi Pembelajaran Tingkat

Satuan Pendidikan. Jakarta: PT Bumi

Aksara

Alfonso, RJ., Firth, G.R., dan Nevile, R.F. (1981). Instructional

Supervision, A Behavior System, Boston: Allyn an Bacon, Inc.

Anwar, Muhammad. (2018). Menjadi Guru

Profesional. Jakarta:

Prenamedia Group.

Arifin, Daeng. (2008) Teori EMASLIM Peran Kepala Sekolah

Professional. Pustaka AlKasyaf, Bandung.

Dadan Wahidin (2009). Pentingnya Supervisi Pendidikan Sebagai Upaya Peningkatan

Profesionalisme Guru. Jurnal terkemuka Manajemen

Pendidikan, Educational Leadership.

Depdiknas Republik Indonesia (2003).

UndangUndang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta, BP. Panca Usaha

Mulyadi, Fahriana Swastika Ava (2018).

Supervisi Akademik, konsep, Teori, Model

Perencanaan, dan Implikasinya.

Malang: Madani

N.A., Amatembun (2000) Supervisi Penuntun Para Penilik Pengawas dan Guru-guru Edisi ke5. Bandung: Suri.

Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007 Tentang Standar Kepala Sekolah/ Madrasah.

Sergiovanni, T.J (1982). Editor.

Supervision of Teaching.

Alexandria: Association for Supervision and Curriculum Development.

Sholeh Hidayat, (2017). Pengembangan Guru Professional, Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya.

(18)

45 Syaiful Sagala (2010). Supervisi

Pembelajaran. Dalam Profesi

Pendidikan.Bandung, Alfabeta

UU RI Nomor 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional

Referensi

Dokumen terkait

PEMERINTAH KOTA DUMAI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Jl.Tanjung Jati No.4 Telp.0765 38367 Fax 076531041 DUMAI BERITA ACARA PENYERAHAN DAN PEMUSNAHAN BERKAS ARSIP INSTALASI RADIOLOGI Pada