• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR OPERASI TEKNIK KIMIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR OPERASI TEKNIK KIMIA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PROGRESIF | 117

PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN

AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR OPERASI TEKNIK KIMIA

Wuri Handayani Teknik Kimia, Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Tuban Jawa Timur [email protected]

Alimin Kimia, Universitas Negeri Makasar [email protected]

Hastini Teknik Kimia, SMTI Makasar [email protected] ABSTRAK - Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik Kelas XII Kimia Industri 1 mata pelajaran Operasi Teknik Kimia II. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar pada mapel Operasi Teknik Kimia melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Subjek penelitian ini adalah Siswa Kelas XII Kimia Industri 1 SMK Negeri 1 Tuban sebanyak 16 siswa. Metode yang digunakan diskusi dengan penerapan TPACK. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik observasi dan evaluasi di akhir pembelajaran di setiap akhir siklus. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1). Siklus I keaktifan siswa mencapai 43,75% dan hasil belajar yang tuntas mencapai 69% , (2) Siklus II terjadi peningkatan keaktifan siswa menjadi 62,5% dan hasil belajar yang tuntas mencapai 75%, (3) Siklus III terjadi peningkatan keaktifan siswa menjadi 75% dan hasil belajar yang tuntas mencapai 88%. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar pada mata pelajaran Operasi Teknik Kimia II.

Kata kunci : Operasi Teknik Kimia II, Aktivitas, Hasil Belajar, Problem Based Learning

ABSTRACT- Application of the Problem Based Learning (PBL) learning model to improve the activities and learning outcomes of Class XII Industrial Chemistry 1 students in Chemical Engineering Operations II subject.

This research is a class action study that aims to improve activity and learning outcomes in the Chemical Engineering Operations subject through the Problem Based Learning Model (PBL) learning model.The subject of this study is Students of Class XII Industrial Chemistry 1 SMK Negeri 1 Tuban as many as 16 students.The methods used in discussion with application TPACK.Data collection is done using observation and evaluation techniques at the end of learning at the end of each cycle.The results of this study show that: (1). Cycle I student activity reached 43.75% and complete learning outcomes reached 69%, (2) Cycle II there is an increase in student activity to 62.5% and complete learning outcomes reach 75%, (3) Cycle III there is an increase in student activity to 75% and complete learning outcomes reach 88%.The Problem Based Learning (PBL) learning model can improve activities and learning outcomes in Chemical Engineering Operations II subjects.

Keywords : Chemical Engineering Operations II, Activities, Learning Outcomes, Problem Based Learning

PENDAHULUAN

Abad 21 adalah abad yang penuh dengan tantangan. Untuk menghadapi berbagai tantangan ini pendidikan diinginkan bisa mengembangkan kemampuan peserta didik agar menjadi insan yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti, sehat, terpelajar, cakap, cerdas, kreatif, mandiri, serta menjadi masyarakat yang demokratis, berani menyampaikan pendapat dan bertanggung jawab. Peserta didik diharapkan memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang bisa diandalkan dalam mengembangkan teknologi yang semakin pesat. Dalam proses pembelajaran harus selalu merubah diri agar dapat memfokuskan sesuai dengan kebutuhan zaman sekarang dan menyiapkan peserta didik memasuki era mendatang.

(2)

PROGRESIF | 118 Pendidikan yang diperoleh peserta didik di sekolah adalah pendidikan formal yang mengikutsertakan peserta didik dan guru dalam suatu proses pembelajaran. Proses belajar mengajar adalah segala aktivitas bersama antara peserta didik dan guru untuk menggali dan mengolah informasi dari berbagai sumber, yang tujuan pengetahuan dan ketrampilan yang diberikan berguna bagi peserta didik dan menjadi dasar untuk keberlanjutan belajarnya, serta diinginkan terjadi perubahan yang lebih baik dan positif dalam perubahan perilaku peserta didik demi terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien (Djamarah, 2008).

Proses belajar mengajar yang bagus akan mencipta kemampuan pengetahuan, berfikir kritis dan munculnya ide-ide dari peserta didik serta perubahan tingkah laku berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu yang diperoleh. Rencana pembelajaran perlu dibuat lebih fleksibel karena peserta didik memiliki harapan, ketertarikan, pendapat dan kompetensi yang berbeda. Rancangan pembelajaran inovatif perlu diterapkan dengan kompone balajar mengajar terkini di abad 21 dan terpadu dalam faktor maupun langkah-langkah belajar mengajar yang akan dilakukan agar tercapai tujuan yang telah ditentukan. Secara alamiah peserta didik adalah generasi Z, generasi ini membutuhkan gaya belajar yang lain dari generasi sebelumnya. Karakeristik generasi Z yang akrab dengan teknologi dan dunia digital semestinya dilihat sebagai bekal belajar sehingga guru bersikap mahir dalam menggabungkan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dengan kerangka TPACK (Tecnological, Pedagogical and Content Knowledge).

TPACK merupakan strategi balajar mengajar yang sangat cocok di zaman pembelajaran sekarang ini. Hal ini karena TPACK menggabungkan segi pengetahuan (Knowledge/K), cara membelajarkan (Pedagogy/P), penguasaan materi pembelajaran sesuai bidang (Content/C) dengan TIK (Technology/T) (Rahayu, 2017). Teknologi mempunyai karakteristik bisa memajukan sudut pandang pengajaran praktis maupun penyelidikan. Selain itu, teknologi memiliki beberapa kemampuan, misalnya dapat menyediakan konten interaktif, memberikan umpan balik belajar yang cepat, mendiagnosis kebutuhan belajar siswa, menyediakan cara efektif dalam meremidiasi kesulitan belajar siswa, menilai proses dan hasil belajar siswa atau menyimpan contoh-contoh hasil kerja siswa yang akan digunakan dalam meningkatkan hasil belajar.

Suatu proses pembelajaran akan dapat berlangsung secara efektif atau tidak, ditentukan oleh aktivitas peserta didik yang terjadi. Aktivitas siswa adalah semua tindakan yang dilakukan dalam kelas pada saat proses belajar mengajar yang mewujudkan suatu tingkah laku yang mengubah hasil belajar peserta didik menjadi lebih baik. Dengan kata lain peserta didik diharapkan dapat aktif dalam memahami materi pelajaran dengan cara: aktif pada saat proses belajar mengajar yang berlangsung, aktif membaca sumber belajar saat diberi kesempatan membaca, aktif bertanya saat guru memberi pertanyaan, aktif menyampaikan pendapat saat diberi kesempatan mengeluarkan pendapat, dan aktif bertanya saat diberi kesempatan bertanya. Aktivitas peserta didik sangat menentukan hasil belajar yang akan dicapai.

Hasil belajar mencerminkan kemampuan peserta didik setelah mengikuti proses belajar mengajar di sekolah. Hasil belajar bisa digunakan sebagai ukuran keberhasilan proses pembelajaran yang dapat dinyatakan dalam bentuk nilai (Cahir, 2021). Diharapkan semua peserta didik dapat mencapai hasil belajar yang optimal, namun kenyataannya hasil belajar yang dicapai peserta didik tidaklah sama.

Kelas jurusan Kimia Industri di SMK Negeri 1 Tuban mata pelajaran Operasi Teknik Kimia II diajarkan pada kelas XII. Dalam mata pelajaran Operasi Teknik Kimia peserta didik belajar tentang berbagai jenis proses dan peralatan yang digunakan dalam laboratorium maupun industri. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan bahwa dalam proses belajar mengajar yang dilaksanakan guru belum mendapatkan hasil yang maksimal. Diantara penyebabnya adalah cara guru menyampaikan materi secara satu arah dengan metode ceramah di depan kelas dengan menggunakan powerpoint yang ditayangkan menggunakan LCD proyektor, dan memberikan tanya jawab dengan peserta didik namun hanya beberapa peserta didik aktif menanggapi di dalam kelas. Faktor-faktor ini menjadikan proses belajar mengajar terasa membosankan karena didominasi oleh guru dan beberapa peserta didik yang aktif saja. Untuk peserta didik yang pasif, tidak banyak ikut serta dalam proses belajar mengajar sehingga kurang tertarik dengan materi yang disampaikan oleh guru.

(3)

PROGRESIF | 119 Metode ceramah yang selama ini dilakukan guru dalam menyampaikan materi menjadikan proses belajar mengajar menjadi membosankan. Peserta didik kurang diberi peluang untuk menyusun pengetahuannya sendiri dan memberikan pendapat dalam proses belajar mengajar. Kurangnya keikutsertaan peserta didik dalam proses belajar mengajar dapat menjadikan peserta didik tidak aktif, jenuh, dan bosan. Kondisi tersebut menjadikan peserta didik beranggapan bahwa semua yang dipelajari di kelas tidak berarti bagi kehidupannya. Hal ini berakibat terhadap hasil belajar peserta didik yang masih banyak yang dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada pelajaran Operasi Teknik Kimia II.

Menanggapi masalah tersebut di atas, model pembelajaran yang lain perlu digunakan yaitu model pembelajaran yang lebih berpusat kepada peserta didik (student centered) sesuai dengan pandangan dasar Kurikulum 2013. Banyak model pembelajaran yang bisa digunakan, salah satunya adalah model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).

Problem Based Learning (PBL) atau di Indonesia dikenal juga pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu model pembelajaran dimana menyuguhkan suatu masalah yang nyata dalam kehidupan sehari-hari sebagai landasan bagi peserta didik untuk berfikir kritis dan menemukan alternatif pemecahan masalah. Pembelajaran ini menuntut peserta didik untuk belajar dengan mandiri dan juga aktif. (Barrett & Moore, 2011) menguraikan bahwa PBL merupakan pembelajaran yang dihasilkan dari suatu proses pemecahan masalah yang disajikan di awal proses pembelajaran. Siswa belajar dari masalah yang nyata dalam kehidupan sehari-hari, mengorganisasi, merencana, serta memutuskan apa yang dipelajari dalam kelompok kecil.

Secara operasional pembelajaran masalah dapat dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut: (1) problem diberikan di dalam urutan belajar, sebelum persiapan atau berlangsungnya kegiatan, (2) situasi masalah diberikan kepada siswa dalam cara yang sama seperti masalah itu terjadi di dunia nyata, (3) siswa bekerja menyelesaikan masalah yang dapat memberi peluang dirinya berpikir dan menggunakan pengetahuannya, sesuai dengan level belajarnya, (4) lingkup belajar pemecahan masalah ditetapkan dan digunakan sebagai pemandu belajar individual, (5) pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk belajar ini, diterapkan kembali pada masalah, untuk mengevaluasi keefektifan belajar dan memberi penghargaan belajar, dan (6) belajar yang terjadi di dalam kerja dengan masalah dan dalam belajar individual, diringkas dan diintegrasikan ke dalam pengetahuan dan keterampilan siswa yang sudah dimiliki (Maryati, 2018).

Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, proses belajar mengajar perlu disusun dan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Guru menerapkan model pembelajaran Problem Based Learing (PBL) dan menerapkan TPACK untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik dalam mata pelajaran Operasi Teknik Kimia II.

METODE

Penelitian tentang penerapan model pembelajaran Problem Based Learning untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik kelas XII Kimia Industri 1 pada mata pelajaran Operasi Teknik Kimia II di SMK N 1 Tuban merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR). Guru melaksanakan penelitian ini secara langsung dengan tahapan-tahapan penelitian yang terdiri dari perumusan masalah, perencanaan, analisis, dan pelaporan penelitian. Untuk mengetahui hasil proses belajar mengajar maka guru akan melakukan penilaian setelah pembelajaran.

Siklus tahapan PTK diawali dengan perencanaan (plan), dilanjutkan dengan tindakan (action), diikuti dengan pengamatan (observation) terhadap tindakan yang dilakukan dan selanjutnya adalah melakukan refleksi (reflection). Sebelum masuk pada siklus dilakukan tindakan pendahuluan untuk mengidentifikasi masalah dan disebut sebagai pra siklus.

Penelitian ini direncanakan selama 3 siklus. Siklus 1 dilakukan secara tatap muka, siklus 2 dilakukan secara daring, dan siklus 3 dilakukan secara tatap muka kembali dengan jumlah peserta didik terbatas yaitu 16 orang karena proses belajar mengajar ini terjadi pada masa pandemi. Sebelum melaksanakan siklus perlu diadakan tindakan pra siklus untuk mengetahui keadaan di dalam kelas yang akan diteliti.

(4)

PROGRESIF | 120 A. Kegiatan Awal (Pra Siklus)

Kegiatan pra siklus berguna untuk mendapatkan informasi awal mengenai kondisi kelas sebelum diberi tindakan. Tindakan ini merupakan perencanaan dari penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dalam usaha meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Operasi Teknik Kimia II. Langkah-langkah yang dilaksanakan pada tahap ini yaitu:

1. Memahami teknis penerapan model pembelajaran Problem Based Learning berdasarkan pengamatan aktivitas dan hasil belajar peserta didik sebelum dilakukan penelitian tindakan kelas.

2. Membuat perangkat pembelajaran meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), bahan ajar, Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD), dan media pembelajaran berupa powerpoint yang menarik bagi peserta didik.

3. Menyiapkan lembar penilaian baik penilaian pengetahuan dan ketrampilan. Penilaian pengetahuan berupa lembar penilaian, sedangkan penilaian ketrampilan sikap dan ketrampilan berupa lembar observasi penilaian sikap dan ketrampilan beserta rubrik penilaiannya, serta menyusun soal pre tes dan post tes beserta kuncinya untuk menilai hasil belajar peserta didik sebagai evaluasi pembelajaran sehingga dapat mengetahui peningkatan yang terjadi selama diberikan tindakan dengan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).

4. Membuat standar aktivitas dan hasil belajar peserta didik untuk target pencapaian pada masing- masing siklus sebelum dilakukan proses belajar mengajar menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).

5. Membuat prosedur untuk siswa sebagai acuan untuk penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).

B. Siklus I, II dan III

Siklus ini dilaksanakan setelah tahap pra siklus selesai dilakukan, dianalisa dan didapatkan hasil refleksinya. Hasil refleksi dari tahap pra siklus akan dijadikan sebagai dasar dalam melaksanakan kegiatan pada siklus I. Selanjutnya hasil refleksi dari tahap siklus I akan dijadikan sebagai inti dalam melaksanakan kegiatan pada siklus II. Begitupun hasil refleksi dari tahap siklus II akan dijadikan sebagai inti dalam melaksanakan kegiatan pada siklus III. Dalam kegiatan masing-masing siklus dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Perencanaan (Plan)

Tahap perencanaan pada siklus ini dengan merencanakan kegiatan yang akan dilaksanakan untuk memperbaiki permasalahan dari pembelajaran tersebut berdasarkan hasil dari pra siklus, langkah- langkah yang dilakukan yaitu :

a. Guru menyiapkan sarana pendukung dan membuat skenario pembelajaran yang berisi langkah-langkah proses belajar mengajar menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Skenario pembelajaran ini dipakai sebagai pedoman dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

b. Menyiapkan perlengkapan yang diperlukan dalam pembelajaran seperti RPP, bahan ajar, lembar penilaian kegiatan peserta didik, media powerpoint yang menarik, serta soal pre tes dan post tes yang akan digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa pada mata pelajaran Operasi Teknik Kimia II.

c. Menyiapkan lembar penilaian berupa lembar observasi penilaian sikap dan ketrampilan untuk mengukur aktivitas dan ketrampilan peserta didik pada saat proses belajar mengajar berlangsung.

d. Merencanakan teknis observasi dan teknis pengambilan data.

2. Pelaksanaan (Action)

Dalam tahap pelaksanaan ini dilakukan proses belajar mengajar dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yang telah disiapkan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas XII Kimia Industri SMK N 1 Tuban pada mata pelajaran Operasi Teknik Kimia II.

Pelaksanaan proses belajar mengajar Problem Based Learning (PBL) sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah dibuat. Langkah-langkah pelaksanaan proses belajar mengajar model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yaitu :

(5)

PROGRESIF | 121 a. Orientasi Siswa pada Masalah

Guru menayangkan video di youtube tentang materi yang akan disampaikan agar lebih tertarik dengan pembelajaran. Peserta didik mencari permasalahan yang berkaitan dengan materi pada video tersebut. Guru meminta peserta didik membaca dan memahami masalah secara individu untuk bisa mengajukan hal-hal yang belum dipahami terkait dengan permasalahan yang ada. Guru mengarahkan peserta didik tentang tugas yang harus diselesaikan.

b. Mengorganisasi Siswa untuk Belajar

Guru membagi peserta didik kedalam kelompok. Guru membagikan materi ajar dan LKPD yang berisikan masalah dan langkah-langkah pemecahannya kepada masing- masing kelompok. Guru meminta peserta didik berdiskusi untuk menghimpun berbagai informasi dari materi yang sudah dipelajari yang nantinya berguna untuk memecahkan masalah.

c. Membimbing Penyelidikan Peserta didik secara Individual dan Kelompok

Guru membimbing setiap kelompok dalam memecahkan permasalahan yang ada di LKPD.

Peserta didik membaca materi ajar yang diberikan sebagai literasi dalam menjawab LKPD. Guru meminta peserta didik untuk berdiskusi dan semua anggota kelompok terlibat aktif dalam pemecahan masalah. Guru mencermati kegiatan peserta didik dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya apabila menemui kesulitan. Peserta didik menuliskan hasil diskusi dalam LKPD.

d. Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Karya

Guru memberikan kesempatan perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya secara runtut, sistematis dan santun. Guru memberikan kesempatan dari kelompok lain untuk memberikan tanggapan atas jawaban atau presentasi kelompok penyaji dengan sopan.

e. Menganalisis dan Mengevaluasi Proses Pemecahan Masalah

Guru bersama peserta didik membahas yang telah dipelajari di LKPD. Guru melibatkan peserta didik mengevaluasi jawaban di LKPD dan membuat kesepakatan bila jawaban yang disampaikan tersebut sudah benar. Guru mengumpulkan semua hasil diskusi tiap kelompok.

Setelah langkah-langkah proses belajar mengajar dilakukan, dilanjutkan dengan menyimpulkan materi oleh peserta didik dengan bimbingan guru. Guru melakukan evaluasi/post test untuk menguji pemahaman materi menggunakan google form yang telah dibuat. Guru meminta peserta didik untuk merefleksi kegiatan pembelajaran hari ini.

3. Pengamatan (Observation)

Pada tahap pengamatan (observation) guru mengamati aktivitas peserta didik selama proses belajar mengajar berlangsung dan mengisi lembar observasi ketrampilan dan sikap yang telah disiapkan.

4. Refleksi (Reflection)

Refleksi adalah kegiatan yang dilakukan pada tahap akhir dalam suatu proses belajar mengajar berupa penilaian atau umpan balik dari serangkaian dilaksanakannya tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pengamatan selesai, sehingga diperoleh data-data yang diolah selanjutnya dapat diputuskan tindakan apa yang akan dilakukan. Jika data yang diperoleh memenuhi target sesuai dengan indikator keberhasilan maka proses kegiatan dapat dikatakan selesai, tetapi apabila data yanag diperoleh belum memenuhi target sesuai dengan indikator keberhasilan maka penelitian dilanjutkan pada siklus berikutnya yang diharapkan adanya perbaikan pada hasil yang diperoleh.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi atau pengamatan aktifitas peserta didik meliputi sikap dan ketrampilan, sedangkan untuk pengambilan data hasil belajar peserta didik dari hasil tes pengetahuan berupa nilai post test.

1. Observasi

Observasi adalah proses pengamatan yang dilakukan oleh guru selama proses belajar mengajar berlangsung. Observasi ini layak digunakan dalam penelitian yang berhubungan dengan kondisi belajar mengajar, sikap dan perilaku serta interaksi dalam kelompok maupun antar kelompok.

(6)

PROGRESIF | 122 2. Tes

Tes dipakai sebagai alat pengukur data yang diperlukan dalam penelitian. Tes berupa soal-soal yang berkaitan dengan materi dibuat sesuai dengan indikator yang ada. Dari hasil pengerjaan soal- soal tes ini akan diperoleh skor berupa angka. Adapun jenis tes dalam penelitian adalah pre tes untuk mengetahui pengetahuan awal peserta didik dan post tes untuk mengetahui hasil belajar peserta didik.

Teknik analisis data yang dilakukan adalah sebagai berikut :

Data pengamatan aktivitas siswa yang diperoleh dalam penelitian ini adalah hasil pengamatan observer (teman sejawat) terhadap aktivitas siswa selama proses belajar mengajar di dalam kelas pada setiap siklus, penelitian selesai bila sudah mencapai peningkatan maksimal. Penentuan skor tentang aktivitas peserta didik berdasarkan pada jumlah peserta didik sejumlah 16.

Untuk presentase aktivitas siswa selama proses belajar mengajar dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Persentase aktivitas = (jumlah peserta didik yang aktif/jumlah total peserta didik) x 100%

Terhadap data hasil post test peserta didik, dilakukan analisa dengan menentukan peningkatan hasil dari post test pada siklus I, II, III, serta jumlah (persentase) siswa yang tuntas belajar pada siklus I, II, III. Kemudian membandingkan hasil yang diperoleh pada siklus I, II, III

Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas XII Kimia Industri SMK Negeri 1 Tuban tahun pelajaran 2021/2022, sebanyak 16 peserta didik. Penelitian ini berlokasi di SMK Negeri 1, dilakukan pada semester ganjil tahun ajaran 2021/2022 selama 3 kali pertemuan.

Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi aktivitas untuk penilaian sikap dan ketrampilan, serta pre tes dan post tes pilihan ganda dalam bentuk google form untuk mengetahui hasil belajar siswa. Instrumen tes telah diuji validitas isi dan validitas item. Soal berisi tentang materi evaporasi dan akan diberikan setelah semua proses pembelajaran selesai.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan observasi awal sebelum penelitian diketahui bahwa peserta didik kelas XII Kimia Industri SMK Negeri 1 Tuban memiliki beberapa permasalahan selama proses pembelajaran.

Permasalahan tersebut antara lain: 1) kurang aktifnya peserta didik selama proses pembelajaran, 2) peserta didik kesulitan dalam memahami materi, menggali informasi , memecahkan masalah dan mengemukakan pendapat, 3) dalam proses pembelajaran di kelas guru menggunakan model pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher center), 4) ketertarikan peserta didik terhadap proses pembelajaran masih rendah, dan 5) pemahaman peserta didik terhadap materi yang disampaikan masih kurang sehingga hanya 50% peserta didik yang mencapai KKM.

Dari permasalahan-permasalahan tersebut di atas perlu dilakukan tindakan untuk meningkatkan aktifitas dan hasil belajar peserta didik, yaitu dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan menerapkan TPACK (Tecnological, Pedagogical and Content Knowledge).

Proses pembelajaran secara Problem Based Learning (PBL) dibagi dalam 3 siklus. Pada siklus I guru menyampaikan materi dengan menggunakan media powerpoint yang di dalamnya terdapat video dari permasalahan sehari-hari yang berkaitan dengan materi tersebut. Peserta didik mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan materi. Guru membagi kelompok diskusi dan membagikan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD). Secara langsung guru membimbing peserta didik dalam berdiskusi.

Peserta didik mempresentasikan hasil diskusinya. Dalam proses pembelajaran peserta didik terlihat kurang aktif dan kurang komunikatif, hal ini disebabkan peserta didik belum terbiasa dengan metode pembelajaran yang baru dan kurang percaya diri dalam menyampaikan pendapat maupun pertanyaan kepada kelompok lain ketika presentasi.

Pada siklus II, pembelajaran secara Problem Based Learning (PBL) mengalami peningkatan dari siklus I. Hal ini dapat terlihat dalam proses siklus II pembelajaran secara Problem Based Learning (PBL) dapat berjalan lebih lancar. Aktifitas peserta didik dalam berdiskusi juga terlihat meningkat

(7)

PROGRESIF | 123 dengan ditandai bertambahnya siswa yang aktif berkomunikasi dengan teman sekelompoknya dan menanggapi serta bertanya ketika ada kelompok lain yang presentasi. Peserta didik juga sudah mampu merefleksi kegiatan pembelajaran.

Pada siklus III, terlihat lebih baik dari siklus I dan siklus II. Dengan pembelajaran metode Problem Based Learning (PBL) terlihat mendapatkan hasil yang maksimal. Aktifitas peserta didik semakin baik, peserta didik aktif dengan saling berkomunikasi antar teman sekelompoknya, lebih percaya diri menyampaikan pendapat, bertanya dan menanggapi ketika ada kelompok lain presentasi.

Proses pembelajaran sudah terlihat kondusif karena peserta sudah terbiasa dengan metode Problem Based Learning (PBL).

Tabel 1. Kenaikan Aktivitas Peserta Didik

Siklus I Siklus II Siklus III Persentase aktivitas peserta didik 43,75% 62,5% 75%

Sumber: Nilai tes hasil belajar berupa tes akhir dengan menggunakan Google Form

Hasil belajar peserta didik meningkat seiring dengan meningkatnya aktivitas belajar peserta didik dalam proses pembelajaran. Hasil belajar peserta didik dapat dilihat dari nilai tes hasil belajar berupa tes akhir (post test) dengan menggunakan Google Form. Tes akhir dilakukan pada akhir pembelajaran untuk mengetahui berapa peserta didik yang dapat memahami materi yang disampaikan. Hasil belajar peserta didik dari data observasi siklus I, siklus II dan siklus III mengalami peningkatan, sehingga dengan menerapkan metode pembelajaran secara Problem Based Learning (PBL) peserta didik lebih memahami materi dalam proses pembelajaran.

Tabel 2. Kenaikan Nilai Tes Hasil Belajar

Siklus I Siklus II Siklus III Persentase hasil belajar peserta didik yang mencapai

Ketuntasan Minimal Belajar (KKM)

69% 75% 88%

Sumber: Nilai tes hasil belajar berupa tes akhir dengan menggunakan Google Form

Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa pada siklus I, menunjukkan bahwa 43,75% peserta didik sudah menunjukkan aktivitas belajar dan nilai hasil belajar perserta didik yang mencapai kriteria ketuntasan minimal adalah 69%. Pada siklus II aktivitas belajar peserta didik mengalami kenaikan yaitu 62,5% dan nilai hasil belajar perserta didik yang mencapai kriteria ketuntasan minimal adalah 75%. Pada siklus III mencapai hasil yang maksimal yaitu dengan aktivitas belajar peserta didik 75% dan nilai hasil belajar yang mencapai 88%.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tindakan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Penerapan pembelajaran metode pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan aktivitas belajar peserta didik. Dapat dilihat dari adanya peningkatan dan perubahan yang positif dan lebih baik jika dibandingkan dengan proses kegiatan pembelajaran yang sebelumnya. Hal ini dapat ditunjukkan dari perubahan sikap dari peserta didik dimana pada siklus I peserta didik masih terlihat kurang aktif pada kegiatan diskusi, tetapi pada siklus II dan III kegiatan diskusi menjadi lebih aktif dan proses berpikir kritis peserta didik menjadi tumbuh. Pada siklus I peserta didik yang aktif baik dalam berdiskusi maupun menanggapi teman yang presentasi adalah 43,75%. Pada siklus II menunjukkan peningkatan peserta didik yang aktif menjadi 62,5%.

Pada siklus III peserta didik sudah menunjukkan keaktifannya sebesar 75%.

2. Penerapan pembelajaran metode pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Dapat dilihat dari adanya peningkatan hasil belajar peserta didik yang sudah tuntas kriteria ketuntasan minimum sebanyak 69%. Pada siklus II menunjukkan peningkatan hasil belajar peserta didik yang sudah tuntas kriteria ketuntasan minimum menjadi 75%. Pada siklus III hasil belajar peserta didik yang sudah tuntas kriteria ketuntasan minimum menunjukkan 88%.

(8)

PROGRESIF | 124 DAFTAR PUSTAKA

Barrett, T., & Moore, S. M. (2011). New Approaches To Problem-Based Learning. Routledge New York.

Cahir, C. (2021). Peningkatan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas Vi Sd Negeri 329 Palambarae Kabupaten Bulukumba Dengan Menggunakan Model Kooperatif Tipe Tgt.

PINISI: Journal Of Teacher Professional, 2(1), 6–13.

Djamarah, S. B. (2008). Psikologi Belajar Edisi 2: Jakarta. PT. Rineka Cipta.

Maryati, I. (2018). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Materi Pola Bilangan Di Kelas Vii Sekolah Menengah Pertama. Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika, 7(1), 63–

74.

Rahayu, S. (2017). Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK): Integrasi ICT Dalam Pembelajaran IPA Abad 21. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan IPA IX, 1–14.

Referensi

Dokumen terkait

Pengamatan dilakukan selama pembelajaran berlangsung. Pada tahap ini peneliti dibantu oleh teman sejawat sebagai observer yang mengamati dan mencatat aktivitas

Hasil pengamatan observer terhadap aktivitas guru dalam pembelajaran dengan penerapan Teknik Stop, Pause, Start pada pertemuan pertama, dapat dilihat pada tabel

Tabel 2.. Teknik analisis kualitatif dilakukan melalui lembar keterlaksanaan pembelajaran. Data observasi yang telah diperoleh dihitung, kemudian dipersentasekan sehingga

Analisis data aktivitas guru dan siswa serta analisis data hasil belajar matematika menunjukkan bahwa telah terjadi perbaikan proses pembelajaran dan peningkatan hasil belajar

Data yang diperoleh observer selama mengamati proses pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk menilai aktivitas mahasiswa dalam kegiatan pembelajaran, aktivitas dosen dan

Tahap 5 (menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah). Pelaksanaan penelitian dilakukan secara kolaboratif antara guru kelas dengan teman sejawat, yang

Alat pengumpul data pada penelitian ini berupa 1 lembar pengamatan, lembar pengamatan ini ditujukan untuk mengamati aktivitas-aktivitas yang dilakukan siswa dan guru, interaksi siswa

Teknik pengumpulan data untuk mengetahui perbedaan yang diproleh dalam Analisis Perbandingan Penerapan Model PJBL dengan PBL dalam Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Pada