• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of Penerapan Program Weekly Rate Sebagai Bentuk Intervensi Mikro pada Anak di UPT SD Negeri 067099 Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "View of Penerapan Program Weekly Rate Sebagai Bentuk Intervensi Mikro pada Anak di UPT SD Negeri 067099 Medan"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

e-ISSN 2655-9730| p-ISSN 2962-6692 Vol. 2 No. 4 (Desember 2023) 392-399

Received: Juny 17, 2023 | Accepted: September 26, 2023 | Published: December 27, 2023

Penerapan Program Weekly Rate Sebagai Bentuk Intervensi Mikro pada Anak di UPT SD Negeri 067099 Medan

Juwita Enjelina Panjaitan1, Gusti Pirandy2

1,2Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia

Email: 1Juwitaenjelina379@gmail.com, 2Pirandy.gusti@usu.ac.id

Abstrak

Pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana pembelajaran dan proses belajar agar peserta didik dapat secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, kepribadian, pengendalian diri, dan keterampilan. Pendidikan sekolah dasar adalah pendidikan anak yang berusia 7 sampai 13 tahun sebagai pendidikan di tingkat dasar yang dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan sosial budaya. Keluarga merupakan basis pendidikan pertama dan utama bagi anak. Penting bagi seorang anak untuk mendapatkan pengetahuan dasar, perkembangan psikologis dan pertumbuhan fisiknya. Sebagian besar kehidupan seorang anak itu dilalui di dalam keluarga sehingga pengalaman pendidikan yang diperoleh dari keluarga akan mempengaruhi proses pendidikan selanjutnya. Oleh karena itu, orang tua harus mampu menanamkan pendidikan yang baik dan benar, serta bertanggung jawab terhadap anak. Weekly rate adalah sebuah kegiatan mencatat hal yang dialami oleh siswa kelas 4 setiap minggunya. Catatan itu wajib diisi oleh siswa sebelum waktu pulang sekolah. Di mana output dari program ini untuk dapat melakukan proses intervensi berbasis level mikro terhadap siswa/i yang membutuhan dalam bidang pendidikan.

Kata Kunci: Pendidikan, Keluarga, Weekly Rate Abstract

Education is a conscious and planned effort to create a learning atmosphere and learning process so that students can actively develop their potential to have religious spiritual strength, personality, self-control, and skills. Primary school education is the education of children aged 7 to 13 years as education at the basic level developed in accordance with the education unit, regional potential, and socio-culture. The family is the first and main education base for children. It is important for a child to gain basic knowledge, psychological development and physical growth. Most of a child's life is spent in the family so that the educational experience gained from the family will affect the next educational process. Therefore, parents must be able to instill good and correct education, and be responsible for their children. Weekly rate is an activity to record things experienced by grade 4 students every week. The note must be filled in by students before school dismissal time. Where the output of this program is to be able to carry out a micro-level- based intervention process for students in need in the field of education.

Keywords: Education, Family, Weekly Rate

PENDAHULUAN

Menurut UUD 1945, Pengertian Pendidikan Sekolah Dasar merupakan suatu upaya untuk mencerdaskan dan mencetak kehidupan bangsa yang bertaqwa, cinta dan bangga terhadap bangsa dan negara, terampil, kreatif, berbudi pekerti, dan santun serta mampu menyelesaikan permasalahan di lingkungannya. Pendidikan sekolah dasar adalah pendidikan anak yang berusia 7 sampai 13 tahun sebagai pendidikan di tingkat dasar yang dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan sosial budaya. Di sekolah dasar inilah siswa dituntut untuk menguasai ke semua bidang studi, bagaimana cara menyelesaikan masalah. Akan tetapi, pembelajaran tidak hanya dilakukan di sekolah saja, di luar sekolahpun sama saja itu merupakan suatu pembelajaran.

(2)

Dalam UUD No.20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana pembelajaran dan proses belajar agar peserta didik dapat secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, kepribadian, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Keluarga merupakan basis pendidikan pertama dan utama bagi anak. Penting bagi seorang anak untuk mendapatkan pengetahuan dasar, perkembangan psikologis dan pertumbuhan fisiknya. Dalam keluarga seorang anak pertama kali mendapatkan pendidikan dan bimbingan. Sebagian besar kehidupan seorang anak itu dilalui di dalam keluarga sehingga pengalaman pendidikan yang diperoleh dari keluarga akan mempengaruhi bagaimana anak itu dalam proses pendidikan selanjutnya termasuk pendidikan sekolah dasar. Oleh karena itu, orang tua harus mampu menanamkan pendidikan yang baik dan benar, serta bertanggung jawab terhadap anak. Hal ini akan mempengaruhi sikap yang dimiliki seorang anak tersebut agar dapat mecerminkan kepribadian yang luhur, yang bermanfaat bagi dirinya sendiri, agama, nusa dan bangsa.

Menurut Parsons, Jorgensen, dan Hernandez yang dikutip oleh Edi Suharto (2009), pekerja sosial memiliki beberapa peran yaitu enabler atau fasilitator, broker, mediator, pendidik, dan konselor. Di dalam lembaga pendidikan, pekerja sosial menggunakan perannya sebagai pendidik dan konselor. Sebagai pendidik, pekerja sosial harus mampu memberikan pengetahuan dan keterampilan bagi klien agar dapat berfungsi secara sosial dan mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Seperti yang dikutip oleh Edi Suharto bahwasannya sering sekali klien memiliki keterbatasan akan pengetahuan dan keterampilan sehingga masuk ke dalam kelompok yang rentan dalam menghadapi guncangan sosial (Edi Suharto, hal. 97-101).

Tantangan bagi pendidikan seorang anak dapat berasal dari internal maupun eksternal. Kedua faktor ini dapat mempengaruhi upaya dalam pendidikan seorang anak. Masalah yang berasal dari internal berasal dari orang tuanya. Tak sedikit orang tua yang tak edukatif dalam mendidik anaknya bahkan tak memahami bagaimana cara mendidik anak dengan baik dan benar. Keadaan ini akan semakin rumit jika kondisi kedua orang tuanya tidak harmonis, seperti masalah ekonomi, perceraian dan lain sebagainya. Padahal dalam tahap ini seorang anak membutuhkan sosok orang tua yang mampu melengkapi proses tumbuh kembang sang anak hingga proses pendidikan pertama yang akan ia dapatkan.

Selain dari masalah internal, perlu kita sadari bahwa sikap yang diperoleh anak sebagian besar juga dipengaruhi oleh masalah eksternal. Masalah eksternal tersebut dapat bersumber dari lingkungan masyarakat atau lingkungan sosialnya. Lingkungan interaksi sosial anak penting karena anak butuh bersosial dengan teman sebayanya, anak juga butuh bermain dengan lingkungannya. Hal tersebut tak dapat dielakkan. Namun dapat membawa pengaruh buruk terhadap pendidikan sang anak.

Dalam hal ini penulis menemukan salah satu faktor masalah anak yang kurang dalam numerasi dan literasi adalah masalah internal yaitu orang tua. Kondisi yang dimaksud disini adalah ekonomi dari keluarga yang kurang menyebabkan sang anak tak dapat pendidikan yang maksimal dari keluarga karena orang tua yang harus lebih fokus untuk bekerja dibandingkan di rumah untuk memberikan perhatian dan pendidikan yang dibutuhkan oleh anak.

Hal ini didapat dari proses intervensi mikro yang dilakukan oleh penulis. Melalui program Weekly Rate penulis selaku praktikan melakukan pendekatan terhadap anak kelas 4 UPT SD Negeri 067099 Medan.

Anak-anak tersebut diajak untuk menceritakan bagaimana hari dan kesulitan yang mereka hadapi selama menginggu belakangan. Dalam project based learning ini praktikan menemukan seorang klien berinisial D, yang berusia 10 tahun. Berdasarkan wawancara, klien D menjelaskan bahwa ia tidak mendapatkan pengajaran dasar membaca dan behitung di rumah. Artinya ia tidak mendapatkan pendidikan yang didukung oleh keluarga klien.

Dalam kasus ini, penulis melakukan Praktik Kerja Lapangan 1 untuk penerapan program Weekly Rate sebagai bentuk intervensi mikro dengan bimbingan Supervisor Sekolah yaitu Bapak Gusti Pirandy, S.Sos, M. Kesos serta Supervisor Lembaga yaitu Ibu Rahmiyatul Aini, S.Pd. Dalam kegiatan praktik ini penulis melakukan project based learning sekaligus mengimplementasikan modul kejujuran dan kepedulian yang ada pada Program Kampus Mengajar Mitra USU. Dikarenakan hal itu, saya selaku praktikan membuat perencanaan untuk memulai menumbuhkan rasa semangat membaca terhadap anak-anak. Bentuk intervensi yang saya lakukan yaitu dengan melaksanakan project based learning berupa “Weekly Rate”.

METODE

(3)

Kegiatan ini di lakukan di UPT SD Negeri 067099 yang berada di Jl. Setia Budi No.6, Tj. Rejo, Kec.

Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara. Melalui progam Weekly Rate yang menggunakan intervensi mikro (individu), anak akan dibantu untuk memahami permasalahan dalam belajar. Zastrow (2004) membagi praktik pekerja sosial menjadi tiga level, yaitu sebagai berikut :

No. Level Intervensi

Unit Intervensi Model Intervensi

1. Mikro Individu Individual casework

2. Mezzo 1. Keluarga, 2. Kelompok 1. Family casework dan family therapy 2. Group work dan group therapy 3. Makro 1. Organisasi, dan 2.

Komunitas

1. Administrasi, dan 2.

Pengorganisasian Tabel 1. Level Praktik Pekerjaan Sosial

Dalam membantu klien menyelesaikan permasalahan belum bisa membaca tersebut, saya menggunakan Metode Casework yang terdiri dari beberapa tahapan berikut ini (Skidmore : dalam Adi (170-174)):

1. Study Phase

Pada tahap ini, pembentukan relasi antara pekerja sosial dengan klien. Pada tahap ini relasi antara pekerja sosial dan klien berkembang. Sehingga, terkumpulnya data kehidupan klien atau sejarah kehidupan klien. Data tersebut membantu dalam penyelesaian permasalahan agar klien dapat mengembangkan diri. Data tersebut juga berguna untuk membantu klien memilih cara terbaik pada klien tersebut dalam memecahkan permasalahan yang ia hadapi.

2. Tahap Pengkajian (Assesment Phase)

Tahap ini diawali dengan pernyataan masalah apa yang dihadapi oleh klien. Dimana dalam tahap ini pekerja sosial mendapatkan alasan masalah dari klien. Pada tahap ini juga pekerja sosial mendapatkan apa penyebab permasalahan yang dihadapi oleh klien tersebut. Pengumpulan data yang dilakukan oleh pekerja sosial dengan menggunakan pendekatan analisis SWOT (Strengths, Weekness, Oppurtunities, dan Threats).

3. Tahap Intervensi

Tahap ini dikembangkan berdasarkan kebutuhan dari klien. Pekerja sosial bersama dengan klien melakukan proses pemecahan masalah dengan berbagai alternatif (program perencanaan). Tahap ini klien didorong untuk mengembangkan kemampuannya yang merupakan salah satu cara pemecahan masalah. Tahap ini termasuk dalam tahap yang tidak mudah mengingat klien yang masih bergantung kepada praktikan, sehingga kadang merasa tidak yakin. Proses ini terbilang proses yang naik-turun sesuai dengan dinamika perkembangan klien.

4. Tahap Terminasi

Tahap ini merupakan tahap dimana relasi antara pekerja sosial dengan klien dihentikan. Dimana sudah terlihat kemampuan klien untuk mengatasi permasalahan dan kondisi yang ada.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Peran penting intervensi sosial ini dapat diamati melalui fungsi-fungsi yang ada di dalamnya, di mana mengarahkan intervensi sosial sebagai motor penggerak perubahan dan menjadi penghubung yang strategis dalam mempertemukan individu dan sumber pemberi bantuan. Menyangkut fungsi-fungsi sistem intervensi sosial, Pincus dan Minahan (43: 1973) dan dalam Rahmat (37: 2012) mengatakan bahwa sedikitnya enam fungsi intervensi sosial yang berkorelasi langsung terhadap peningkatan mutu pekerja sosial dalam menanggulangi permasalahan sosial di tengah masyarakat, keenam fungsi tersebut yaitu:

1) Help people enhance and more effectively utilize their own problem-solving and coping capacities.

2)

(4)

3) Facilitate interaction and modify and build new relationships between people and societal resource systems.

4) Contribute to the development and modifications of society policy.

5) Dispense material resource.

6) Serve as agent of social control.

No. Tanggal Pelaksanaan

Deskripsi Kegiatan

1. 12 April 2023 Praktikan masuk di dalam kelas 4 yang ditempatkan oleh Kepala Sekolah UPTS SD Negeri 067099.

Praktikan menggunakan kesempatan tersebut untuk memperkenalkan diri dan menjalin ikatan emosional hingga beberapa minggu. Pada tahap ini juga praktikan juga menjelaskan program Weekly Rate untuk dibacakan di depan kelas setiap minggunya.

2. 26 Mei 2023 Praktikan menjelaskan bahwa program Weekly Rate tersebut memuat tulisan yang berisi seluruh aktivitas yang mereka lakukan dalam beberapa minggu belakangan baik kegiatan yang mereka lakukan di rumah maupun di sekolah. Siswa/i kelas 4 memahaminya dan menuliskan agenda tersebut di dalam buku kosong.

Tabel 2. Pembahasan Mini Project

Pada Praktik Kerja Lapangan I (satu) ini setiap mahasiswa Kesejahteraan Sosial dituntut untuk membuat sebuah project based learning. Project based learning ini sendiri adalah sebuah mini project yang dibuat oleh mahasiswa Kesejahteraan Sosial FISIP USU dengan tujuan mengubah atau mengembalikan fungsi sosial klien melalui metode pekerja sosial. Awal dari pelaksaan Praktikum I ini dimulai dengan melakukan pendekatan secara emosional terhadap anak kelas 4 (empat), adaptasi terhadap peraturan dan lingkungan sekolah. Pada tahap ini juga saya mengajak anak kelas 4 tersebut berinteraksi melalui bercerita tentang keseharian mereka dan juga bernyanyi bersama. Tahap pendekatan dan adaptasi lingkungan sekolah ini praktikan lakukan selama kurang lebih dua munggu hingga praktikan dapat mengenali sedikit sifat dan karakter anak-anak kelas 4 UPT SD NEGERI 067099 Medan ini. Dari hasil asesmen dan pengobservasian yang sudah dilakukan, praktikan menemukan kendala dari kelas 4 di sekolah ini adalah belum fasih dalam membaca.

Siswa yang berada pada kelas 4 di sekolah ini berjumlah 7 orang. 4 di antaranya masih belum dapat menguasai bacaan atau belum bisa membaca dengan lancar. Salah satu penyebab siswa belum lancar membaca dikarenakan faktor dukungan dari keluarga atau orang tua siswa. Kebanyakan siswa tidak didorong belajar dan dibekali pengetahuan oleh orang tuanya di rumah. Para orang tua sepenuhnya menyerahkan anaknya kepada guru yang ada di sekolah.

(5)

Gambar 1. Foto dengan Sebagian Anak Kelas 4

Dalam membantu klien menyelesaikan permasalahan belum bisa membaca tersebut, saya menggunakan Metode Casework (Skidmore : dalam Adi (170-174)):

1. Study Phase

Awal dari tahap pengabdian kepada masyarakat ini sedikit terkendala dikarenakan sang anak sering tidak masuk dalam proses pembelajaran. Hal ini membuat pendekatan yang sedikit lama. Namun, seiring berjalannya waktu, terjalinnya relasi antara praktikan dan klien mulai terbentuk secara alami dikarenakan praktikan berfungsi sebagai penyampain modul yang tersedia dari Kegiatan Kampus Mengajar Mitra USU. Pada tahap ini relasi antara praktikan dengan anak inisial D terjalin sehingga praktikan dapat mengumpulkan data atau sejarah hidup klien. Data tersebut akan digunakan untuk membantu dalam menyelesaikan permasalahan. Data tersebut akan digunakan untuk mengidentifikasi masalah klien, penyebab dan faktor terjadinya.

2. Tahap Pengkajian (Assesment Phase)

(6)

Dimana dalam tahap ini pekerja praktikan mendapatkan apa masalah yang dihadapi klien. Dimana dalam tahap ini didapatkan alasan masalah dari klien, yaitu kondisi kesejahteraan dari keluarga klien.

Ia tidak didukung dalam bentuk pertumbuhan psikologis. Masalah yang dihadapi klien tersebut didapatkan melalui pendekatan analisis SWOT (Strengths, Weekness, Oppurtunities, dan Threats).

Analisis SWOT ini berisi hal yang menjadi faktor penguat yang ada di dalam diri klien, kelemahan yang ada dalam diri klien, kesempatan apa yang ia miliki untuk mengembangkan kemungkinan yang ada, serta kemungkinan ancaman yang akan terjadi.

a. Kekuatan (Strengths), merupakan kondisi kekuatan yang terdapat dalam individua tau objek yang ada. Kekuatan yang dianalisis merupakan faktor yang terdapat dalam objek tersebut. Ia memilih untuk membuka obrolan kepada orang tua dan menjelaskan kondisinya di sekolah, serta kesulitan yang ia alami selama sekolah. Selain itu, klien memiliki keberanian yang jarang dimiliki oleh anak lain seusianya dalam penyampaian pendapat.

b. Kelemahan (Weakness), merupakan kondisi kelemahan yang terdapat dalam individua tau objek yang ada. Kelemahan yang dianalisis merupakan faktor yang terdapat dalam individua tau objek itu sendiri. Kondisi ekonomi klien yang sangat kurang dan jumlah anggota keluarga yang banyak merupakan suatu kondisi yang kurang dalam hidup klien.

c. Peluang (Opportunities), merupakan kondisi peluang berkembang di masa datang yang terjadi.

Kondisi yang terjadi merupakan peluang dari luar. Klien memiliki semangat belajar, namun tidak didukung oleh lingkungan sekitarnya, Oleh karena itu, jika ia ditempatkan pada tempat yang benar, maka anak dapat berkembang.

d. Ancaman (Threats), merupakan kondisi yang mengancam dari luar. Ancaman ini dapat mengganggu individu atau objek itu sendiri. Lingkungan yang kurang mendukung akan menjadi ancaman, yaitu pergaulan sang anak yang cendurung tidak menunjukkan motivasi untuk belajar.

Gambar 2. Kegiatan Berhitung 3. Tahap Intervensi

Setelah tahap pendekatan hubungan sudah terjalin dengan klien dan hasil analisis masalah yang dihadapi klien,maka didapatkan ide untuk penyelesaiannya dari tahap ini. Maka muncul salah satu ide untuk menerapkan program Weekly Rate untuk mengidentifikasi secara kasar apa yang belakangan siswa hadapi. Isi dari Weekly Rate juga menyampaikan hal-hal yang menarik yang mereka rasakan selama seminggu. Pada Program weekly rate ini dikembangkan berdasarkan kebutuhan dari klien. Saya bersama dengan D melakukan proses pemecahan masalah dengan salah satu pengidentifikasi

(7)

masalahnya melalui Weekly Rate. Disini D didorong untuk mengembangkan kemampuannya dalam mengeja kata dan perkalian. Tahap ini termasuk dalam tahap yang tidak mudah mengingat klien yang masih bergantung kepada praktikan, sehingga kadang merasa tidak yakin. Proses ini merupakan proses yang naik-turun sesuai dengan dinamika perkembangan klien.

Gambar 1. Proses Intervensi Kepada Klien 4. Tahap Terminasi

Tahap ini merupakan tahap dimana relasi antara pekerja sosial dengan klien dihentikan. Hal ini dikarenakan klien sudah mulai memecahkan masalahnya. Selain itu juga sudah terlihat kemampuan klien D untuk mengatasi permasalahan dan kondisi yang ada. Di akhir praktikum, terdapat kegiatan kesan dan pesan oleh anak-anak kelas 4 UPT SD Negeri 067099 Medan. Selain itu, saya memberikan reward kepada anak-anak karena telah mengikuti kegiatan dengan baik serta proses belajar Program Kampus Mengajar Mitra USU, semangat dan antusias sehingga membuat minat belajar dan kreativitas mereka meningkat. Pihak sekolah sendiri mengucapkan terimakasih karena sudah membantu mempermudah proses anak kelas yang tertinggal dalam membaca dan berhitung.

KESIMPULAN

1. Kesimpulan

Pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana pembelajaran dan proses belajar agar peserta didik dapat secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, kepribadian, pengendalian diri, dan keterampilan. Keluarga merupakan basis pendidikan pertama dan utama bagi anak. Penting bagi seorang anak untuk mendapatkan pengetahuan dasar, perkembangan psikologis dan pertumbuhan fisiknya. Dalam keluarga seorang anak pertama kali mendapatkan pendidikan dan bimbingan. Namun kerap kali hal ini mendapatkan tantangan. Tantangan bagi pendidikan seorang anak dapat berasal dari internal maupun eksternal. Hal ini didapat dari proses intervensi mikro yang dilakukan oleh penulis. Melalui program Weekly Rate penulis selaku praktikan melakukan pendekatan terhadap anak kelas 4 UPT SD Negeri 067099 Medan. Anak-anak tersebut diajak untuk menceritakan bagaimana hari dan kesulitan yang mereka hadapi selama menginggu belakangan.

Dalam membantu klien menyelesaikan permasalahan belum bisa membaca tersebut, praktikan menggunakan Metode Casework (Skidmore : dalam Adi (170-174)):

a. Study Phase

(8)

b. Tahap Pengkajian (Assesment Phase) c. Tahap Intervensi

d. Tahap Terminasi 2. Saran

Praktik Kerja Lapangan (PKL) I (satu) yang dilakukan di UPT SD Negeri 067099 membawa dampak baik bagi sekolah terkhususnya kepada siswa/i. Sangat Perubahan baik yang dirasakan oleh siswa/i adalah orang tua lebih memperhatikan kegiatan yang dilakukan anaknya di sekolah. Saran bagi pihak sekolah juga agar lebih memperhatikan sistem pembelajaran yang lebih fokus terhadap kendala belajar per individua nak di sekolah. Memaksimalkan kinerja guru dan tenaga pengajar. Hal ini bertujuan agar hubungan orang tua dengan guru untuk meningkatkan potensi anak dapat berjalan dengan maksimal.

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya, saya dapat menyelesaikan penulisan jurnal ini. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan untuk semua pihak yang terlibat dalam kegiatan Praktik Kerja Lapangan I ini, yaitu Bapak Gusti Pirandy, S.Sos, M.Kesos selaku Supervisor Sekolah. Penulis juga menyampaikan ucapan terimakasih kepada Bapak Fajar Utama Ritonga, S.Sos, M.Kesos Dosen Pengampu pada mata kuliah ini, serta Sepervisor lembaga yaitu Ibu Rahmiyatul Aini S.Pd. Dan tidak lupa juga penulis ucapkan terimakasih yang sebesar- besarnya kepada Kepala Sekolah SDN 060921 Ibu Habsah Rumahorbo S.Pd, serta kepada para bapak/ibu guru. Terakhir penulis ingin mengucapkan rasa bangga dan terimakasih kepada murid kelas 4 dan siswa/I UPT SD Negeri 067099 Medan yang sudah membantu pelaksanaan program Kmapus Mengajar Mitra USU dan Praktikk Kerja Lapangan I.

DAFTAR PUSTAKA

Adi Isbandi. 2019. Kesejahteraan Sosial (Pekerjaan, Pembangunan Sosial, dan Kajian Pembangunan), Edisi Kedua. PT Raja Grafindo Persada, Depok. 204-209.

Aka kukuh. 2016. Model Quantum Teaching Dengan Pendekatan Cooperative Learning Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran PKN. Vol. 5, No. 1: 35.

Fajar, Agus, dan Mia. 2022. Buku Panduan Praktik Kerja Lapangan 1&2. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sumatera Utara.

Laboratorium School UN PGRI Kediri.2020. Pentingnya Pendidikan Sekolah Dasar.

Langgulung, Hasan, Manusia dan Pendidikan Suatu Analisis Psikologi dan Pendidikan, Jakarta: PT Al- Husna Zukra, 1995.

Wahy, Hasbi. 2012. Kelurga Sebagai Basis Pendidikan Pertama dan Utama. Vol. XII No.2 : 245-258.

Referensi

Dokumen terkait

LAPORAN PELAKSANAAN PRAKTEK PEMANTAPAN KEMAMPUAN MENGAJAR (PKM) Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Pemantapan Kemampuan Mengajar (PDGK 4209) S1 PGSD Universitas Terbuka DISUSUN OLEH : NAMA : .....................NIM : .....................SEMESTER: IV (EMPAT) UPBJJ : UT PANGKAL PINANG POKJAR : MUNTOK MASA REGISTRASI : 2015.1 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIT PROGRAM BELAJAR JARAK JAUH UNIVERSITAS TERBUKA PANGKAL PINANG TAHUN 2015 2 / 9 ii LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PELAKSNAAN PRAKTEK PEMANTAPAN KEMAMPUAN MENGAJAR (PDGK 4209) Oleh ..................... telah diketahui dan disahkan oleh Bapak Sarbudiono, S.Pd selaku Pembimbing Mata Kuliah Pemantapan Kemampuan Mengajar (PKM) di UPBJJ UT Pangkal Pinang Pokjar Muntok sebagai salah satu tugas akhir semester IV (Empat). Tempat : Muntok Hari : Minggu Tanggal : Mei 2015 Pembimbing Mahasiswa Sarbudiono, S.Pd ..................... NIP. 19680528 199103 1 005 NIM. ..................... 3 / 9 iii KATA PENGANTAR Alhamdullilah, segala puji syukur atas kehadirat Allah SWT dan atas berkat rahmat, hidayah dan karunia-Nya, sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan pelaksanaan praktek Pemantapan Kemampuan Mengajar ini dengan baik. Melalui mata kuliah ini, penulis berlatih untuk menerapkan berbagai pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang telah dipelajari dalam kegiatan merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran, sehingga penulis dapat mengoreksi diri agar menjadi seorang guru yang profesional. Penyusunan laporan tugas akhir semester IV ini tentu tidak lepas dari bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini, diantaranya : 1.Bapak Drs. Syarif Fadillah, M.Si, selaku kepala UPBJJ UT Pangkal Pinang; 2.Bapak Hermansyah selaku pengelolah UT pangkal Pinang Pokjar Muntok; 3.Bapak Sarbudiono, S.Pd selaku Pembimbing Mata Kuliah Pemantapan Kemampuan Mengajar di UPBJJ UT Pangkal Pinang Pokjar Muntok; 4.Bapak Mulkan selaku Kepala Sekolah Dasar Negeri 4 Jebus; 5.Bapak Sarmin selaku Kepala sekolah Dasar Negeri 5 Simpang Teritip; 6.Bapak Jhoni Darma Putra, S.Pd.SD selaku Kepala Sekolah Dasar Negeri 6 Parittiga; 7.Bapak Parjana, S.Pd.SD selaku Supervisor 2 yang telah banyak membantu penulis dalam melaksanakan Praktek Pemantapan Kemampuan Mengajar; 8.Kedua orang tua dan teman Mahasiswa yang telah memberi bantuan baik moral, maupun materi dan juga semua pihak yang telah banyak membantu dalam pembuatan laporan ini. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan walaupun penulis telah bekerja dengan maksimal. Maka dari itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak guna perbaikan, selanjutnya penulis berharap Laporan pelaksanaan praktek Pemantapan Kemampuan Mengajar ini akan memberi manfaat bagi pembaca, dan semua pihak yang berkepentingan. Muntok, Mei 2015 Penulis, 4 / 9 iv DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ............................................................................... i LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... ii KATA PENGANTAR ................................................................................. iii DAFTAR ISI ........................................................................................ iv BAB I. PENDAHULUAN......................................................................1 A.Latar Belakang ...........................................................................1 B.Deskripsi Profil Mahasiswa .............................................................2 BAB II. PELAKSANAAN PKM.......................................................................... 3 A.Manfaat Mengikuti PKM ...............................................................3 B.Tempat Pelaksanaan PKM ..............................................................3 C.Waktu Pelaksanaan PKM ...............................................................3 BAB III. ULASAN PROSES SELAMA PELAKSANAAN PKM .....................5 A.Temuan Dalam Praktek Mengajar Mata Pelajaran Eksakta ........................5 B.Temuan Dalam Praktek Mengajar Mata Pelajaran Non Eksakta ..................5 BAB IV. PENUTUP.............................................................................6 A.Kesimpulan ................................................................................. 6 B.Saran ......................................................................................... LAMPIRAN ............................................................................................. oLembar Kelengkapan Berkas Laporan Praktek PKM ...............................oSurat Rekomendasi Kepaka Sekolah ...................................................oSurat Kesediaan Teman Sejawat .......................................................o10 (Sepuluh) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ...................................... o3 (Tiga) APKG 1 dan APKG 2 .........................................................o10 (Sepuluh) Lembar Refleksi .........................................................o10 (Sepuluh) Lembar Observasi .......................................................oJurnal Pembimbingan .................................................................... 5 / 9 1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Mengajar pada hakekatnya ialah membelajarkan siswa, dalam arti mendorong dan membimbing siswa belajar. Membelajarkan siswa mengandung maksud agar guru berupaya mengaktifkan siswa belajar. Dengan demikian, di dalam proses pembelajaran guru menggunakan berbagai strategi dan media semata-mata supaya siswa belajar (Sri Anitah W, dkk, 2009:1.3). Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama adalah mendidik, mengajar, membimbing, melatih, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Ketegasan di atas menjelaskan bahwa guru harus memiliki sikap keprofesionalisme yang harus dimiliki. Profesional sendiri adalah suatu pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Berdasarkan pelaksanaan kegiatan Pemantapan Kemampuan Mengajar (PKM) yang telah dilaksanakan, diharapkan memperoleh pengetahuan dan pengalaman dan untuk mengetahui hasil pelaksanaan kegiatan Pemantapan Kemammpuan Mengajar (PKM) maka perlu disusun laporan hasil pelaksanaan kegiatan tersebut guna dijadikan acuan untuk pelaksanaan pembelajaran lebih baik. Kegiatan Praktek Pemantapan Kemampuan Mengajar dilaksanakan di SD Negeri 4 Jebus yang beralamat di Desa Limbung, Kecamatan Jebus, Kabupaten Bangka Barat. SD Negeri 4 Jebus dikepalai oleh bapak Mulkan memiliki 7 tenaga pendidik dan 2 tenaga kependidikan. Sekolah ini memiliki 6 rombel dengan jumlah siswa 108 orang yang kebanyakan merupakan penduduk setempat.