• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Orangtua Tunggal dalam Mengasuh Anak di Kecamatan Rantau Utara, Kabupaten Labuhanbatu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Orangtua Tunggal dalam Mengasuh Anak di Kecamatan Rantau Utara, Kabupaten Labuhanbatu"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Di dalam kehidupan bermasyarakat terdapat beberapa wadah kegiatan atau aktivitas

manusia yang mengatur perilaku manusia dalam seluruh aspek kehidupan baik individu

dengan individu, individu dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok.Wadah sebagai

tempat manusia beraktivitas dan hidup bersama inilah yang disebut sebagai lembaga atau

institusi.Lembaga bermanfaat bagi manusia sebagai pengawas atas konsekuensi hidup orang

banyak, menjaga kelangsungan stabilitas sosial dan menjalankan peran sesuai dengan

keinginan individu.Lembaga yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari– hari adalah

lembaga keluarga, lembaga pendidikan, lembaga agama, lembaga ekonomi dan lembaga

pemerintahan.

Disetiap kehidupan seseorang pasti memiliki kehidupan yang selalu berhubungan dengan

keluarga.Keluarga merupakan orang-orang penting yang selalu ada dalam kehidupan

seseorang.Keluarga merupakan kelompok yang mengidentifikasi diri dengan anggotanya

terdiri dari dua individu atau lebih, diikat oleh hubungan darah atau hukum, tetapi berfungsi

sedemikian rupa sehingga mereka menganggap diri mereka sebagai keluarga.Keluarga adalah

kelompok sosial terkecil yang timbul akibat adanya perkawinan.Perkawinan adalah suatu

kesatuan antara seorang laki - laki atau lebih dengan seorang perempuan atau lebih dalam

hubungannya dengan suami istri yang dijamin oleh hukum.

Keluarga merupakan susunan kelembagaan yang terbentuk atas dasar hubungan

perkawinan yang sengaja dibentuk dan dipelihara.Dalam Undang-Undang nomor 10 tahun

1992 berbunyi “Keluarga adalah unit terkecil terdiri dari suami istri atau suami istri dan

(2)

dalam keluarga tercipta generasi yang baru yang memilki pendidikan nilai–nilai dan norma–

norma dalam hidup bermasyarakat”. Manusia mendapat pendidikan dari keluarga mulai dari

cara ia berbicara, bertindak dan berpikir sehingga dalam keluarga tempat sosialisasi primer

dan yang paling utama, karena dalam keluarga proses memanusiakan manusia terjadi.

Menurut M. Djawad Dahlan (2004 : 39-41), fungsi dasar dari keluarga adalah

memberikan rasa memiliki, rasa aman, kasih sayang, dan mengembangkan hubungan yang

baik antara anggota keluarga. Hubungan cinta kasih didalam keluarga tidak hanya sebatas

perasaan, akan tetapi juga menyangkut dengan pemeliharaan, rasa tanggung jawab, perhatian,

pemahaman, respect, dan keinginan untuk menumbuh kembangkan anak yang dicintainya.

Keluarga yang hubungan antar anggotanya tidak harmonis, penuh konflik atau

gapcommunication, dapat mengembangkan masalah- masalah kesehatan mental. Biladilihat

dari sudut pandang psikologis maka keluarga befungsi sebagai:

1. Pemberi rasa aman bagi anak maupun anggota keluarga yang lainnya

2. Pemenuhan kebutuhan baik fisik maupun psikis

3. Sumber kasih sayang

4. Memberikan bimbingan bagi pengembangan perilaku yang secara sosial dianggap

tepat

5. Pembentuk anak dalam memecahkan masalah yang dihadapinya dalam

rangkamenyesuaikan diri dengan lingkungan

6. Simulator bagi pengembangan kemampuan anak untuk mencapai prestasi, baik

disekolah maupun di masyarakat

7. Sumber persahabatan atau teman bermain bagi anak sampai cukup usia untuk

mendapatkan teman diluar rumah.

Orangtua Tunggal adalah keluarga yang mana hanya ada satu orang tua tunggal, hanya

(3)

maupun keluarga yang belum sah secara hukum, baik hukum agama maupun hukum

pemerintah. Keluarga Orangtua tunggal ini dapat terjadi oleh berbagai faktor seperti

perceraian antara ayah dan ibu serta kematian diantara ayah atau ibu yang nantinya akan

menuntut salah satu orang tua, ayah atau ibu menjadi orang tua tunggal. Menjadi orang tua

tunggal tidaklah mudah karena pada saat yang bersamaan ia berperan ganda dalam keluarga

dan mereka akan selalu dihadapkan oleh berbagai masalah internal maupun masalah eksternal

yang akan mempengaruhi kehidupan rumah tangga.

Masalah eksternal lebih sering datang dari masyarakat atau lingkungan tempat

orangtua tunggaltinggal. Masyarakat akan memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang

orangtua tunggal. Sedangkan masalah internal Orangtua tunggal berasal dari lingkungan

keluarga dan anak-anaknya.Orangtua tunggal harus dapat memberikan pengertian, lebih

sabar, dan tegar dalam menghadapi masalah dalam keluarganya.Seiring dengan

perkembangan zaman masalah juga terdapat pada benturan ekonomi, status sosial atau

semakin tingginya biaya pendidikan anak.Kondisi yang memiliki tanggung jawab penuh

dalam pengasuhan anak dan pemenuhan kebutuhan ekonomi.Single parent seringkali

bermasalah namun hal ini bukannya dikarenakan tidak adanya keberadaan ayah atau ibu

namun lebih pada masalah dalam memenuhi kebutuhan hidup yang kini hanya dibebankan

salah satu orang saja. Maka dari itu tersirat bahwa pada keluarga yang memiliki ibu sebagai

orang tua tunggal akan memunculkan permasalahan di bidang finansial karena perempuan

kerap kali memiliki akses lapangan pekerjaan yang terbatas dalam dunia kerja dan

masyarakat. Sebagai contoh masih kurangnya pemahaman dan pengetahuan seorang ibu akan

teknologi yang memungkinkan adanya lapangan pekerjaan dan juga ruang gerak yang sempit

akibat adanya kewajiban yang harus dipenuhi yaitu mengasuh anak.

Orang tua tunggal dituntut untuk bekerja ekstra dalam melakukan kegiatan, bekerja

(4)

fungsinya, karena Orangtua tunggal harus berjuang sendiri didalam kehidupannya.Orangtua

tunggal mempunyai dua kedudukan atau fungsi sekaligus dalam keluarganya yaitu berperan

sebagai ayah sebagai tulang punggung keluarga dan sebagai seorang ibu. Tentu didalam

manjalankan kedua fungsinya akan mempunyai dua sikap yaitu pertama sebagai perempuan

(ibu), dan yang kedua sebagai laki-laki (ayah). Dengan kata lain ibu atau ayah yang berperan

ganda harus mampu menjalankan tugas sebagai kepala rumah tangga, guru dan suri tauladan

serta tempat perlindungan yang aman bagi anak-anaknya.

Orangtua tunggal biasanya lebih merasa tertekan daripada orangtua utuh dalam

kekompetenan sebagai orangtua.Kekompeten orangtua ini nantinya dapat berpengaruh pada

bagaimana si orangtua mengasuh anaknya. Orangtua tunggal yang tidak mempunyai

pasangan untuk tempat berbagi dalam mendidik dan membesarkan anak akan berpengaruh

dalam perkembangan psikologis anak. Menjadi seorang orangtua merupakan tanggung jawab

yang sangat penting. Sosok orangtua yang membentuk masa depan anak, bahkan masyarakat.

Dapat dikatakan demikian karena anak adalah tumpuan harapan bagi orangtua dalam

kehidupan

keluarga didalam lingkup kecil dan merupakan aset bangsa dalam ruang lingkup yang lebih

luas dimasa yang akan datang. Ketika seorang anak kehilangan sosok ayah atau ibunya, ia

akan merasakan kesedihan yang begitu mendalam merasa putus asa, gusar, bahkan dapat

melakukan berbagai tindakan kasar. Rasa sesal dan sedih ini tergantung pada tingkat

pengetahuan dan keimanan masing-masing individu.Semakin erat dan hubungan seorang anak

dengan ayah atau ibunya, semakin besar pula kesedihan dan penderitaannya. Jika hal yang

sedemikian rupa dibiarkan dan tidak adanya usaha untuk menenangkan dan menyembuhkan

luka hatinya, maka si anak akan mengalami kelainan jiwa, depresi, bahkan akan melakukan

(5)

mendidik, mengarahkan dan berperan ganda sebagai sosok seorang ayah dan seorang ibu.

Di Indonesia pembagian tugas dalam keluarga atas perbedaan seksual masih berlaku,

dimana kebanyakan wanita hanya bekerja di dalam rumah untuk memasak dan mengurus

anak namun seiring dengan perubahan zaman banyak juga wanita yang kini bekerja di luar

rumah dan tetap melaksanakan tugasnya dalam urusan domestik rumah tangga, sehingga ia

akan memiliki beban ganda, sedangkan laki–laki bekerja di luar rumah untuk mencari nafkah

dan bertanggung jawab penuh ataskehidupan ekonomi keluarganya. Menurut Arief Budiman

(1982:16)menyebutkan,

Teori Fungsionalis menganggap bahwa keserasian (harmoni) dalammasyarakat adalah

sesuatu yang terberi secara wajar.Keserasian itu juga perlu dan berguna bagi keseluruhan

masyarakat itu sendiri.Keluarga inti dengan pembagian kerjanya yang didasarkan pada

perbedaan seksual merupakan tonggak penopang bagi keserasian masyarakat tersebut.

Keberadaan ayah juga sangat penting bagi kehidupan anak dan sosialisasinya akan

tidak lengkap apabila tokoh ayah tidak ada dalam sebuah keluarga, hal ini sesuai apa yang

diutarakan oleh Ross de Parke dalam Dagun, Save. M (2002:12)bahwa faktor biologis yang

membedakan peranan ayah dan ibu di dalam keluarga, yang menempatkan ayah sebagai tokoh

sekunder dalam mendidik anak sedang ibu mendapat posisi yang tinggi dalam perkembangan

anak kini tidak dapat diterima lagi karena tokoh ayah tetap menempati posisi yang penting

dalam pengasuhan dan perkembangan anak. Seorang wanita tanpa suami tidaklah bertugas

mencari seorang sosok ayah yang baru karena bagaimanapun peran dan tokoh ayah tidak

dapat tergantikan oleh orang lain, tugas ibu adalah menciptakan suasana keluarga yang wajar

dan menyesuaikan diri dengan keadaan keluarga yang baru tanpa ayah.

Berubahnya peran perempuan baik di dalam keluarga maupun di dalam masyarakat

(6)

sebagai kepala rumah tangga yang tidak hanya berdiam diri di rumah namun terdorong untuk

bekerja di luar rumah bahkan mencari tambahan sumber penghasilan lain sehingga terbukti

bahwa semakin banyak perempuan yang bekerja di luar sektor rumah tangga, sehingga dapat

mengaktualisasikan dirinya baik dalam urusan domesetik maupun ke luar (publik). Di sisi lain

mereka yang dulunya tidak bekerja menjadi daya dorong untuk bekerja keluar rumah semakin

meningkat. Masuknya perempuan dalam dunia kerja tidak hanya dirasakan sebagai beban

namun lebih ditekankan pada penyesuaian diri dan aktualisasi diri yang menimbulkan

kebanggaan tersendiri bagi dirinya.

Perempuan sebagai orang tua tunggal memiliki posisi yang penting dalam keluarga,

hal ini justru menunjukkan kelebihan tersendiri karena selain ia tetap mengurus urusan

domestik rumah tangga, ibu juga terus meningkatkan kualitas hidup diri dan keluarga melalui

bekerja di luar rumah. Apabila perpisahan dalam keluarga baik kematian, perceraian, sakit

dan perpisahan akibat perang, penyakit dan bencana alam tidak dapat dihindarkan, dapat kita

lihat bahwa banyak ibu yang terus mempertahankan hidupnya dan menyesuaikan diri dalam

keadaannya sebagai orang tua tunggal tanpa ada suami disampingnya.Perubahan peran dari

istri menjadi janda dan berperan sebagai ibu sekaligus ayah yang merawat dan mendidik

anak–anaknya serta mencari nafkah keluarga.Keadaan demikian tidak berarti menyurutkan

semangat kaum perempuan yakni ibu untuk berdiam diri meratapi nasib, namun harus tetap

menjadi pemacu untuk meningkatkan kemampuan, kembali menata kehidupan keluarga

secara harmonis.Ada tiga peran yang tetap harus dipegang oleh perempuan yakni sebagai

pribadi, tulang punggung keluarga dan ibu rumah tangga.Sebagai pribadi, perempuan juga

ingin memiliki prestasi yang membanggakan, sebagai tulang punggung keluarga yakni

sebagai ibu yang menjadi orang tua tunggal memenuhi kebutuhan keluarga dengan bekerja

mencari nafkah sehingga kebutuhan dan kesejahteraan keluarga dapat terpenuhi.Peran sebagai

(7)

serta memperhatikan perkembangannya.

Kemudian dilihat dari seorang ayah, menjadi orang tua tunggal tentu tidak mudah

sehingga banyak pria yang memutuskan mencari cepat pengganti pasangannya.Naluri ayah

dalam mengasuh anak tentu tidak seperti seorang perempuan. Namun, demi sang buah hati,

ayah harus bisa menjalankan peran tersebut ketika menjadi ayah tunggal. Sebagai seorang

single parent, peran ayah dalam keluarga tentu saja menjadi lebih luas.Selain dituntut

memegang peran pencari nafkah, ayah juga harus mengurus berbagai keperluan rumah

tangga.Yang paling penting, memastikan tumbuh kembangnya anak berjalan dengan baik.

Bagi seorang ayah tunggal yang baru menjalani peran baru ini, tentu tidak mudah

untuk melakukannya.Namun, sebenarnya secara naluriah seorang ayah dikaruniai kemampuan

untuk merawat anaknya.Tentu saja, seperti halnya pada seorang ibu, ayah juga butuh waktu

untuk belajar merawat buah hatinya.Lagipula, peran tradisional yang dahulu eksklusif

menjalani peran seorang ibu, kini tidak lagi aneh dilakukan oleh ayah.

Para ayah saat ini tidak lagi sungkan menemani anaknya bermain, belajar, makan

bersama, bahkan menyiapkan makanan untuk anak-anaknya. Pada sekarang ini sosok ayah

juga mampu bersikap hangat kepada anak-anaknya, tidak seperti citra ayah yang kaku dan

mengedepankan soal disiplin dan keteraturan bagi anak-anaknya. Citra sebagai sosok yang

dingin dan disegani serta dijauhi anak-anaknya bukanlah citra yang sesuai untuk ayah masa

kini.Oleh karena itu, peran ayah tunggal dalam kehidupan anak pun lebih menjadi seorang

gambaran yang ideal.Bagi anak lelaki, ayah menjadi contoh bagaimana berperilaku dan

bersikap setiap hari sebagai seorang laki-laki.Sedangkan bagi anak perempuan, ayah harus

menjadi sosok pelindung dan pengayom.Hal ini berguna agar anak perempuan nantinya tidak

canggung ketika saat dewasa nanti menghadapi lawan jenis dalam pergaulan sosial.

Bagi sebagian besar masyarakat menjadi orang tua tunggal memanglah tidak mudah,

(8)

keadaan. Penyesuaian diri merupakan suatu proses dinamis yang bertujuan mengubah

perilaku individu agar terjadi hubungan yang lebih sesuai antara diri individu dengan

lingkungan sosialnya. Penyesuaian diri menunjuk pada keberhasilan individu memainkan

peranannya untuk mengadakan hubungan dengan orang lain atau keluarga dan

memperlihatkan sikap, serta tingkah laku yang menyenangkan. Penyesuaian diri yang berhasil

akan menunjuk pada kondisi mental yang stabil dalam arti mampu menyelesaikan masalahnya

secara realistis. Telah banyak pula orang tua tunggal yang berhasil dalam mendidik anak–

anaknya dimana mereka tetap dapat berkecimpung dalam hidup bermasyarakat dan

mengajarkan bahwa kehidupan tanpa salah satu orang tua harus tetap berjalan dengan

baik.Dengan menjalankan peran kerumahtanggaan secara profesional dan menjalankan peran

ganda dalam menjalankan peran dalam rumah tangga sekaligus mencari penghasilan bagi

anak–anak adalah suatu kebanggaan dan kehormatan.Keberhasilan menjalankan peran sangat

penting bagi anak–anaknya, banyak anak–anak sukses walau hanya hidup dengan sosok orang

tua tunggal.Hal ini membuktikan bahwa ada peran yang besar untuk kehidupan keluarga dan

keberlangsungan masyarakat.

Setiap orang pasti menginginkan keluarga yang utuh dan kokoh yang di dalamnya

terdapat ayah, ibu dan anak, namun terkadang apa yang seseorang inginkan tidak selalu dapat

terwujud karena berbagai macam faktor misalnya orang tua tunggal dengankenyataan sebagai

orang tua tunggal baik sebagai ibu maupun ayah akan banyak mengalami

penyesuaian-penyesuaian dalam mendidik anak didalam keluarga, baik dilihat dari segi materi maupun

rohani. Hal ini tentu terdapat strategi-strategi yang harus dilakukan oleh orang tua tunggal

tersebut.Strategi-strategi apa saja yang dilakukan oleh setiap individu yang menjadi orang tua

(9)

1.2 Tinjauan Pustaka

Pengasuhan merupakan bagian yang penting dalam sosialisasi, proses dimana anak

belajar untuk bertingkah laku sesuai harapan dan standar sosial.Dalam konteks keluarga, anak

mengembangkan kemampuan mereka dan membantu mereka untuk hidup didunia (Baumrind,

diana 1994).Melalui pengasuhan dan interaksi sosial, dengan demikian pengasuhan dapat

diartikan sebagai sosialisasi seperti bayi yang baru belajar adaptasi saat meminum ASI.

Pola pengasuhan adalah proses memanusiakan atau mendewasakan manusia secara

manusiawi, yang harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta perkembangan jaman

(Ary H. Gunawan, 2000 : 55).

Menurut Berk pola asuh orang tua adalah daya upaya orangtua dalam memainkan

aturan secara luas di dalam meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan

anaknya.Kemudian pengasuhan berasal dari kata asuh yang berarti menjaga, merawat dan

mendidik.

Margareth mead juga pernah melakukan penelitian yang menghasilkan karangan

seperti, Growth And Culture yang ditulisnya bersama dengan F.C. MacGregor (1951) dan

Children And Ritual In Bali(1955).

Dalam hal itu, pengumpulan bahan mengenai adat-istiadat pengasuhan anak, atau

sekarang disebut secara teknis child training practice, banyak dilakukan oleh para sarjana

ilmu antropologi. Adat-istiadat pengasuhan anak itu antara lain meliputi hal-hal: cara-cara

memandikan dan membersihkan bayi, cara-cara mempelajari disiplin buang air, cara-cara

melatih disiplin makan, adat-istiadat penyapihan, cara-cara menggendong bayi dan ank-anak,

(10)

Menurut Martin & Colbert (dalam Karlinawati silalahi, 2010), terdapat 4 macam pola

pengasuhan orangtua:

a. Pola Pengasuhan Otoriter

Pola pengasuhan ini cenderung menetapkan standar yang harus dituruti, biasanya

dengan ancaman-ancaman.Tipe ini cenderung memaksahingga menghukum.

Dalam pola pengasuhan ini terdapat contoh bahwa orangtua jarang mengikut sertakan

anak didalam proses pengambilan keputusan. Hal ini dikarenakan orangtua merasa tahu akan

kebutuhan anaknya. Tanpa harus mendiskusikan atau membicarakannya kepada anak, yang

menjadi keputusan orangtua itulah yang akan dipilih oleh anak. Orangtua bersikap memaksa

atau memerintahkan anak untuk melakukan sesuatu tanpa kompromi dan bersikap kaku

kepada anak.

Sebagai contoh lainnya, dalam pergaulan sehari - hari, adalah hal yang wajar jika anak

yang bermain melebihi waktu dari yang ditentukan oleh orangtua.Karena remaja adalah masa

dimana anak bertumbuh dan berkembang, serta keingin tahuannya sangat besar, oleh karena

itu tidak jarang mereka melakukan hal - hal yang mereka anggap masih baru.Oleh sebab itu

anak sering telat waktu saat mereka bermain dengan teman - temannya.Dari hasil penelitian,

orangtua cenderung menghukum jika anak bermain melebihi waktu, hal ini di lakukan karena

orangtua tidak ingin anaknya melanggarnya, tanpa memberikan arahan kepada anak.

Dari penjelasan diatas, dapat dikatakan bahwa sikap orangtua lebih cenderung

memberikan hukuman pada anak saat anak bermain melebihi waktu yang telah di tentukan.

Adanya kontrol yang tinggi dari orangtua namun tidak ada bentuk pengarahan kepada anak

dari orangtua.

(11)

Pola asuh orang tua yang demokratis pada umumnya ditandai dengan adanya sikap

terbuka antara orang tua dan anak.Pola pengasuhan ini memberikan kesempatan pada anak

untuk berkembang kearah positif.Khusus pada anak remaja, orangtua harus mampu

beradaptasi terhadap kemampuan anak.menyadari kesiapan anak terhadap tanggung jawab

dan kebebasan. Adanya tuntutan mengacu pada harapan dan aturan yang ditetapkan orangtua

yang masuk akal dan jelas terhadap tingkah laku anak.

Salah satu contoh dalam penelitian lapangan tentang pola pengasuhan demokratis yang

ditulis berdasarkan hasil wawancara dengan informan, bahwa menurutnya sangat penting

untuk mengikutsertakan anaknya didalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan

dengan anaknya, pengambilan keputusan selalu melibatkan anak karena nantinya sang anak

yang akan menjalani keputusan tersebut. Informan selalu memberi ruang yang cukup untuk

anak dalam mendiskusikan keinginan anak, dan informan selalu bersikap dewasa dalam

berkomunikasi dengan anak, sebagai contoh dia selalu mendukung keinginan anak dengan

memberikan nasehat-nasehat serta arahan yang membangun.

Dari penjelasan tersebut secara teori pola pengambilan keputusan yang berhubungan

dengan anak adalah cenderung bersifat Demokratis. Artinya orangtua didalam menghadapi

sikap - sikap, keputusan dan harapan anaknya dalam keputusan yang berkaitan dengan

anaknya selalu melibatkan mereka. Adanya sikap saling menghargai dan memberikan ruang

yang cukup untuk saling berpendapat antara anak dan orangtua adalah hal penting. Hal ini

terjadi karena, orangtua beranggapan bahwa anaklah yang nantinya akan menjalani keputusan

tersebut.

c. Pola Pengasuhan Liberal

(12)

untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan keinginan anak.Pelaksanaan pola asuh permisif

atau dikenal pula dengan pola asuh serba membiarkan dan orang tua yang bersikap mengalah,

menuruti semua keinginan, melindungi secara berlebihan, serta memberikan atau memenuhi

semua keinginan anak secara berlebihan.Pola pengasuhan ini terlihat dengan adanya

kebebasan yang berlebihan tidak sesuai untuk perkembangan anak, yang dapat

mengakibatkan timbulnya tingkah laku yang lebih agresif1 dan impulsif2

d. Pola Pengasuhan tidak terlibat

, Martin & Colbert

(dalam Karlinawati silalahi, 2010).Anak dari pola pengasuhan seperti ini tidak dapat

mengontrol diri sendiri, tidak mau patuh, dan tidak terlibat dalam aktifitas di kelas.

Anak dari orangtua dari pola pengasuhan ini cenderung terbatas secara akademik dan

sosial.Peneliti berpendapat bahwa anak dengan pola pengasuhan ini lebih cenderung

bertindak antisosial pada masa remaja Menurut Martin & Colbert (dalam Karlinawati silalahi,

2010). Apabila pola pengasuhan ini diterapkan sedini mungkin hal ini akan mengakibatkan

gangguan pada perkembangan anak. Ibu dalam pola pengasuhan seperti ini akan memiliki

anak yang defisit dalam fungsi fisiologisnya, penurunan kemampuan intelektual, serta

pemarah. Meskipun pola pengasuhan terbagi didalam 4 pola pengasuhan, tetapi pembagian

ini bukan merupakan hal yang kaku.tidak ada orangtua yang sempurna. Orangtua adalah

manusia yang bereaksi berbeda diberbagai situasi, tergantung pada perasaan dan lingkungan

mereka.Pola pengasuhan disimpulkan dari reaksi mereka disebagian situasi Menurut Martin

& Colbert (dalam Karlinawati silalahi, 2010).Orangtua dengan pola pengasuhan autoritatif

memberikan model yang bertanggung jawab secara sosial, tingkah laku menyayangi anak,

yang mendorong anak berbuat hal yang sama. Orangtua dengan pola pengasuhan otoriter dan

1

Suatu sifat yang cenderung menyerang atau bernafsu.

2

(13)

permisif lebih menunjukkan tingkah laku memaksa atau kurang menyayangi anak dan hal ini

bukan contoh yang baik pada anak(Diana baumrind, 1994).Dengan demikian, orangtua

dengan pola pengasuhan autoratif memberikan kesempatan yang lebih efektif untuk

melakukan tingkah laku yang bertanggung jawab dengan meminta anak untuk membuat

pilihannya sendiri dengan bimbingan yang jelas dan memberikan umpan balik terhadap

pilihannya tersebut.

Pemberian umpan balik ini dapat mendorong anak untuk mengenali hubungan antara

keputusan, tingkah laku, dan konsekuensi yang diambil, serta merefleksikan kemampuan

mereka sebagai pembuat keputusan. Sebaliknya orangtua dengan pola pengasuhan permisif

tidak memberikan panduan yang jelas, yang sesuai dengan usia dan pengalaman si anak

(Diana baumrind, 1994).Hubungan hangat dan penerimaan dalam keluarga autoritatifdapat

meningkatkan pengaruh yang positif bagi anak.Penelitian menunjukkan bahwa hubungan

orangtua dengan anak didasari pada resa saling percaya, komunikatif dan responsif emosional

berhubungan dengan peningkatan keterampilan dan keberhasilan anak berhubungan dengan

oranglain diluar rumah dan dengan kepuasaan hidup pada umumnya (Diana baumrind, 1994).

Terdapat proses yang timbal balik antara pola pengasuhan dengan anak, pola

pengasuhan mempengaruhi anak dan sebaliknya, anak juga memengaruhi pola pengasuhan.

Martin & Colbert (dalam Karlinawati silalahi, 2010).

Faktor - faktor yang Memengaruhi dalam Pola Pengasuhan:

1. Karakteristik anak

Beberapa karakteristik anak yang memengaruhi pola pengasuhan adalah:

a. Usia anak.

b. Temperamen.

(14)

2. Karakteristik Keluarga

a. Jumlah Saudara.

b. Konfigurasi.

c. Lingkungan Sosial.

d. Status ekonomi dan sosial

3. Karakteristik Orangtua

a. Kepribadian.

b. Sejarah Perkembangan Orangtua

c. Kepercayaan dan pengetahuan

Dari hal pola pengasuhan dapat digambarkan juga bahwa terdapat peran sebagai orang

tua tunggal dalam keluarga yang sangat penting karena mereka juga harus melakukan

pengasuhan dan bekerja untuk mencari nafkah, mengurus rumah tangga yang selayaknya.

Dapat diungkapkan bahwa,orang tua tunggal bukan berarti tidak dapat

mempertahankan dan memberi pengasuhan kepada keluarganya, tetapi sebaliknya mereka

bisa bahagia tanpa pasangan dan dapat menyesuaikan diri dengan tepat.Ditengah berbagai

masalah yang timbul sebagai orang tua tunggal tersebut haruslah mempunyai strategi

pemecahan masalah di dalam dirinya supaya mampu dan mau untuk menyelesaikan

masalahnya seorang diri karena masalah itu timbul seiring dengan kondisi biologis,

perkembangan anak, dan kondisi perekonomian, yang berpengaruh terhadap naiknya

harga-harga kebutuhan pokok sehingga biaya hidup semakin mahal dan sulit untuk dijangkau,

mampukah sebagai orang tua tunggal tersebut menghadapi dan menyelesaikan

permasalahan-permasalahan yang dihadapinya.

Status Orang tua tunggal membawa konsekuensi perubahan peran.Tidak hanya

(15)

jawab penuh akan haknya tersebut. Mereka dituntut untuk menjalankan beberapa peran dan

mengambil tanggung jawab penuh dan juga mengambil keputusan yang tepat bagi

kelangsungan keluarga.Terlepas dari hal itu, perubahan struktur keluarga tersebut menuntut

orang tua tunggalsenantiasa berjuang menjadi tulang punggung bagi keluarga dan terlebihbagi

keberlangsungan pola didik yang diterapkan pada anak yang bisa mempengaruhi

perkembangan moralitas mereka.Dari sekian tahap perkembangan moral anak, masa remaja

juga menjadi fokus perhatian sebagian besar orang tua tunggal. Terlebih pada rentang usia

remaja, yaitu 13-19 tahun. Pada masa ini, perkembangan moralitas anak lebih banyak

dipengaruhi oleh beberapa permasalahan pada remaja, seperti depresi, kenakalan remaja,

bunuh diri, dan juga pengaruh oleh teman sebaya (peer group) untuk melakukukan hal-hal

yang negatif.

Berdasarkan pengertian diatas, dapat dirumuskan bahwa pola pengasuhan adalah suatu

cara, kebiasaan dan perilaku yang standar dalam proses pengasuhan terhadap anak dalam

suatu lingkungan keluarga, pola asuh orang tua merupakan interaksi antara anak dan orang tua

selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orang tua mendidik,

membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi anak untuk mencapai kedewasaan sesuai

dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat.

Kemudian dalam hal terkait keluarga juga merupakan lingkunganpendidikan yang

pertama dan utama karena dalam keluarga anak-anak mendapat pendidikan dan bimbingan

utama karena sebagaian besar kehidupan anak adalah dikeluarga.Dengan demikian dari

keluarga pembentukan kepribadian anak menjadi manusia yang siap melakukan tugas dan

tanggung jawabnya, menguasai diri, menjalankan peran sosialnya serta mengamalkan

nilai-nilai yang ada dalam masyarakat.Agar tetap bertahan keluarga membutuhkan dukungan dari

masyarakat luas, sehingga keluarga dan masyarakat harus saling mendukung karena sama–

(16)

harapan masyarakat. Oleh karena itu fungsi-fungsi keluarga mengalami pergeseran sebagai

akibat terjadinya perubahan sosial yang meliputi aktivitas-aktivitasnya, seperti dikemukakan

Ravik Karsidi (2005: 53), fungsi-fungsi sosial keluarga yang mengalami perubahan antara

lain :

a) Fungsi Pendidikan

Keluarga merupakan lembaga pendidikan utama namun kini secara fungsi pendidikan

secara formal telah diambil alih oleh sekolah. Proses pendidikan di sekolah menjadi semakin

pentingpengaruhnya, dahulu fungsi sekolah hanya terbatas pada pendidikan intelektual, kini

sekolah diarahkan ke perkembangan anak sebagai pribadi yang memiliki kemampuan

kognitif, afektif dan psikomotor. Sekolah kini tidak hanya menyediakan tenaga guru sebagai

pendidik namun dilengkapi pula adanya konselor, psikolog sekolah, psikolog klinis guna

mendidik anak agar mereka berhasil dalam menjalankan peran dalam kehidupan

bermasyarakat.

b) Fungsi Rekreasi

Pada saat ini kesibukan keluarga semakin padat dan tuntutan-tuntutan hidup yang

semakin meningkat sehingga membuat anggota keluarga menghabiskan waktu diluar rumah

seperti bekerja dan belajar di luar daerah. Fungsi keluarga sebagi rekreasi kini bergeser,

keluarga bukan merupakan medan rekreasi bagi anggota-anggotanya. Pusat-pusat rekreasi

dialihkan diluar keluarga seperti, gedung bioskop, panggung sirkus, lapangan olah raga,

kebun binatang, taman-taman, klub malam yang dipandang lebih bervariasi.

c) Fungsi Keagamaan

Keluarga merupakan pusat pendidikan mengenai kaidah-kaidah agama dan perilaku

keagamaaan seperti upacara, dan ibadah agama bagi para anggotanya ditambah peranan yang

dilakukan oleh institusi agama. Proses sekulerisasi dalam masyarakat dan merosotnya

(17)

demikian kewajiban orang tua dalam memberi teladan dan melibatkan anak dalam iklim

keagamaan dalam kehidupan keluarga sehingga anak-anak memilki pegangan yang teguh agar

tidak terpengaruh akan arus zaman yang tidak menentu dan tidak baik bagi kehidupan.

d) Fungsi Perlindungan

Fungsi perlindungan dalam keluarga ialah untuk menjaga dan memelihara anak dan

anggota keluarga baik dari dalam maupun dariluar kehidupan keluarga, perlindungan secara

mental dan moral, disamping perlindungan yang bersifat fisik bagi kelanjutan hidup

orang-orang yang ada dalam keluarga. Seiring perkembangan zaman yang modern dan serba

lengkap, perlindungan secara fisik maupun sosial kini dapat diserahkan kepada badan-badan

sosial, perusahaan asuransi dan lain sebagainya.

Maka dengan demikian terdapat tanggung jawab yang besar terhadap orang tua

tunggal dalam menjalani peran didalam keluarga yang sangat berpengaruh akan pengasuhan

dan bagaimana cara mendidik serta melindungi anak agar terhindar dari kehidupan yang

bersifat negatif, oleh karena itu dibutuhkan kemampuan yang lebih sebagai orang tua tunggal

dalam menjalankan perannya dalam kehidupan sehari-hari.

Strategi dalam menyesuaikan diri merupakan reaksi yang secara efektif dan harmonis

akan terjadinya realita sosial disertai dengan kesadaran untuk melaksanakan tanggung jawab

yang penuh. Oleh karena itu dalam pergaulan kehidupan manusia dituntut untuk

menyesuaikan diri sebagai hubungan yang timbal balik dalam arti saling mempengaruhi satu

sama lain dalam rangka membina hubungan baik antar individu. Dengan demikian tipe atau

bentuk penyesuaian dibedakan menjadi dua, yaitu :

- Penyesuaian diri yang bertipe autoplastis

Tipe penyesuaian diri bersifat pasif dimana individu selalu berusaha menyesuaiakan

diri dengan lingkungan agar kebutuhannya dapat terpenuhi, misalnya : cara berpakaian, cara

(18)

lingkungan dimana ia berada.

- Penyesuaian diri yang bertipe aloplastis3

Tipe penyesuaian ini lebih bersifat aktif karena individu cenderung mengubah

lingkungannya sesuai dengan keinginannya, misalnya dengan cara bergaul yang lebih sopan

santun, lebih ramah dan menggembirakan pergaulan hidup sehingga yang lain juga ikut

menyesuaikan cara penyesuaian diri yang lebih halus tersebut.

H. Sunarto dan B. Agung Hartono (2006: 225-226) menjelaskan penyesuaian diri yang

bersifat positif :

a) Penyesuaian diri dengan menghadapi masalah secara langsung

Dalam hal ini individu menghadapi segala permasalahan dengan segala

konsekuensinya guna melakukan penyelesaian masalah sehingga permasalahan akan segera

teratasi dan cepat selesai. Misalnya: seorang ibu yang terlambat membayar hutang karena

dipakai untuk uang sekolah, maka ibu akan segera mengatakan kepada si pemberi pinjaman

secara langsung dan mengungkapkan segala persoalan kepada pemberi pinjaman.

b) Penyesuaian diri dengan melakukan eksplorasi (penjelajahan)

Dalam hal ini, individu mencari pemecahan permasalahan yang ia hadapi dengan

mencari berbagai bahan pengalaman. Misalnya saja seorang ibu yang ditinggalkan suami

karena meninggal, ia merasa kurang mampu dalam menjalani kehidupannya yang baru. Oleh

sebab itu ia membaca buku, konsultasi, diskusi, mencari teman-teman yang ditinggal

suaminya dalam upaya penyesuaian diri dengan perubahan yang ia alami.

c) Penyesuaian diri dengan trial and error atau coba-coba

Dalam hal ini individu melakukan suatu tindakan coba-coba, apabila mendatangkan

3

(19)

kebaikan dan keuntungan maka tindakan tersebut akan ia gunakan sebagai pedoman. Apabila

tindakan yang ia lakukan salah atau merugikan maka tindakan tersebut tidak akan dilakukan

lagi.

d) Penyesuaian diri dengan substitusi (mencari pengganti)

Dalam hal ini terjadi apabila individu merasa gagal maka ia akan

melakukan penyesuaian diri yang lain yaitu dengan mencari jalan lain. Misalnya seseorang

merasa kurang mendapat keuntungan di bidang kerajinan, maka ia akan berpindah ke bidang

makanan

e) Penyesuaian diri dengan menggali kemampuan diri

Dalam hal ini individu berusaha untuk menggali kemampuan yang ada dalam dirinya,

sehingga dapat dikembangkan secara maksimal guna penyesuaian diri. Misalnnya ibu yang

tadinya bekerja di dalam rumah untuk mengatasi kesulitan ekonomi keluarga, ia

mengembangkan kemampuan dalam hal memasak dan menjahit sehingga dapat menambah

pemasukan keluarga.

f) Penyesuaian diri dengan belajar

Dalam hal ini individu banyak menambah pengetahuan diri dengan belajar.Belajar

dengan membaca buku, pengalaman hidup sehingga dapat melakukan penyesuaian diri

dengan baik.

g) Penyesuaian diri dengan pengendalian diri

Dalam hal ini individu kemampuan yang matang dan pengendalian diri yang seimbang

serta disertai dengan tindakan yang stabil dimana individu dapat memilah-milah tindakan

mana yang perlu dilakukan dan tidak perlu dilakukan.

h) Penyesuaian diri dengan perencanaan yang cermat

(20)

cermat.Jalan yang diambil telah dipertimbangkan masak-masak antara baik-buruknya

sehingga langkah yang diambil adalah langkah yang tepat pada sasaran.

Terdapat beberapa karakteristik dalam menyesuaikan diri yaitu:

- Persepsi Terhadap Realitas yang Akurat

Orang yang dapat mempersepsikan diri apa adanya sesuai dengan realitas. Biasanya

individu seperti ini memiliki tujuan hidup yang realistis, yaitu sesuai dengan kemampuan dan

kesempatan yang ada dalam lingkungannya, kemudian individu itu mampu memodifikasi

tujuan serta menggunakan kemampuan dan kesempatan tersebut sepanjang hidupnya.

- Mampu Mengatasi Stres dan Kecemasan

Kecemasan dan stress merupakan hal yang sering mengganggu kehidupan seseorang.

Penyesuaian diri yang efektif adalah apabila seseorang mampu mengatasi kecemasan dan

stress ini dengan cara menerima dengan ikhlas realita kehidupan atau dengan cara menyusun

rencana dan membuat tujuan jangka pendek yang lebih mudah dicapai sehingga timbul

perasaan puas dan bahagia. Rasa lelah, khawatir atau sakit dan merasa kehilangan kontrol dari

kehidupannya sering merasa tidak sabar.Hal ini dapat menimbulkan stres.Namun, tidak semua

tekanan menyebabkan disfungsi dalam keluarga. Tipe Stressor4

- Gambaran Diri (Self Image)

, kepribadian dan hubungan

dalam keluarga serta dukungan sosial memengaruhi kemampuan orangtua untuk mengatasi

tekanan.

Apabila individu mempersepsikan kelemahan dan kekurangan dirinya sesuai

dengan kenyataan dan persepsi orang lain terhadap dirinya, maka individu tersebut dapat

menerima dirinya apa adanya. Dengan demikian gambaran dirinya dan pemikirannya menjadi

4

(21)

positif.Individu seperti ini dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya secara efektif dan

berusaha memperbaiki segala kelemahan serta mengembangkan potensi yang ada dalam

dirinya.

- Kemampuan Mengekspresikan Perasaan

Individu yang sehat secara emosional adalah individu yang mampu merasakan dan

mengkspresikan perasaannya, dapat menunjukan emosinya secara realitas, dan pelampiasan

ini tetap dibawah kontrolnya, sementara itu penyesuaian yang sehat menuntut keseimbangan

antara kontrol yang berlebihan dan kurang kontrol sama sekali karena emosi dan perasaan.

- Hubungan Interpersonal yang Baik

Individu yang memiliki penyesuaian diri yang efektif mampu mencapai tingkat

keakraban yang baik dan senantiasa menjaga keselarasan dalam hubungan sosialnya dalam

kehidupan keluarga dan bermasyarakat.

1.3 Rumusan Masalah

Hal ini bertujuan agar masalah yang ditulis tidak lari dan menjadi luas kepada hal-hal

yang tidak terkait dalam permasalahan yang diteliti. Adanya pembatasan masalah berguna

untuk membahas permasalahan secara fokus dan ada kaitannya dengan latar belakang yang

ditulis, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:

Bagaimana strategi orang tua tunggal dalam mengasuh anak serta menjalankan peran

ganda yang dialami ?

1.4Tujuan dan Manfaat penelitian

Tujuan penelitian berfungsi sebagai acuan penulis dan pembaca untuk menggali

(22)

apa yang terjadi dengan kejadian sebenarnya dan kemudian mampu membuat serta menambah

informasi yang serupa sehingga menjadi lebih baik lagi. Penelitian ini bertujuan:

Untuk mengetahui strategi orang tua tunggal dalam mengasuh anak serta menjalankan

peran ganda yang dialami ?

Tujuan penelitian ditetapkan sebagai sesuatu yang penting, dimana tujuan itu menjadi

landasan awal penelitian dilakukan.

1.5Kerangka Penulisan

Penelitian ini berisi kajian yang di analisis berdasarkan pada observasi partisipasi dan

wawancara penulis, yang membahas tentang strategi orangtua tunggal dalam mengasuh anak

di kecamatan rantau utaraa kabupaten labuhanbatu. Secara sistematis menuliskan bagaimana

pola asuh yang dianut oleh lima orangtua tunggal dan penerapannya dalam keseharian

didalam keluarga, serta bagaimana orangtua tunggal menerapkan strategi untuk mampu

melengkapi rasa kasih sayang kepada anak-anaknya meskipun dengan kemampuan seorang

diri. Berikut diuraikan apa saja yang dibahas dalam skripsi ini, yakni :

Bab I Pendahuluan yang berisi latar belakang, tinjauan pustaka, rumusan masalah,

tujuan dan manfaat penelitian, kerangka penulisan, metode penelitian, dan analisis data.

Bab II Deskripsi lokasi penelitian, berisi mengenai letak, sejarah, kependudukan, mata

pencaharian, pendidikan, organisasi sosial dan sistem kekerabatan, bahasa, religi, sistem

komunikasi dan transportasi, beserta kesenian di kecamatan rantau utara kabupaten

labuhanbatu.

Bab III Deskripsi pola pengasuhan orangtua tunggal yang mencakup pola asuh yang

(23)

Bab IV Strategi dalam menjalani peran ganda sebagai orangtua tunggal dilihat dari

kemampuan orangtua tunggal menjalani peran ganda sebagai ayah sekaligus ibu dalam

memenuhi kebutuhan keluarga dan lingkungan sekitarnya.

Bab V kesimpulan dan saran berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian yang telah

dilakukan dan juga saran yang ditujukan kepada beberapa pihak yang bertujuan member

pengajaran dan pemahaman untuk pembaca dan diri penulis.

1.6 Metode Penelitian

Bentuk penelitian ini adalah mendeskripsikan dengan menggunakan pendekatan

kualitatif.Metode ini juga mengharuskan bagaimana menggambarkan secara terperinci tentang

individu yang menjadi objek penelitian.

1.6.1 Karakteristik penelitian

Metode penelitian yang digunakan peneliti adalah pendekatan kualitatif, yaitu

bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang lebih detail mengenai tindakan orangtua

dalammengasuh anak dengan strategi yang ia punya.

1.6.2 Teknik pengumpulan data

Data kualitatif akan menjadi data utama untuk hasil penelitian. Pengumpulan data

dalam proses penelitian ini terbagi dua yaitu, mencari data primer, seperti observasi dan

wawancara, kemudian dengan mencari data sekunder, seperti memperoleh data melalui

kepustakaan, yaitu melalui buku-buku, jurnal penelitian, skripsi, dan bahan-bahan lainnya.

Informan penelitian adalah orang yang memberikan informasi sesuai dengan apa yang

dibutuhkan oleh peneliti. Informan dalam penelitian ini terdiri dari informan pangkal,

(24)

Informan pangkal5

Informan pokok/kunci

adalah ibu Herawaty yang sudah menjadi orangtua tunggal selama 4 tahun

yang disebabkan karena suami beliau meninggal dunia.

6

Informan biasa

adalah 3 orang ibu- ibu dan 1 orang ayah yang disaat penulis

melaksanakan proses penelitian sudah tidak bersama lagi dengan pasangan dikarenakan sebab

masing-masing serta anak kandung dari beberapa orangtua tunggal tersebut.

7

Dalam hal ini observasi partisipasi yang dilakukan adalah melihat dan

menggambarkan lingkungan dan keadaan sekitar yang di mana informan berkunjung dan

sesekali ikut menjalani aktifitas informan dalam sehari-hari, yang dimaksud disini juga

mendeskripsikan apa pekerjaan hingga kegiatan yang dilakukan informan.Dan juga dapat adalah keluarga dekat dan tetangga sekitar yang mengetahui keadaan

informan pangkal dan informan pokok/kunci.

Dalam pemilihan informan terdapat beberapa alasan yaitu, penulis memahami

beberapa informan tidak terlalu sibuk dalam pekerjaan pribadinya sehingga dipastikan tidak

mengganggu selama proses penelitian, beberapa informan juga seperti informan pokok/ kunci

adalah teman penulis sehingga memudahkan untuk menggali informasi, dan untuk informan

pangkal yaitu seorang ibu yang sudah dikenalkarena beliau adalah ibu kandung dari teman

penulis dan sering bertamu dan gampang berinteraksi sehingga dalam proses penelitian

mendapatkan kemudahan dalam berkomunikasi.

Dalam proses penelitian, pengumpulan data primer dilakukan dengan beberapa teknik yaitu:

1.6.2.1 Observasi partisipasi

Informasi dan data penelitian salah satunya didapat dari pengamatan terlibat

(observasi partisipasi).Tujuannnya untuk melihat dan memahami secara langsung kegiatan

dan konsep pemikiran informan.

5

Informan pangkal yaitu seseorang yang memberikan informasi secara mendalam dan langsung mengalami keadaan tentang informasi yang ingin diketahui

6

Informan kunci/ pangkal yaitu seseorang yang juga merasakan keadaan sesuai permasalahan yang terjadi

7

(25)

dijelaskan bagaimana keluarga dekat hinga tetangga sekitar menerima dan memahami

keadaan informan pangkal dan informan pokok/kunci.

1.6.2.2Wawancara

Wawancara berguna untuk memperoleh data dari informan. Hasil wawancara tersebut

nantinya akan digunakan sebagai informasi untuk melengkapi data. Metode wawancara yag

dilakukan bersifat bebas dan mendalam.

Wawancara yang mengarah tentang strategi orang tua tunggal dalam pengasuhan ini

bersifat bebas dan mendalam guna memperoleh pemahaman mengenai perilaku informan

pangkal dan informan pokok/kunci dan bagaimana interaksi terhadap peneliti dengan cara

tanya jawab sambil bertatap muka. Pelaksanan wawancara tidak hanya dilakukan sekali

ataupun dua kali saja, melainkan berulang kali dengan intensitas pertemuan yang tinggi.

Wawancara yang saya ingin bersifat tidak terikat artinya bahwa wawancara tidak

hanya sebatas ingin menggali informasi tetapi juga saling bertukar fikiran mengenai kejadian

hidup yang saling dijalani sehingga mampu mengerti fikiran satu sama lain.

Tujuan dari mendapatkan cara berfikir tersebut adalah selain menggali informasi

secara teori, juga dapat mendeskripsikan bagaimana orangtua tunggalmemahami keinginan

anak dengan menggali informasi dan pengetahuan dari informan bagaimana upaya

pengasuhan, menjalani peran ganda, mendapatkan dukungan keluarga dekat dalam mendidik

anak serta mengetahui permasalahan dan hambatan-hambatan yang dialami sebagai orang tua

tunggal hingga saat ini.

Kemudian pada bagian atas pembuka mengenai wawancara, disinggung kata bebas

dan mendalam, disini diartikan wawancara itu dengan maksud untuk berbincang kepada

informan secara bebas dengan tidak terfokus hanya dengan tujuan utama saja, dalam hal ini

juga bermaksud untuk ingin mengetahui hal-hal yang dialami informan pangkal sebelum

(26)

dapat membandingkan bagaimana kekurangan dan kelebihan keadaan yang dialami oleh

informan.

Dalam proses penelitian ini juga dilakukan pengumpulan data sekunder.Data ini

dikumpulkan melalui penelusuran atau studi pustaka dari berbagai arsip-arsip penelitian,

artikel-artikel, dokumen-dokumen dan buku-buku, serta jurnal yang berkaitan dengan kajian

penelitian ini.

1.7 Analisa Data

Dalam analisis data penulis menentukan teknik analisis data yang tepat sesuai dengan

proposal penelitian, mengembangkan bentuk sajian data dalam mendeskripsikan mengenai

strategi orang tua tunggal dalam mengasuh anak yang didalamnya dibahas tentang bagaimana

orangtua tunggal menerapkan pola asuh dan penyesuaian orang tua tunggal dalam perubahan

peran dan status sebagai kepala keluarga.Selanjutnya melakukan penyaringan guna

pemantapan dengan penelusuran data, kemudian data hasil penelitian disimpulkan.Dalam

tahap ini analisis data adalah membuat kesimpulan akhir sebagai temuan penelitian yaitu

strategi orang tua tunggal dalam mengasuh anak dan menggambarkan perubahan peran dan

Referensi

Dokumen terkait

[17] Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian tentang Tuhan menurut pendapat Al Farabi adalah, Tuhan adalah wujud yang wajib, wujud yang wajib

dengan judul “ Perbandingan efektivitas penggunaan kompres ekstrak lidah buaya ( gel aloe vera ) dengan kompres air hangat pada penurunan tingkat skala nyeri phlebitis pada

Kondisi ini sangat beralasan karena satwa-satwa famili Viverridae merupakan satwa yang bersifat generalis atau mamalia yang mampu bertahan hidup pada kondisi

[r]

[r]

[r]

Di bawah seksyen 29 Akta Syarikat 2016, Pendaftar mempunyai kuasa untuk mengarahkan syarikat untuk menukar namanya jika dia percaya atas sebab yang munasabah bahawa suatu nama di

Berkat taufik dan petunjuk Illahi Rabbi, penyusun dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Pengaruh Kemampuan Baca Tulis Al-Qur’an Terhadap Hasil Belajar