• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Metode TOPSIS Sebagai Pendukung Keputusan Pemilihan Layanan Akomodasi di Destinasi Wisata Pulau

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Penerapan Metode TOPSIS Sebagai Pendukung Keputusan Pemilihan Layanan Akomodasi di Destinasi Wisata Pulau"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Yerik Afrianto Singgalen, Copyright © 2023, MIB, Page 1386

Penerapan Metode TOPSIS Sebagai Pendukung Keputusan Pemilihan Layanan Akomodasi di Destinasi Wisata Pulau

Yerik Afrianto Singgalen

Fakultas Ilmu Administrasi Bisnis dan Ilmu Komunikasi, Program Studi Pariwisata, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Jakarta, Indonesia

Email: yerik.afrianto@atmajaya.ac.id

Email Penulis Korespondensi: yerik.afrianto@atmajaya.ac.id

Abstrak−Pemilihan layanan akomodasi di suatu destinasi wisata dapat disesuaikan dengan preferensi wisatawan. Penelitian ini bertujuan untuk merekomendasikan metode TOPSIS sebagai sistem pendukung keputusan dalam pemilihan layanan akomodasi di destinasi wisata, berdasarkan studi kasus destinasi wisata Pulau Morotai. Penerapan metode TOPSIS sebagai pendukung keputusan pemilihan layanan akomodasi di destinasi wisata Pulau Morotai terdiri dari empat tahapan sebagi berikut : tahap pembuatan matriks ternormalisasi; tahap pembuatan matriks ternormalisasi terbobot; tahap menentukan matriks solusi ideal positif dan negatif; tahap menentukan nilai preferensi untuk setiap alternatif. Kriteria yang ditetapkan ialah sebagai berikut : harga kamar sebagai cost dengan bobot kepentingan 5; jarak hotel ke destinasi sebagai benefit dengan bobot kepentingan 3;

tipe/kelas kamar sebagai benefit dengan bobot kepentingan 4; amenitas hotel sebagai benefit dengan bobot kepentingan 4;

rating layanan sebagai benefit dengan bobot kepentingan 4. Secara spesifik penyedia layanan akomodasi yang difokuskan ialah : Daloha Resort; Metita Beach and Dive Resort; Moro Ma Doto; Molokai by Sahid Hotel; dan Ria Hotel. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa alternatif dengan nilai preferensi yang paling tinggi ialah Metita Beach and Dive Resort dengan nilai 0,764348724 kemudian Molokai by Sahid Hotel dengan nilai 0,626002478. Selanjutnya, Daloha Resort dengan nilai 0,616994938 dan Ria Hotel dengan nilai 0,61630669. Adapun, Moro Ma Doto memiliki nilai 0,363441753. Hal ini menunjukkan bahwa wisatawan yang memprioritaskan harga sebagai faktor dominan dengan bobot sangat penting (5), akan memilih Metita Beach and Dive Resort. Apabila bobot kepentingan masing-masing kriteria diubah sesuai dengan perspesktif wisatawan, maka sistem akan merekomendasikan layanan akomodasi yang berbeda. Wisatawan dapat menggunakan metode TOPSIS dalam memilih layanan akomodasi serta memberikan bobot kepentingan sesuai dengan preferensi individu. Dengan demikian dapat diketahui bahwa metode TOPSIS relevan digunakan sebagai tools pemilihan layanan akomodasi di berbagai destinasi wisata termasuk Pulau Morotai.

Kata Kunci: TOPSIS; Sistem Pendukung Keputusan; Layanan Akomodasi; Pulau Morotai

Abstract−The selection of accommodation services in a tourist destination can be adjusted to the preferences of tourists. This study aims to recommend the TOPSIS method as a decision support system in the selection of accommodation services in tourist destinations, based on case studies of Morotai Island tourist destinations. The application of the TOPSIS method as decision support for the selection of accommodation services in Morotai Island tourist destinations consists of four stages as follows: the stage of making a normalized matrix, weighted normalized matrix manufacturing stage; steps determine the matrix of positive and negative ideal solutions; The step determines the preference value for each alternative. The criteria set are as follows: room price as a cost with an importance weight of 5; distance of the hotel to the destination as a benefit with an importance weight of 3; room type/class as a benefit with an importance weight of 4; hotel amenities as a benefit with an importance weight of 4; Service rating as a benefit with importance weight 4. Specifically, the accommodation service providers focused on are Daloha Resort; Metita Beach and Dive Resort; Moro Ma Doto; Molokai by Sahid Hotel; and Ria Hotel. The results of this study showed that the alternative with the highest preference value was Metita Beach and Dive Resort, with a value of 0.764348724, then Molokai by Sahid Hotel, with a value of 0.626002478. In addition, Daloha Resort has a value of 0.616994938, and Ria Hotel has a value of 0.61630669. Also, Moro Ma Doto has a value of 0.363441753. This suggests that travelers prioritizing price as the dominant factor with weight critical (5) will choose Metita Beach and Dive Resort. If the importance weight of each criterion is changed according to the traveler's perspective, the system will recommend different accommodation services. Thus, tourists can use the TOPSIS method in choosing accommodation services and give importance weight according to individual preferences. Therefore, the TOPSIS method can be used in selecting accommodation services in various tourist destinations.

Keywords: TOPSIS; Decision Support System; Accommodation Services; Morotai Island

1. PENDAHULUAN

Kualitas layanan akomodasi berperan penting dalam meningkatkan kepuasan wisatawan. Bianca et al.

menunjukkan bahwa perkembangan teknologi informasi memungkinkan wisatawan untuk mengulas produk dan layanan akomodasi yang digunakan selama berwisata [1]. Disisi lain, Sudiarta dan Suwintari menunjukkan bahwa tingkat kepuasan wisatawan menjadi salah satu indikator yang digunakan untuk mengevaluasi kualitas layanan akomodasi secara berkala [2]. Adapun, layanan akomodasi yang berkualitas akan kepuasan tamu dan memberikan pengalaman yang berkesan. Hal ini menunjukkan bahwa penyedia layanan akomodasi secara berkala mengevaluasi kinerja atau performa karyawan dan ketersediaan sarana dan prasarana pendukung lainnya, agar dapat memberikan pengalaman dan kesan yang baik bagi para wisatawan yang menggunakan jasa akomodasi.

Meskipun demikian, tidak semua destinasi wisata memiliki layanan akomodasi yang memenuhi ekspektasi wisatawan. Mempetimbangkan hal tersebut maka penelitian ini dilakukan untuk menganalisis perilaku wisatawan dalam pemilihan layanan akomodasi menggunakan metode Technique for Other Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS) di destinasi wisata prioritas Kabupaten Pulau Morotai.

(2)

Yerik Afrianto Singgalen, Copyright © 2023, MIB, Page 1387 Perilaku wisatawan dalam pengambilan keputusan untuk merencanakan perjalanan wisata serta penggunaan layanan akomodasi perlu dianalisis secara kontekstual sehingga dapat memberikan rekomendasi terkait dengan optimalisasi kualitas layanan akomodasi. Khoiriyah dan Zainuddin mengemukakan bahwa permintaan pasar terhadap bentuk layanan akomodasi sangat beragam, dalam beberapa kasus, integrasi konsep manajemen Syariah dalam manajemen pelayanan dapat meningkatkan kepuasan tamu [4]. Disisi lain, Oktaviyanti dan Sukanandi menunjukkan bahwa strategi pemasaran layanan akomodasi dalam bentuk paket staycation juga menarik wisatawan karena fasilitas yang sesuai ekspektasi atau kebutuhan, dengan harga terjangkau [5]. Hal ini menunjukkan adanya dua perspektif yang perlu dikaji secara komprehensif yakni perspektif manajemen layanan akomodasi dan perspektif perilaku wisatawan dalam pemilihan layanan akomodasi. Mempertimbangkan hal tersebut maka penelitian ini fokus mengkaji proses pengambilan keputusan wisatawan dalam memilih layanan akomodasi ketika berwisata ke Kabupaten Pulau Morotai.

Proses pengambilan keputusan perjalanan wisata dapat dipengaruhi oleh ketersediaan sumber daya pendukung pariwisata yang dapat dikategorikan sebagai atraksi, aksesibilitas, akomodasi dan amenitas. Bukhari et al. menunjukkan bahwa motivasi berkunjung ke destinasi wisata dipengaruhi oleh motivasi fisik, motivasi interpersonal, motivasi budaya, dan motivasi status serta martabat [6]. Hal ini menunjukkan adanya kecenderungan seseorang melakukan perjalanan wisata karena dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik. Disisi lain, Ulya et al. menegaskan bahwa citra destinasi wisata juga memiliki pengaruh terhadap pengambilan keputusan perjalanan wisata [7]. Adapun, Rohmania menunjukkan bahwa selain citra destinasi wisata dapat memengaruhi motivasi berwisata, informasi yang beredar melalui media digital dalam bentuk electronic Word of Mouth (e- WOM) juga memiliki pengaruh terhadap intensi berkunjung kembali ke destinasi tersebut [8]. Mempertimbangkan hal tersebut, penelitian ini menawarkan gagasan untuk menghubungkan perilaku wisatawan dalam proses pengambilan keputusan pemilihan layanan akomodasi menggunakan metode Technique for Other Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS).

Penerapan metode TOPSIS dalam menganalisis proses pengambilan keputusan berwisata perlu disesuaikan dengan konteks destinasi wisata. Masing-masing destinasi wisata dikembangkan dengan mengimplementasikan strategi pemasaran yang segmentasi pasar [9]. Dharmaningrum et al. menegaskan bahwa penetapan strategi pemasaran destinasi wisata ditentukan oleh ekuitas merek, hasil segmentasi pasar, dan hasil identifikasi motivasi perjalanan wisata yang secara spesifik disesuaikan dengan preferensi wisatawan domestik dan mancanegara [10].

Disisi lain, Sujibto dan Syaifuddin menegaskan adanya perubahan makna dan motivasi berwisata yang dapat dianalisis berdasarkan generasi [11]. Hal ini menunjukkan adanya perubahan preferensi wisatawan secara berkala, sehingga perlu dikaji secara kontekstual dan up to date. Adapun, Hermawan dan Evan menunjukkan bahwa metode TOPSIS dapat digunakan untuk menganalisis secara komprehensif preferensi wisatawan terhadap layanan akomodasi [12]. Adapun, Sukma et al. menegaskan bahwa penerapan metode TOPSIS dalam menganalisis proses pemilihan layanan akomodasi perlu mempertimbangkan kriteria harga, kelas, kebersihan, pelayanan, lokasi yang dikategorikan sebagai benefit atau cost [13]. Penelitian ini menawarkan gagasan untuk menggunakan metode TOPSIS dalam menganalisis proses pemilihan layanan akomodasi ketika berwisata ke Pulau Morotai berdasarkan kriteria harga, kelas atau tipe, kebersihan, pelayanan, dan lokasi.

Kabupaten Pulau Morotai merupakan destinasi yang termasuk Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Mouw et al. menunjukkan bahwa karakteristik destinasi wisata Pulau Morotai dapat diklasifikasikan berdasarkan destinasi wisata bahari, sejarah dan alam seperti gua dan air terjun [14]. Disisi lain, Totona et al. menunjukkan bahwa pengembangan pariwisata di Kabupaten Pulau Morotai merupakan bentuk investasi untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) [15]. Sementara itu, Latief et al.

menegaskan bahwa tantangan pengembangan pariwisata Pulau Morotai ialah pengembangan aksesibilitas, akomodasi dan amenitas [16]. Hal ini menunjukkan bahwa pariwisata di Pulau Morotai memiliki kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi lokal, serta pembangunan infrastruktur pendukung aktivitas sosial-budaya serta lingkungan. Sulaeman berpendapat bahwa pemerintah daerah perlu memberikan kemudahan investasi di bidang jasa akomodasi dan amentias sebagai bisnis pendukung pariwisata Morotai [17]. Berdasarkan studi tentang pariwisata di Pulau Morotai, optimalisasi layanan akomodasi dan amenitas pendukung pariwisata didukung oleh pemerintah daerah, swasta, dan masyarakat setempat. Meskipun demikian, perilaku wisatawan dalam pemilihan layanan akomodasi di destinasi wisata Pulau Morotai perlu dikaji secara mendalam untuk menghasilkan rekomendasi yang mampu mengoptimalkan proses bisnis jasa akomodasi, meningkatkan volume penjualan, serta kunjungan wisatawan.

Beberapa studi terdahulu menunjukkan bahwa klasifikasi kriteria sebagai benefit dan cost dalam metode TOPSIS akan menghasilkan rekomendasi solusi ideal. Dalam konteks pemilihan layanan akomodasi, Sufarnap dan Sudarto mengklasifikasikan kriteria harga sewa kamar sebagai cost, kemudian kriteria fasilitas, kelas dan jarak sebagai benefit [18]. Disisi lain, Purwanto et al. menjelaskan bahwa kriteria jarak wisatawan dengan hotel dapat dideskripsikan sebagai berikut : sangat dekat (kurang dari 5 km); dekat (5 km sampai dengan 20 km); jauh ( lebih dari 20 km). Pada kriteria harga sewa, dapat dideskripsikan sebagai berikut : murah (kurang dari Rp.200.000);

sedang (Rp.200.000 sampai dengan Rp. 350.000); mahal (lebih dari Rp.350.000). Pada kriteria fasilitas hotel, dapat dideskripsikan dalam tiga kategori yaitu sangat lengkap, lengkap, dan kurang lengkap. Sedangkan, pada kriteria jarak hotel dengan tempat wisata dapat dideskripsikan sebagai berikut : sangat dekat (kurang dari 5 km);

dekat (5 km sampai dengan 20 km); jauh ( lebih dari 20 km) [19]. Dwijayadi et al. menunjukkan sejumlah kriteria

(3)

Yerik Afrianto Singgalen, Copyright © 2023, MIB, Page 1388 yang dapat digunakan dalam penerapan metode TOPSIS sebagai berikut : harga; kelas; lokasi; fasilitas; rating;

layanan (kebersihan, menarik, kenyamanan, dan keamanan ) [20]. Hal ini menunjukkan bahwa implementasi metode TOPSIS dalam pemilihan layanan akomodasi ditentukan oleh kriteria dan klasifikasi benefit & cost.

Mempertimbangkan hal tersebut maka penelitian ini menggunakan beberapa kriteria berdasarkan hasil penelitian terdahulu, sebagai berikut : kriteria jarak penyedia layanan akomodasi dengan destinasi wisata terdekat (benefit), kriteria tipe akomodasi (benefit), kriteria harga berdasarkan tipe akomodasi (cost), amenitas pendukung (benefit), dan rating layanan berdasarkan kebersihan, kenyamanan dan keamanan (benefit).

Penelitian tentang sistem pendukung keputusan dan pariwisata masih sangat luas dan perlu dikaji secara komprehensif. Terdapat berbagai metode pengambilan keputusan seperti Analytical Hierarchy Process (AHP) [21], Simple Additive Weighting (SAW) [22], Technique for Other Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS) [23]. Masing-masing metode pengambilan keputusan dikalkulasi berdasarkan jumlah kriteria dan klasifikasi bobot nilai berdasarkan cost and benefit. Dalam konteks pemilihan layanan akomodasi, beberapa penelitian terdahulu menekankan pada konsep desain dan alur sistem informasi pendukung keputusan hingga proses perhitungan berdasarkan model pendukung keputusan yang digunakan. Adapun, kriteria yang ditetapkan bersifat kontekstual yang menekankan pada ekspektasi wisatawan dan kondisi eksisting bisnis akomodasi.

Penelitian ini menawarkan gagasan konstruktif yang mendiskusikan konteks kepariwisataan di Kabupaten Pulau Morotai, serta manfaat dari penerapan metode TOPSIS untuk optimalisasi layanan akomodasi sebagai komponen pendukung pariwisata lokal. Dengan demikian, penelitian ini dapat berkontribusi secara empiris dan teoretis melalui rekomendasi pengembangan produk dan layanan akomodasi, serta dinamika pengembangan bisnis akomodasi di Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).

2. METODOLOGI PENELITIAN

2.1 Technique for Other Preference by Similarity for Ideal Solution (TOPSIS)

Metode yang digunakan dalam menganalisis proses pengambilan keputusan wisatawan untuk memilih layanan akomodasi di Kabupaten Pulau Morotai ialah Technique for Other Preference by Similarity for Ideal Solution (TOPSIS). Tahapan dalam metode TOPSIS ialah sebagai berikut : tahap pembuatan matriks keputusan ternormalisasi; pembuatan matriks keputusan ternormalisasi terbobot; tahap menentukan matriks solusi ideal positif dan solusi ideal negatif; tahap menentukan nilai preferensi untuk setiap alternatif. Adapun, visualisasi tentang tahapan penerapan metode TOPSIS dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 1. Tahapan Metode TOPSIS

Gambar 1 merupakan tahapan-tahapan dalam penerapan metode TOPSIS berdasarkan konteks pemilihan layanan akomodasi di destinasi wisata Pulau Morotai. Secara spesifik kriteria yang digunakan ialah sebagai berikut : kriteria harga (cost); kriteria jarak (benefit); kriteria tipe/kelas (benefit); kriteria amenitas (benefit); kriteria rating layanan (benefit). Klasifikasi benefit dan cost dari masing-masing kriteria ditetapkan berdasarkan perspektif konsumen, terdapat biaya harga kamar yang harus dibayar oleh tamu ketika menginap sehingg diklasifikasikan sebagai cost. Semakin murah harga kamar maka semakin menguntungkan wisatawan yang menggunakan layanan akomodasi tersebut. Harga kamar ditetapkan berdasarkan tipe/kelas, semakin bervariasi tipe kamar maka harga kamar yang ditawarkan kepada tamu juga bervariasi sesuai tipe/kelas kamar yang dipilih. Kriteria tipe/kelas diklasifkasikan sebagai benefit dengan pertimbangan bahwa tamu memperoleh sejumlah fasilitas dan layanan tambahan yang sesuai dengan kebutuhan. Kriteria jarak diklasifikasikan sebagai benefit, semakin dekat lokasi akomodasi dengan destinasi wisata yang hendak dikunjungi maka semakin menguntungkan tamu dengan menghemat waktu dan energi. Kriteria amenitas diklasifikasikan sebagai benefit dengan pertimbangan bahwa tamu

(4)

Yerik Afrianto Singgalen, Copyright © 2023, MIB, Page 1389 dapat mengakses fasilitas yang tersedia sesuai dengan kebutuhan. Adapun, kriteria rating layanan diklasifikasikan sebagai benefit dengan pertimbangan bahwa tamu mendapatkan layanan kebersihan, kenyamanan, dan keamanan selama menginap. Hal ini menunjukkan bahwa tamu hotel perlu mempertimbangkan kriteria harga, jarak, tipe/kelas, amenitas dan rating pelayanan dalam pemilihan layanan akomodasi di destinasi wisata Kabupaten Pulau Morotai. Adapun, kategori, tingkat kepentingan, kode dan nilai kriteria dapat dilihat di Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Deskripsi Kategori dalam Pemilihan Layanan Akomodasi Menggunakan Metode TOPSIS

Kategori Benefit/Cost Kode Bobot Deskripsi Keterangan

Harga Cost K1 5

<=Rp.200.000 Murah

>Rp.200.000 sd Rp.300.000 Sedang

>Rp.300.000 Mahal

Jarak Benefit K2 3

< =5 Km Dekat

>5 km sd <=20km Sedang

>20 km Jauh

Tipe/Kelas Benefit K3 4

1 Tipe Kamar Kurang

Lengkap

2 sd 3 Tipe Kamar Lengkap

4 sd 5 Tipe Kamar Sangat

Lengkap

Amenitas Benefit K4 4

Kurang dari Tiga Amenitas Pendukung Kurang Lengkap Terdapat 3 sampai dengan Sepuluh

Amentias Pendukung Lengkap

Terdapat Sepuluh atau Lebih Amentias Pendukung

Sangat Lengkap Rating

Layanan Benefit K5 4

Rating 1 sd 2 Kurang Sesuai

Rating 3 Sesuai

Rating 4 sd 5 Sangat Sesuai

Tabel 1 merupakan deskripsi kategori harga, jarak, tipe/kelas, amenitas, dan rating layanan yang ditetapkan dalam pemilihan layanan akomodasi di destinasi wisata Pulau Morotai menggunakan metode TOPSIS. Secara spesifik, metode TOPSIS menggunakan prinsip bahwa alternatif terpilih harus memiliki jarak terdekat dengan solusi ideal positif dan jarak terpanjang dari solusi ideal negatif untuk menentukan kedekatan relatif dari suatu alternatif dengan solusi optimal. Tahap pertama dalam implementasi metode TOPSIS dalam penelitian ini ialah pembuatan matriks keputusan ternormalisasi sebagaimana persamaan (1) berikut.

Rij= Xij

√∑mi=1Xij2

(1)

i= 1,2,3...m; dan j= 1,2,3 ...n

Tahap kedua ialah membuat matriks keputusan ternormalisasi terbobot (Weight Normalized Decision Matrix) dimana solusi ideal positif dan negatif dapat ditentukan berdasarkan rating bobot ternormalisasi (Yij) melalui persamaan (2) berikut.

Yij= WiRij (2)

i= 1,2,3...m; dan j= 1,2,3 ...n

Tahap ketiga ialah menentukan matriks solusi ideal positif dan matriks solusi ideal negatif, dimana solusi ideal positif (A+) ditentukan berdasarkan persamaan (3) berikut.

A+= (y1+, y2+, … yn+) (3)

Sedangkan matriks solusi deal negatif (A) ditentukan berdasarkan persaman (4) berikut.

A= (y1, y2, … yn) (4)

Selanjutnya untuk menentukan jarak nilai dari setiap alternatif dengan matriks solusi ideal positif diperoleh dengan persamaan (5) berikut.

Di = √∑nj=1(Yij− Yi+),i = 1,2,3 … m (5)

Selanjutnya untuk menentukan jarak nilai dari setiap alternatif dengan matriks solusi ideal negatif diperoleh dengan persamaan (6) berikut.

(5)

Yerik Afrianto Singgalen, Copyright © 2023, MIB, Page 1390

Di = √∑nj=1(Yij− Yi),i = 1,2,3 … m (6)

Pada tahap penentuan nilai preferensi untuk setiap alternatif dapat menggunakan persamaan (7) berikut.

V = Di

Di+Di+, i = 1,2,3 … m (7)

Perhitungan nilai preferensi merupakan tahap akhir dalam metode TOPSIS, semakin tinggi nilai alternatif menunjukkan bahwa semakin tinggi alternatif tersebut diinginkan.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Investasi bisnis layanan akomodasi dan amenitas di Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah. Meskipun demikian, dukungan pemangku kepentingan dan partisipasi masyarakat juga menentukan perkembangan sektor pariwisata dan perekonomian di masing-masing wilayah KSPN dan KEK [24]. Disisi lain, Musthofa et al. menunjukkan bahwa investasi bisnis layanan akomodasi di KSPN dan KEK sangat bermanfaat bagi pertumbuhan ekonomi, sehingga perlu diseimbangkan dengan kesejahteraan sosial, preservasi nilai-nilai budaya lokal, dan pemeliharaan ekosistem sehingga berkelanjutan [25]. Dalam konteks Pulau Morotai, investasi bisnis di layanan akomodasi meningkat pesat seiring dengan pertumbuhan sektor pariwisata dan sektor pendukung lainnya. Pada tahun 2016, Badan Pusat Statistik (BPS) mendokumentasikan nama hotel dan penginapan serta kapasitas (jumlah kamar) di Kabupaten Pulau Morotai, sebagai berikut : Pertiwi (3); Makassar (7); Ampera (7); Marina Putri (8); Antrimel (10); Dodola (10); Sinar Mas (10); Morotai Inn (11); Ria (14); Singgah Dulu (15); Permai Indah (15); Pasifik Inn (19); Sinta Ayu (20); Perdana (20). Pada tahun 2020, Badan Pusat Statistik (BPS) melakukan pendataan jumlah hotel dan penginapan di Kabupaten Pulau Morotai berdasarkan wilayah administratif kecamatan sebagai berikut : Morotai Selatan (20); Morotai Timur (1); Morotai Selatan Barat (0); Morotai Utara (2); Morotai Jaya (1); Pulau Rao (1).

Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 2020 terdapat 25 penyedia layanan akomodasi hotel dan penginapan di Kabupaten Pulau Morotai. Dengan demikian dapat diketahui bahwa penetapan KSPN dan KEK memantik investasi di layanan akomodasi sebagai pendukung pariwisata.

Sebaran objek wisata di Kabupaten Pulau Morotai perlu diseimbangkan dengan jumlah layanan akomodasi.

Berdasarkan data BPS tahun 2016-2019, klasifikasi jumlah objek wisata berdasarkan wilayah administratif kecamatan ialah sebagai berikut : Morotai Selatan (14); Morotai Timur (3); Morotai Selatan Barat (3); Morotai Utara (0); Morotai Jaya (3). Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas wisata terkonsentrasi di kecamatan Morotai Selatan, yang didukung oleh 20 bisnis penyedia layanan akomodasi. Dalam konteks perilaku wisatawan, perlu dikaji secara mendalam proses pengambilan keputusan untuk menggunakan layanan akomodasi tersebut.

Meskipun demikian, terdapat beberapa kendala yang dihadapi oleh Wisatawan Nusantara terkait dengan penyedia layanan akomodasi sebagai berikut : pertama, tidak semua hotel dan penginapan di Kabupaten Pulau Morotai memiliki website serta terintegrasi dengan platform Tripadvisor, Traveloka, maupun Booking.com sehingga wisatawan nusantara terbatas dalam mengakses informasi terkait akomodasi dan amenitas, harga dan lokasi;

kedua, kebijakan KSPN dan KEK memantik investasi di bidang layanan akomodasi resort dan cottage, dengan harga bersaing; ketiga, keterbatasan akses terhadap informasi produk dan layanan, harga dan lokasi berimplikasi pada pendapatan penyedia layanan akomodasi. Hal ini menunjukkan bahwa publikasi informasi yang berhubungan dengan layanan akomodasi dan amenitas, layanan transportasi, dan informasi destinasi wisata berperan penting dalam mendukung proses pengambilan keputusan penggunaan layanan akomodasi di suatu destinasi wisata. Pada gambar 2 dapat divisualisasikan perilaku pengunjung Tripadvisor dalam mengakses informasi untuk perjalanan wisata.

Gambar 2. Perilaku Pengunjung Website Tripadvisor dalam Mengakses Informasi untuk Perjalanan Wisata

(6)

Yerik Afrianto Singgalen, Copyright © 2023, MIB, Page 1391 Gambar 2 merupakan visualisasi perilaku pengunjung website Tripadvisor dalam mengakses informasi untuk perjalanan wisata. Visitor atau pengguna website Tripadvisor dapat memanfaatkan Navigation Bar (Navbar) untuk menentukan lokasi destinasi wisata, Tripadvisor akan menampilkan informasi destinasi, informasi layanan akomodasi dan amenitas, serta layanan transportasi. Visitor memiliki akses terhadap informasi yang detal terkait dengan jarak antara lokasi penyedia layanan akomodasi dengan destinasi wisata yang hendak dikunjungi. Selain itu, Visitor juga dapat melakukan reservasi sesuai dengan tanggal kedatangan di destinasi wisata, serta mengulas produk dan layanan selama berkunjung ke destinasi wisata. Website tripadvisor menyediakan informasi yang spesifik terkait dengan tipe, harga dan kapasitas ruangan atau kamar dengan harga bersaing. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku pengunjung website Tripadivisor dalam merencanakan perjalanan wisata tidak terlepas dari penelusuran informasi layanan akomodasi dengan mempertimbangkan jarak, lokasi, tipe/kelas kamar, amenitas dan rating layanan. Dengan demikian, dapat dilakukan analisis sistem pendukung keputusan pemilihan layanan akomodasi di destinasi wisata Kabupaten Pulau Morotai menggunakan metode TOPSIS.

Penerapan metode TOPSIS dalam pemilihan layanan akomodasi sebagai pendukung pariwisata Kabupaten Pulau Morotai fokus pada penyedia layanan yang telah menggunakan website Tripadvisor sebagai media pemasaran. Memperitmbangkan hal tersebut, penyedia layanan yang dijadikan alternatif dalam metode TOPSIS ialah sebagai berikut : Daloha Resort; Metita Beach and Dive Resort; Moro Ma Doto; Molokai by Sahid Hotel;

Ria Hotel. Adapun hasil penilaian berdasarkan kriteria harga, jarak, tipe/kelas, amenitas, dan rating layanan disesuaikan dengan data yang tertera di halaman website Tripadvisor. Adapun, hasil pemberian bobot dapat dilhat pada gambar berikut.

Tabel 2. Pembobotan Kriteria dan Alternatif Lima Penyedia Layanan Akomodasi di Tripadvisor Kriteria dan Alternatif Harga Jarak Tipe/Kelas Amenitas Rating Layanan

Daloha Resort 4,0 2,0 4,0 3,0 4,0

Metita Beach and Dive Resort 4,0 3,0 3,0 3,0 4,0

Moro Ma Doto 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0

Molokai by Sahid Hotel 3,0 2,0 2,0 1,0 2,0

Ria Hotel 3,0 1,0 2,0 1,0 1,0

Kategori Cost Benefit Benefit Benefit Benefit

Gambar 2 merupakan hasil pemberian bobot terhadap masing-masing alternatif sebagaimana kriteria harga, jarak, tipe/kelas, amenitas, dan rating layanan. Dalam hal derajat kepentingan masing-masing kriteria diberikan bobot lima yang berarti sangat penting untuk kriteria harga. Pertimbangannya ialah perilaku wisatwan yang berkunjung ke Kabupaten Pulau Morotai lebih dominan pada aktivitas wisata petualangan, alam, sejarah dan budaya sehingga keputusan untuk menginap dapat disesuaikan dengan kondisi eksisting penyedia layanan akomodasi. Semakin rendah harga kamar semakin menguntungkan wisatawan, semakin mahal harga kamar maka keputusan menginap disesuaikan dengan ketersediaan amenitas, tipe/kelas kamar, dan rating layanan. Selanjutnya, bobot tiga diberikan untuk kriteria jarak dari lokasi menginap ke destinasi wisata yang dapat dikategorikan netral, dengan pertimbangan bahwa intensi berwisata ke Kabupaten Pulau Morotai dipengaruhi oleh motivasi berpetualang serta menikmati potensi sumber daya alam, sehingga jarak dari lokasi menginap tidak menjadi hambatan yang memengaruhi keputusan menginap. bobot empat diberikan untuk kriteria tipe/kelas, amenitas dan rating layanan dengan pertimbangan bahwa keputusan menginap di suatu bisnis penyedia layanan akomodasi dengan harga yang mahal harus setara dengan kelengkapan amenitas, tipe/kelas kamar, dan rating layanan dalam ulasan di website Tripadvisor. Dengan demikian, pemilihan layanan akomodasi berdasarkan kriteria-kriteria tersebut, dapat menguntungkan serta meningkatkan kepuasan wisatwan. Proses

Tabel 3. Matriks Ternormalisasi (R)

Daloha Resort 0,49236596 0,34299717 0,57142857 0,5 0,549442256 Metita Beach and Dive Resort 0,49236596 0,51449576 0,42857143 0,5 0,549442256 Moro Ma Doto 0,49236596 0,68599434 0,57142857 0,66666667 0,549442256 Molokai by Sahid Hotel 0,36927447 0,34299717 0,28571429 0,16666667 0,274721128 Ria Hotel 0,36927447 0,17149859 0,28571429 0,16666667 0,137360564

Tabel 3 merupakan hasil normalisasi berdasarkan penilaian terhadap masing-masing kriteria dan alternatif berdasarkan persamaan (1). Matriks keputusan ternormalisasi (R) dibutuhkan sebelum pembuatan matriks ternormalisasi terbobot (Y). Mustafidah dan Mayasari menunjukkan bahwa matriks ternormalisasi diperlukan untuk menghapus bias skala, sehingga hasil perhitungan yang adil di antara kriteria yang berbeda-beda [26]. Disisi lain, Ridaini menunjukkan bahwa matriks ternormalisasi diperlukan untuk melakukan proses perhitungan yang jelas, sistematis dan menghasilkan luaran yang dapat diinterpretasikan dengan baik [27]. Hal ini menunjukkan bahwa matriks ternormalisasi (R) dibutuhkan untuk menghapus bias skala dari masing-masing kriteria dan alternatif, serta memungkinkan proses kalkulasi yang jelas, sistematis serta dapat diinterpretasikan dengan baik.

Setelah proses pembuatan matriks ternormalisasi, dibuat matriks ternormalisasi terbobot sebagaimana table berikut.

(7)

Yerik Afrianto Singgalen, Copyright © 2023, MIB, Page 1392 Tabel 4. Matriks Ternormalisasi Terbobot (Y)

Daloha Resort 2,46182982 1,02899151 2,28571429 2 2,197769023

Metita Beach and Dive Resort 2,46182982 1,54348727 1,71428571 2 2,197769023 Moro Ma Doto 2,46182982 2,05798302 2,28571429 2,66666667 2,197769023 Molokai by Sahid Hotel 1,84637236 1,02899151 1,14285714 0,66666667 1,098884512 Ria Hotel 1,84637236 0,51449576 1,14285714 0,66666667 0,549442256

Tabel 4 merupakan matriks ternormalisasi terbobot berdasarkan kriteria dan alternatif yang dikalkukasi menggunakan persamaan (2). Sufarnap dan Sudarto menunjukkan bahwa matriks ternormalisasi terbobot diperlukan dengan asumsi bahwa setiap kriteria dan alternatif memiliki derajat kepentingan yang berbeda dalam pengambilan keputusan [28]. Selain itu, Purwanto dan Kuswinardi mengemukakan bahwa setiap kriteria dalam analisis keputusan multi-kriteria memiliki kontribusi yang berbeda terhadap alternatif yang dievaluasi, oleh sebab itu diperlukan matriks ternormalisasi terbobot untuk menyesuaikan kontribusi relatif dari setiap kriteria sehingga mempengaruhi preferensi alternatif [29]. Hal ini menunjukkan bahwa matriks ternormalisasi terbobot dibutuhkan untuk memperhitungkan prioritas kriteria, menyesuaikan kontribusi kriteria serta menghindari bias atau ketidakseimbangan.

Setelah pembuatan matriks ternormaliasi terbobot, perlu dilanjutkan ke proses perhitungan solusi ideal positif dan solusi ideal negatif menggunakan persamaan (3) dan persamaan (4). Pramana et al., menunjukkan bahwa proses perhitungan solusi ideal positif dan solusi ideal negatif diperlukan untuk mengukur jarak perbandingan relatif terhadap solusi ideal positif dan negatif, dimana solusi ideal positif merupakan alternatif dengan nilai tertinggi di setiap kriteria dan solusi ideal negaitf merupakan alternatif dengan nilai terendah di setiap kriteria [30]. Disisi lain, Nurhaliza menunjukkan bahwa alternatif yang paling mendekati solusi ideal positif merupakan alternatif terbaik berdasarkan kriteria yang diberikan alternatif [31]. Hal ini menunjukkan bahwa perhitungan solusi ideal positif dan negatif dibutuhkan untuk menganalisis sensivitas dan menguji perubahan dalam preferensi atau bobot kriteria. Pada tabel berikut dapat diketahui nilai solusi ideal positif dan nilai solusi ideal negatif.

Tabel 5. Solusi Ideal Positif dan Solusi Ideal Negatif Solusi Ideal Positif

A+ 1,84637236 2,05798302 2,28571429 2,66666667 2,197769023 Solusi Ideal Negatif

A- 2,46182982 0,51449576 1,14285714 0,66666667 0,549442256

Tabel 5 merupakan hasil kalukasi solusi ideal positif (A+) menggunakan persamaan (3) dan solusi ideal negatif (A-) menggunakan persamaan (4). Dengan menghitung solusi ideal positif dan negatif, dapat dilakukan perbandingan alternatif secara relatif berdasarkan seberapa dekat nilai jarak masing-masing alternatif dengan solusi ideal positif menggunakan persamaan (5) dan nilai jarak masing-masing alternatif dengan solusi ideal negatif menggunakan persamaan (6), sehingga dapat diketahui jarak antara nilai terbobot dengan solusi ideal positif dan negatif pada tabel berikut.

Tabel 6. Jarak antara Nilai Terbobot dengan Solusi Ideal Positif dan Solusi Ideal Negatif D1+ 0,95505259 D1- 1,53852435

D2+ 0,40022361 D2- 1,29814873 D3+ 0,96854239 D3- 0,55298748 D4+ 1,81720624 D4- 3,04166617 D5+ 2,22653646 D5- 3,57637018

Tabel 6 merupakan jarak nilai terbobot masing-masing alternatif dengan solusi ideal positif dan solusi ideal positif yang diperoleh dari persamaan (5) dan persamaan (6). Riadillah et al. menunjukkan bahwa berdasarkan nilai jarak yang mendekati solusi ideal positif dan solusi ideal negatif, dapat diketahui bahwa alternatif dengan jarak terdekat ke solusi ideal positif merupakan alternatif terbaik berdasarkan kriteria yang diberikan [32].

Berdasarkan penelitian ini, jarak antara nilai terbobot dengan solusi ideal positif dan solusi ideal negatif dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 7. Nilai Preferensi dan Hasil Perankingan Penyedia Layanan Akomodasi Nilai Preferensi Rank

Daloha Resort V1 0,616994938 3

Metita Beach and Dive Resort V2 0,764348724 1

Moro Ma Doto V3 0,363441753 5

Molokai by Sahid Hotel V4 0,626002478 2

Ria Hotel V5 0,61630669 4

(8)

Yerik Afrianto Singgalen, Copyright © 2023, MIB, Page 1393 Tabel 7 merupakan hasil perhitungan nilai preferensi yang diperoleh berdasarkan persamaan (7) dimana alternatif dengan nilai preferensi yang paling tinggi ialah Metita Beach and Dive Resort dengan nilai 0,764348724 kemudian Molokai by Sahid Hotel dengan nilai 0,626002478. Selanjutnya, Daloha Resort dengan nilai 0,616994938 dan Ria Hotel dengan nilai 0,61630669. Adapun, Moro Ma Doto memiliki nilai 0,363441753.

Berdasarkan hasil perankingan dapat diketahui bahwa wisatawan yang memprioritaskan harga sebagai faktor utama pendukung keputusan pemilihan layanan akomodasi, dimana jarak, tipe/kelas, amenitas, dan rating layanan sebagai faktor pendukung dapat memilih Metita Beach and Dive Resort. Meskipun demikian, wisatawan dengan preferensi layanan akomodasi dengan harga ekslusif, serta tipe/kelas, amenitas dan rating layanan yang tinggi tanpa pertimbangan jarak atau lokasi, dengan mengubah bobot kepentingan pada masing-masing kriteria maka sistem akan merekomendasikan layanan akomodasi yang berbeda.

4. KESIMPULAN

Hasil penelitian menunjukan bahwa penerapan metode TOPSIS dalam pemilihan layanan akomodasi di Kabupaten Pulau Morotai dapat menggunakan kriteria harga, jarak, tipe/kelas, dan rating layanan. Berdasarkan penerapan metode TOPSIS, dapat diketahui bahwa alternatif dengan nilai preferensi yang paling tinggi ialah Metita Beach and Dive Resort dengan nilai 0,764348724 kemudian Molokai by Sahid Hotel dengan nilai 0,626002478.

Selanjutnya, Daloha Resort dengan nilai 0,616994938 dan Ria Hotel dengan nilai 0,61630669. Adapun, Moro Ma Doto memiliki nilai 0,363441753. Hal ini menunjukkan bahwa wisatawan yang memprioritaskan harga sebagai faktor dominan dengan bobot sangat penting, akan memilih Metita Beach and Dive Resort. Apabila bobot kepentingan masing-masing kriteria diubah sesuai dengan perspesktif wisatawan, maka sistem akan merekomendasikan layanan akomodasi yang berbeda. Dengan demikian, wisatawan dapat menggunakan metode TOPSIS dalam memilih layanan akomodasi serta memberikan bobot kepentingan sesuai dengan preferensi individu.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih disampaikan kepada Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM), Program Studi Pariwisata, Program Studi Sistem Informasi, Fakultas Ilmu Administrasi Bisnis dan Ilmu Komunikasi, Fakultas Teknik, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, atas dukungan dalam penelitian hingga publikasi hasil penelitian ini.

REFERENCES

[1] B. Louisa, R. Sukwadi, and G. Y.-H. Chen, “Pendekatan text mining terhadap review pengunjung hotel bintang 5 di Bali selama pandemi COVID-19,” J. Ind. Serv., vol. 7, no. 1, pp. 18–22, 2021, doi: 10.36055/jiss.v7i1.11294.

[2] I. N. Sudiarta and I. G. A. E. Suwintari, “Pengaruh Pelayanan Dan Fasilitas Homestay Canggu Terhadap Kepuasan Backpacker,” J. Ilm. Hosp. Manag., vol. 11, no. 1, pp. 24–35, 2020, doi: 10.22334/jihm.v11i1.174.

[3] S. A. Suwanda and E. Siregar, “Analisis Kualitas Layanan Terhadap Kepuasan Konsumen Pada Braja Mustika Hotel &

Convention Centre, Bogor,” J. Manaj., vol. 19, no. 3, pp. 321–339, 2015, doi: 10.24912/jm.v19i3.37.

[4] U. Khoiriyah and Zainuddin, “Manajemen Strategi Syari’ah pada Pelayanan Hotel Family Nur dalam Meningkatkan Kepuasan Pelanggan,” J. Al-Idarah, vol. 3, no. 2, pp. 35–42, 2022.

[5] N. M. P. Oktaviyanti and I. W. Sukanandi, “Analisis Strategi Pemasaran dalam Meningkatkan Penjualan Kamar di Fame Hotel Sunset Road Bali,” J. Mhs. Pariwisata dan Bisnis, vol. 1, no. 9, pp. 2550–2560, 2022.

[6] M. Y. Al Bukhari and T. Putra, “Motivasi Pengunjung Berwisata ke Daya Tarik Wisata Gunung Padang,” J. Kaji.

Pariwisata Dan Bisnis Perhotelan, vol. 2, no. 3, pp. 304–310, 2022, doi: 10.24036/jkpbp.v2i3.42272.

[7] B. N. Ulya, R. Kurniansah, and H. Minanda, “Pengaruh Halal Destination Image, Motivasi Perjalanan, dan Nilai Sosial yang Dirasakan Terhadap Keputusan Berkunjung Kembali di Destinasi Wisata Sembalun,” J. Ilm. Hosp., vol. 11, no. 1, pp. 179–186, 2023.

[8] D. N. Rohmania, “Pengaruh Citra Destinasi, Motivasi Wisatawan dan E-WOM negatif terhadap Niat Berkunjung Ulang,”

JSIM J. Ilmu Sos. dan Pendidik., vol. 3, no. 5, pp. 280–292, 2022.

[9] A. N. Soepardi and M. H. A. Khoir, “Segementasi Pasar Wisatwan di Provinsi Banten,” J. Dimmensi, vol. 2, no. 2, pp.

57–62, 2022.

[10] K. Darmaningrum, N. E. Prasetyaningrum, E. D. Kusumawati, and D. Kartikasari, “Strategi Pemasaran Destinasi Wisata yang Dipengaruhi Ekuitas Merek, Marketing, dan Motivasi Perjalanan,” J. Ekon. Ef., vol. 4, no. 4, pp. 502–511, 2022.

[11] B. J. Sujibto and S. T. Syaifuddin, “Dari Nature ke Pamer : Makna dan Motivasi Berwisata Generasi Muda,” Sosiol.

Reflektif, vol. 15, no. 2, pp. 406–423, 2021.

[12] A. Hermawan and Evan, “Hotel Recommendation System Using SAW (Simple Additive Weighting) And TOPSIS (The Technique for Order of Preference by Similarity to Ideal Solution) Method,” bit-Tech, vol. 1, no. 3, pp. 129–143, 2019, doi: 10.32877/bt.v1i3.71.

[13] H. Sukma, F. T. Tobing, and R. Nainggolan, “Sistem Pendukung Keputusan Dalam Pemilihan Hotel Di Tangerang Menggunakan Metode AHP dan TOPSIS,” METHOMIKA J. Manaj. Inform. dan Komputerisasi Akunt., vol. 5, no. 1, pp. 67–72, 2021, doi: 10.46880/jmika.vol5no1.pp67-72.

[14] E. Mouw, N. Karlina, I. Widianingsih, and H. Nurasa, “Mapping Potential And Development Strategies Of Marine Tourism In The Morotai National Tourism Strategic Area,” Aliansi J. Polit. Keamanan Dan Hub. Int., vol. September,

(9)

Yerik Afrianto Singgalen, Copyright © 2023, MIB, Page 1394 no. Special Issue, pp. 354–365, 2022.

[15] A. S. Totona, S. Lukman, and A. H. Muhi, “Analisis Pengembangan Pariwisata dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Pulau Morotai Provinsi Maluku Utara,” J. Paradig., vol. 11, no. 2, pp. 34–43, 2022.

[16] F. Latief, R. Pora, and P. Sumtaki, “Pariwisata di Daerah Perbatasan Tahun 2019 (Studi Pada Pengembangan Pariwisata di Kabupaten Pulau Morotai),” J. Gov. Archipel., vol. 11, no. 2, pp. 1–10, 2021.

[17] A. Sulaeman, “Aspek Legal Kemudahan Berinvestasi dalam Pra Feasibility Study Project The Dehegila Resort di Kabupaten Pulau Morotai,” Wacana Paramarta J. Ilmu Huk., vol. 21, no. 4, pp. 20–32, 2022, [Online]. Available:

http://www.paramarta.web.id/index.php/paramarta/article/view/217%0Ahttp://www.paramarta.web.id/index.php/param arta/article/download/217/170

[18] E. Sufarnap and Sudarto, “Perbandingan Metode Pengambilan Keputusan Pada Pemilihan Hotel Berbasis SAW dan TOPSIS,” J. SIFO Mikroskil, vol. 23, no. 1, pp. 73–82, 2022.

[19] H. L. Purwanto and J. W. Kuswinardi, “Pemilihan Hotel Menggunakan ‘Technique for Order Preference By Similarity To Ideal Solution’ Berbasis Webgis,” Kurawal - J. Teknol. Inf. dan Ind., vol. 3, no. 1, pp. 28–39, 2020, doi:

10.33479/kurawal.v3i1.302.

[20] I. N. A. Dwijayadi, I. M. A. Wirawan, and D. G. H. Divayana, “Pengembangan Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Hotel Di Kecamatan Buleleng Dengan Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) Dan Technique for Others Reference By Similarity To Ideal Solution (TOPSIS),” Janapati, vol. 7, no. 2, pp. 163–176, 2018, doi:

10.23887/karmapati.v7i1.13590.

[21] E. L. Amalia, E. N. Hamdana, and A. M. Hutami, “Implementasi Metode AHP dan Promethee pada SPK Pemilihan Hotel,” J. Inform. Polinema, vol. 6, no. 1, pp. 49–54, 2019, doi: 10.33795/jip.v6i1.325.

[22] A. Utami, M. L. L. Usman, I. F. Ramadhani, S. N. F. Syam, and F. A. Fauzan, “Decision Support System for Toko Anda Supplier Selection With the Simple Additive Weighting (SAW) Method,” Build. Informatics, Technol. Sci., vol. 4, no.

3, pp. 1181–1187, 2022, doi: 10.34288/jri.v4i3.366.

[23] A. Hidayat and R. Rianto, “Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan Penerimaan Calon Karyawan dengan Menggunakan Metode TOPSIS,” JUTEKIN, vol. 11, no. 1, pp. 51–61, 2023.

[24] R. M. Nur, Asy’ari, B. Tjiroso, A. Umar, and Arisetiawan, “Save Our Beach : Kawasan Wisata Pulau Galo-Galo , Kecamatan Morotai Selatan , Kabupaten Pulau Morotai,” J. Khairun Community Serv., vol. 2, no. 1, pp. 55–59, 2022.

[25] K. A. M. Musthofa, Ismadi, and Rully, “Hotel Resort Yang Privat Dan Rekreatif Di Situ Bagendit Kabupaten Garut,” J.

Tek. Sipil dan Arsit., vol. 27, no. 2, pp. 65–72, 2022, doi: 10.36728/jtsa.v27i2.1850.

[26] H. Mustafidah and R. P. Mayasari, “Sistem Pendukung Keputusan Menggunakan Metode TOPSIS untuk Pemilihan Lembaga Bimbingan Belajar,” Sainteks, vol. 15, no. 1, pp. 39–53, 2018, [Online]. Available:

http://jurnalnasional.ump.ac.id/index.php/SAINTEKS/article/view/6172

[27] Ridaini, “Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Lokasi Objek Wisata Di Aceh Tengah Menggunakan Metode TOPSIS,” J. Multimed. dan Teknol. Inf., vol. 4, no. 2, pp. 92–97, 2022, doi: 10.54209/jatilima.v4i02.329.

[28] E. Sufarnap and Sudarto, “Perbandingan Metode Pengambilan Keputusan pada Pemilihan Hotel Berbasis SAW dan TOPSIS,” J. SIFO Mikroskil, vol. 23, no. 1, pp. 73–82, 2022.

[29] H. L. Purwanto and J. W. Kuswinardi, “Pemilihan Hotel Menggunakan ‘Technique for Order Preference By Similarity To Ideal Solution’ Berbasis Web GIS,” Kurawal - J. Teknol. Inf. dan Ind., vol. 3, no. 1, pp. 28–39, 2020, doi:

10.33479/kurawal.v3i1.302.

[30] I. W. S. Pramana, R. S. Hartati, and Y. Divayana, “Analisis Metode Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Waktu Terbaik Perubahan Harga Dinamis Hotel,” Maj. Ilm. Teknol. Elektro, vol. 18, no. 2, pp. 155–164, 2019, doi:

10.24843/mite.2019.v18i02.p02.

[31] N. Nurhaliza, R. Adha, and Mustakim, “Perbandingan Metode AHP, TOPSIS, Dan MOORA Untuk Rekomendasi Penerima Beasiswa Kurang Mampu,” J. Ilm. Rekayasa dan Manaj. Sist. Inf., vol. 8, no. 1, pp. 23–30, 2022.

[32] M. I. Riadillah and A. Meiriza, “Application of the Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS) Method in Determining Tourist Destinations,” CESS (Journal Comput. Eng. Syst. Sci., vol. 7, no. 1, pp. 14–

22, 2022, doi: 10.24114/cess.v7i1.26141.

Referensi

Dokumen terkait

DAFTAR PUSTAKA Arbelia and Paryanta 2014 ‘PENERAPAN METODE AHP DAN TOPSIS SEBAGAI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN KENAIKAN JABATAN BAGI KARYAWAN’, Jurnal Ilmiah Go

Diagnosis and Management of Posterior Uveitis Keywords: Blindness, diagnosis, management, posterior uveitis PENDAHULUAN Uveitis merupakan proses peradangan uvea, meliputi iris, badan