• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN STANDAR KEMASAN PRODUK IKAN LAYUR BEKU TUJUAN EKSPOR DI PT. USAHA CENTRALJAYA SAKTI, MAKAS

N/A
N/A
Rivaldy Anggara Pratama

Academic year: 2024

Membagikan "PENERAPAN STANDAR KEMASAN PRODUK IKAN LAYUR BEKU TUJUAN EKSPOR DI PT. USAHA CENTRALJAYA SAKTI, MAKAS "

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

Oleh:

AYUL FIKA 1422050168

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS PERIKANAN JURUSAN AGRIBISNIS

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKEP

2017

(2)
(3)
(4)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tugas akhir ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Pangkep, Agustus 2017 Yang menyatakan,

Ayul Fika

(5)

KATA PENGANTAR

ALLAHU AKBAR...

Tiada kata yang patut penulis ucapkan kecuali atas kebesaran Allah SWT.

Karena atas berkat Rahmat dan Hidayah-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.

Tugas Akhir ini disusun berdasarkan hasil kegiatan Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM) yang telah dilaksanakan dari tanggal 04 Januari sampai dengan 04 Maret 2017 di PT. Usaha Centraljaya Sakti (UCS), Makassar Sulawesi Selatan.

Dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini, penulis banyak memperoleh bantuan dan dorongan dari berbagai pihak sehingga dalam kesempatan ini dengan rendah hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tuaku Isa dan Jumardin serta sanak saudaraku Ayul Sulfika yang senantiasa memberikan semangat dan doa serta bantuan moril maupun materi kepada penulis.

2. Dr. Ir. H. Darmawan, M.P, selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.

3. Dr. Nur Alam Kasim, S.Pi., M.Si, selaku Ketua Jurusan Agribisnis Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.

4. Abdullah, S.Pi., M.Si dan Nurjannah Bando, SP., M.Si, selaku pembimbing I dan pembimbing II.

5. Yunarti, SP., M.Si dan Arifah, SP., Menv. Sc, selaku penguji I dan penguji II.

(6)

6. Yusri Alamsyah selaku Pembimbing Lapangan yang telah memberikan arahan dan bimbingan pada saat melaksanakan PKPM. serta para staf pegawai dan karyawan di PT. Usaha Centraljaya Sakti yang turut membantu dalam memperoleh ilmu maupun informasi yang penulis butuhkan.

7. Dosen serta pegawai dan teknisi jurusan Agribisnis.

8. Ir. Mursida., M.Si selaku Sekretaris jurusan TPHP yang senantiasa memberikan semangat dan doa serta bantuan moril maupun materi kepada penulis.

9. Afsan yang senantiasa memberikan semangat dan doa serta bantuan moril maupun materi kepada penulis.

10. Sahabat-sahabat serta teman-teman dari jurusan Agribisnis angkatan XXVII.

11. Teman-teman di keluarga HIMAGRI (Loyalitas Tanpa Batas).

Semoga amal baik mereka mendapatkan balasan dari Allah SWT, dengan balasan yang berlipa ganda. Penulis menyadari bahwa mungkin masih banyak kekurangan yang mendasar pada Tugas Akhir ini. Oleh karena itu, penulis mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang membangun.

Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan Tugas Akhir selanjutnya. Semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis sendiri.

Pangkep, 2017

Penulis

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

INTISARI ... xii

ABSTRACT ... xiii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori ... 5

2.2 Kerangka Pikir ... 32

BAB III. METODE KEGIATAN 3.1 Waktu dan Tempat ... 34

3.2 Jenis dan Sumber Data ... 34

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 35

3.4 Metode Analisis Data ... 36

3.5 Defenisi Operasional dan Batasan Variabel ... 38

(8)

BAB IV. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

1.1 Sejarah PT. Usaha Centraljaya Sakti ... 39

1.2 Visi dan Misi ... 39

1.3 Lokasi PT. Usaha Centraljaya Sakti ... 39

1.4 Sarana dan Prasarana ... 40

1.5 Potensi Wilayah ... 43

1.6 Struktur Organisasi ... 44

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Proses Pengemasan Ikan Layur Beku ... 47

5.2 Standar Bahan Baku Kemasan ... 55

5.3 Bentuk dan Ukuran Kemasan ... 59

5.4 Kapasitas Kemasan ... 65

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 68

6.2 Saran ... 68 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(9)

DAFTAR TABEL

No. Teks Halaman

5.1 Ukuran Produk Ikan Layur ... 65

(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Teks Halaman

2.1 Ikan Layur (Trichiurus lepturus) ... 5

5.2 Pelepasan Produk dari Long Pan ... 47

5.3 Penimbangan I Produk ... 48

5.4 Glazing Produk ... 49

5.5 Penimbangan II Produk ... 50

5.6 Penerimaan Plastik Pembungkus pada Produk ... 51

5.7 Pengepakan Produk ... 52

5.8 Penerimaan Plastik Pembungkus Luar Produk ... 53

5.10 Strapping Produk ... 55

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Teks Halaman

1. Struktur Organisasi PT. Usaha Centraljaya Sakti ... 74 2. Alur Proses Produksi Ikan Pelagis Beku ... 75

(12)

INTISARI

Ayul Fika, 1422050168. Penerapan Standar Kemasan Produk Ikan Layur Beku di PT. Usaha Centraljaya Sakti, Makassar dibawah bimbingan Abdullah dan Nurjannah Bando.

Tugas Akhir ini bertujuan untuk mengetahui (1) standar bahan baku kemasan ikan layur beku tujuan ekspor (2) bentuk dan ukuran kemasan produk ikan layur beku tujuan ekspor (3) kapasitas kemasan produk ikan layur beku tujuan ekspor di PT.

Usaha Centraljaya Sakti, Jalan KIMA 5 Kav. E No. 3A, Kecamatan Biringkanaya, Makassar, Sulawesi Selatan. Jenis data yang digunakan yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data tersebut dikumpulkan dengan metode observasi, wawancara dan penelusuran literatur, yang selanjutnya dianalisis dengan analisis deskriptif.

Hasil Tugas Akhir ini yaitu standar bahan baku kemasan yang digunakan dalam pengemasan produk ikan layur beku didasarkan pada SNI 01-4110.3-2006 Ikan Beku-Bagian 3: Penanganan dan Pengolahan dan sesuai dengan kesepakatan antara pihak perusahaan dan buyer. Standar yang sesuai dengan kesepakatan pihak perusahaan dengan buyer yaitu mengenai bentuk, ukuran dan kapasitas kemasan.

Bentuk kemasan yang digunakan yaitu untuk plastik polyethylene (PE) berbentuk persegi panjang dan Master Carton (MC) berbentuk balok. Ukuran plastik polyethylene (PE) yaitu 90Γ—50 cm dengan ketebalan 0,04 mm dan ukuran Master Carton (MC) 97Γ—51Γ—11 cm dengan ketebalan 3 ply. Kapasitas kemasan yaitu 10 kg/MC.

Kata kunci: pengemasan, ikan layur beku, Tugas Akhir

(13)

ABSTRACT

Ayul Fika, 1422050168. Application Capacity of Fish Layur Frozen Product Packaging at PT. Usaha Centraljaya Sakti, Makassar under the guidance of Abdullah and Nurjannah Bando.

This final project is aimed to know the standard of raw material of fish packet of export destination, the shape and size of the packaging of fish layur frozen product of export destination in PT. Usaha Centraljaya Sakti, KIMA 5 Kav. E No. 3A, Biringkanaya Districts, Makassar, South Sulawesi. Types of data used are quantitative data and qualitative data. Data collected by observation methods, interviews and literatur search, which then analyzed by descriptive analysis. The result if this final task is the standard packaging material used in packing frozen fish based on SNI 01-4110.3-2006 Frozen Fish-Section 3: Handling and Processing and in accordance with the agreement between the compony with the buyer.

Standards in accordance with the agreement between the company with the buyer is about the shape, size and capacity of the packaging. The form of packaging used is for rectangular polyethylene (PE) plastic and Master Carton (MC) shape beams.

Plastic polyethylene (PE) size is 90Γ—50 cm with a thickness of 0,04 mm and size Master Carton (MC) 97Γ—51Γ—11 cm with a thickness 3 ply. Packing capacity 10 kg/MC.

Keywords: packing, fish layur frozen, Final Project

(14)

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemanfaatan sumberdaya laut untuk perikanan merupakan hal yang sangat penting sebagai sumber pangan dan komoditi perdagangan. Perikanan di Indonesia memiliki peranan yang cukup penting, terutama menghasilkan protein hewani dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan dan gizi, meningkatkan ekspor, menyediakan bahan baku industri, memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha, serta mendukung pembangunan wilayah dengan tetap memperhatikan kelestarian dan fungsi lingkungan hidup. Oleh karena itu, perikanan merupakan salah satu subsektor pertanian yang menopang perekonomian Indonesia.

Produk perikanan merupakan salah satu andalan ekspor Indonesia. Salah satunya adalah ikan layur. Ikan layur (Trichuirus lepturus) adalah ikan perairan laut yang mudah dikenal dari bentuknya yang panjang dan rumping. Di Indonesia, ikan layur menyebar dan dijumpai pada semua perairan pantai Indonesia (Froese dan Pauly, 2006). Ikan layur pada umumnya dikenal dengan nama ribbon fishes merupakan salah satu ikan komersial penting, komoditi perikanan yang potensial dan prospek ekonomi tinggi, serta mulai diperhitungkan sebagai komoditi ekspor.

Permintaan ikan layur untuk tujuan ekspor cenderung meningkat terutama dari beberapa negara Asia khususnya Cina, Jepang, Taiwan dan Korea (Ambarwati, 2008).

Untuk memenuhi permintaan konsumen tersebut, maka beberapa perusahaan memasarkan ikan layur dengan cara dibekukan agar kualitas ikan tetap

(15)

Kerusakan bahan pangan dapat disebabkan oleh 2 hal yaitu kerusakan oleh sifat alamiah dari produk yang berlangsung secara spontan dan yang kedua adalah kerusakan karena pengaruh lingkungan. Oleh karena itu, diperlukan pengemasan untuk membatasi bahan pangan dengan lingkungan untuk mencegah atau menunda proses kerusakan sehingga produk mempunyai daya tahan lebih lama untuk dikonsumsi (Nur, 2009).

Pengemasan adalah aktivitas merancang dan memproduksi kemasan atau pembungkus untuk produk. Biasanya fungsi utama dari kemasan adalah untuk menjaga produk. Namun, sekarang kemasan menjadi faktor yang cukup penting sebagai alat pemasaran (Rangkuti, 2010). Selanjutnya, kemasan yang dirancang dengan baik dapat membangun ekuitas merek dan mendorong penjualan. Adanya wadah atau pemungkus dapat membantu mencegah atau mengurangi kerusakan, melindungi bahan pangan yang ada didalamnya, melindungi dari bahaya pencemaran serta gangguan fisik (gesekan, benturan, getaran). Disamping itu, pengemasan berfungsi untuk menempatkan suatu hasil pengolahan atau produk industri agar mempunyai bentuk-bentuk yang memudahkan dalam penyimpanan, pengangkutan dan distribusi. Dari segi promosi wadah atau pembungkus berfungsi sebagai perangsang atau daya tarik pembeli. Karena itu bentuk, warna dan dekorasi dari kemasan perlu diperhatikan dalam perencanaannya.

(16)

Dalam suatu perusahaan industri khususnya yang bergerak di bidang pengeksporan, maka kemasan produk harus memenuhi standar bahan baku kemasan yang telah ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional Indonesia (BSNI) dan bentuk, ukuran serta kapasitas kemasan berdasarkan kesepakatan antara pihak perusahaan dengan buyer. Pengemasan produk tujuan ekspor di PT. Usaha Centraljaya Sakti berbeda dengan pengemasan produk domestik. Hal tersebut berdasarkan kesepakatan antara pihak perusahaan dengan buyer. Selain itu, produk tujuan ekspor dipasarkan dengan menggunakan container sehingga diperlukan suatu kemasan tersier (pembungkus luar) yang dapat melindungi kemasan sekunder (karton gelombang) selama berada dalam container yang bersuhu -25oC.

Sedangkan produk domestik dipasarkan dengan menggunakan mobil pick up sehingga tidak menggunakan kemasan tersier (pembungkus luar). Hanya menggunakan kemasan primer dan sekunder saja.

Berdasarkan uraian diatas, penulis ingin mengamati lebih lanjut mengenai pengemasan produk di PT. Usaha Centraljaya Sakti yang akan dituangkan dalam bentuk Tugas Akhir dengan judul β€œPenerapan Standar Kemasan Produk Ikan Layur Beku Tujuan Ekspor di PT. Usaha Centraljaya Sakti, Makassar”.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana standar bahan baku kemasan yang digunakan dalam pengemasan produk ikan layur beku tujuan ekspor di PT. Usaha Centraljaya Sakti?

2. Bagaimana bentuk dan ukuran kemasan produk ikan layur beku tujuan ekspor di PT. Usaha Centraljaya Sakti?

(17)

3. Berapa kapasitas kemasan produk ikan layur beku tujuan ekspor di PT. Usaha Centraljaya Sakti?

1.3 Tujuan Penelitian

Tugas Akhir ini disusun berdasarkan hasil Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM) dengan tujuan untuk mengetahui:

1. Standar bahan baku kemasan yang digunakan dalam pengemasan produk ikan layur beku tujuan ekspor di PT. Usaha Centraljaya Sakti.

2. Bentuk dan ukuran kemasan produk ikan layur beku tujuan ekspor di PT. Usaha Centraljaya Sakti.

3. Kapasitas kemasan produk ikan layur beku tujuan ekspor di PT. Usaha Centraljaya Sakti.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Mampu mengetahui standar bahan baku kemasan, bentuk, ukuran dan kapasitas kemasan produk ikan layur beku tujuan ekspor di PT. Usaha Centraljaya Sakti.

2. Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai standar bahan baku kemasan, bentuk, ukuran dan kapasitas kemasan produk ikan layur beku.

3. Sebagai bahan informasi dan acuan dalam pengemasan produk ikan layur beku dan diharapkan menjadi bahan masukan bagi perusahaan industri yang bergerak di bidang pengolahan khususnya mengenai pengemasan produk ikan layur beku.

(18)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori 2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Layur

Menurut Saanin (1984), ikan layur diklasifikasikan sebagai berikut:

Phyllum : Chordata Sub Phylum : Vertebrata Class : Pisces Sub Class : Teleostei Ordo : Percomorphi Sub Ordo : Scrombroidea Famili : Trichiuridae Genus : Trichiurus

Spesies : Trichiurus lepturus

Gambar 2.1 Ikan Layur (Trichiurus lepturus) Sumber: Data Sekunder, IFT 2010

(19)

dilengkapi dengan gigi tangkap yang kuat dan tajam. Rahang bawah lebih besar jika dibandingkan dengan rahang atas. Sirip punggung memanjang mulai dari atas kepala sampai pangkal ekor. Memiliki jari-jari lemah berjumlah 105-134. Sirip dubur tumbuh kurang sempurna dan berjari-jari lemah sejumlah 72-80 berupa deretan-deretan duri kecil, tidak terdapat sirip perut dan garis rusuk terlihat jauh dibagian bawah badan.

Ikan layur dalam keadaan hidup berwarna biru kegelapan, sedangkan dalam keadaan mati ikan ini berwarna perak keabuan atau sedikit keunguan. Bagian atas kepala berwarna ungu agak gelap. Sirip-siripnya sedikit kekuningan atau kuning dengan pinggiran gelap (Direktorat Jendral Perikanan, 1998).

2.1.2 Kandungan Gizi Ikan Layur

Komposisi kimia ikan tergantung pada spesies, umur, jenis kelamin dan musim penangkapan serta ketersediaan pakan di air, habitat dan kondisi lingkungan. Kandungan protein dan mineral daging ikan relatif konstan, tetapi kadar air dan kadar lemak sangat berfluktuasi. Kandungan lemak pada daging yang semakin besar akan menyebabkan kandungan air yang semakin kecil dan sebaliknya. Ikan selain dikenal memiliki kandungan protein yang tinggi juga memiliki komposisi asam amino yang lengkap serta mengandung lemak yang kaya akan asam lemak tak jenuh atau PUFA yang berkhasiat bagi kesehatan. Ikan layur merupakan salah satu contoh ikan laut, sehingga pada umumnya komposisi minyak

(20)

ikan lebih kompleks dan mengandung asam lemak tak jenuh rantai panjang yang relatif lebih panjang dibandingkan dengan ikan tawar (Wulandari, 2012).

Selanjutnya, ikan layur termasuk ke dalam ikan laut yang memiliki kandungan protein yang lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan lemaknya.

Ikan ini memiliki 49% bagian yang dapat dimanfaatkan, dengan kata lain rendemen total ikan layur adalah sebesar 49%. Komposisi kimia ikan layur dalam 100 gr bagian yang dapat dimakan, yaitu: energi total 82 kkal, kandungan protein 18 gr, kandungan lemak 1 gr dan kandungan karbohidrat 0,4 gr. Komposisi kimia yang seperti ini menjadikan ikan layur terpilih sebagai salah satu komoditas ekspor ikan dari Indonesia. Target pasar luar negeri yang diincar untuk sektor ikan domersal terutama ikan layur adalah negara China dan Korea. Kedua negara ini sangat mempertimbangkan komposisi kimia ikan yang diimpornya terutama kandungan proteinnya. Berdasarkan komposisi kimianya, ikan layur termasuk salah ikan dengan kadar protein tinggi.

Adapun manfaat dan khasiat ikan layur bagi kesehatan yaitu menambah kadar hemoglobin (Hb), mencegah penyakit lupus, mengobati pengapuran pembuluh darah (Aterosklerosis), merangsang kemunculan hormon serotonin, mengobati radang, mencegah gingvitis, mencegha hipotensi, mencegah gondok, mencegah penyakit anoreksia, membersihkan saluran cerna, meredakan maag, membentuk antibodi, mencegah kanker otak, menambah massa otot, memberantas lemak jahat, makanan sehat untuk diet, mengurangi resiko terkena diabetes, memberantas kolesterol, mencegah asam urat, melancarkan siklus haid, mencegah

(21)

infeksi, menambah stamina, melancarkan metabolisme tubuh, mempercepat proses penyembuhan luka, menambah kalori, mencegah beri-beri dan mencerdaskan otak.

2.1.2 Pengertian Pengemasan

Menurut Kotler & Kelller (2009), pengemasan adalah kegiatan merancang dan memproduksi wadah atau bungkus sebagai sebuah produk. Pengemasan adalah aktivitas merancang dan memproduksi kemasan atau pembungkus untuk produk.

Pengemasan membatasi bahan pangan dengan lingkungan sekitarnya, sehingga dapat mencegah atau menghambat kerusakan.

Pemilihan bentuk dan jenis kemasan harus disesuaikan dengan produk yang akan dikemas, sehingga dapat memenuhi fungsi kemasan sebagai wadah produk, pelindung produk, alat komunikasi dan penambah daya tarik produk (Robertson, 1993). Pengemasan dapat memperlambat kerusakan produk, memperpanjang umur simpan dan menjaga atau meningkatkan kualitas dan keamanan pangan.

Pengemasan juga dapat melindungi produk dari 3 pengaruh luar yaitu kimia, biologis dan fisik. Perlindungan kimia mengurangi perubahan komposisi yang cepat oleh pengaruh lingkungan, seperti terpapar gas (oksigen), uap air dan cahaya (cahaya tampak, infra merah atau ultraviolet). Perlindungan biologis mampu menahan mikroorganisme (pathogen dan agen pembusuk), serangga, hewan pengerat dan hewan lainnya. Perlindungan fisik menjaga produk dari bahaya mekanik dan menghindari goncangan dan getaran selama pendistribusian (Mars dan Bugusu, 2007).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kerusakan bahan pangan sehubungan dengan kemasan yang digunakan dapat dibagi dalam 2 golongan utama yaitu

(22)

kerusakan yang disebabkan oleh sifat alamiah dari produk sehingga tidak dapat dicegah dengan pengemasan saja (perubahan-perubahan fisik, biokimia dan kimia serta mikrobiologis) dan kerusakan yang tergantung pada lingkungan dan hampir seluruhnya dapat dikontrol dengan kemasan yang digunakan (kerusakan mekanis, perubahan kadar air bahan pangan, absorpsi dan interaksi dengan oksigen, kehilangan dan penambah cita rasa yang tidak diinginkan).

Kemasan adalah desain kreatif yang mengaitkan bentuk, struktur, material, warna, citra, tipografi dan elemen-elemen desain dengan informasi produk agar produk dapat dipasarkan. Kemasan digunakan untuk membungkus, melindungi, mengirim, mengeluarkan, menyimpan, mengidentifikasi dan membedakan sebuah produk di pasar (Klimchuk dan Krasovec, 2006). Biasanya fungsi utama dari kemasan adalah untuk menjaga produk. Namun, sekarang kemasan menjadi faktor yang cukup penting sebagai alat pemasaran (Rangkuti, 2010). Kemasan yang dirancang dengan baik dapat membangun ekuitas merek dan mendorong penjualan.

2.1.3 Ruang Lingkup Kemasan

Kemasan meliputi 3 hal yaitu merek, kemasan itu sendiri dan label. Ada tiga alasan utama untuk melakukan pengemasan yaitu:

1. Kemasan memenuhi syarat keamanan dan kemanfaatan

Kemasan melindungi produk dalam perjalanannya dari produsen ke konsumen. Produk-produk yang dikemas biasanya lebih bersih, menarik dan tahan terhadap kerusakan yang disebabkan oleh cuaca.

(23)

2. Kemasan dapat melaksanakan program pemasaran

Melalui kemasan identifikasi produk menjadi lebih efektif dan dengan sendirinya pertukaran oleh produk pesaing. Kemasan merupakan satu-satunya cara perusahaan membedakan produknya.

3. Kemasan merupakan suatu cara untuk meningkatkan laba perusahaan

Oleh karena itu, perusahaan harus membuat kemasan semenarik mungkin.

Dengan kemasan yang sangat menarik diharapkan dapat memikat dan menarik perhatian konsumen. Ruang lingkup bidang kemasan saat ini juga sudah semakin luas, mulai dari bahan yang sangat bervariasi hingga bentuk dan teknologi kemasan yang semakin menarik. Bahan kemasan yang digunakan bervariasi dari bahan kertas, plastik, kayu, logam, fiber hingga bahan-bahan yang dilaminasi. Bentuk dan teknologi kemasan juga bervariasi dari kemasan berbentuk kubus, limas, tetrapak, corrugated box, kemasan tabung hingga kemasan aktif dan pintar (active and intelligent packaging) yang dapat menyesuaikan kondisi lingkungan didalam kemasan dengan kebutuhan produk yang dikemas.

2.1.4 Fungsi Kemasan

Banyak perusahaan yang sangat memperhatikan pembungkus suatu barang sebab mereka menganggap bahwa fungsi kemasan tidak hanya sebagai pembungkus, tetapi jauh lebih luas dari pada itu. Simamora (2007), mengemukakan pengemasan mempunyai 2 fungsi yaitu:

1. Fungsi Protektif

(24)

Berkenaan dengan proteksi produk, perbedaan iklim, prasarana transportasi dan saluran distribusi yang semua berimbas pada pengemasan. Dengan pengemasan protektif, para konsumen tidak perlu harus menanggung risiko pembelian produk rusak atau cacat.

2. Fungsi Promosional

Peran kemasan pada umumnya dibatasi pada perlindungan produk. Namun kemasan juga digunakan sebagai sarana promosional. Menyangkut promosi, perusahaan mempertimbangkan preferensi konsumen menyangkut warna, ukuran, dan penampilan.

Sedangkan menurut Kotler (1999), terdapat 4 fungsi kemasan sebagai suatu alat pemasaran, yaitu :

1. Self Service (Swalayan)

Kemasan semakin berfungsi lebih banyak lagi dalam proses penjualan, dimana kemasan harus menarik, menyebutkan ciri-ciri produk, meyakinkan konsumen dan memberi kesan menyeluruh yang mendukung produk.

2. Consumer Offluence (Kekayaan Konsumen)

Konsumen bersedia membayar lebih mahal bagi kemudahan, penampilan, ketergantungan dan prestise dari kemasan yang lebih baik.

3. Company and Brand Image (Perusahaan dan Citra Merek)

Perusahaan mengenal baik kekuatan yang dikandung dari kemasan yang dirancang dengan cermat dalam mempercepat konsumen mengenali perusahaan atau merek produk.

4. Inovational Opportunity (Peluang Inovasi)

(25)

Cara kemasan yang inovatif akan bermanfaat bagi konsumen dan juga memberi keuntungan bagi produsen. Selain berfungsi sebagai media pemasaran, kemasan juga memiliki beberapa fungsi lain, yaitu sebagai berikut:

1. Kemasan melindungi produk dalam pergerakan. Salah satu fungsi dasar kemasan adalah untuk mengurangi terjadinya kehancuran, busuk, atau kehilangan melalui pencurian atau kesalahan penempatan.

2. Kemasan memberikan cara yang menarik untuk menarik perhatian kepada sebuah produk dan memperkuat citra produk.

3. Kombinasi dari keduanya, marketing dan Logistik dimana kemasan menjual produk dengan menarik perhatian dan mengkomunikasikannya.

2.1.5 Tujuan Kemasan

Menurut Louw dan Kimber (2007), kemasan dan pelabelan kemasan mempunyai beberapa tujuan, yaitu:

1. Physical Production

Melindungi objek dari suhu, getaran, guncangan, tekanan dan sebagainya.

2. Barrier Protection

Melindungi dari hambatan oksigen uap air, debu, dan sebagainya.

3. Containment or Agglomeration

Benda-benda kecil biasanya dikelompokkan bersama dalam satu paket untuk efisiensi transportasi dan penanganan.

4. Information Transmission

Informasi tentang cara menggunakan transportasi, daur ulang, atau membuang paket produk yang sering terdapat pada kemasan atau label.

(26)

5. Reducing Theft

Kemasan yang tidak dapat ditutup kembali atau akan rusak secara fisik (menunjukkan tanda-tanda pembukaan) sangat membantu dalam pencegahan pencurian. Paket juga termasuk memberikan kesempatan sebagai perangkat anti- pencurian.

6. Convenience

Fitur yang menambah kenyamanan dalam distribusi, penanganan, penjualan, tampilan, pembukaan, kembali penutup, penggunaan dan digunakan kembali.

7. Marketing

Kemasan dan label dapat digunakan oleh pemasar untuk mendorong calon pembeli untuk membeli produk.

2.1.6 Jenis Kemasan

Wadah atau bungkus terdiri dari 3 jenis (Hasantua, 2015), yaitu sebagai berikut:

1. Kemasan Dasar (Primary Package)

Adalah kemasan yang di gunakan sebagai kemasan utama, yaitu kemasan yang bersentuhan langsung dengan produk atau isi.

2. Kemasan Tambahan (Secondary Package)

Adalah kemasan yang melindungi dan membungkus kemasan dasar atau primer. Kemasan ini adalah merupakan media iklan karena terdapat corak karya seni yang melambangkan produk yang di kemasnya.

3. Kemasan Pengiriman (Shipping Package)

(27)

Adalah kemasan yang di gunakan untuk keperluan pengiriman, penyimpanan dan identitas terhadap produk. Jenis kemasan ini melindungi kemasan sekunder dan kemasan primer selama proses distribusi dari produsen ke konsumen.

2.1.7 Bahan Kemasan

Bahan yang secara luas dipakai untuk mengemas produk makanan atau kontak dengan bahan makanan yaitu plastik, logam (stainless steel, pelat timah, aluminium, campuran timah putih dan timah hitam), kertas dan karton, bahan selulosa dan selafon, kayu, kaca, kertas dll.

1. Plastik

Plastik adalah polimer organik dari berbagai struktur, komposisi kimia dan sifat-sifat fisik. Kemasan yang dibuat dari plastik dapat berbentuk film (lapisan tipis), kantong atau bentuk lain. Yang dimaksud dengan film disini adalah suatu lembaran plastik yang mempunyai ketebalan 0,10 inchi atau lebih tipis lagi. Bahan yang dapat digunakan untuk membuat plastik adalah selulosa, polietilene, propilen poliamida, poliester, polivinilklorida (PVC), poliviniliden kliloro (PVDC), rubber hidro klorida (pliofilm) dan sebagainya. Berikut ini diuraikan secara singkat beberapa jenis plastik yang digunakan dalam pengemasan makanan yaitu:

1.1 Poliolefins a. Polyethylene

Polyethylene (PE) dibuat dengan cara polimerisasi dan gas etilena yang merupakan hasil samping dari industri minyak atau batu bara. Terdapat dua macam proses. PEDR adalah bahan yang bersifat kuat, agak tembus cahaya, fleksibel dan permukaannya terasa agak berlemak. Pada suhu kurang dari 60oC sangat resisten

(28)

terhadap sebagian besar senyawa kimia. Di atas suhu tersebut polimer ini menjadi larut dalam pelarut hidrokarbon dan hidrokarbon klorida.

Daya proteksinya terhadap uap air tergolong besar, akan tetapi kurang baik bagi gas-gas yang lain seperti oksigen. Titik lunaknya rendah, oleh sebab itu tidak tahan untuk proses sterilisasi dengan uap panas, dan kalau ada senyawa kimia yang bersifat polar akan mengalami stress cracking (menjadi retak oleh penekanan).

Mudah diubah menjadi film yang sangat ringan yang banyak digunakan untuk mengemas (pre-pack) produk segar beku, yang sangat cocok untuk keperluan perekatan dengan panas. Bahan ini juga mudah dilapiskan pada bahan lain seperti kertas dan aluminium. PEDR banyak dibuat kantung dan dicetak hembus (blow moulded) menjadi berbagai bentuk kemasan terutama bagi keperluan suhu rendah.

Salah satu keuntungan pemakaian PEDT adalah dapat bertahan pada kondisi sterilisasi dengan uap panas.

b. Polipropilene

Polipropilene adalah bentuk lain dari anggota kelompok olefin bentuk film yang diulur menuju ke dua arah, terkenal dengan nama OPP (Oriented Polipropylene). Lembaran film ditarik ulur menuju kedua arah saling tegak lurus pada suhu yang sesuai. Film yang dihasilkan bersifat lebih mengkilap dan jernih, lebih tahan terhadap impak dan lebih sukar ditembus uap air dan oksigen.

Pemakaian yang paling luas dalam industri pangan adalah untuk membungkus makanan kecil dan biskuit sebagai pengganti dari bahan turunan selulosa.

c. Polivinil Khlorida (PVC)

(29)

PVC bersifat keras, kaku namun jernih dan mengkilap, sangat sukar ditembus air dan permeabilitas gas-nya rendah. Oleh sebab itu, polimer ini cukup baik untuk kemasan bagi minuman yang mengandung karbon diokasida, air mineral dan minyak goreng.

Bahan ini banyak pula diproduksi dalam bentuk film yang sudah terorientasi secara biaxial untuk membuat pembungkus susut (shrink film) bagi daging dan keju. Tahan terhadap semua jenis pelarut kecuali golongan keton siklis, tetrahidrofuran, beberapa hidrokarbon klorida dan dimetilasetamida. Daya tahan terhadap minyak dan lemak cukup baik, adanya khlor membuat plastik ini sukar terbakar. Film dan lembaran PVC banyak dibentuk dengan bantuan panas.

d. Vinilidin Khlorida

Bersifat tidak larut dalam sebagian besar pelarut dan daya serap airnya sangat rendah. Dapat menghasilkan film yang kuat, jernih dengan permeabilitas terhadap gas cukup rendah. Sangat sering dimanfaatkan sebagai satu kopolimer dengan PVC untuk pelapis kertas, produk selilosa polipropilene guna memperbaiki daya proteksinya.

e. Politetrafluor Ethilena (PTFE)

Bahan ini terdiri atas rantai-rantai yang lurus tidak bercabang. Ikatan-ikatan F-C dan C-C merupakan ikatan-ikatan kimia yang sangat kuat, hal ini direfleksikan pada sifatnya yang sangat iner terhadap reaksi-reaksi kimia. Polimer ini bersifat halix, berlemak dan umumnya berwarna abu-abu. Koefisien gesekannya sangat rendah sehingga menghasilkan permukaan yang tidak mudah lengket serta bertahan pada daerah suhu kerja yang luas.

(30)

1.2 Derivat vinil

Pengaruh dari struktur polimer terhadap sifat-sifat fungsional yang penting dalam pengemasan, umumnya adalah sebagai berikut:

a. Kekuatan, ketahanan terhadap suhu tinggi, ketahanan terhadap kerja pelarut, dan ketahanan terhadap difusi yang mengikat dengan naiknya derajat kristalisasi.

b. Adanya gugusan polar menurunkan ketahanan terhadap terhadap difusi dari molekul polar.

c. Rantai-rantai lurus dan orientasi dari kristalit memperbaiki kekuatan dan impermeabilitas. Penambahan ”plasticizer” meningkatkan permeabilitas dan kelarutan.

1.3 Poliester

Poliester yang paling penting dalam pengemasan makanan adalah polietilene terephtalat, suatu produk kondensasi dari etilene glikol dan terephtalat.

Dikenal juga dengan nama dagang Mylar. Mylar adalah polimer tinier kristal dengan kekuatan dan sifat inert yang istimewa. Mylar telah digunakan secara luas dalam β€œlamination” terutama untuk bagian luar, sehingga tahan terhadap kikisan atau sobekan (sifat abrasi), yang digunakan untuk kantung-kantung makanan yang memerlukan sifat-sifat protektif.

1.4 Pliofilm

Rubber hidroklorida atau pliofilm digunakan untuk pengemasan beberapa jenis makanan tertentu. Sifat-sifat pliofilm ditentukan oleh jenis dan jumlah

β€œplasticizer” yang ditambahkan.

(31)

1.5 Poliamida

Poliamida merupakan senyawa kondensasi polimer dari diamin dengan dua molekul asam (di-acid) dan dalam perdagangan dikenal sebagai nilon. Nilon bersifat inert dan tahan panas serta mempunyai sifat-sifat mekanis yang istimewa.

Biasanya nilon dilapiskan atau digunakan secara kombinasi dengan bahan-bahan lain untuk memproduksi bahan-bahan pengemas makanan yang bersifat inert dan permeabilitasnya rendah.

2. Logam

Kemasan logam yamg paling banyak penggunaannya adalah kaleng.

Umumnya kaleng ini digunakan untuk produk-produk yang disterilisasi dengan panas dan dibuat dari β€œtinplate” yang terdiri dari lembaran dasar baja dilapisi dengan timah secara β€œhot dipping” (pencelupan dalam timah cair panas) atau dengan proses elektrolit. Jumlah lapisan timah tergantung pada prosesnya dan jenis kaleng.

3. Stainless Steel

Bahan yang kontak dengan makanan haruslah bersih dan steril permukaan dari peralatan pengolahan makanan harus dapat dibersihkan secara mudah pada setiap kali prosessing. Banyak diantara bahan pembersih bersifat korosif, oleh sebab itu diperlukan bahan yang tahan korosif. Stainless steel sesuai dengan namanya memiliki beberapa sifat yang diinginkan dan bisa tahan terhadap serangan detergen, larutan pen-steril hipokhlorit, asam serta alkali.

4. Aluminium

(32)

Keuntungan pemakaian aluminium sebagai pengemas bahan makanan adalah sebagai berikut:

a. Beratnya ringan b. Tahan terhadap korosi c. Tidak mengandung toksis

d. Tidak melunturkan warna makanan atau menimbulkan noda e. Mudah dikerjakan

f. Penampilan menarik, mudah didekorasi dan kesannya bagus, menarik g. Sifat-sifatnya terhadap panas sangat bagus

h. Tidak permeabel terhadap air dan gas i. Mudah didaur ulang

Kaleng-kaleng aluminium pertama kali digunakan di Skadinafia dan Switzerland untuk mengemas ikan, susu, daging dan sayur-sayuran. Diawal tahun1930-an, aluminium foil telah menggeser foil yang terbuat dari bahan dasar lain yakni timah putih dan timah hitam. Aluminium juga digunakan untuk pembuatan peralatan dalam processing dipabrik serta mesin-mesin. Kemurnian dari aluminium food grade adalah lebih dari 99%.

5. Aluminium foil

Foil adalah bahan kemas dari logam, berupa lembaran aluminium padat dan tipis dengan ketebalan kurang dari 0,15 mm. Mempunyai kekerasan yang berbeda- beda. Ketebalan dari alminium foil menentukan sifat protektifnya. Foil dengan ketebalan rendah masih dapat dilalui oleh gas dan uap. Biasanya aluminium foil digunakan ukuran 0,009 mm untuk membungkus bon-bon, susu asam dan

(33)

sebagainya, sedangkan pada ukuran 0,05 untuk tutup botol yang multi trip.

Berbagai makanan yang dibungkus dengan aluminium foil menunjukkan bahwa produk-produk makanan tersebut cukup baik dan tahan terhadap aluminium dengan resiko pengkaratan yang kecil. Reaksi-reaksi yang ditemukan tidak berakibat fatal.

Tetapi jika makanan yang sama dibungkus dengan alminium foil bersentuhan dengan logam-logam lain (baja, timah, perak) maka akan terjadi reaksi elektrokimia dengan aluminium sebagai anoda.

6. Kertas

Kertas sebagai bahan pengemas banyak digunakan dan masih akan mempertahankan posisinya untuk jangka waktu yang lama karena harganya yang murah, mudah diperoleh dan penggunaanya luas. Sifat-sifat pengemasan dari kertas sangat bervariasi tergantung dari proses pembuatanya dan perlakuan tambahan yang diberikan. Kekuatan dan sifat mekanis dari kertas tergantung pada perlakuan mekanis dari serat selulosa dan dan tergantung pada pemberian bahan-bahan pengisi dan pengikat. Sifat-sifat fisika kimia dari kertas, seperti permeabilitas terhadap cairan uap dan gas, dapat memodifikasi dengan penjenuhan atau

β€œlaminating”.

Ada dua jenis kertas yang utama digunakan yaitu kertas kasar dan kertas lunak. Semua kertas yang digunakan untuk kemasan diklasifikasikan sebagai kertas kasar. Kertas halus yang digunakan sebagai kertas tulis surat obligasi, buku besar dan kertas sampul. Kertas yang paling banyak digunakan untuk kemasan adalah yang kita kenal sebagai kertas kraft dengan warna alami. Jenis pengemas yang berbahan baku kertas:

(34)

6.1 Karton Lipat (Folding Carton)

Merupakan jenis pengemas yang populer karena sifat praktis dan harganya yang paling murah, mudah dilipat sehingga hanya memerlukan sedikit tempat dalam pengangkutan dan penyimpanan. Demikian juga dalam percetakan, dapat dilakukan untuk meningkatkan penampilan produk. Pemakaian yang luas dari jenis kemasan ini disebabkan banyaknya variasi dalam hal model, bentuk dan ukuran dengan karakteristik yang khusus.

Dalam perdagangan karton dikenal dengan nama FC (Folding Karton).

Penggunaannya selain itu pengemasan bahan pangan dari pertanian juga untuk mengemas berbagai macam barang. Karton yang digunakan untuk FC didesain khusus dengan daya lentur yang cukup sehingga saat dilipat tanpa sobek pada garis lipatannya. Untuk produk makanan memerlukan kualitas tinggi, paling baik menggunakan bahan yang murni. Bahan yang paling banyak digunakan untuk karton lipat adalah Cylinder board yang terdiri dari beberapa lapisan. Bagian tengah biasanya terbuat dari kertas-kertas sisa yang telah mengalami daur ulang dengan kertas koran murni pada satu sisinya yang lain.

6.2 Kardus (Setup Boxes)

Kardus sebenarnya menyerupai kotak karton lipat terutama apabila dilihat dari bentuk-bentuk yang ada. Akan tetapi jenis pengemas kardus mempunyai kelebihan dalam pemakaiannya. Bahan kardus adalah kertas karton, seringkali dilaminasi oleh kertas putih. Ada bagian-bagian untuk cetakan barang-barang yang dikemas stabil. Bagian-bagian tersebut dapat dirakit sesuai dengan penggunaannya.

Barang-barang yang mudah pecah dapat dikemas dengan stabil.

(35)

6.2 Karton Kerdut

Nama lain dari karton kerdut adalah arn bergelombang dan karton beralir.

Karton kerdut dibentuk dengan merekat lembaran datar ke bagian yang bergelombang. Apabila hanya satu lembar datar yang merekat maka disebut karton kerdut satu muka, sedangkan bila dua lembar yang direkatkan pada karton yang bergelombang disebut karton kerdut muka ganda. Selanjutnya dikenal nama-nama dinding ganda dan dinding tiga yang mungkin diberi lapisan tambahan. Ada bagian dalam pengemas karton kerdut bisa dipasang berbagai bentuk untuk jenis pengaman guna menjaga kerusakan produk yang dikemas.

7. Selofan

Komponen utama dari selafon adalah selulosa, semua selafon mengandung suatu plasticizer seperti gliserol atau etilen glikol. β€œPlasticizer” adalah bahan-bahan yang biasanya adalah pelarut yang sifat menguapnya rendah, yang ditambahkan pada plastik untuk mengurangi daya tarik menarik antara rantai-rantai polimer. Hal ini menghasilkan plastik dengan fleksibilitas yang lebih baik. Selulosa yang diberi

β€œplasticizer” atau yang disebut selafon ini tidak memiliki proteksi terhadap difusi uap air. Sifat-sifat pengemasan dari selafon ditentukan terutama oleh sifat dari lapisan-lapisan ini. Salah satu contoh, misalnya pelapisan dengan nitoselulosa, selafon akan lebih tahan terhadap air, lebih fleksibel dan dapat ditutup atau direkatkan dengan pemanasan.

8. Kayu

Kemasan yang terbuat dari kayu digunakan secara luas untuk pengapalan dan penyimpanan makanan yang sudah dikemas. Kemasan dari kayu jarang

(36)

digunakan sebagai wadah makanan secara langsung. Terdapat beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam memutuskan spesies kayu yang cocok untuk pengemasan. Faktor-faktor tersebut antara lain densitas, kemudahan pemakuan, ketersediaan, jenis produk yang dikemas, kekuatan, kekakuan dan tersedianya bagian-bagian serta panjang yang memadai. Jenis kayu yang cocok untuk pengemasan umumnya adalah kayu lunak (soft wood) seperti pinus sp atau agathis sp dengan densitas antara 270-700 kg/m3.

Terdapat 9 tolak ukur yang berpengaruh pada perencanaan kemasan yang digunakan untuk industri yaitu:

a. Sifat dan berat kandungan produk b. Corak/model dari kemasan

c. Bahan-bahan konstruksi dan kekuatan penggabungan d. Dimensi kemasan

e. Keseimbangan berat

f. Metode dan kekuatan penanganan selama perjalanan g. Limit kejatuhan yang diminta negara-negara pengimpor h. Keadaan mendesak dari satu kiriman

i. Kekuatan penyimpanan kemasan yang dapat digunakan kembali.

8.1 Kotak Kayu Gergajian

Bentuk kotak gergajian adalah bentuk box dan case. Desain kotak dengan beban terendah sebesar 20-50 kg sampai pemuatan beban tinggi 800 kg.

8.2 Kotak Kayu Lapis

(37)

Ada beberapa hal penting yang mendasari penggunaan kotak kayu lapis antara lain:

a. Kotak kayu yang tipis dapat memberikan kekuatan yang sama b. Kotak lebih kecil dan lebih ringan

c. Panel-panel kayu lapis lebih seragam

d. Daya tahan terhadap retakdari kayu lapis tinggi e. Pemakuan dapat dilakukan dengan mudah

Kemasan kayu lapis memberikan perlindungan hawa lebih baik dibanding kemasan kayu gergajian. Sedangkan kerugian penggunaan kayu lapis antara lain karena ukuran standar 2.440Γ—12.224 mm atau 2.400Γ—1.200 mm, sehingga mengurangi faktor fleksibilitas dan lebih banyak menghasilkan bahan sisa yang tidak terpakai.

8.3 Kotak Berbingkai (Large Frame Cases)

Metode konstruksi kotak ini dipusatkan pada dasar yang dirancang secara sangat kuat dan berat. Terdapat dua tipe dasar kotak kayu berbingkai yaitu tipe penyangga (skid type) dan jendela (skill tipe).

8.4 Peti Krat (crates)

Merupakan rancangan bingkai yang digunakan sebagai pengemas selama pengangkutan barang-barang. Rancangan bingkai tidak membutuhkan suatu pelindung ketat seert halnya box, case atau kotak berbingkai besar. Biasanya mempunyai penguat dengan bentuk diagonal sebagai anti deformasi, bagian atas dan dasar secara penuh atau sebagian dilapisi dengan papan.

(38)

Sistem ini dapat diterapkan pada kotak berbingkai besar, dilengkapi dengan bagian-bagian yang tahan air dan kuat, sehingga kemasan lebih tepat guna dalam hal kemudahan produk yang dikemas. Asak rasio untuk rat dengan barang berat adalah maksimal 1:2.

8.5 Kotak Berkawat

Merupakan peti kayu dimana lembaran sisi miring, atas dan dasar digunakan beberapa tali klawat dan diikat dalam satu rancangan. Terdapat dua tipe kotak berkawat ukuran kecil bila dihubungkan dengan metode pengemasan atau penyusunan. Keuntungan utama adalah kemudahan perakitan dengan menggunakanpapan datar. Jika dibandingkan kotak dapat dilipat dengan mudah setelah penggunaan dan dirakit dengan sama mudahnya.

8.6 Kotak dengan Sisi Logam

Tipe ini menggunakan pemancang logam pada sisi pinggir kotak, pemakuan pangkat kayu lunak, untuk membentuk badan panel.

8.7 Kemasan Bahan Pangan Segar

Terdapat dua metode yang berbeda untuk pengemasan bahan pangan, penyimpanan dan pengiriman yaitu:

a. Kotak dan nampan (berat 20 kg)

b. Tabung kontainer untuk produk kentang dan apel (150 kg)

Bahan yang biasa digunakan adalah kayu gergajian, kayu lapis tipis dan papan keras (hardboard). Kayu berwarna terang lebih baik, karena kayu yang berwana gelap banyak mengandung tanin, sehingga dapat mengurangi daya awet bila berhubungan langsung dengan produk.

(39)

8.8 Pelat Kayu

Secara umum pelat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu pelat yang bersifat tidak dapat digunakan kembali (expandable pallet) dan pelat yang bersifat permanen atau untuk beberapa kali perjalanan.

9. Gelas (Kaca)

Kemasan gelas telah digunakan selama berabad-abad lamanya dan tetap merupakan media pengemasan yang penting hingga saat ini secara fisik, gelas adalah suatu cairan dengan viscositas sangat tinggi yang mengalami pendinginan.

Secara kimia, wadah gelas adalah suatu campuran oksida anorganik dari berbagai jenis komposisi. Sebagian besar wadah gelas adalah dari tipe soda, kapur, silika.

Sifat kimia yang stabil memungkinkan wadah tersebut dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama tanpa kerusakan. Sifat gelas yang tembus pandang sebagai wadah pangan dapat dimanfaatkan untuk tujuan komersial guna merangsang konsumen, karena calon pembeli dapat melihat dan meneliti bahan pangan sebelum membeli.

2.1.8 Desain Kemasan

Menurut Kotler dan Keller (2012), kemasan yang baik dapat membangun ekuitas merek dan mendorong penjualan.

Menurut Cahyorini & Rusfian (2013), variabel desain kemasan terdiri dari 3 dimensi, yaitu: desain grafis, struktur desain dan informasi produk.

1. Desain Grafis

Desain grafis adalah dekorasi visual pada permukaan kemasan dan terdiri dari 4 dimensi, yaitu: nama merek, warna, tipografi dan gambar.

(40)

a. Nama Merek

Asosiasi Pemasaran Amerika mendefinisikan merek (brand) sebagai nama, istilah, tanda, simbol, atau rancangan, atau kombinasi dari semuanya, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasikannya dari barang atau jasa dari satu penjual/kelompok penjual dan mendeferensiasikan dari para pesaing (Kotler &

Keller, 2012).

b. Warna

Literatur pemasaran mengungkapkan bahwa warna kemasan memiliki kemampuan untuk membangkitkan perasaan, perilaku emosi pada konsumen yang berbeda (Mustikiwa & Marumbwa, 2013). Selanjutnya dalam kemasan produk, pemasar menggunakan warna untuk menarik perhatian konsumen yang dapat menciptakan perasaan positif atau negatif tentang produk/brand tertentu. Warna kemasan mengkomunikasikan, menggambarkan dan menampilkan fitur-fitur yang menyolok mata serta atribut intangibel dari sebuah merek. Hal ini dengan demikian berarti bahwa warna membawa pesan khusus mengenai merek yang pada akhirnya menciptakan proposisi penjualan yang unik (unique selling proposistion).

c. Tipografi

Tipografi merupakan suatu ilmu dalam memilih dan menata huruf dengan pengaturan penyebarannya pada ruang-ruang yang tersedia, untuk menciptakan kesan tertentu, sehingga dapat menolong pembaca untuk mendapatkan kenyamanan membaca semaksimal mungkin.

d. Gambar

(41)

Gambar termasuk foto, ilustrasi, simbol/icon, dan karakter. Secara khusus gambar berfungsi pula untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, mengilustrasikan/menghiasi fakta yang mungkin cepat akan dilupakan atau diabaikan tidak digambarkan.

2. Struktur Desain

Struktur desain berkaitan dengan fitur-fitur fisik kemasan, dan terdiri dari 3 sub dimensi yaitu bentuk, ukuran dan material.

a. Bentuk

Bentuk mempengaruhi proteksi dan fungsi keamanan dalam menyentuh, menuangkan dan menyimpan. Bentuk yang lebih sederhana lebih menarik dari pada yang biasanya dan persegi panjang lebih banyak disukai dari pada kotak.

b. Ukuran

Ukuran adalah measurement yaitu cara menilai jumlah objek, waktu atau situasi sesuai dengan aturan tertentu.

c. Material

Bahan kemasan mempengaruhi persepsi konsumen terhadap kualitas produk (Smith, 1993). Sedangkan menurut Shimp (2000) menyatakan bahwa bahan kemasan dapat membangkitkan emosi dan perasaan tertentu, biasanya tanpa orang tersebut menyadarinya.

3. Informasi Produk

Salah satu fungsi kemasan adalah untuk mengkomunikasikan produk melalui Informasi yang tertera. Informasi produk dapat membantu konsumen dalam mengambil keputusan pembelian dengan lebih hati-hati. (Silayoi & Speece, 2005).

(42)

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dikatakan bahwa kemasan memiliki peranan cukup penting bagi suatu produk. Selain befungsin sebagai pelindung produk, kemasan juga secara tidak langsung menggambarkan jati diri produk itu sendiri. Dimensi-dimensi dari kemasan memiliki peran masing-masing untuk menghasilkan kemasan yang baik dan menarik, karena semakin menarik kemasan tersebut semakin menarik perhatian para konsumen.

2.1.9 Syarat Kemasan

Syarat kemasan berdasarkan SK MenKes No. 23/MEN.KES/SK/I/1978 yaitu, dapat melindungi dan mempertahankan mutu isinya terhadap pengaruh dari luar, tidak berpengaruh terhadap isi, dibuat dari bahan yang tidak melepaskan bagian atau unsur yang dapat mengganggu kesehatan atau mempengaruhi mutu makanan, menjamin keutuhan dan keaslian isinya tahan terhadap perlakuan selama pengolahan, pengangkutan dan peredaran serta tidak boleh merugikan atau merugikan atau membahayakan konsumen.

Syarat-syarat pembungkus terbagi ke dalam 7 bagian (Hasantua, 2015) yaitu sebagai berikut:

1. Sebagai tempat

Kemasan juga di artikan sebagai tempat berlindungnya pangan dari berbagai bakteri yang mengancam kerusakan pangan dalam produk itu sendiri.

2. Pembungkus harus menarik

Dengan bungkus yang menarik dapat diharapkan orang akan tertarik untuk mencobanya sehingga akhirnya diharapkan menjadi langganan.

3. Dapat melindungi

(43)

Pembungkus dapat melindungi baik pada waktu masih di gudang, dalam pengangkutan maupun dalam pengedaran di pasar.

4. Praktis

Praktis disini adalah mudah dibawah, mudah di buka dan di tutup kembali, ringan dan sebagainya.

5. Menimbulkan harga diri

Biasanya pembungkus yang menarik secara otomatis akan dapat menimbulakan harga diri.

6. Ketepatan ukuran

Ukuran harus pula diperhatikan sebab hal ini erat hubungannya dengan harga suatu produk.

7. Pengangkutan

Dalam membuat pembungkus harus pula diperhatikan pengaruhnya terhadap ongkos angkutan.

Dalam menentukan fungsi perlindungan dari pengemasan, maka perlu dipertimbangkan aspek-aspek mutu produk yang akan dilindungi. Mutu produk ketika mencapai konsumen tergantung pada kondisi bahan mentah, metode pengolahan dan kondisi penyimpanan. Dengan demikian fungsi kemasan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. Kemampuan/daya membungkus yang baik untuk memudahkan dalam penanganan, pengangkutan, distribusi, penyimpanan dan penyusunan/

penumpukan.

(44)

2. Kemampuan melindungi isinya dari berbagai risiko dari luar, misalnya perlindungan dari udara panas/dingin, sinar/cahaya matahari, bau asing, benturan/tekanan mekanis, kontaminasi mikroorganisme.

3. Kemampuan sebagai daya tarik terhadap konsumen. Dalam hal ini identifikasi, informasi dan penampilan seperti bentuk, warna dan keindahan bahan kemasan harus mendapatkan perhatian.

4. Persyaratan ekonomi, artinya kemampuan dalam memenuhi keinginan pasar, sasaran masyarakat dan tempat tujuan pemesan.

5. Mempunyai ukuran, bentuk dan bobot yang sesuai dengan norma atau standar yang ada, mudah dibuang, dan mudah dibentuk atau dicetak.

Untuk memenuhi persyaratan-persyaratan tersebut, maka kemasan harus memiliki sifat-sifat:

1. Permeabel terhadap udara (oksigen dan gas lainnya).

2. Bersifat non-toksik dan inert (tidak bereaksi dan menyebabkan reaksi kimia) sehingga dapat mempertahankan warna, aroma, dan cita rasa produk yang dikemas.

3. Kedap air (mampu menahan air atau kelembaban udara sekitarnya).

4. Kuat dan tidak mudah bocor.

5. Relatif tahan terhadap panas.

6. Mudah dikerjakan secara massal dan harganya relatif murah 2.1.10 Penerapan Kemasan Dalam Perikanan

1. Pengemasan Pada Handling Ikan Segar

(45)

Setelah ikan ditangkap, biasanya dimasukkan ke dalam pengemas dari kayu, plastik yang sama, biasa juga digunakan untuk pendistribusian akhir-akhir ini pemakaian kayu sudah agak dikurangi. Bak plastik yang lebih higienis, ringan dan kuat diganti oleh plastik yang terbuat dari Low Density Polyethilene (LDPE), Hight Density Polyethilene (HDPE). Idealnya bak ikan hendaknya mempunyai beberapa sifat:

a. Cukup ukuran untuk berbagai ukuran yang ditangani.

b. Mudah dibersihkan, disimpan efektif untuk transportasi ikan dingin.

c. Memudahkan dalam penentuan berat ikan ketika ikan dipasarkan d. Murah harganya

e. Bila menggunakan es maka box ikan harus mempunyai lubang, untuk memudahkan pembuangan air es yang meleleh.

2. Penerapan Pengemasan Pada Produk Perikanan

a. Udang dengan pembekuan IQF (Individual Quick Frozen)

Pada udang dilapisi plastik untuk kemasan 2 kg, lalu udang disusun berbaris dalam plastik sampai penuh, lalu tambah air untuk membentuk produk sesuai dengan bentuk pan dan untuk mencegah dehidrasi, lalu dibekukan. Pada master karton dilapisi plastik polyethylene, lalu blok udang beku dimasukkan secara bertingkat sesuai dengan berat yang telah ditentukan, lalu plastik dirapikan, master carton ditutup lalu dilakban dan diikat dengan menggunakan stripping belt.

b. SS Natural Fillet (Scarlet Snapper/Kakap Merah)

Ikan dibungkus (dikemas) satu per satu dengan lembaran plastik polyethilene, lalu disusun di pan dengan cara bagian kepala selalu menghadap ke

(46)

sisi pan, lalu bekukan. Setelah beku, ikan beku diletakkan di inner carton tanpa dilapisi plastik. Inner carton sudah disesuaikan ukurannya sesuai dengan net weight product.

c. SS WGGS (Whole Gilled Gutted Scaled/Kakap Merah Utuh)

Ikan disusun di pan secara serong/agak tidur. Tiap ikan dilapisi plastik biru agar tidak lengket yang dapat menyebabkan daging ikan rusak. Setelah ikan beku, ikan di glazing terlebih dahulu, kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik polyethilene satu saku. Lalu masukkan ke dalam master carton (MC) yang sudah dilapisi plastik dengan cara disusun rapi hingga seluruh ikan masuk ke dalam MC sesuai dengan net weight produk, lalu MC ditutup, dilakban dan diikat dengan menggunakan stripping belt.

2.2 Kerangka Pikir

Dalam mempertahankan hidup suatu perusahaan, maka perusahaan harus memiliki keunggulan agar dapat bersaing dan memenangkan persaingan.

Perusahaan industri khususnya yang bergerak di bidang pengolahan hasil perikanan harus memiliki kualitas produk yang baik dan sesuai dengan standar mutu yang telah ditentukan oleh buyer. Dalam melakukan pengeksporan produknya, perusahaan industri harus memiliki sertifikat SKP (Sertifikat Kelayakan Produk), HACCP (Hazard Analysis and Critical Control) dan HC (Health Certificate).

Sertifikat-sertifikat tersebut berisi tentang kualitas suatu produk. Oleh karena itu, kualitas suatu produk sangat penting bagi perusahaan industri dan menentukan umur suatu perusahaan.

(47)

Kerusakan bahan pangan dapat disebabkan oleh 2 hal yaitu kerusakan oleh sifat alamiah dari produk yang berlangsung secara spontan yang kedua adalah kerusakan karena pengaruh lingkungan. Oleh karena itu, diperlukan pengemasan untuk membatasi bahan pangan dengan lingkungan untuk mencegah atau menunda proses kerusakan sehingga produk mempunyai daya tahan lebih lama untuk dikonsumsi (Nur, 2009). Sebagai landasan dalam menyusun kerangka pikir, penulis memerlukan rujukan pemikiran yang berupa teori atau pendapat ahli yang tidak diragukan lagi kebenarannya. Untuk itu penulis mengemukakan pengertian pengemasan menurut Kotler & Kelller (2009), pengemasan adalah kegiatan merancang dan memproduksi wadah atau bungkus sebagai sebuah produk.

Pengemasan adalah aktivitas merancang dan memproduksi kemasan atau pembungkus untuk produk. Pengemasan membatasi bahan pangan dengan lingkungan sekitarnya, sehingga dapat mencegah atau menghambat kerusakan.

(48)

BAB III. METODE KEGIATAN

3.1 Waktu dan Tempat

Tugas akhir ini disusun berdasarkan hasil kegiatan Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM) yang dilaksanakan selama 3 bulan terhitung dari tanggal 04 Januari-04 Maret 2017 di PT. Usaha Centraljaya Sakti yang beralamat di Jalan KIMA 5 Kav. E No. 3A, Kecamatan Biringkanaya, Makassar, Sulawesi Selatan.

3.2 Jenis dan Sumber Data 3.2.1 Jenis Data

1. Data Kuantitatif

Data kuantitatif adalah data yang berbentuk bilangan (Hasan, 2004). Data kuantitafif yang digunakan dalam penulisan Tugas Akhir ini yaitu mengenai ukuran bahan baku kemasan, ukuran long pan, hasil penimbangan I dan penimbangan II dalam proses pengemasan, ukuran/size produk ikan layur dan kapasitas kemasan produk ikan layur beku di PT. Usaha Centraljaya Sakti.

2. Data Kualitatif

Data kualitatif adalah yang tidak berbentuk bilangan (Hasan, 2004). Data kualitatif yang digunakan dalam penulisan Tugas Akhir ini yaitu mengenai standar bahan baku kemasan dan bentuk kemasan dalam pengemasan produk ikan layur beku di PT. Usaha Centraljaya Sakti.

(49)

lapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan yang memerlukannya. Data primer ini disebut juga data asli atau data baru (Hasan, 2004).

Adapun yang menjadi sumber data primer dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah pembimbing lapangan selama melakukan kegiatan Pengalaman Praktek Kerja Mahasiswa (PKPM) dan karyawan-karyawan di PT. Usaha Centraljaya Sakti (UCS), Makassar Sulawesi Selatan.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada. Data ini biasanya diperoleh dari perpustakaan atau dari laporan-laporan penelitian terdahulu (Hasan, 2004). Dalam penulisan Tugas Akhir ini yang menjadi sumber data sekunder yaitu diperoleh dari buku dan literatur.

3.3 Metode Pengumpulan Data 1. Pengamatan (Observasi)

Pengamatan yang dilakukan di PT. Usaha Centraljaya Sakti yaitu pada saat kegiatan proses pengemasan berlangsung, maka penulis mengamati mengenai cara pengemasan dan bentuk kemasan produk ikan layur beku.

2. Wawancara

(50)

Wawancara yang dilakukan penulis di PT. Usaha Centraljaya Sakti yaitu mengenai standar bahan baku kemasan, ukuran, kapasitas dan bahan kemasan yang digunakan dalam pengemasan produk ikan layur beku.

3. Penelusuran Literatur

Penelusuran literatur yang dilakukan penulis yaitu bersumber dari buku dan internet.

3.4 Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan penulis dalam Tugas Akhir ini yaitu metode analisis kuantitatif dan metode analisis kualitatif. Metode analisis kuantitatif pada data kuantitatif yang diperoleh yaitu untuk ukuran bahan baku kemasan pada produk ikan layur beku digunakan Master Carton (MC) yang berukuran 97Γ—51Γ—11 cm dengan ketebalan 3 ply dan plastik polyethylene (PE) berukuran 90Γ—50 cm dengan ketebalan 0,04 mm. Ukuran tersebut didasarkan pada ukuran long pan yang berukuran 70Γ—30Γ—10 cm. Ukuran MC dan long pan jika menggunakan rumus volume balok (Uddin, 2013), yaitu sebagai berikut:

π‘‰π‘œπ‘™π‘’π‘šπ‘’ = 𝑝 Γ— 𝑙 Γ— 𝑑 Keterangan:

p = panjang l = lebar t = tinggi

Sedangkan ukuran plastik PE jika menggunakan rumus persegi panjang (Haidar, 2015), yaitu sebagai berikut:

πΏπ‘’π‘Žπ‘  = 𝑝 Γ— 𝑙

(51)

Kapasitas kemasan untuk produk ikan layur beku yaitu 10 kg/MC. Kapasitas kemasan jika menggunakan rumus matematika (Fristasari, 2015), yaitu sebagai berikut:

π΅π‘Ÿπ‘’π‘‘π‘œ = π‘π‘’π‘‘π‘‘π‘œ + π‘‡π‘Žπ‘Ÿπ‘Ž π΅π‘Ÿπ‘’π‘‘π‘œ = 9,5 π‘˜π‘” + 0,5 π‘˜π‘”

π΅π‘Ÿπ‘’π‘‘π‘œ = 10 π‘˜π‘” Keterangan:

Bruto (berat kotor), yaitu berat suatu barang beserta kemasannya.

Netto (berat bersih), yaitu berat suatu barang tidak termasuk kemasannya.

Tara, yaitu berat kemasan suatu barang.

Metode analisis kualitatif dari data kualitatif yang diperoleh dianalisis dengan analisis deskriptif mengenai standar bahan baku kemasan dan bentuk kemasan. Dimana setelah semua data mengenai standar bahan baku dan bentuk kemasan yang dibutuhkan terkumpul, maka tahap selanjutnya adalah menganalisa data yang terkumpul tersebut untuk dipahami dan diolah dalam bentuk penjelasan- penjelasan atau keterangan-keterangan yang bukan merupakan suatu bentuk matematis dan tidak sepenuhnya hanya berbentuk penjelasan dan uraian-uraian panjang tetapi penulis juga menyertakan table dan gambar sehingga dapat memudahkan pembaca dalam memahami isi dari hasil penulisan ini.

Data yang telah dikumpulkan dan dicatat dalam kegiatan Tugas Akhir, penulis memilih cara yang sesuai dengan validitas data yang diperoleh. Oleh karena itu, penulis menggunakan cara pengumpuan data dengan validitas yang berupa

(52)

triangulasi. Triangulasi disini merupakan memanfaatkan jenis sumber data yang berbeda-beda untuk menggali data yang sejenis. Dalam hal ini tekanannya pada sumber perbedaan data. Penulis memperoleh data dari narasumber dan dari sumber lain yang berupa catatan atau arsip dan dokumen yang memuat catatan yang berkaitan dengan data yang dimaksudkan.

3.5 Defenisi Operasional 1. Pengemasan

Pengemasan adalah suatu aktivitas yang dilakukan untuk membungkus produk dengan menggunakan kemasan primer, sekunder dan tersier. Pengemasan ini berfungsi untuk melindungi produk dari lingkungan sekitarnya untuk mencegah atau menunda kerusakan pada produk. Selain itu, pengemasan juga berfungsi sebagai daya tarik bagi konsumen dan menjaga keamanan produk selama proses pendistribusian produk.

2. Standar

Standar adalah suatu batasan atau aturan mengenai sesuatu yang dikerjakan yang bertujuan untuk mencegah terjadinya hal-hal yang merugikan.

3. Bentuk

Bentuk adalah hal yang menggambarkan ciri dari objek yang diamati.

4. Ukuran

Ukuran adalah ciri suatu objek dengan menggunakan angka dan telah diukur dengan menggunakan alat tertentu.

5. Kapasitas

(53)

Kapasitas adalah beban maksimal yang dapat ditangani oleh suatu objek tertentu.

6. Triangulasi

Triangulasi adalah suatu cara pemanfaatan sumber data yang berbeda-beda untuk menggali data yang sejenis.

(54)

BAB IV. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

4.1 Sejarah PT. Usaha Centraljaya Sakti

PT. Usaha Centraljaya Sakti (UCS) didirikan pada tahun 2006 di Makassar, Sulawesi Selatan dengan jumlah pekerja sebanyak 121 orang. Produk yang di produksi adalah fresh and frozen domersal, fresh and frozen pelagis, fresh and frozen shrimp, fresh and frozen milk fish, fresh and frozen tuna, dried flying fish roe dan fresh slipper lobster.

Perusahaan ini bisa di bilang 99% bergerak di bidang ekspor. Adapun Negara tujuan yang menjadi eksportir yaitu: Amerika, Korea, China, Vietnam, Rusia, Jepang, Taiwan, Singapore, Malaysia, Uni Eropa (baru perencanaan).

4.2 Visi dan Misi 4.2.1 Visi

Menjadi perusahaan perikanan yang mampu menghasilkan mutu terbaik yang berkeseimbangan.

4.2.2 Misi

Mempersiapkan segala perangkat standar perusahaan untuk meningkatkan sistem jaminan mutu yang berkualitas.

4.3 Lokasi PT. Usaha Centraljaya Sakti

PT. Usaha Centraljaya Sakti (UCS) terletak di Jalan KIMA 5 Kav. E No.

3A, Kecamatan Biringkanaya, Makassar, Sulawesi Selatan dengan luas tanah

Β±8.450 m2.

(55)

4.4 Sarana dan Prasarana 4.4.1 Sarana

Sarana penunjang yang dimiliki oleh unit pengolahan PT. Usaha Centraljaya Sakti dalam pengolahan ikan layur (Trichiurus lepturus) antara lain:

a. Meja, yang terbuat dari Stainless Steel yang digunakan untuk penyortiran bahan baku.

b. Basket, digunakan sebagai wadah ikan yang telah disortir dan pada saat penimbangan, pencucian sampai proses penyusunan dalam long pan.

c. Keranjang plastik, yang digunakan untuk proses pencucian dan penimbangan.

d. Box penampungan, yang digunakan untuk penampungan sementara bahan baku.

e. Selang air, digunakan sebagai salah satu media dalam pencucian baik bahan baku, peralatan maupun pembersih dinding dan lantai ruang proses.

f. Timbangan digital, digunakan untuk menimbang bahan baku setelah disortir.

g. Long pan, digunakan sebagai tempat penyusunan ikan yang akan dibekukan.

Long pan terbuat dari besi plat dengan panjang 70 cm, lebar 30 cm dan tinggi 10 cm serta mampu menampung ikan layur dengan berat 10 kg.

h. Kereta dorong (trolly) digunakan untuk mengangkat bahan baku pada styrofoam dan untuk mengangkut produk yang telah disusun dalam long pan ke ruang pembekuan/Air Blast Freezer (ABF) dan yang telah dikemas untuk dimasukkan ke dalam ruang Cold Storage (CS).

(56)

4.4.2 Prasarana

Adapun prasarana yang terdapat pada PT. Usaha Centraljaya Sakti adalah sebagai berikut:

a. Ruang proses produksi

Ruang proses produksi dimanfaatkan sebagai tempat penyortiran, pencucian, penyiangan, penimbangan dan penyusunan bahan baku. Ruangan ini dilengkapi dengan bak pencucian yang merupakan tempat yang digunakan untuk media sanitasi pekerja sebelum masuk ke dalam ruang proses dan mempunyai kapasitas air sebanyak 140 liter air bersih.

b. Ruang pengepakan

Ruang pengepakan merupakan ruang yang digunakan untuk mengepak produk. Ruangan ini berada tepat di depan ruang Cold Storage (CS) dan Air Blast Freezer (ABF) beserta meja untuk pengepakan dan bak untuk proses glazing.

c. Ruang pembekuan (Air Blast Freezer)

Ruang pembekuan merupakan ruang yang digunakan untuk membekukan produk yang telah disusun dalam pan. Untuk fasilitas ini terdapat empat ruang ABF dengan kapasitas mencapai 4 ton. Suhu ruang ABF yaitu -38o sampai -40o C.

d. Ruang penyimpanan beku (Cold Storage)

Ruang penyimpanan beku digunakan untuk menyimpan produk yang telah di kemas dengan Master Cartoon (MC). Untuk fasilitas ini terdapat tiga ruang cold storage dengan kapasitas penyimpanan masing-masing 50-150 ton. Suhu ruang CS yaitu -25oC.

(57)

e. Pintu dan curtain (tirai)

Pintu di setiap ruangan dilengkapi dengan tirai dari plastik berwarna ungu atau putih bening yang berfungsi untuk menahan serangga yang masuk ke dalam ruang proses dan untuk mengurangi fluktuasi suhu pada ruang proses.

f. Ruang ganti karyawan

Ruang ganti karyawan merupakan ruang yang digunakan untuk mengganti pakaian karyawan sebelum dan sesudah bekerja serta menyimpan perlengkapan karyawan.

g. Perlengkapan anti serangga (inseckiller)

Alat ini menggunakan insect lamp dengan kapasitas 40 watt yang terdapat di tempat penerimaan bahan baku.

h. Perlengkapan karyawan

Perlengkapan karyawan seperti pakaian seragam, penutup kepala, masker, sarung tangan, celemek dan sepatu boots.

i. Toilet

Letak toilet berada di dekat mess dan terdiri dari toilet wanita dan toilet pria.

j. Kantor

Untuk ruang kantor terdapat beberapa ruang yaitu kantor utama, kantor operasional dan kantor produksi. Kantor utama yaitu ruang direktur, kantor operasional ditempati oleh manager operasional dan bagian administrasi, sedangkan kantor produksi ditempati oleh kepala bagian produksi, pengawas mutu (QC) dan kepala seksi yang lain.

Gambar

Gambar 2.1 Ikan Layur (Trichiurus lepturus)  Sumber: Data Sekunder, IFT 2010
Gambar 5.2 Pelepasan Produk dari Long Pan di PT. UCS Tahun 2017
Gambar 5.3 Penimbangan I Produk di PT. UCS Tahun 2017
Gambar 5.4 Glazing Produk di PT. UCS Tahun 2017  4.  Penimbangan II Produk
+7

Referensi

Dokumen terkait