PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Batasan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Review Penelitian Sebelumnya
Berbagai penulis telah meneliti pentingnya penggunaan Maritime English ketika mengerjakan kapal yang akan dipelajari untuk memberikan kelanjutan sebagai bahan dalam melaksanakan penelitian yang akan penulis lakukan. Berikut ini penulis sajikan salah satu kajiannya dan akan penulis bandingkan dengan judul karya ilmiah sebelumnya yang membahas tentang keterampilan awak kapal dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris maritim. Menurut Sylvia (2017), penelitian yang berjudul Meningkatkan keterampilan awak kapal berkomunikasi dalam bahasa Inggris saat melakukan tugas jaga di kapal menunjukkan bahwa awak kapal yang tidak memiliki kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Inggris dapat menimbulkan bahaya selama proses operasional kapal.
Data tersebut merupakan informasi penting terkait dengan topik yang akan penulis selidiki yaitu kesalahpahaman dalam berkomunikasi dalam bahasa Inggris yang dapat menimbulkan bahaya tabrakan. Dari kesimpulan yang dapat diambil terlihat bahwa penggunaan Bahasa Inggris Maritim sangat penting untuk kelancaran pengoperasian kapal dan menghindari bahaya tabrakan akibat miskomunikasi.
Landasan Teori
- Pengertian Penerapan
- SMCP (Standard Marine Communication Phrases)
- Pengertian Miskomunikasi
- Traffic Separation Scheme (TSS) Selat Sunda
- Teori Bahasa Inggris maritim (English Maritime)
Pengetahuan yang memadai tentang bahasa Inggris untuk memungkinkan petugas geladak menggunakan peta dan publikasi navigasi lainnya, untuk memahami informasi dan pesan meteorologi yang berkaitan dengan keselamatan dan pengoperasian kapal, untuk berkomunikasi dengan kapal lain, stasiun pantai dan pengontrol lalu lintas kapal atau Kontrol Lalu Lintas Kapal (VTS), dan menjalankan tugas petugas dek dalam kemampuan menggunakan dan memahami IMO-SMCP. SMNV dikembangkan untuk digunakan oleh semua pelaut, mengikuti kesepakatan bahwa bahasa umum di dunia pelayaran adalah bahasa Inggris maritim. SMCP mencakup frasa yang telah dikembangkan untuk mencakup semua bidang yang berkaitan dengan komunikasi darat-ke-kapal dan di atas kapal.
SMCP digunakan sebagai pengetahuan dasar bahasa Inggris dan disusun menjadi versi sederhana dari Bahasa Inggris Maritim. Untuk mencegah terjadinya kesalahpahaman dalam komunikasi di atas kapal, khususnya pada saat kapal hendak memasuki atau meninggalkan wilayah alur pelayaran, maka peraturan SMCP mengatur beberapa hal yaitu. Kata-kata ini sebaiknya dikemukakan terlebih dahulu untuk menghindari kesalahpahaman saat berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris maritim saat bekerja di kapal.
Beberapa kata dalam bahasa inggris mempunyai arti tergantung konteksnya, sering terjadi kesalahpahaman terutama dalam VTS, komunikasi dan hal ini dapat mengakibatkan kecelakaan seperti penggunaan. Jawaban atas perintah dan jawaban atas pertanyaan kritis baik dalam komunikasi eksternal maupun di dalam kapal diberikan dalam kata dan frasa yang relevan. Posisi kapal ditentukan oleh garis lintang dan garis bujur, yang semuanya diukur dalam derajat dan menit, misal.
Ketiga jenis pesan ini digunakan ketika ingin meminta bantuan atau memberikan informasi keselamatan kepada kapal lain atau ke daratan terdekat pada waktu dan kondisi tertentu. Contoh bentuk panggilan Mayday adalah ketika kapal mengalami kebakaran, kapal terbalik, dan juga ketika kapal kandas. Sedangkan securite biasanya dikeluarkan oleh petugas VTS (Vessel Traffic System) untuk menyampaikan informasi mengenai bahaya navigasi atau kondisi cuaca di daerah tersebut, atau pada saat kapal mengalami pemadaman listrik. f. Bahasa Inggris Maritim adalah bahasa Inggris yang dapat memberikan kode-kode tertentu antar pelaut demi kelancaran komunikasi dan pertukaran informasi selama proses operasional kapal.
Sebuah teori bahasa Inggris maritim sesuai dengan SOLAS Bab V peraturan 14(4) untuk komunikasi keselamatan di darat serta komunikasi di kapal antara pilot dan pengawas anjungan, kecuali mereka yang terlibat langsung dalam komunikasi tersebut berbicara dalam bahasa umum yang bukan bahasa Inggris. komunikasi keselamatan antara anjungan dan pelabuhan dan untuk komunikasi di atas kapal antara para penjaga di anjungan, kecuali mereka yang terlibat langsung dalam komunikasi dalam bahasa umum selain bahasa Inggris. Bahasa Inggris digunakan untuk komunikasi antar individu di semua negara maritim jika bahasa berbeda. Jika terdapat awak kapal yang berbeda negara di kapal, hendaknya pimpinan kapal menggunakan bahasa Inggris untuk berkomunikasi atau memberi perintah kepada bawahannya agar tidak terjadi miskomunikasi.
Berdasarkan teori tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan bahasa Inggris maritim yang berpedoman pada Standard Maritime Communication Phrases (SMCP) dalam melakukan pelayaran baik di Indonesia maupun di negara lain sangat diperlukan karena dalam pengoperasian kapal perlu adanya komunikasi baik kapal ke kapal. mengirimkan dan mengirimkan ke pihak lain. Saat memasuki Traffic Sharing Scheme (TSS), penggunaan SMCP juga diperlukan karena dalam hal ini Kementerian Perhubungan juga telah menyiapkan format laporan untuk memasuki TSS sesuai dengan Standard Maritime Communication Phrases (SMCP).
Kerangka Penelitian
Awak kapal melaksanakan SMCP sesuai dengan standar operasional prosedur yang baik dan benar sesuai peraturan dan sebagai syarat pelayaran yang aman.
METODE PENELITIAN
- Jenis Penelitian
- Lokasi Penelitian
- Jenis dan Sumber Data
- Teknik Pengumpulan Data
- Teknik Analisis Data
Athaya melaksanakan Praktik Praktek Laut (PRALA) selama 1 tahun yang dilaksanakan pada bulan September 2019 hingga September 2020. Menurut Bungin, data kualitatif adalah data yang memberikan kejelasan pemahaman tentang fakta, objek atau kasus yang dilakukan. Data kualitatif dalam penelitian ini mencakup gambaran umum objek penelitian, antara lain: komunikasi di kapal, penggunaan SMCP.
Data primer adalah data yang hanya dapat diperoleh dari sumber asli atau pertama melalui sumber yang sesuai dan dijadikan responden dalam penelitian. Penelitian ini memperoleh data primer tersebut melalui wawancara langsung dengan responden yaitu awak kapal KMP. Data yang dikumpulkan dan digunakan dalam penyusunan penelitian ini adalah data yang merupakan informasi yang diperoleh penulis melalui observasi langsung di lapangan.
Observasi merupakan suatu metode yang saling melengkapi, teknik observasi digunakan dengan tujuan untuk memperoleh atau mengumpulkan data secara langsung dengan melakukan observasi dan mencatat data yang berkaitan dengan pokok bahasan yang diteliti. Observasi yang penulis lakukan adalah dengan melakukan observasi langsung pada saat penulis berangkat untuk melakukan praktek laut, mengamati jalannya prosedur darurat terutama pada saat komunikasi dilakukan oleh seluruh awak kapal, setelah itu petugas jaga akan melakukan pengecekan. Menurut Riduwan (2003:56), wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya.
Dalam hal ini penulis akan menggunakan dokumen berupa gambar seperti foto dalam proses komunikasi dan alat yang digunakan untuk berkomunikasi. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dapat berupa rangkaian pendek, diagram, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks naratif.
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan di awal, namun mungkin juga tidak. Karena sebagaimana telah dikatakan bahwa permasalahan dan rumusan masalah dalam penelitian ini masih bersifat sementara dan akan dikembangkan setelah diperoleh hasil penelitian lapangan. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah pengecekan atau verifikasi data pada saat awak kapal berkomunikasi di kapal.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN
HASIL PENELITIAN
- Penyajian Data
- Analisis data
PEMBAHASAN
- Pada saat kapal memasuki alur pelayaran Merak-Bakauheni Passing
PENUTUP
KESIMPULAN
SARAN