• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerimaan Masyarakat Terhadap Keberadaan Anak Berkebutuhan Khusus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Penerimaan Masyarakat Terhadap Keberadaan Anak Berkebutuhan Khusus"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

33

Agenda, Volume 3 Nomor 1, Juni 2021

AGENDA : Analisis Gender dan Anak , Vol. 3 (1), 2021, (Juni) ISSN Print: 2615-1502 ISSN Online: 2723-3278

Tersedia online di

http://ecampus.iainbatusangkar.ac.id/ojs/index.php/agenda

Society's Acceptance of Children with Special Needs Penerimaan Masyarakat Terhadap Keberadaan Anak

Berkebutuhan Khusus

Liza Angelina

Jurusan Psikologi Islam

Universitas Islam Negeri Mahmud Yunus Batusangkar Sumatera Barat, Indonesia Lizaangelinacha10@gmail.com

Abstract :

The background of this research is the social acceptance of children with special needs, society's negative behaviors towards children with special needs (CWSN). Differences in characteristics among different societal groups arise due to variations in individuals' backgrounds within the community, such as education, professions, and so forth. This study is a qualitative research with a Literature Review approach. The focus of this research is to explore how society accepts the presence of children with special needs. The aim of this study is to gather information from the community regarding their opinions on children with special needs, both in general and specific contexts.

Abstrak

Latar belakang penelitian ini adalah penerimaan sosial terhadap keberadaan anak berkebutuhan khusus, perilaku buruk masyarakat terhadap anak berkebutuhan khusus (ABK). Perbedaan karakteristik kelompok masyarakat disebabkan adanya perbedaan latar belakang dari setiap individu dalam kelompok masyarakat seperti pendidikan, profesi, dan sebagainya. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi Pustaka. Fokus pada penelitian ini adalah bagaimana penerimaan masyarakat terhadap keberadaan anak berkebutuhan khusus.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi dari masyarakat mengenai pendapat mereka terhadap anak berkebutuhan khusus baik secara umum maupun secara khusus.

Kata Kunci: Anak berkebutuhan khusus;

Mayarakat: Pandangan

(2)

34 A. PENDAHULUAN

Anak Berkebutuhan Khusus adalah anak yang memiliki ciri-ciri atau karakteristik yang berbeda dengan anak pada umumnya. Akan tetapi, perbedaan disini tidak diartikan selalu mengarah pada ketidak mampuan secara mental, emosi, atau fisik. Anak berkebutuhan khusus merupakan terjemahan dari child with special needs. Anak berkebutuhan khusus adalah istilah terbaru yang dipakai untuk penyebutan selain istilah anak cacat, anak tuna, anak berlebihan, anak menyimpang, anak luar biasa, dan atau sering familiar disebut difabel yang merupakan kependekan difference ability. Seiring dengan perkembangan pengakuan terhadap hak asasi manusia termasuk anak- anak ini, maka penyebutannya memakai istilah anak berkebutuhan khusus. Sebutan anak berkebutuhan khusus (children with special needs) merupakan sebutan yang lebih tepat dari sebutan anak luar biasa dan bahkan anak cacat. Anak berkebutuhan khusus didefinisikan sebagai anak-anak biasa dalam hal ciri-ciri mental, kemampuan sensorik, kemampuan komunikasi, tingkah laku sosial, ataupun ciri-ciri fisik.

Anak-anak hanya dianggap sebagai berkebutuhan khusus apabila memiliki kebutuhan untuk menyesuaikan program pendidikan.

Ini akibat dari keadaan mereka yang menyebabkan mereka tidak dapat menerima pelajaran dengan cara biasa. Oleh karena itu mereka harus diberikan layanan pendidikan secara khusus.

Anak adalah amanah serta anugerah terindah yang Tuhan titipkan kepada orang tua yang untuk

kemudian menjadi generasi penerus dalam sebuah keluarga maupun penerus bangsa. Dalam UU No 4 Tahun 1979 pasal 1 ayat 2 tentang Kesejahteraan Anak disebutkan bahwa “Anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun dan belum pernah kawin”.

Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia anak diartikan sebagai keturunan. Selain itu, pada dasarnya seorang anak berada pada satu masa perkembangan tertentu dan mempunyai potensi menjadi dewasa.

Dari sudut pandang sosiologis, anak merupakan individu yang menjadi bagian dalam struktur sosial masyarakat. Ia memiliki hak yang dilindungi oleh undang-undang untuk dapat hidup bersama keluarga, berinteraksidengan lingkungan sosial, mendapatkan pendidikan di sekolah bahkan memiliki kebebasan untuk mengembangkan kreatifitas,potensi yang dimilikinya. Hal ini telah tertuang dalam UU No 35 Tahun 2014 yang merupakan Perubahan Atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 2003 mengenai perlindungan anak bahwa “Setiap anak bahwa setiap anak berhakatas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.“

Perbedaan karakteristik masing-masing kelompok masyarakat disebabkan oleh perbedaan individu anggota kelompok yang tergabung langsung dengan kelompok masyarakat tersebut. Perbedaan individu yang dimaksud dalam kelompok masyarakat ini adalah perbedaan yang terdiri dari latar

(3)

35

Agenda, Volume 3 Nomor 1, Juni 2021 belakang yang berbeda, seperti

pendidikan dan pelatihan yang diperoleh setiap anggota, kemudian profesi yang ditekuni oleh setiap anggota kelompok, seperti usia masing-masing anggota. individu anggota kelompok masyarakat di dalam kelompok. Selain itu, ada faktor khusus yang membedakan kelompok masyarakat satu dengan lainnya, yaitu keunikan beberapa individu anggota kelompok yang memiliki minat dan keterampilan di bidangnya masing-masing. Dari situ kelompok-kelompok masyarakat tersebut kemudian bergabung dan saling mengisi untuk menempati suatu wilayah tertentu, yang kemudian terjadi sinergi satu sama lain. lingkungan yang konsisten dan sesuai dengan tujuan dan peraturan yang ditetapkan dan disepakati dengan anggota masyarakat lainnya.

B. METODE PENELITIAN

Riset ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi pustaka. Artinya, telaah yang dilakukan berdasarkan sumber perpustakaan untuk memperoleh dan mengolah data.

Sedangkan metode pendekatan yang digunakan adalah metode deskriptif.

Metode pendekatan deskriptif merupakan pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat dan tatacara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap- sikap, pandangan-pandangan, serta protes-protes yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dalam suatu fenomena

C. HASIL DAN PEMBAHASAN Peneliti telah memperoleh informasi dari studi Pustaka dalam penelitian

mengenai perilaku masyarakat terhadap anak berkebutuhan khusus. Hasil dari deskriptif kualitatif yang dilakukan menunjukan bahwa banyak sekali kejadian yang melibatkan pemahaman ataupun pandangan yang berbeda mengenai perilaku bulliying terhadap anak berkebutuhan khusus. Tetapi dalam hal ini perilaku bulliying yang diperoleh berbeda-beda sesuai dengan jenis kelaminnya. Misalnya anak berkebutuhan khusus laki-laki berbeda cara menanggapi perilaku bulliyingnya dengan anak berkebutuhan khusus yang perempuan.Pandangan mengenai perilaku bulliying terhadap anak berkebutuhan khusus memiliki jawaban yang berbeda-beda.

Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti telah lakukan, jelas bahwa apa yang dirasakan anak berkebutuhan khusus merupakan bentuk tindakan bulliying yang bersifat verbal dan fisik.

Bentuk tindakan tersebut tentu menimbulkan respon dari anak berkebutuhan khusus. Cara masing- masing anak berkebutuhan khusus untuk merespon tindakan bulliying yang mereka alami tidak sama. Besar atau kecilnya dampak negatif yang ditimbulkan dari bulliying terhadap emosi dan jenis intimidasi.

Faktor penyebab terjadinya bulliying dikarenakan kurangnya pemahaman orangtu, guru dan masyarakat tentang bulliying dan dampaknya pada anak. Faktor lingkungan masyarakat yang tidak menciptakan rasa aman tentu juga menjadi penyebab terjadinya perilaku bulliying. Memperlakukan anak berkebutuhan khusus dengan cara yang berbeda-beda. Secara garis besar untuk bulliying hanya dilakukan oleh teman- teman sebaya. Namun masyarakat juga tidak mempuyai program atau kegiatan khusus yang dilaksanakan untuk anak berkebutuhan khusus.

(4)

Pengenalan masyarakat terhadap anak berkebutuhan khusus

Berdasarkan studi literatur yang didapatkan menunjukan bahwa sebagian masyarakat menyatakan bahwa anak berkebutuhan khusus adalah penyandang disabilitas, sehingga semua anak penyandang disabilitas dianggap sebagai anak yang seperti anak normal pada umumnya sulit mendapatkan pengasuhan yang memadai, seperti pendidikan dan keterampilan. Di sisi lain, sedikit warga yang mengenal dan memahami anak berkebutuhan khusus, meski spektrumnya tidak seluas itu.

Karena kurangnya pemahaman dan informasi warga, beberapa warga ini mengindikasikan bahwa karakteristik anak berkebutuhan khusus membatasi atau membatasi kondisi. Penyimpangan perilaku dan cacat pada anggota tubuh, seperti hiperaktif dan cacat atau hambatan pada salah satu anggota tubuh atau perilaku, seperti buta, idiot, tuli dan bisu, dikutip dari sumber lain meskipun mereka belum pernah melihat anak secara langsung terlihat sadar. orang berkebutuhan khusus Ciri-ciri anak berkebutuhan khusus, baik fisik maupun psikis, masih sebatas anak hiperaktif dan kerusakan anggota tubuh atau tingkah laku. Ada berbagai jenis anak berkebutuhan khusus. Anak berkebutuhan khusus yang paling banyak dikenal tidak hanya mereka yang memiliki keterbatasan/kekurangan tertentu pada anggota tubuh dan perilaku, mis.

B. buta, tuli, cacat mental, cacat fisik dan autis, tetapi juga anak-anak dengan kelebihan anggota tubuh dan perilaku yang jarang diketahui oleh masyarakat luas, seperti anak

berbakat, lamban belajar, cerebral palsy dll.

Respon masyarakat terhadap anak berkebutuhan khusus

Sebagian warga masih belum paham bahkan bingung harus berbuat apa saat bertemu dengan anak berkebutuhan khusus. Bahkan warga lain hanya merasa kasihan melihat keadaan sang anak tanpa tahu harus berbuat apa. Hanya sebagian kecil dari populasi yang berpikir Merawat anak berkebutuhan khusus dengan mengajapada umumnya.

Ide masyarakat terhadap berkebutuhan khusus

Disini kami membahas tentang keberadaan sarana dan prasarana, serta ide-ide warga untuk mendukung kegiatan anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus yang meliputi sarana dan prasarana yang diperlukan. Masyarakat belum memahami apa sebenarnya sarana dan prasarana bagi anak berkebutuhan khusus.

Beberapa orang

mengindikasikan bahwa sarana dan prasarana yang dimaksud adalah jalan akses atau fasilitas yang ada di wilayahnya, misalnya jalan akses khusus untuk anak tunanetra. Hal ini menunjukkan bahwa instansi atau lembaga yang menangani anak berkebutuhan khusus masih belum secara maksimal mensosialisasikan bentuk-bentuk sarana dan prasarana bagi anak berkebutuhan khusus dan letak sarana dan prasarana masih belum konsisten, misalnya pada fasilitas yang diperlukan untuk kemudahan akses bagi anak berkebutuhan khusus.

(5)

37

Agenda, Volume 3 Nomor 1, Juni 2021 Harapan masyarakat terhadap anak

berkebutuhan khusus

a. Harapan yang diungkapkan oleh warga di kawasan tersebut dapat diringkas dalam poin-poin berikut:

Masyarakat berharap agar anak berkebutuhan khusus lebih terinformasikan melalui lembaga resmi/informal.

b. Masyarakat membutuhkan lembaga pendidikan (sekolah) yang dapat menampung anak berkebutuhan khusus.

c. Warga sekolah berharap adanya sekolah yang memadukan antara pendidikan anak arus utama dan anak berkebutuhan khusus (inklusi).

KESIMPULAN

Kesimpulan yang diperoleh berdasarka uraian diatas adalah sebagai berikut:

a. Masyarakat menganggap bahwa anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik seperti hiperaktif, buta, tuli dan bisu.

Selain itu, warga juga mengatakan bahwa anak yang mengidap penyakit tersebut harus lebih diperhatikan dan dikasihi dibandingkan anak normal pada umumnya.

b. Pengetahuan warga tentang klasifikasi dan ciri-ciri anak berkebutuhan khusus fisik dan mental masih terbatas pada jenis hiperaktif, idiot, buta, tuli, dan bisu, dan jenis yang diketahui warga hanya buta, tuli, dan autis.

c. Respon warga terhadap anak berkebutuhan khusus cukup memperhatikan dan membiarkan mereka memberi. Perlakuan terhadap anak dengan kebutuhan

tersebut terbatas pada apa yang dianggap layak oleh warga,

seperti menajakan

berkomunikasi, ajakan bermain, karena masih ada ketakutan interaksi langsung dengan anak.

DAFTAR PUSTAKA

Rahayu, Saskia Putri, and Eddy Marheni.

2020. "Perilaku Masyarakat Terhadap Anak Berkebutuhan Khusus Sekolah Luar Biasa Perwari Padang." Jurnal Performa Olahraga 5.1 : 54-58.

Ali, Mauna, Rahmadianty Gazadinda, and Novaria Rahma. 2020.

"Hubungan antara persepsi dukungan sosial dan resiliensi pada orang tua anak berkebutuhan khusus." Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi: JPPP 9.2: 102-110.

Supena, Asep, and Rossi Iskandar. 2021.

"Implementasi layanan inklusi anak berkebutuhan khusus tunarungu." Jurnal Komunikasi Pendidikan 5.1 : 124-137.

Sudarto, Zaini, et al. 2019. "Program Intervensi Terpadu Anak Berkebutuhan Khusus: Proses Pengembangan Kurikulum." JPI (Jurnal Pendidikan Inklusi) 3.1 : 1-10.

Dapa, Aldjon Nixon, and Meisie Lenny Mangantes. 2021. Bimbingan Konseling Anak Berkebutuhan Khusus. Deepublish.

Simorangkir, Melda Rumia Rosmery,

and Jitu Halomoan

Lumbantoruan. 2021.

"Aksesibilitas Anak Berkebutuhan Khusus di Era Pendidikan 4.0." Jurnal Dinamika Pendidikan 14.1 : 204- 213.

Kuntarto, E., & Kusmana, A. 2020.

Pemerolehan Bahasa Anak Berkebutuhan Khusus

(6)

(Tunarungu) Dalam Memahami Bahasa. Jermal, 1(2), 89-97.

Negara, I. Gusti Ngurah Made Kusuma, and Made Rismawan. 2020.

"Hubungan antara tingkat pendidikan dengan penerimaan orang tua terhadap anak berkebutuhan khusus." Jurnal Riset Kesehatan Nasional 4.2 : 49-54.

Angreni, Siska, and Rona Taula Sari.

2020. "Identifikasi dan implementasi pendidikan inklusi bagi anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar sumatera barat."

Auladuna: Jurnal Pendidikan Dasar Islam 7.2 : 145-153.

Mulyadi, Sima, and Anita Kresnawaty.

2020. Manajemen pembelajaran inklusi pada anak usia dini.

Ksatria Siliwangi.

Switri, Endang. 2020. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Penerbit Qiara Media.

Setiawan, Imam. 2020. A to Z anak Berkebutuhan Khusus. CV Jejak (Jejak Publisher).

Rezieka, Dara Gebrina, Khamim Zarkasih Putro, and Mardi Fitri.

2021. "Faktor Penyebab Anak Berkebutuhan Khusus Dan Klasifikasi Abk." Bunayya:

Jurnal Pendidikan Anak 7.2 : 40- 53.

Hartadi, Dewi Rahmawati, Dimas Arif Dewantoro, and Ahsan Romadlon Junaidi. 2019.

"Kesiapan sekolah dalam melaksanakan pendidikan inklusif untuk anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar." Jurnal Ortopedagogia 5.2 : 90-95.

Setiawati, Feby Atika. 2020. "Mengenal

Konsep-Konsep Anak

Berkebutuhan Khusus dalam PAUD." SELING: Jurnal Program Studi PGRA 6.2 : 193- 208.

Referensi