SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Farmasi Pada Jurusan Farmasi
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar
Oleh:
NADILA PUTRI 70100117072
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2022
ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Nadila putri
NIM : 701100117072
Tempat/Tgl. Lahir : Alas, 31 Oktober 1999
Jurusan : Farmasi
Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Alamat : Jl. H. M. Yasin Limpo, perumahan Keyla The Mansion Romangpolong, Gowa
Judul : Penetapan Kadar Total Fenolik, Flavonoid dan Karotenoid Ekstrak Batang Bajakah Tampala (Spatholobus littolaris Hassk.)
Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi ini merupakan hasil karya sendiri. Jika dikemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain baik itu sebagian atau seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.
Gowa, Agustus 2022 Peneliti,
Nadila Putri
NIM. 70100117072
iii
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi yang berjudul “Penetapan Kadar Total Fenolik, Flavonoid dan Karotenoid Ekstrak Batang Bajakah Tampala (Spatholobus littolaris Hassk)”
yang disusun oleh Nadila Putri NIM. 70100117072, Mahasiswa Jurusan Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar, diuji dan dipertahankan dalam Ujian Sidang Skripsi yang diselenggarakan pada hari..., 2022 M yang bertepatan dengan tanggal 1444 H, dinyatakan telah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dalam Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Jurusan Farmasi.
Gowa, 10 Agustus 2022 M 12 Muharram 1444 H DEWAN PENGUJI
Ketua : Dr. dr. Syatirah Sp. A.,M. Kes.
Sekretaris : apt. Syamsuri Syakri, S.Farm., M.Si.
Pembimbing I : apt. Mukhriani, S.Si., M.Si.
Pembimbing II : apt. Muh. Ikhlas Arsul, S. Farm., M. Si.
Penguji I : apt. Isriany Ismail, S.Si., M.Si.
Penguji II : Dr. Hj. Rosmiati Aziz, M. Pd. I Diketahui oleh:
Dekan Fakultas Kedokteran Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar,
Dr. dr. Syatirah Sp. A., M. Kes. NIP.
19800701 200604 2 002
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa peneliti panjatkan kepada kehadirat Allah SWT.
atas limpahan berkat dan rahmat-Nya lah sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Penetapan Kadar Total Fenolik, Flavonoid dan Karotenoid Ekstrak Batang Bajakah Tampala (Spatholobus littolaris Hassk). Skripsi ini merupakan salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada Jurusan Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. Shalawat dan salam peneliti haturkan kepada Nabiullah Muhammad SAW. sebagai rahmatan lil „alamin.
Adapun dalam proses penyelesai skripsi ini peneliti menyadari bahwa ada banyak halangan dan juga rintangan yang tak segan-segan menghampiri, namun peneliti meyakini bahwa hal ini merupakan salah satu kisah yang ikut mewarnai perjalanan peneliti dalam menempuh jembatan untuk sampai di sebrang jalan yaitu menggapai tujuan dan mewujudkan harapan. Di sisi lain skripsi ini dapat terselesaikan dengan adanya do‟a, motivasi, dukungan dan semangat dari orang- orang baik yang berada di sekitar peneliti yang dikirimkan oleh Allah SWT.
Peneliti mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada orang yang sangat berharga dan berjasa dalam hidup peneliti yakni sosok yang sangat luar biasa kedua orang tua peneliti Bapak tercinta Kusnadi dan Ibu tersayang Ramlawati, yang tidak pernak merasa jenuh dalam mendo‟akan, yang tidak pernah lelah dalam memotivasi dan menasehati peneliti dengan tulus. Peneliti menyadari bahwa sampai detik ini tanpa adanya do‟a-doa dari beliau, peneliti tidak akan bisa berada pada tahap penyelesaian skripsi ini. Terima kasih juga peneliti ucapkan kepada saudari tersayang Nadira Dwi Dinanti yang senantiasa menjadi penyemangat bagi peneliti. Begitu pula keluarga besar peneliti yang tdak dapat peneliti sebutkan satu persatu. Teman-teman seperjuangan kuliah yang
v
merupakan manusia-manusia kuat yang hingga kini telah membentuk ikatan kuat pula, yang selalu memberi dan membalas kasih sepanjang proses penyelesaian studi ini dan semoga kita senantiasa diberkahi Allah SWT. dan selalu berada dalam lindungan-Nya pula.
Peneliti juga dengan sepenuh hati menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Drs. Hamdan Juhannis, M. A., Ph. D. selaku Rektor Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar yang telah memberikan kesempatan dalam meneyelesaikan studi di Univeritas Islam Negeri Alauddin Makassar.
2. Bapak Prof. Dr. Mardan, M. Ag. Selaku Wakil Rektor I Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
3. Bapak Dr. Wahyuddin, M. Hum. Selaku Wakil Rektor II Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
4. Bapak Prof. Dr. Darussalam, M. Ag. Selaku Wakil Rektor III Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
5. Bapak Dr. H. Kalamuddin Abunawas, M. Ag. Selaku Wakil Rektor IV Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
6. Ibu Dr. Dr. Hj. Syatirah Jalaluddin, M. Kes., Sp. A. Selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar.
7. Ibu Dr. apt. Hj. Gemy Nastity Handayany, S. Si., M. Si. Wakil Dekan I Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar.
8. Bapak Dr. H. M. Fais Sartinegara, S. KM., MARS. Wakil Dekan II Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar.
9. Bapak Prof. Dr. Mukhtar Lutfi, M. Pd. Wakil Dekan III Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar.
vi
10. Ibu apt. Surya Ningsi, S. Si., M. Si. selaku Ketua Jurusan Farmasi dan Ibu apt. Syamsuri Syakri, S. Si., M. Si. selaku Sekertaris Jurusan Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar.
11. Ibu apt. Mukhriani, S. Si., M. Si. selaku Pembimbing Pertama yang senantiasa meluangkan waktu dan pikirannya membimbing dan mengarahkan peneliti dengan tulus dan ikhlas dalam menyelesaikan skripsi ini.
12. Bapak apt. Muh. Ikhlas Arsul, S. Farm., M. Si. selaku Pembimbing Kedua yang senantiasa meluangkan waktu dan pikirannya memberikan masukan dan mengoreksi peneliti dengan tulus dan ikhlas dalam menyelesaikan skripsi ini.
13. Ibu apt. Isriany Ismail, S. Si., M. Si. selaku Penguji Kompetensi yang senantiasa memberikan kritikan dan saran yang bermanfaat dalam penyelesaian skripsi.
14. Ibu Dr. Hj. Rosmiati Aziz, M. Pd. I. selaku Penguji Agama yang telah banyak memberikan tuntutan dan pengarahan yang baik dalam mengoreksi seluruh kekurangan pada skripsi ini.
15. Bapak apt. Nursalam Hamzah, S. Si., M. Si. selaku Pendamping Penelitian yang telah meluangkan waktu dan pikirannya mengarahkan dan mengoreksi peneliti dengan tulus dan ikhlas dalam proses penelitian.
16. Bapak dan Ibu dosen yang tulus dan dan ikhlas dalam membagi seluruh ilmunya, semoga Allah SWT. membalas jasa-jasa beliau, serta seluruh staf jurusan Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan yang telah memberikan batuan kepada peneliti.
17. Kepada seluruh Laboran, Laboratorium Kimia Analisis, Laboratorium Kimia Instrumen, Laboratorium Farmasetika, Laboratorium Farmakologi, Laboratorium Biologi Farmasi dan Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri
vii
Alauddin Makassar, yang senantiasa membimbing dan mengarahkan peneliti selama penyelesaian studi.
18. Kepada kak Gilda Maulina yang sealu membantu, menyemangati adiknya (peneliti) dalam menyelesaikan skripsi ini. Dan juga kepada kak Andyta Mustafari yang selalu mendorong, menyemangati, mendukung perihal apa yang dilakukan peneliti dari awal proposal hingga di tahap peneliti menyelesaikan skripsi ini.
19. Kepada teman teman spesial peneliti yang luar biasa, Miftahurrezki, A. Fitra Febrianti Syam, Nurul Atika Jaya, Firdha Rachmadhani, Yulisa Magrifa, Dinda Nuralifiah, Sofhia Nurani Zahra, Nurhikmah yang selalu memberikan support, semangat, disaat peneliti merasa down sehingga pada akhirnya peneliti sampai di tahap penyelesaian skripsi ini.
20. Kepada kakanda senior dan junior keluarga besar mahasiswa farmasi UIN Alauddin makassar yang selalu mendukung dalam penyelesaian skripsi ini.
21. Teman-teman seperjuangan Jurusan Farmasi 2017, Kovalen yang selalu menyemangati dan mendukung hingga terselesaikannya penelitian dan skripsi ini. begitu pula teman-teman yang tidak sempat peneliti sebutkan satu persatu terima kasih atas bantuan, dukungan, kerjasama dan do‟anya.
22. Kepada semua orang baik yang senantiasa mendo‟akan, menyemangati bahkan memberikan beribu-ribu motivasi kepada peneliti hingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan tak luput dari kelemahan. Namun peneliti berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi penelitian-penelitian selanjutnya khususnya di bidang farmasi dan dengan informasi yang diperoleh dari penelitian ini dapat bermanfaat bagi
viii
masyarakat untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Semoga kita semua tetap dalam lindungan Allah SWT., Aamiin Allahumma Aamiin.
Wassalammu‟alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Romangpolong-Gowa, Agustus 2022 Penyusun
Nadila Putri NIM: 70100117072
ix DAFTAR ISI
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... ii
PENGESAHAN SKRIPSI ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
ABSTRAK ... xii
ABSTRCT ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 3
C. Definisi Operasional dan Ruang Lingkup Penelitian ... 3
1. Definisi Operasional ... 3
2. Ruang Lingkup Penelitian ... 4
D. Kajian Pustaka ... 4
E. Tujuan Penelitian ... 6
F. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7
A. Uraian Sampel ... 7
1. Klasifikasi Tanaman ... 7
2. Moforfologi Tanaman ... 7
3. Kandungan Kimia ... 8
4. Kegunaan Tanaman ... 8
B. Uraian Flavonoid ... 8
C. Uraian Fenolik ... 14
D. Uraian Karotenoid ... 17
E. Ekstraksi ... 21
F. Spektrofotometri Uv-Vis ... 26
G. Tinjauan Keislaman ... 31
BAB III METODE PENELITIAN... 36
x
A. Jenis Penelitian ... 36
B. Lokasi Penelitian ... 36
C. Waktu Penelitian ... 36
D. Pendekatan Penelitian ... 36
E. Populasi dan Sampel ... 36
1. Populasi Penelitian ... 36
2. Sampel Penelitian ... 36
F. Alat dan bahan... 37
1. Alat yang digunakan ... 37
2. Bahan yang digunakan ... 37
G. Prosedur Kerja ... 37
1. Preparasi Sampel ... 37
2. Ekstraksi dengan metode Refluks ... 37
3. Prosedur penetapan kadar fenolik total ... 38
f. Prosedur penetapan kadar fenolik total dalam sampel ... 39
4. Prosedur penetapan flavonoid kadar total ... 39
5. Prosedur Penetapan Kadar Karotenoid Total ... 40
6. Teknik Pengolahan dan Analisis data... 41
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 42
A. Hasil Penelitian ... 42
1. Determinasi Tumbuhan ... 42
2. Rendamen Ekstrak ... 42
3. Uji Kuantitatif ... 42
BAB V PENUTUP ... 47
A. Kesimpulan ... 47
KEPUSTAKAAN ... 48
LAMPIRAN ... 53
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 74
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Daun Dan Batang Tumbuhan Bajakah Tampala. ... 7
Gambar 2. Struktur Dasar Flavonoid. ... 9
Gambar 3. Struktur Kimia Dan Klasifikasi Flavonoid ... 10
Gambar 4. Struktur Kuersetin. ... 13
Gambar 5. Struktur Fenol.. ... 14
Gambar 6. Struktur Asam Galat.. ... 17
Gambar 7. Struktur Kimia Karoten. ... 18
Gambar 8. Karotenoid Utama dan Asupan Harian yang Diterima ... 19
Gambar 9. Alat Maserasi Dengan Kelengkapan Pengaduk. ... 23
Gambar 10. Alat Refluks... 24
Gambar 11. Alat Soxhletasi.. ... 25
Gambar 12. Alat Proses Perkolasi. ... 26
Gambar 13. Spektrofotometer Uv-Vis. ... 27
Gambar 14. Diagram skematik spektrofotometer Uv-Vis. ... 27
Gambar 15. Prinsip kerja spektrofotometri UV-Vis. ... 31
Gambar 16. Sampel Batang Bajakah Tampala ... 69
Gambar 17. Proses Penghalusan Batang Bajakah Tampala ... 69
Gambar 18. Proses Pengekstraksian Batang Bajakah Tampala ... 70
Gambar 19. Proses Ekstrak Batang Bajakah ... 70
Gambar 20. Proses Rotary Evavorator Ekstrak Bajakah Tampala. ... 71
Gambar 21. Penimbangan Sampel Pengujian Karotenoid. ... 71
Gambar 22. pengujian total flavonoid. ... 72
x
Gambar 23. pengujian total fenolik. ... 72 Gambar 24. Pengukuran absorbansi pada spektro. ... 73
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Skema Kerja. ... 53
Lampiran 2. Perhitungan Rendamen Esktrak... 61
Lampiran 3. Pembuatan Larutan dan Pereaksi ... 62
Lampiran 4. Perhitungan Kadar Fenolik Total. ... 63
Lampiran 5. Perhitungan Kadar Flavonoid Total. ... 64
Lampiran 6. Perhitungan Kadar Karotenoid Total. ... 65
Lampiran 7. Penetapan Kadar Fenolik Total ... 67
Lampiran 8. Penetapan Kadar Flavonoid Total ... 67
Lampiran 9. Analisis Statistik Metode one way anova ... 68
Lampiran 10. Gambar Penelitian. ... 69
xii ABSTRAK Nama : Nadila Putri
NIM : 70100117072 Jurusan : Farmasi
Judul : Penetapan Kadar Total Fenol, Flvonoid Dan Karotenoid ...Esktrak Bajakah Tampala (Spatholobus littoralis Hassk.) Bajakah tampala merupakan salah satu tumbuhan khas asal Pulau Kalimantan yang memiliki potensi sebagai obat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar total fenolik, flavonoid dan karotenoid. Ekstraksi dilakukan pada batang bajakah tampala menggunakan metode refluks dengan gradien pelarut n-heksan, etil asetat dan etanol 96%. Didapatkan hasil ekstrak kadar total fenolik pada sampel bajakah tampala ekstrak n-heksan, etil asetat, dan etanol yakni 1,69, 4,35 dan 10,11 mg GAE/ gram ekstrak. Kadar flavonoid total pada sampel bajakah tampala ekstrak n-heksan, etil asetat, dan etanol varietas merah yakni 0,17, 0,65 dan 1,36 mg QE/ gram ekstrak. Adapun kadar total karotenoid pada sampel bajakah tampala n-heksan, etil asetat, dan etanol berturut-turut adalah 0,014, 0,042, dan 0,016 mg karotenoid/ gram. Dari pengujian statistik diperoleh kadar total fenolik, flavonoid, dan karotenoid masing-masing ekstrak berbeda signifikan (Sig. < 0,05). Berdasarkan uji tukey yang dilakukan untuk kadar total fenolik dan flavonoid tertinggi dan memiliki pengaruh yang besar terdapat pada ekstrak etanol
> etil asetat > n-heksan. Sedangkan pada uji tukey kadar total karotenoid tertinggi dan memiliki pengaruh yang besar terdapat pada ekstrak etil asetat > etanol > n- heksan. Sehingga berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa batang bajakah tampala memiliki senyawa fenolik, flavonoid dan karotenoid.
Kata Kunci: Bajakah tampala, refluks, fenolik, flavonoid, karotenoid.
xiii Nama : Nadila Putri
NIM : 70100117072 Jurusan : Pharmacy
Judul : Determination Of Total Phenolic, Flavonoid and Carotenoid ...Levels of Bajakah Tampala (Spatholobus littoralis Hassk.) ...Extract.
Bajakah Tampala is one of the typical plants of Kalimantan island that has potential as medicine. This study aims to determine levels of total phenols, flavonoids and carotenoids. Extraction was performed on Tampala-Bajakah strain using the reflux method with a solvent gradient of n-hexane, ethyl acetate and 96% ethanol. Extract yields of total phenolic content in samples of n-hexane, ethyl acetate and ethanol extracts from Bajakah Tampala were 1.69, 4.35 and 10.11 mg GAE/gram extract, respectively. The total flavonoid levels in the samples of n- hexane, ethyl acetate and ethanol extracts of n-hexane, ethyl acetate and red varieties were 0.17, 0.65 and 1.36 mg QE/gram extract. Total carotenoid levels in n-hexane, ethyl acetate, and ethanol samples were 0.014, 0.042, and 0.016 mg carotenoids/gram, respectively. From the statistical test, the total phenol, flavonoid and carotenoid levels of each extract were significantly different (Sig. <
0.05). Based on Tukey's test, the highest total phenolic and flavonoid content and greatest effect was found in ethanol extract > ethyl acetate > n-hexane.
Meanwhile, in Tukey's test, the highest total carotenoid content and effect was found in ethyl acetate extract > ethanol > n-hexane. So, based on the research conducted, it can be concluded that the Bajakah Tampala strain contains phenolic compounds, flavonoids and carotenoids.
Keyword: Bajakah tampala, reflux, phenolic, flavonoids, carotenoids.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Menurut WHO, diperkirakan sekitar 4 miliar orang di dunia (± 80%) menggunakan obat-obatan yang berasal dari tanaman. Hingga saat ini banyak obat modern yang digunakan pada saat ini berasal dan dikembangkan dari tanaman obat. WHO mencatat ada 119 jenis bahan aktif dalam pengobatan modern yang berasal dari tanaman obat (Yusuf dan Kasim, 2020).
Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati baik flora maupun fauna, terutama keanekaragaman tumbuhan yang dapat digunakan sebagai tumbuhan obat. Dari sekitar 1.000 jenis tanaman obat, lebih dari 300 jenis diantaranya berpotensi untuk dijadikan bahan baku jamu dan obat tradisional.
Jamu dan obat tradisional merupakan aset bangsa sebagai sarana kesehatan masyarakat dari generasi ke generasi (Murniati & Putri, 2016).
Pada awalnya penggunaan tumbuhan sebagai obat digunakan dengan cara direbus, diminum, dimakan, ditumbuk, diperas, ditetes, atau diseduh dengan air panas. Namun dengan perkembangan zaman, tumbuhan obat dikonsumsi lebih praktis dalam bentuk pil, kapsul, sirup, atau tablet, yang diproduksi dengan teknologi modern. Setiap tumbuhan obat memiliki senyawa metabolit sekunder yang berpotensi memberikan efek farmakologi (Dwi Mainawati et al, 2017).
Bajakah tampala merupakan tanaman yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai bahan obat. Tanaman ini banyak digunakan secara empiris oleh masyarakat pedesaan di Kalimantan Tengah untuk berbagai penyakit (Vany Novanty, 2020). Bajakah tampala merupakan salah satu spesies tanaman dari genus Spatholobus yang tersebar dan banyak hidup pada daratan Asia, dimana 29
spesies diantaranya tumbuh dan hidup di hutan Asia Tenggara (Mochammad Maulidie et al, 2019).
Bajakah tampala terbukti mampu mempercepat penyembuhan luka.
Adapun penelitian lain menunjukkan bahwa tanaman bajakah tampala memiliki aktivitas anti bakteri. Manfaat dan aktivitas farmakologis yang dimiliki bajakah tampala tersebut diduga karena memiliki kandungan senyawa fenolik.
Berdasarkan uji pendahuluan pada penelitian yang telah dilakukan, bahwa bajakah tampala telah menunjukkan hasil yang positif pada uji fenolik, flavonoid, tanin, dan saponin (Noverda Ayuchecaria et al, 2020).
Senyawa fenolik merupakan kelompok senyawa terbesar yang berperan sebagai antioksidan alami pada tumbuhan. Senyawa fenolik memiliki satu atau lebih cincin fenol, yaitu gugus hidroksi yang terikat pada cincin aromatis sehingga mudah teroksidasi dengan menyumbangkan atom hidrogen pada radikal bebas.
Kemampuannya membentuk radikal fenoksi yang stabil pada reaksi oksidasi menyebabkan senyawa fenolik sangat potensial sebagai antioksidan. Senyawa fenolik alami umumnya berupa polifenol yang membentuk senyawa eter, ester, atau glikosida, antara lain flavonoid, tanin, tokoferol, kumarin, lignin, turunan asam sinamat, dan asam organik polifungsional (Dhurhania & Novianto, 2018).
Flavonoid merupakan senyawa metabolik sekunder yang banyak ditemukan pada tanaman dengan pigmen antosianin biru, merah, dan ungu yang khas dari struktur yang berbeda. Banyak efek biologis telah dikaitkan dengan flavonoid diantaranya antioksidan, anti-inflamasi, antimikroba, vasodilatasi, anti- iskemia dan efek antikanker (Ali Salaritabar et al, 2017).
Karotenoid merupakan golongan senyawa kimia organik bernutrisi yang ditemukan dalam pigmen alami tumbuhan dan hewan. Karotenoid merupakan pigmen organik yang terdapat pada kloroplas dan kromoplas tumbuhan dan
3
kelompok organisme lain seperti alga, beberapa bakteri (fotosintetik atau tidak), dan beberapa jamur (non-fotosintetik) (Titin Ariyanti et al, 2018).
Berdasarkan uraian diatas dilakukan penelitian penetapan kadar total fenolik, flavonoid dan karotenoid dari tumbuhan bajakah tampala. Melalui penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi masyarakat luas terkait khasiat tumbuhan bajakah tampala bagi kesehatan. Dan dapat di jadikan acuan dalam pengembangan ilmu pengetahuan serta standarisasi tumbuhan bajakah sebagai obat herbal.
B. Rumusan Masalah
1. Berapakah kadar total fenolik, flavonoid, dan karotenoid batang bajakah tampala?
2. Bagaimana pengaruh pelarut n-heksan, etil asetat, etanol 96% terhadap kadar total fenolik, flavonoid, dan karotenoid ekstrak batang bajakah tampala?
C. Definisi Operasional dan Ruang Lingkup Penelitian 1. Definisi Operasional
a. Penetapan kadar total adalah menetapkan dan menghitung jumlah kandungan total senyawa metabolit sekunder (fenolik, flavonoid dan karotenoid) yang ada dalam suatu tumbuhan.
b. Ekstraksi adalah proses penarikan atau penyarian senyawa kimia yang terdapat pada tumbuhan bajaka tampala berdasarkan perbedaan kelarutan.
c. Ekstrak merupakan sediaan kental, pekat yang dihasilkan dari proses menarik senyawa kimia/zat aktif yang terdapat pada simplisia tanaman bajaka tampala.
d. Flavonoid merupakan senyawa metabolik sekunder yang terdapat pada tanaman bajakah yang umumnya dikenal pigmen antosianin biru, merah, dan ungu yang khas dari strukturnya yang berbeda.
e. Fenolik merupakan salah satu metabolit sekunder tanaman. Senyawa fenolik memiliki cincin aromatik yang membawa satu atau lebih gugus hidroksil.
f. Karotenoid merupakan tetraterpenoid (C40), merupakan kelompok pigmen larut lemak yang tersebar luas, ditemukan di hampir semua jenis tanaman.
g. Bajakah tampala merupakan tanaman yang tersebar luas diberbagai wilayah pulau Kalimantan, khususnya yang berasal dari daerah Sebuku Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian.
2. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah bagian batang dari tanaman bajakah tampala yang diuji kadar total flavonoid, fenolik, dan karotenoid.
D. Kajian Pustaka
1. Berdasarkan jurnal penelitian Fitriadi Sutir (2012) tentang “Analisis Kandungan Senyawa Flavonoid Total dalam Sediaan Cair Kasumba Turate (Carthamus tinctorius L) secara Spektrofotometri Uv-Vis”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar senyawa flavonoid total dalam sediaan cair kasumba turate serta untuk memenuhi standarisasi produk sediaan obat herbal. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua tahap yaitu analisis kualitatif flavonoid yang dilakukan melalui uji pendahuluan flavonoid pada lempeng kromatografi lapis tipis dan analisis kuantitatif dengan spektrofotometri Uv- Vis. Hasil penelitian menunjukkan kadar flavonoid sediaan cair kasumba turate lebih besar dibandingkan pada infusa bunga kasumba turate. Kadar senyawa flavonoid diperoleh sebesar 0,699% dan kandungan flavonoid infusa bunga kasumba turate diperoleh sebesar 0,673% dihitung sebagai kuersetin.
5
Pada penelitian yang akan dilakukan kali ini mengadopsi metode pengujian kadar flavonoid total dengan menggunakan sampel yang berbeda yaitu bajakah tampala.
2. Berdasarkan jurnal penelitian Noverda Ayuchecaria, Mochammad Maulidie Alfiannor Saputera, Rakhmadhan Niah “Penetapan Kadar Fenolik Total Ekstrak Batang Bajakah Tampala (Spatholobus Littoralis Hassk.) Menggunakan Spektrofotometri Uv-Vis”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan total fenol pada batang bajakah tampala (Spatholobus littoralis Hassk). Senyawa fenol diekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol. Kandungan total fenolik ditentukan dengan metode spektrofotometri UV-Vis dengan reagen Follin-Ciocalteau dan asam galat digunakan sebagai pembanding. Adapun hasil penelitian nya ialah pada skrining fitokimia, ekstrak batang bajakah tampala positif mengandung senyawa fenolik, tanin dan saponin. Sedangkan pada pemeriksaan kuantitatif dapat disimpulkan bahwa rata-rata kadar fenolik total ekstrak batang bajakah tampala dengan konsentrasi 500 ppm adalah 12,33 mg GAE/g.
Pada penelitian yang akan dilakukan kali ini mengadopsi metode yang sama dengan penelitian diatas yakni menguji kadar fenolik total dengan sampel yang sama namun menggunakan ekstrak dengan pelarut yang berbeda.
3. Berdasarkan jurnal penelitian Asep Roni, Laela Fitriani, dan Lia Marliani
“Penetapan Kadar Total Flavonoid, Fenolat, dan Karotenoid, serta Uji Aktivitas Antioksidan dari Daun dan Kulit Batang Tanaman Kenitu (Chrysophyllum cainito L.)”. Penelitian ini bertujuan untuk menetapkan kadar flavonoid, fenol serta aktivitas antioksidan pada daun dan kulit batang
kenitu. Ekstraksi dilakukan dengan metode refluks menggunakan tiga pelarut polar yang berbeda, yaitu n-heksan, etil asetat dan etanol 96%.
Penentuan kadar flavonoid dan fenol dilakukan dengan menggunakan spektrofotometri UV-Visible. Uji aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode penangkap radikal bebas DPPH (1,1-Difenil-2-pikrilhidrazil).
Adapun hasil dari penelitian ini, penetapan kadar menunjukkan kandungan flavonoid tertinggi terdapat pada ekstrak n-heksan daun (6,106 mg Qe/ 100 mg), kandungan fenol tertinggi terdapat pada ekstrak etanol daun (24,483 mg GAE / 100 mg ) dan kandungan karotenoid tertinggi terdapat pada ekstrak daun etil asetat (6,2386±0,0138 mg BE/100mg). Hasil pengujian aktivitas antioksidan menunjukkan ekstrak etanol daun kenitu memiliki aktivitas antioksidan paling kuat dengan nilai IC50 10,81 ppm.
Pada penelitian yang akan dilakukan kali ini mengadopsi metode penetapan kadar karotenoid dengan menggunakan sampel bajakah tampala.
E. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui kadar total fenolik, flavonoid, dan karotenoid batang bajakah tampala.
2. Mengetahui pengaruh pelarut n-heksan, etil asetat, etanol 96% terhadap kadar total fenolik, flavonoid, dan karotenoid ekstrak batang bajakah tampala.
F. Manfaat Penelitian
Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai tanaman bajakah tampala yang diharapkan memiliki potensi untuk digunakan sebagai bahan baku obat (obat herbal) dalam upaya meningkatkan kualitas derajat kesehatan di lingkungan masyarakat.
7 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Uraian Sampel
1. Klasifikasi Tanaman Regnum : Plantae Divisi : Magnoliophyta Class : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Family : Fabaceae Genus : Spatholobus
Spesies : Spatholobus littolaris Hassk. (UNM, 2021) 2. Moforfologi Tanaman
Gambar 1. Daun Dan Batang Tumbuhan Bajakah Tampala (Sumber Primer) Bentuk daun tanaman ini menyirip, berwarna hijau tua dan juga termasuk daun ternate (bentuk daun ditandai dengan daun terbagi menjadi tiga helai daun), panjang tangkai daun 2,4-6 cm dan memiliki bunga dengan warna merah 3-12 mm, merah muda, gelap merah Putih. Tanaman ini memiliki batang berwarna
coklat kehijauan, tidak bercabang dan berkayu. Batangnya berbentuk seperti lekukan sehingga dapat dibedakan dari batang tumbuhan lain. Memiliki batang yang cukup besar dan memiliki getah yang berwarna merah dengan rasa yang pahit dan sepat (Ninkaew, Sakultala; Chantaranothai, 2014).
3. Kandungan Kimia
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tumbuhan bajakah tampala mengandung senyawa metabolit sekunder berupa saponin, terpenoid, tannin, flavonoid, fenol dan steroid (Noverda Ayuchecaria et al., 2020).
4. Kegunaan Tanaman
Tanaman bajakah tampala merupakan salah satu tumbuhan yang secara empiris dimanfaatkan oleh masyarakat pedalaman kalimantan sebagai obat tradisional. Orang dayak selalu menggunakan akar bajakah sebagai obat untuk memulihkan stamina saat beraktivitas di hutan, juga digunakan untuk mengobati berbagai penyakit. Kandungan senyawa metabolit sekunder tanaman ini dapat mengobati berbagai penyakit degeneratif, seperti diabetes, kanker, tumor, dan lain lain (Fitriani et al, 2020).
B. Uraian Flavonoid
Flavonoid termasuk dalam golongan senyawa fenol yang memiliki banyak gugus –OH dengan adanya perbedaan keelektronegatifan yang tinggi, hingga sifat nya polar. Senyawa golongan ini mudah terekstrak dalam pelarut etanol yang memiliki sifat polar karena adanya gugus hidroksil, sehingga mampu terbentuk ikatan hidrogen (Sriwahyuni et al, 2010). Flavonoid merupakan senyawa yang terdapat pada buah-buahan, sayur-sayuran, dan beberapa minuman yang memiliki berbagai macam manfaat biokimia serta efek antioksidan. Golongan senyawa flavonoid mempunyai efek antihipertensi. Flavonoid adalah senyawa dari tumbuhan yang memproduksi pigmen warna merah, biru atau kuning pada
9
kelopak bunga sebagai daya tarik hewan untuk membantu penyerbukan (Ikalinus et al., 2015).
Flavonoid merupakan golongan senyawa polifenol yang diketahui mempunyai sifat sebagai penangkal radikal bebas, penghambat enzim hidrolisis dan oksidatif, serta bekerja sebagai antiinflamasi, flavonoid berfungsi mengatur pertumbuhan, fotosintesis,. Flavonoid memiliki manfaat untuk melindungi struktur sel, meningkatkan efektifitas vitamin C, anti-inflamasi, anti-mikroba, serta antivirus, mencegah keroposnya tulang, serta sebagai antibiotik (Ikalinus et al., 2015).
Gambar 2. Struktur Dasar Flavonoid (Bhaigyaba et al., 2015).
Flavonoid merupakan kelompok yang memiliki berat molekul rendah berbasis inti 2-fenil-kromon yang merupakan turunan biosintetik asam asetat/
fenilalanin menggunakan jalur asam shikimat. Flavonoid diklasifikasikan menurut tingkat oksidasi, cincin C annularitas, dan posisi persimpangan cincin B (Gambar 2). Flavon dan flavonol mengandung jumlah terbesar senyawa, mewakili sejumlah kecil flavonoid, yaitu kategori 2-benzoγ-pyron. Flavanon dan flavanonol memiliki ikatan C jenuh, dan sering ditemukan dengan flavon dan flavonol pada tanaman.
Isoflavon, seperti daidzein, adalah senyawa 3-fenil-kromon. Sebagai pendahulu sumber utama biosintesis flavonoid, chalcone adalah isomer pembuka cincin C dari dihidroflavon, bertanggung jawab untuk tampilan warna menanam. Struktur flavonoid, auron adalah cincin C beranggota 5 turunan benzofuran.
Anthocyanidins adalah kelompok penting pigmen krom untuk karakteristik warna tumbuhan, ada dalam bentuk ion. Flavanol adalah produk reduksi dihydroflavonol, terutama dengan flavan-3-ol terdistribusi pada kerajaan tumbuhan, juga dikenal sebagai katekin. Namun, masih ada flavonoid lain tanpa kerangka C6-C3-C6, misalnya, biflavon, chromones, furan dan xanthone.
Glikosida, menurut kategori penghubung yang berbeda, yang mendominasi bentuk flavonoid yang ada. Pilihan sisi glikosilasi yang disukai terkait dengan struktur aglikon C2 = C3 (Tian Yang Wang et al, 2018).
Gambar 3. Struktur Kimia Dan Klasifikasi Flavonoid
(Tian Yang Wang et al, 2018).
Flavonoid adalah senyawa polifenol dengan aktivitas antioksidan potensial melalui beberapa kapasitas pereduksi. Flavonoid merupakan kelompok
11
antioksidan yang teridiri dari flavonol, flavanol, antosianin, isoflavonoid, flavanon, dan flavon. Semua subkelompok ini memiliki struktur yang sama yaitu difenilpropan (C6H3C6). Sifat antioksidan flavonoid melekat pada struktur cincinnya dan berperan sebagai agen pereduksi, pendonor hidrogen, perdam oksigen singlet, penangkan radikan superoksida dan sebagai chelator logam.
Kelompok ini juga turut mengaktifkan enzim antioksidan, menghambat oksidasi dan meredakan stres nitrosatif. (Sunarti, 2021).
Jenis-jenis makanan yang mengandung flavonoid dan subkelompok flavonoid dapat dilihat pada tabel 1. Katekin, katekin-gallatem, kuersetin, dan kaemferol merupakan beberapa contoh subkelompok flvonoid yang penting dan banyak dimanfaatkan (Sunarti, 2021).
Tabel 1. Makanan Sumber Flavonid (Sunarti, 2021).
Subkelompok flavonoid
Sumber Flavonoid Spesifik
Flavonol
Bawang putih, buah ceri, apel, brokoli, tomat, beri, teh hitam, daun bawang, buah jeruk
Isorhemnetin, kaemferol, kuersetin, miricetin, rutin, pinosembrin
Flavanol
Apel, teh hijau, kiwi, dan olahan kakao
Katekin, gallaktokatekin, epikatekin,
epigallokatekin gallate
Jus buah Pronsianidin
Teh hitam Theaflavin
Antosianin
Buah-buahan, bluberi, pisang, stroberi, kranberi, dan blackcurrunt
Antosianidin, sianidin, delfinidin, malvidin, pelargonidin, petunidin,
peonidin
Isoflavonoid
Kacang-kacangan (kacang kedelai), olahan kacang kedelai, tahu, dan tempe
Daizein, ganistein, glisitein, formononetin, biochanin A
Flavanon
Buah jeruk, kurkumin, jeruk bali, lemon, tomat
Hasperidin, naringenin neohesperidin,
eriokditiol
Flavon
Rempah-rempah, sereal, buah-buahan, peterseli, dan timi
Apigenin, krisin, liteolin
Instilah flavonoid diberikan untuk senyawa-senyawa fenol yang berasal dari kata flavon, yaitu nama dari salah satu flavonoid yang terbesar jumlahnya dalm tambuhan. Senyawa-senyawa flavon ini mempunyai kerangka 2- fenilkroman, dimana posisi orto dari cincin A dan atom karbon yang terikat pada cincin B dari 1,3-diarilpropana dihubungkan oleh jembatan oksigen sehingga membentuk cincin heterosiklik yang baru (Cincin C). Senyawa-senyawa isoflavonoid dan neoflavonoid hanya ditemukan dalam beberapa jenis tumbuhan, terutama suku Laguminosae (Yuslianti, 2018).
Masing-masing jenis senyawa flavonoid mempunyai struktur dasar tertentu. Flavonoid mempunyai pola oksigenasi yang berselang-seling, yaitu posisi 2,4,6. Cincin B flavonoid mempunyai 1 gugus fungsi oksigen vada posisi para atau 2 pada posisi para dan meta atau 3 pada posisi satu di para dan dua di meta (Yuslianti, 2018).
Pada tanaman, flavonoid berfungsi pada proses fotosintesis, anti mikroba, dan anti virus. Aktivitas anti-oksidasi juga dimiliki oleh komponen aktif flavonoid tertentu, digunakan dalam menghambat perpdarahan dan anti-skorbut. Pada
13
manusia flavonoid berfungsi sebagai antimikroba, misalnya pada penyakit gangguan ginjal dan kanker. Beberapa jenis dari flavonoid seperti slimirin dan silyburn terbukti dapat mengobati gangguan fungsi hati, menghambat sintesis prostaglandin sehingga bekerja sebagai hepatoprotektor. Flavonoid juga bekerja dalam mengurangi pembekuan darah (Agung et al., 2016).
Kuesretin sering diidentifikasi sebagai senyawa bioaktif primer di dalam tanaman obat. Kuersetin (C15H12O7) merupakan aglikon dengan bentuk kristal jarum berwarna kuning sitrum, yang praktis tidak larut dalam air dingin, tidak larut dalam air panas, namaun mudah larut dalam alkohol dan lemak (Levita etal., 2019).
Kuersetin merupakan senyawa flavonoid golongan flavonol. Rumus kinia dari senyawa kuersetin C15H12O7. Senyawa ini merupakan bioflavonol yang terbentuk dari dua gugus benzen yang terikat pada cincin heterocyclicpyrane.
Kuersetin termasuk flavonoid yang banyak terdapat di alam (Yuslianti, 2018).
Kuersetin merupakan bagian dari zat warna kelompok flavonol terbesar.
Jenis kuersetin dan glikosidanya merupakan 60-75% dari flavonoid. Kuersetin sebagai antioksidan dipercaya dapat melindungi tubuh dari beberapa penyakit degeneratif, dengan mencegah peroksidasi lemak. Selain sebagai antioksidan kuat, kuersetin juga diketahui sebagai antihistamin dan antiinflamsi (Paramawati dan Dumilah, 2016).
Gambar 4. Struktur Kuersetin (Yuslianti, 2018).
C. Uraian Fenolik
Senyawa polifenol merupakan metebolit sekunder paling besar pada tanaman. Senyawa fenol terdiri atas sebuah cincin aromatik dengan satu atau lebih gugus hidroksil. Senyawa fenol ada dalam bentuk struktur yang sederhana hingga struktur kompleks yang rumit seperti tanin dan juga lignin (Nugrahani et al, 2016).
Senyawa fenolik (C6H5OH) merupakan komponen yang memiliki aksi antioksidan dan merupakan kelompok fitokimia terbesar pada tumbuhan dengan kemampuan meregenerasi oksigen aktif, karena pada cincin aromatik mengandung gugus hidroksil yang berperan sebagai donor elektron (Indra et al., 2019).
Gambar 5. Struktur Fenol (Kusnadi, 2018).
Senyawa fenol adalah penyusun alelokimia tanaman yang sangat penting dan umum didapatkan di lingkungan. Fenol berpotensi untuk dikembangkan sebagai biohibrisida karena mimiliki mekanisme penghambatan yang beragam baik itu secara morfologis ataupun fisiologis (Vandira et al., 2017).
Senyawa fenolik merupakan salah satu metabolit sekunder tanaman.
Senyawa tersebut memiliki cincin aromatik yang membawa satu atau lebih gugus hidroksil. Struktur senyawanya bervariasi mulai dari molekul fenolik sederhana hingga polimer kompleks dengan massa molekul relatif yang tinggi. Fenolik memiliki fungsi fisiologis dan morfologis yang penting bagi tanaman. Fenolik
15
memiliki beragam peran biologis, diantaranya sebagai fitoalexin, feeding deterrent, penarik serangga penyerbuk, mempengaruhi pigmentasi tanaman, serta sebagai antioksidan dan agen pelindung terhadap sinar ultraviolet (Sari et al., 2021).
Senyawa fenolik merupakan subtansi yang memiliki satu cincin aromatik dengan satu atau lebih subsitusi gugus hidroksil (-OH) yang termasuk turunan fungsional. Senyawa fenolik sangat luas, mulai dari senyawa fenol dengan struktur yang sederhana hingga polifenol. Senyawa fenol cenderung mudah larut dalam air karena umumnya akan berkaitan dengan gula sebagai glikosida dan biasanya terdapat dalam vakuola sel. Namun, ada juga beberapa senyawa fenol yang bersifat lipofilik (Yasni, 2013).
Setiap tumbuh-tumbuhan memiliki struktur komponen fenolik yang berbeda. Ada komponen fenolik yang memiliki gugus OH banyak, dan ada juga komponen fenolik yang memiliki gugus OH sedikit. Gugus OH berperan dalam proses transfer elektron, untuk menstabilkan dan meredam radikal bebas.
Beberapa penelitian mengatakan bahwa senyawa fenolik telah diketahui memiliki berbagai efek biologis, seperti aktivitas antioksidan melalui mekanisme mereduksi, menangkap radikal bebas, mengkelat logam, meredam terbentukanya senglet oksigen, serta mendonor elektron (Ni Luh & Razimin, 2013).
Senyawa ini dikelompokan menjadi tiga kelompok, yaitu (1) golongan fenol sederhana (vanilin, gingerol, shogaol, guaiakol, dan eugenol) dan asam fenol (p-kresol, 3-etilfenol, hidrokuinon, dan asam galat); (2) turunan asam hidroksinamat (p-kumarin, kafein, dan firulin); serta (3) flavonoid (antosianin, flavonon, flavonol, dan tanin) (Yasni, 2013).
Senyawa fenol juga sering digunakan sebagai antibakteri, mekanisme fenol sebagai anti bakteri adalah karena fenol mengubah permeabilitas membran
sitoplasma yang mengakibatkan kebocoran nutrien dari dalam sel sehingga sel bakteri akan mati atau terhambat perkembangannya dan mengendapkan protein.
Fenol memiliki sifat asam, karena sifat gugus –OH yang gampang melepaskan diri. Karakteristik lainnya ialah kemampuan dalam membentuk senyawa kelat dengan logam, mudah teroksidasi dan membentuk polimer sehingga menimbulkan warna gelap. Warna gelap yang timbul pada bagian tanaman yang terpotong atau mati disebabkan oleh reaksi ini. Hal ini sekaligus menghambat perkembangan tumbuhan (Ikalinus et al, 2015).
Senyawa fenolik pada konsentrasi rendah bisa merusak sitoplasma dan bisa mengakibatkan kebocoran inti sel sedangkan pada konsentrasi tinggi senyawa fenol berkoagulasi dengan protein seluler (Nur Aini et al, 2015). Senyawa fenol merupakan antibakteri yang memiliki sifat bakterisidal. Senyawa fenol mempunyai aktifitas antimikroba berspektrum luas terhadap bakteri gram positif dan bakteri gram negatif. Sehingga senyawa fenol secara intensif mampu digunakan sebagai desinfektan (Sudarmi Kadek et al, 2017).
TPC (Total Phenolic Content) atau kandungan total fenol adalah proses untuk mengetahui jumlah kandungan fenol dalam sampel. Senyawa fenolik yang terkandung dalam tanaman bersifat redoks dan sifatnya memungkinkan memiliki aktivitas antioksidan. TPC dinyatakan dalam sampel GAE / g sampel (Johari dan Khong, 2019).
Asam galat merupakan suatu senyawa turunan fenolik yang tersebar luas pada tumbuhan dan sangat aktif. Aktivitas antioksidan telah terbukti berhubungan dengan keberadaan gugus hidroksil bebas dan terkonjugasi dalam senyawa fenolik seperti asam galat (Maesaroh et al., 2018).
Asam galat merupakan salah satu senyawa aktif yang banyak dimanfaatkan di bidang medis. Senyawa ini terdapat sebagai metabolit sekunder
17
pada tanaman. Keberadaan asam galat dalam tanaman terdapat pada konsentrasi yang kecil. Asam galat memiliki aktivitas sebagai antibakteri, antivirus, analgesik dan antioksidan (Junaidi dan Anwar, 2018).
Gambar 6. Struktur Asam Galat (Junaidi dan Anwar, 2018).
Struktur asam galat mempunyai gugus fungsional –OH yang mampu bereaksi dengan radikal bebas sehingga menghindari proses oksidasi lebih lanjut.
Asam galat mampu bereaksi dengan radikal bebas peroksi dan hidroksiperoksi yang terbentuk dari reaksi oksidasi. Radikal asam galat yang terbentuk distabilkan melalui interaksi dua ikatan hidrogen pada posisi ortho (Badhani et al., 2015).
D. Uraian Karotenoid
Karotenoid adalah tetraterpenoid (C40) yang terbentuk dari 8 molekul isoprena sehingga mempunyai 40 atom karbon. Kelompok pigmen larut lemak yang tersebar luas, ditemukan di hampir semua jenis tanaman, dari bakteri sederhana hingga komposit berbunga kuning. Pada tumbuhan, karotenoid memiliki dua fungsi yang pertama sebagai pigmen pembantu pada fotosintesis dan sebagai pewarna pada bunga dan buah (buah semu mawar, tomat dan cabai) (Tri Octaviani et al., 2014).
Saat ini ada lebih dari 300 karotenoid yang diketahui, yang paling umum ditemukan hanya di beberapa tanaman tingkat tinggi, kemungkinan besar yaitu β-
karoten. Struktur β-kimia karoten ditunjukkan pada Gambar 3 (Tri Octaviani, Any Guntarti, 2014).
Karotenoid adalah pigmen yang memberi warna kuning, jingga hingga merah. Karotenoid merupakan pigmen pendamping klorofil atau zat hijau daun yang menjalankan fungsi penyerapan energi cahaya untuk fotosintesis. Sumber utama karotenoid adalah tumbuhan, yang kemudian dikonsumsi dan dimetabolisme atau terakumulasi dalam tubuh hewan. Ada lebih dari 3000 jenis karotenoid, dan beberapa jenis telah diketahui memiliki manfaat untuk kesehatan.
Beberapa penelitian menyatakan bahwa karotenoid berfungsi sebagai antioksidan, antikanker, dan membantu menjaga kesehatan mata (Maleta dan Indrawati, 2018).
Gambar 7. Struktur Kimia Karoten (Sitanggang, 2021).
Karotenoid adalah tetraterpenes, hasil gabungan dari beberapa unit isoprena, dan bertanggung jawab untuk menghasilkan warna pada pigmen. Pada makanan, karotenoid umumnya memiliki fungsi sebagai pewarna, tetapi karena potensi antioksidannya, karotenoid juga digunakan sebagai antioksidan (Gambar 7). Karotenoid yang paling luas digunakan dalam industri makanan adalah likopen. Salah satu kelemahan utama dari penggunaan antioksidan ini adalah tingkat oksidasi yang tinggi ketika kontak langsung dengan cahaya (Kusnadi, 2018).
19
Gambar 8. Karotenoid Utama dan Asupan Harian yang Diterima (ADI) (Kusnadi, 2018).
Sifat antioksidan karotenoid tidak terlepas dari empat mekanisme utama dalam menangkan radikal bebas yakni oksidasi, reduksi, abstraksi, dan penambahan hidrogen. Karotenoid akan mengoksidasi senyawa radikal yang mempunyai potensi redoks tinggi dengan mengeluarkan molekul untuk membentuk kation radikal karotenoid. Karotenoid mampu menghambat radikal bebas termasuk oksigen bebas secara efektif. Karena karotenoid termasuk dalam kelompokantioksidan hidrofobik, adapun mekanisme kerja utama mereka terletak di dalam membran biologis.
Klorofil dan karotenoid berikatan dengan peptida, membentuk kompleks pigmen-protein pada membran tilakoid. Dalam fotosintesis, karotenoid memiliki peran penting sebagai pigmen aksesori, pemanen cahaya, dan sebagai triplet quencher untuk melindungi komponen foto dari kerusakan fotooksidatif.
Mekanisme fotoproteksi karotenoid meliputi quenching klorofil triplet state untuk menghasilkan singlet oksigen yang dapat mengoksidasi klorofil. Selain itu, karotenoid juga mampu mencegah pembentukan oksigen singlet secara langsung (Merdekawati Windu et al., 2017).
Berdasarkan strukturnya, karotenoid dibagi menjadi 2 kelas utama, yaitu karoten dan xantofil (Merdekawati Windu et al., 2017).
1. Karoten
Karoten adalah suatu gugus atau turunan yang terdiri dari beberapa satuan isoprena (suatu diena). Beberapa senyawa karotenoid adalah y, B, karoten, likopen.
2. Xantofil
Xantofil adalah karotenoid yang mengandung gugus hidroksil. Xantofil umum biasanya monohidroksi-karoten (misalnya lutein, rubixantin), dihidroksikaroten (zeaxanthin), atau dihidroksiepoksikaroten (violaxanthin).
21
Karotenoid dan xantofil, kedua jenis karotenoid ini umumnya mengandung 40 karbon aktif yang terdiri dari 8 unit isoprena.
Beta karoten adalah pigmen organik kuning, oranye atau merah oranye alami pada tumbuhan fotosintesis, alga, beberapa jenis jamur dan bakteri. Beta karoten dipercaya dapat mengurangi risiko penyakit jantung dan kanker.
konsumsi beta karoten sebanyak 50 mg per hari dalam menu makanan dapat mengurangi risiko penyakit jantung (Susanti et al., 2017).
E. Ekstraksi
Ekstrak merupakan sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani, dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Tujuan dari ekstraksi adalah untuk menarik komponen kimia yang terdapat dalam simplisia. Ekstrak merupakan sediaan yang bisa berupa sediaan kering, kental, ataupun cair, dan dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang sesuai, yaitu maserasi, perkolasi, atau penyeduhan dengan air mendidih (Wewengkang dan Rotinsulu, 2021).
Untuk mendapatkan ekstrak pada dasarnya merupakan rangkaian yang panjang dan melibatkan banyak faktor. Pada rangkaian ini terdapat tanaman segar yang dikeringkan, kemudian hasil olahannya dihaluskan dan diekstraksi.
Penyaringan atau biasa disebut ekstraksi juga melibatkan larutan penyaring.
Ekstrak yang dihasilkan berupa ekstrak cair kemudian dipekatkan dengan menghilangkan atau mereduksi cairan menjadi ekstrak kental, bahkan ekstrak kering (Najib Ahmad, 2018).
Ekstraksi merupakan suatu proses yang dilakukan dengan tujuan untuk menarik kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Simplisia yang diekstrak mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa yang tidak dapat larut. Senyawa aktif
yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan ke dalam golongan minyak atsiri, flavonoid, alkaloid, dan lain-lain. Dengan mengetahui adanya senyawa aktif yang terkandung dalam simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat (Depkes RI, 2000).
Ekstraksi merupakan proses penarikan kandungan kimi yang terdapat pada simplisia. Ekstraksi juga merupakan proses penyarian senyawa aktif dari tanaman obat dengan pelarut yang sesaui. Jenis ekstraksi yang dapat dilakukan di laboratorium yaitu jenis ekstraksi padat-cair yang dapat dilakukan dengan beberava teknik, di antanya maserasi, refluks, dan soxhletasi (Wewengkang &
Rotinsulu, 2021).
Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik atau memisahkan senyawa dari campurannya atau simplisia. Ada beberapa cara ekstraksi yang telah diketahui.
Masing-masing cara tersebut memiliki kelebihan dan kekurangannya. Pemilihan metode dilakukan dengan memperhatikan yaitu sifat senyawa, pelarut yang digunakan, dan alat tersedia. Struktur untuk setiap senyawa, suhu dan tekanan merupakan faktor yang perlu diperhatikan dalam melakukan ekstraksi. Beberapa metode yang umum digunakan antara lain maserasi, perkolasi, refluks, soxhletasi, infusa dan destilasi (Hanani, 2014)
1. Metode ekstraksi
Metode ekstraksi dipilih berdasarkan beberapa faktor seperti sifat dari bahan mentah obat, daya penyesuaian dengan tiap metode ekstraksi dan kepentingan dalam memperoleh ekstrak yang sempurna atau mendekati sempurna (Wewengkang dan Rotinsulu, 2021).
a. Maserasi
Maserasi adalah kegiatan pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapakali pengocokan atau pengadukan pada suhu ruang
23
(kamar). Secara teknologi termasuk ektraksi yang memiliki prinsip metode pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetik yaitu dilakukan pengadukan yang kontinu (teru-menerus). Remaserasi yaitu dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah di lakukan penyaringan meserat pertama, dan seterusnya (Depkes RI, 2000).
Maserasi merupakan metode sederhana yang paling banyak digunakan.
Cara ini sesuai, baik untuk skala kecil maupun skala industri. Metode ini dilakukan dengan memasukkan serbuk tanaman dan pelarut yang sesuai ke dalam wadah inert yang tertutup rapat pada suhu kamar. Proses ekstraksi dihentikan ketika tercapai kesetimbangan antara konsentrasi senyawa dalam pelarut dengan konsentrasi dalam sel tanaman. Setelah proses ekstraksi, pelarut dipisahkan dari sampel dengan penyaringan (Mukhriani, 2014).
Gambar 9. Alat Maserasi Dengan Kelengkapan Pengaduk (Saputra, 2020).
b. Refluks dan Destilasi
Refluks merupakan proses ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik dididhnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Secara umum, proses ini diulang hingga 3-5 kali pada residu pertama sehingga dapat mencakup ekstraksi sempurna (Depkes RI, 2000).
Pada metode refluks, sampel dimasukkan bersama pelarut ke dalam labu yang telah dihubungkan dengan kondensor. Dalam hal ini pelarut dipanaskan hingga mencapai titik didih. Kemudian uap tersebut terkondensasi dan kembali ke dalam labu. Selama pemanasan, uap terkondensasi serta destilat (terpisah sebagai 2 bagian yang tidak saling bercampur) ditampung dalam wadah yang terhubung dengan kondensor. Destilasi uap memiliki prinsip kerja yang sama dengan mengekstraksi minyak esensial (campuran berbagai senyawa menguap) (Mukhriani, 2014).
Gambar 10. Alat Refluks (Saputra, 2020).
c. Soxhletasi
Soxleth merupakan proses ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru, yang secara umum dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraski kontinu dengan jumlah pelarut yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik (Depkes RI, 2000).
Prosedur ini dilakukan dengan menempatkan sampel bubuk dalam bungkus selulosa (dapat digunakan kertas saring) dalam klonsong yang ditempatkan di atas labu dan di bawah kondensor. Tambahkan pelarut yang sesuai ke dalam labu dengan suhu penangas diatur di bawah suhu refluks. Keuntungan dari metode ini adalah proses ekstraksi berlangsung scara terus menerus dan
25
sampel diekstraksi dengan pelarut murni hasil kondensasi yang menggunakan lebih sedikit pelarut dan membutuhkan waktu lebih sedikit (Mukhriani, 2014).
Gambar 11. Alat Soxhletasi (Saputra, 2020).
d. Perkolasi
Perkolasi Pada metode perkolasi, serbuk sampel dibasahi secara perlahan dalam sebuah perkolator (wadah silinder yang dilengkapi dengan kran pada bagian bawahnya). Pelarut ditambahkan pada bagian atas serbuk sampel dan dibiarkan menetes perlahan pada bagian bawah. Kelebihan dari metode ini adalah sampel senantiasa dialiri oleh pelarut baru. Sedangkan kerugiannya adalah jika sampel dalam perkolator tidak homogen maka pelarut akan sulit menjangkau seluruh area. Selain itu, metode ini juga membutuhkan banyak pelarut dan memakan banyak waktu (Mukhriani, 2014).
Perkolasi adalah cara penarikan senyawa aktif dengan mengalirkan penyari melalui serbuk simplisia yang telah terbasahi. Prinsip ekstraksi secara perkolasi adalah serbuk simplisia diletakkan dalam suatu wadah bejana berbentuk silinder, yang bagian bawah silinder diberi sekat berpori, dimana cairan penyari dialirkan dari bagian atas ke bagian bawah melalui serbuk simplisia, dimana cairan penyari akan melarutkan zat aktif dalam sel simplisia yang dilalui sampel dalam kondisi jenuh. Bentuk perkolator ada 3 macam yaitu perkolator berbentuk tabung,
perkolator berbentuk paruh, dan perkolator berbentuk corong. Pemilihan perkolator tergantung pada jenis serbuk simplisia yang akan di sari (Saputra, 2020).
Gambar 12. Alat Proses Perkolasi (Saputra, 2020).
F. Spektrofotometri Uv-Vis
Spektrofotometer berasal dari kata spektrometer (alat penghasil sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu) dan fotometer (alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsikan). Spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi cahaya secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang (R. Susanti et al., 2021).
Spektrofotometer adalah instrumen yang memberikan informasi terkait dengan intensitas sinar yang diserap atau ditransmisikan sebagai fungsi panjang gelombang, baik spektrofotometer berkas tunggal atau berkas ganda digunakan dalam serapan molekuler (Gandjar dan Rohman, 2018).
Spektrofotometri merupakan salah satu metode dalam kimia analisis yang digunakan untuk menentukan komposisi suatu sampel baik secara kualitatif dan kuantitatif yang didasarkan pada interaksi antar materi dangan cahaya.
Spektrofotometer merupakan gabungan dari alat optik dan elektronika serta sifat- sifat kimia fisiknya (Sembiring et al., 2019).
27
Gambar 13. Spektrofotometer Uv-Vis (Sumber Primer).
Spektrofotometer Uv-Vis adalah metode teknik analisis spektroskopi menggunakan sumber REM (radiasi elektromagnetik) dengan ultraviolet dekat (190-380 nm) dan cahaya tampak (380-780) nm), menggunakan instrumen spektrofotometer. Spektrofotometer Uv-Vis ini melibatkan sejumlah besar energi elektronik pada molekul yang dianalisis, oleh karena itu spektrofotometer Uv-Vis banyak digunakan Untuk analisis kuantitatif dan kualitatif (Mukti W, 2020).
Spektrofotometer yang tepat untuk pengukuran di daerah spektrum ultraviolet dan sinar tampak terdiri atas suatu sistem optik dengan kemampuan menghasilkan sinar monokromatis dalam jangkauan panjang gelombang 200-800 nm. Komponen-komponen dari spektrofotometri meliputi sumber-sumber sinar, monokromator, kuvet, dan sistem optik (Gandjar & Rohman, 2018).
Gambar 14. Diagram skematik spektrofotometer Uv-Vis (Gandjar dan Rohman, 2018).
Spektrofotometri Uv-Vis merupakan gabungan antara prinsip spektrofotometri UV dan Visible. Bagian-bagian Spektrofotometri Uv-Vis:
1. Sumber Cahaya
Sumber cahaya pada spektrofotometri harus memiliki pancaran radiasi yang stabil dan intensitasnya tinggi. Sumber cahaya pada spektrofotometri Uv-Vis ada dua macam:
a. Lampu Tungsten (Wolfram)
Lampu ini digunakan untuk mengukur sampel pada daerah tampak. Bentuk lampu ini mirip dengan bola lampu pijar biasa. Memiliki panjang gelombang antara 350-2200 nm. Spektrum radiasinya berupa garis lengkung. Umumnya memiliki waktu 100 jam pemakaian.
b. Lampu Deuterium
Lampu ini dipakai dengan panjang gelombang 190-380nm. Spektrum energi radiasinya lurus, digunakan untuk mengukur sampel yang terletak vada daerah UV. Dengan waktu 500 jam pemakaian (Sembiring et al., 2019).
Table 1. Sumber-sumber radiasi yang digunakan dalam spektroskopi analitik, termasuk spektroskopi Uv-Vis (Gandjar dan Rohman, 2018).
Jenis Sumber Daerah
Sumber kontinu
Lampu filamen tungsten
Lanpu tungsten deuterium
Merkuri tekanan tinggi atau lampu busar Xenon
Sistem tampak UV
UV dan Sinar tampak
Sumber garis
Lampu katoda berongga
Lampu discharge tak berelektroda
Dioda pengemisi sinar
UV dan Sinar tampak UV dan Sinar tampak
UV dan Sinar tampak
29
Lampu uap merkuri atau natrium
Laser
UV dan Sinar tampak
UV dan Sinar tampak 2. Monokromator
Monokromator adalah alat yang akan memecah cahaya polikromatais menjadi cahaya tunggal (monokromatis) dengan komponen- komponen, yaitu : a. Prisma
Prisma akan mendispersikan radiasi elektromagnetiksebesar mungkin supaya didapatkan resolusi yang baik dari radiasi polikromatis.
b. Grating (kisi difraksi)
Kisi difraksi memberi keuntungan lebih bagi proses spektroskopi. Dispersi sinar akan disebarkan merata, dengan pendispersi yang sama, hasil dispersi akan lebih baik (Sembiring et al., 2019).
c. Celah optis
Celah ini digunakan untuk mengarahkan sinar monokromatis yang diharapkan dari sumber radiasi. Apabila celah berada pada posisi yang tepat, maka radiasi akan dirotasikan melalui prisma. Sehingga diperolaeh panjang gelombang yang diharapkan (Sembiring et al., 2019).
d. Filter
Filter berfungsi untuk menyerap warna komplementer sehingga cahaya yang diteruskan merupakan cahaya berwarna yang sesuai dengan panjang gelombang yang dipilih (Sembiring et al., 2019).
3. Kompartemen Sampel
Kompartemen ini digunakan sebagai tempat untuk diletakkan kuvet. Kuvet merupakan wadah yang digunakan untuk menaruh sampel yang akan dianalisis.
Kuvet yang baik harus memenuhi beberapa sayarat sebagai berikut :
a. Permukaan harus sejajar secara optis
b. Tidak berwarna sehingga semua cahaya dapat di trasnmisikan.
c. Tidak ikut bereaksi terhadap bahan-bahan kimia.
d. Tidak rapuh.
e. Bentuknya sederhan. (Sembiring et al., 2019).
4. Detektor
Detektor akan menagkap sinar yang diteruskan oleh larutan. Sinar kemudian diubah menjadi sinyal listrikoleh amplifier dan dalam rekorder dan ditampilkan dalam bentuk angka-angka pada reader (komputer). Adapunsyarat- syarat ideal sebuah detektor adalah:
a. Memiliki kepekaan yang tinggi
b. Respon konstan pada berbagai panjang gelombang c. Waktu respon cepat dan sinyal minimumtanpa radiasi
d. Sinyal listrik yang dihasilkan harus sebanding dengan teraga radiasi (Sembiring et al., 2019).
5. Visual display
Visual display merupakan system baca yang memperagakan besarnya isyarat listrik, menyatakan dalam bentuk % transmitam maupun absorbanasi (Sembiring et al., 2019).
Prisip kerja dari metode spektrifotometri UV-Vis adalah suatu cahaya yang bersifat monokromatik akan melewati suatu media yaitu larutan, kerenanya akan terjadi penyerapan pada sebagian cahaya, kemudian sebagian ada yang dipantulkan lalu sebagiannya lagi dipancarkan. Analisis dengan menggunakan metode spektrofotonetri UV-Vis berlandaskan pada hukum Lambert-Beer (Yanlinastuti dan Fatimah, 2016).
31
Gambar 15. Prinsip kerja spektrofotometri UV-Vis (Rahmi et al., 2019).
G. Tinjauan Keislaman
Pada dasarnya alam semesta merupakan suatu tatanan yang bekerja dengan hukum serta potensi yang dianugerahkan Allah swt kepadanya. Manusia sebagai mandataris Allah ditantang untuk berusaha menemukan serta memahami dan menguasai hukum alam yang sudah digariskannya, sehingga dapat mengeksploitasikannya untuk tujuan yang lebih baik. Dengan demikian, alam semesta yang diciptakan Allah ini bukanlah alam yang siap pakai, tapi harus dipelajari, diolah dan dibangun oleh manusia menjadi suatu alam yang baik.
Manusia adalah sosok yang dipilih Allah sebagai khalifah di bumi (vice-gerent on the arth) yang mempunyai tanggung jawab penuh dalam menjaga keharmonisan dan kelestarian alam semesta ini (Rizal, 2020).
Al-Qur‟an dalam sebagian ayatnya, memberikan dorongan-dorongan kepada manusia untuk mengadakan perjalanan di muka bumi, mengadakan pengamatan dan memikirkan tanda-tanda kekuasaan Allah di alam semesta.
Perhatian Al-Quran dalam menyeru manusia untuk mengamati dan memikirkan alam ini dan makluk yang ada di dalamnya mengisyaratkan dengan jelas seruan Al-Qur‟an supaya manusia belajar, baik melalui pengamatan terhadap berbagai hal, pengalaman praktis dalam kehidupan sehari-hari, ataupun melalui interaksi alam semesta dan peristiwa yang ada dan terjadi di alam ini (Rizal, 2020).
Manusia dan tumbuh-tumbuhan sangat erat kaitannya dalam kehidupan .Banyak sekali nilai manfaat yang didapatkan oleh manusia dari tumbuh- tumbuhan namun masih banyak pula tumbuh-tumbuhan yang ada disekitar kita yang belum diketahui manfaatnya. Keberadaan tumbuh-tumbuhan merupakan berkah dan nikmat Allah swt yang diberikan kepada seluruh makhluknya (Rizal, 2020).
Dalam Q.S Asy-Syu‟ara (surah 26 ayat 7) Allah SWT berfirman :
ٍمْي ِرَك ٍج ْو َز ِّلُك ْنِم اَهْيِف اَنْتَبْْۢنَا ْمَك ِض ْر َ ْلْا ىَلِا ا ْو َرَي ْمَل َوَا
Terjemahan:
“Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya Kami tumbuhkan di bumi itu berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik ?”
(Kementrian Agama RI, 2019).
Firman Allah tersebut telah menjelaskan bahwa Allah SWT. mengajak kita agar belajar dari seluruh alam bahwa hanya Allah SWT. semata yang berhak untuk di sembah. Jika mereka ingin merenungi adanya kuasa-Nya di bumi ini, maka mereka akan mendapatkan petunjuk. Allah SWT. telah menciptakan berbagai macam tumbuhan yang baik sehingga mendatangkan manfaat, membuktikan bahwa Allah SWT. merupakan dzat yang Maha Kuasa dalam menghidupkan atau membangkitkan yang telah mati (Quraish Shihab, 2012).
Ayat diatas menjelaskan tentang kuasa Allah SWT. merupakan dzat yang Maha Kuasa menciptakan bumi beserta isi-isinya, salah satunya ialah tumbuhan.
Kerika kita merenungi adanya kuasa Allah SWT. maka mudah bagi kita dalam menemukan petunjuk dalam melakukan segala sesuatu. Dengan segala kebesaran dan kekuasan-Nya, Allah SWT. telah menumbuhkan suatu tumbuh-tumbuhan yang baik yang dapat dimanfaatkan oleh setiap makhluk-Nya. Salah satu manfaat dari tumbuhan yaitu dalam dunia kesehatan. Tumbuhan dapat digunakan sebagai
33
bahan pengobatan atau biasa disebut sebagai tanaman obat (herbal). Bagi hamba- Nya yang senantiasa ingin berfikir dan mengkaji adanya kekuasaan Allah SWT.
tersebut, maka niscaya Allah SWT. akan memberikan petunjuk.
Tumbuh-tumbuhan yang baik sangat bermanfaat bagi makhluk hidup, termasuk tumbuh-tumbuhan yang dapat digunakan sebagai pengobatan untuk menyembuhkan penyakit. Hal ini merupakan salah satu anugrah Allah SWT yang harus dipelajari dan dimanfaat sebaik mungkin. Oleh karena itu penelitian ini dapat terjadi dengan adanya izin Allah SWT.
Sebagaimana firman Allah SWT menciptakan segala apa yang di bumi menjadi manfaat bagi manusia. Hal ini dijelaskan di dalam Surah Thaha/20:53
ًء ۤاَم ِءۤاَمَّسلا َنِم َلَزْ نَاَّو ًلًُبُس اَهْ يِف ْمُكَل َكَلَسَّو اًدْهَم َضْرَْلْا ُمُكَل َلَعَج ْيِذَّلا اَنْجَرْخَاَف ۗ
هِب ٓ ۗ اًجاَوْزَا ِّم ْن ٍتاَبَّ ن ّٰتَش
35
Terjemahan:
“Yang Telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan yang Telah menjadikan bagimu di bumi itu jalan-ja]an, dan menurunkan dari langit air hujan. Maka kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam” (Kementerian Agama Republik Indonesia, 2019).
Dia yang telah menjadikan bagi manusia dan makhluk lainnya, bumi sebagai tempat untuk berpijak, serta mempermudah jalan bagi makhluknya, serta menurunkan air dari langit (hujan), Allah menggambarkan apa yang telah disebutkan dalam ayat diatas sebagai nikmatnya kepada nabi musa dan pengikutnya, dan dari hujan itulah ditumbuhkan berbagai macam tumbuhan dengan berbagai manfaat bagi makhluknya (Quraish Shihab, 2002).
Sebagaimana tafsir dari ayat diatas sangat jelas bahwa Allah SWT selalu memermudah makhluknya dalam menjalani kehidupan didunia ini sehingga kita tidak bersusah payah dalam menjalani kehidupan sehari – hari. Diantara banyaknya nikmat yang diberikan Allah SWT kepada kita diantaranya yaitu