• Tidak ada hasil yang ditemukan

penetapan kadar fenolik dan flavonoid total - SIMAKIP

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "penetapan kadar fenolik dan flavonoid total - SIMAKIP"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

PENENTUAN KADAR TOTAL FENOL DAN FLAVONOID SERTA AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN TINGKAT SUN PROTECTION FACTOR (SPF) EKSTRAK DAUN SCAPE (Sauropus androgynus (L.) Merr.). Efektivitasnya sebagai antioksidan tidak lepas dari kandungan senyawa fenolik dan flavonoid yang terdapat pada daun catuk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar total fenolik dan flavonoid serta aktivitas antioksidan dan potensi tabir surya dari ekstrak bertingkat yaitu n-heksana, etil asetat, dan ekstrak etanol 70% daun catuk.

Selain dapat meningkatkan produksi ASI, daun katuka dapat meningkatkan fungsi pencernaan dan metabolisme tubuh (Suprayogi 2000). Daun katuk mengandung metabolit sekunder seperti tanin, saponin, alkaloid, flavonoid, glikosida dan fenol (Andini 2014). Dalam penelitian Wijon (2003), enam senyawa flavonoid diisolasi dari daun katuka dari ekstrak etanol 95%.

Ekstrak etanol 95% daun katuk memiliki kadar senyawa fenolik yang cukup tinggi yaitu 1,49 mg GAE/g (berat segar) dan 8,71 mg GAE/g (berat kering) (Andarwulan et al. 2010). Aktivitas antioksidan pada penelitian sebelumnya menyatakan bahwa nilai IC50 ekstrak metanol daun katuk memiliki nilai 80,81 ppm (Zuhra et al. 2008).

Permasalahan Penelitian

Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Kartikasari (2015) melaporkan bahwa ekstrak bertingkat daun giranga (Leea indica) memiliki kadar flavonoid yang tinggi pada pelarut polar dan kadar yang lebih rendah pada pelarut semipolar dan nonpolar.

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA

Antioksidan juga merupakan senyawa yang dapat menghambat reaksi oksidasi dengan sangat efektif mengikat radikal bebas dan molekul. Sumber antioksidan yang diketahui dapat berupa antioksidan sintetik dan antioksidan alami yang berasal dari senyawa yang terdapat pada tumbuhan (Sarastani et al. 2002). Sunscreen atau tabir surya mengandung senyawa yang dapat melindungi kulit dari pengaruh sinar ultraviolet (UV) yang dipancarkan sinar matahari dengan cara menyerap sinar UV yang dipancarkan matahari (Handayani dan Arty, 2008).

Senyawa yang terkandung dalam tabir surya dapat digunakan untuk mencegah berbagai penyakit kulit dan melindungi kesehatan kulit manusia dari pengaruh negatif sinar UV (Gazali, 2007). Tabir surya kimia adalah tabir surya yang menyerap sinar ultraviolet, contohnya PABA, PABA ester, benzofenon, avobenzon, salisilat, kayu manis dan turunan kamfer (Kartawiguna, 2011). Menurut Liu et al., (2011), tabir surya yang beredar di pasaran memungkinkan efek samping yang tidak diinginkan seperti menyebabkan iritasi kulit karena kandungan kimianya.

Selain itu, senyawa fenolik juga dapat berperan sebagai bahan aktif senyawa tabir surya (Svobodova, et al., 2003). Bahan alami dianggap sebagai sumber potensial tabir surya karena kemampuannya menyerap dalam kisaran UV dan aktivitas antioksidannya, yang berasal dari senyawa yang terkandung dalam bahan alami tersebut (Gazali, 2007).

METODE PENELITIAN Pengambilan Tanaman dan Determinasi Tanaman

Dari masing-masing konsentrasi larutan asam galat standar, dipipet sebanyak 300 µl kemudian ditambahkan 1,5 ml reagen Folin-Ciocalteu (1:10). Setelah didiamkan selama 3 menit, ditambahkan 1,2 ml larutan Na2CO3 7,5% ke dalam masing-masing larutan, dikocok secara homogen dan didiamkan selama rentang waktu kerja pada suhu kamar. Semua larutan diukur absorbansinya pada panjang gelombang absorbansi maksimum yang diperoleh yaitu 756,5 nm, kemudian dibuat kurva kalibrasi untuk perbandingan konsentrasi asam galat (Murtijaya dan Lim 2007).

Diamkan selama 3 menit, tambahkan 1,2 mL larutan Na2CO3 7,5% dan diamkan kembali selama waktu kerja seri pada suhu kamar. Analisis data pertama kali dilakukan dengan menggunakan metode kurva baku, dibuat regresi linier y = bx + a berdasarkan data absorbansi dan konsentrasi larutan baku (Wardhani 2018). Sebanyak 0,5 ml larutan kuersetin dengan berbagai konsentrasi dipipet kemudian ditambahkan 1,5 ml metanol dan ditambahkan 0,1 ml AlCl3 10% 0,1 ml natrium asetat (1M) dan 2,8 ml air suling.

Diambil masing-masing konsentrasi 0,5 ml larutan uji, ditambahkan 1,5 ml metanol dan ditambahkan pereaksi 0,1 ml AICl3 10% 0,1 ml natrium asetat (1M) dan 2,8 ml akuades kemudian dibiarkan bereaksi selama waktu operasi pada suhu ruang. Timbang 100,0 mg ekstrak etanol daun katuk dari masing-masing waktu ekstraksi dan larutkan dengan metanol dalam labu ukur 100 ml hingga diperoleh konsentrasi 1000 ppm, kemudian buat pengenceran ekstrak terorientasi dengan konsentrasi dan 100 ppm. Sebanyak 0,2 mL larutan sampel untuk masing-masing konsentrasi ditambahkan 1 mL DPPH 0,5 mM dan 5 mL metanol, didiamkan selama 30 menit, kemudian diukur pada panjang gelombang 515,5 nm.

Absorbansi blanko X Setelah didapatkan % inhibisi dari masing-masing konsentrasi, dilanjutkan dengan perhitungan regresi linier (x,y) untuk mendapatkan IC50 dimana x adalah konsentrasi (µg/ml) dan y adalah % inhibisi. Nilai SPF ditentukan dengan mengukur absorbansi larutan dari ekstrak dan krim menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 290-320 nm. Nilai SPF dapat dihitung dengan mengalikan nilai faktor koreksi (CF), spektrum efek eritema (EE), spektrum intensitas matahari (I) dan juga absorbansi (Abs) sampel krim ekstrak etanol daun kopi.

Data yang diperoleh berupa kandungan fenol total, kandungan flavonoid total dan aktivitas antioksidan. Data tersebut akan diuji dengan menggunakan data berdistribusi normal dan variansi homogen, dilanjutkan dengan analisis one way ANOVA untuk mengetahui pengaruh dari ketiga data tersebut. Analisis dilanjutkan dengan uji Tukey untuk melihat perbedaan antara pelarut yang signifikan (p < 0,05) atau tidak signifikan (p > 0,05) (Santoso 2010).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ekstrak etanol 70% memiliki rendemen tertinggi karena pelarut etanol 70% bersifat universal, dapat menarik senyawa non polar dan polar, sehingga ekstrak etanol 70% lebih banyak menarik metabolit sekunder (Yulida 2017). Dari ketiga ekstrak daun katuka perbedaannya hanya pada warna ekstrak, ekstrak n-heksan dan etil asetat berwarna hijau, sedangkan etanol 70% berwarna coklat. Pada penelitian ini menggunakan alat kesetimbangan kadar air pada suhu 105 °C dari tiga ekstrak n-heksana, etil asetat, dan etanol 70 .

Skrining fitokimia dilakukan untuk mengidentifikasi secara kualitatif senyawa-senyawa dalam ekstrak n-heksan, ekstrak etil asetat dan ekstrak etanol 70% daun katuk. Pada identifikasi flavonoid menggunakan serbuk HCl dan Mg, ketiga ekstrak menunjukkan warna positif hanya pada etanol 70. Ekstrak n-heksan dan etil asetat tidak menghasilkan warna positif sehingga tetap menggunakan pereaksi untuk pengujian yaitu penambahan AlCl3, natrium asetat, metanol dan aquadest untuk menghasilkan warna kuning yang mirip dengan warna etanol 70% dengan senyawa positif (Marliana et al. 2005).

Dalam penentuan kandungan total fenol ekstrak daun singkong secara bertingkat dapat dilihat pada (Tabel 5) bahwa ekstrak etanol 70% memiliki konsentrasi tertinggi yaitu 16,71 mgGAE/g Ekstrak, diikuti oleh etil asetat dan n-heksana dengan kadar 2,95 mg/GA Ekstrak. Senyawa fenolik terekstraksi dengan baik dalam etanol 70% karena kandungan fenol dalam ekstrak akan meningkat seiring dengan meningkatnya kepolaran pelarut dan fenol cenderung bersifat polar sehingga dapat terdispersi dengan baik dalam pelarut polar. Hasil uji tukey antara pelarut yang digunakan yaitu n-heksana, etil asetat dan etanol 70% terdapat perbedaan yang signifikan dengan nilai sig.

Hal ini menunjukkan bahwa pelarut berpengaruh terhadap kandungan fenol total yang diperoleh, etanol 70% memiliki konsentrasi tertinggi, diikuti oleh etil asetat dan n-heksana. Setelah dilakukan pembacaan kadar flavonoid (Tabel 7) ekstrak berlapis daun katuku didapatkan hasil n-heksana 55,57 mgQE/g, etil asetat 88,79 mgQE/g dan etanol 70% 6,23 mgQE/g. Hasil uji tukey antara pelarut yang digunakan yaitu n-heksana, etil asetat dan etanol 70% terdapat perbedaan yang signifikan dengan nilai sig.

Hal ini menunjukkan bahwa pelarut berpengaruh terhadap kandungan total flavonoid yang diperoleh, etil asetat memiliki kandungan tertinggi, diikuti oleh n-heksana dan etanol 70%. Ketika ekstrak dimaserasi secara bertahap, fungsi sinergis antar senyawa akan berkurang karena komponen ekstrak telah dipisahkan, yaitu komponen kimia non-polar akan diekstraksi dalam pelarut n-heksana, komponen kimia yang semi-polar diekstraksi dalam etil asetat, dan komponen kimia yang bersifat polar dapat diekstraksi dalam 70% dari 70% aktivitas etanol terkuat pelarut, yang menyebabkan 70% etanol pelarut. dan % penghambatan terkecil (Ikhlas 2013). Hasil uji Tukey aktivitas antioksidan antar pelarut yang digunakan yaitu n-heksana, etil asetat dan etanol 70% terdapat perbedaan yang signifikan dengan nilai sig.

Tabel 1. Hasil Ekstraksi Daun Katuk  Jenis ekstrak  Rata-rata bobot ekstrak
Tabel 1. Hasil Ekstraksi Daun Katuk Jenis ekstrak Rata-rata bobot ekstrak

KESIMPULAN DAN SARAN

LUARAN YANG DICAPAI

IDENTITAS JURNAL

IDENTITAS SEMINAR

RENCANA TINDAK LANJUT DAN PROYEKSI HILIRISASI Hasil Penelitian Penelitian yang peneliti lakukan termasuk dalam inovasi

Penentuan kandungan fenolik total ekstrak metanol kelopak bunga rosella merah (Hibiscus Sabdariffa L.) dengan variasi tempat tumbuh secara spektrofotometri. Pengaruh fraksi ekstrak etanol 70% daun katuk (Sauropus androgynus (L) Merr) terhadap peningkatan berat testis dan vesikula seminalis pada tikus putih jantan galur Sprague Dawley. Optimasi dan validasi metode analisis dalam penentuan kandungan fenol total ekstrak daun hijau (Abelmoschus manihot L.) diukur dengan spektrofotometer Uv-Vis.

Aplikasi dan analisis metode Folin Ciocalteu untuk penentuan kadar fenol total. Penentuan parameter non spesifik ekstrak etanolik kulit manggis (Garcinia mangostana) pada variasi asal daerah. Perbedaan daya antioksidan ekstrak daun Girang (Leea Indica) dari Taman Nasional Meru Betiri dengan pelarut n-heksana, etil asetat dan metanol.

Penapisan fitokimia dan analisis kromatografi lapis tipis kandungan kimia labu siam (Sechium edule Jacq. Swartz) dalam ekstrak etanol. Analisis Metabolit Sekunder dan Uji Toksisitas Ekstrak Etanol Biji Alpukat (Persea americana Mill.). Skrining fitokimia beberapa ekstrak bunga bugenvil (Bougainvillea glabra), bunga sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) dan daun kirmizi (Graptophylum pictum Griff).

Uji potensi aktivitas antioksidan dengan metode ekstraksi bertingkat pada rumput laut Dugong (Thalassia hemprichii) dari Perairan Jepara. Penentuan total fenolik dan total flavonoid ekstrak metanol dan fraksi asetat kulit buah naga merah (Hylocereus Polyrhizus (F.A.C.Webwer) Britton and Rose). Analisis Penapisan Fitokimia, Kadar Total Fenolik-Flavonoid dan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Kulit Kayu Galam Rawa Gambut (Melaleuca Cajuputi Roxb).

Pengujian pengaruh fraksi ekstrak etanol 70% daun katuk (Sauropus androgynus (L.) Merr.) terhadap viabilitas, motilitas dan spermatozoa pada tikus putih Sprague Dawley.

Gambar

Tabel 2. Karakteristik Ekstrak Bertingkat Daun Katuk
Tabel 1. Hasil Ekstraksi Daun Katuk  Jenis ekstrak  Rata-rata bobot ekstrak
Tabel 3. Penapisan Fitokimia  Senyawa yang di
Gambar 1. Kurva Kalibrasi Asam Galat
+4

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini dilakukan dua kali penyarian, penyarian pertama yaitu ekstraksi dengan pelarut etanol 70% yang nantinya ekstrak akan dipakai untuk skrining fitokimia, uji parameter