• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penetapan Kadar Fenolik Total dan Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Bunga Telang (Clitoria ternatea L) dengan metode DPPH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Penetapan Kadar Fenolik Total dan Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Bunga Telang (Clitoria ternatea L) dengan metode DPPH"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

Penetapan Kadar Fenolik Total dan Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Bunga Telang (Clitoria ternatea L) dengan metode DPPH

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Vinsensius Apollo Katupu NIM:188114155

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2022

(2)

Penetapan Kadar Fenolik Total dan Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Bunga Telang (Clitoria ternatea L) dengan metode DPPH

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Vinsensius Apollo Katupu NIM:188114155

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2022

(3)

ii

Persetujuan Pembimbing

PENETAPAN KADAR FENOLIK TOTAL DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK BUNGA TELANG (Clitoria Ternatea L)

DENGAN METODE DPPH

Skripsi yang diajukan oleh:

Vinsensius Apollo Katupu NIM : 188114155

Telah disetujui oleh

Pembimbing

Dr.apt. Erna Tri Wulandari

Tanggal 23 November 2022

(4)

iii

Pengesahan Skripsi Berjudul

PENETAPAN KADAR FENOLIK TOTAL DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK BUNGA TELANG (Clitoria Ternatea L)

DENGAN METODE DPPH Oleh

Vinsensius Apollo Katupu NIM : 188114155

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguju Skripsi Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma Pada tanggal : 16 November 2022

Mengetahui Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

Dekan

Dr. apt. Dewi Setyaningsih

Panitia Penguji : Tanda Tangan

1. Dr.apt. Erna Tri Wulandari 2. Dr. Jeffry Julianus, M.Si 3. Yohanes Dwiatmaka, M.Si

(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Do everything with love”

1 Korintus 16:14

“All is well”

Film Three Idiots

Kupersembahkan skripsi ini untuk:

1. TuhanYesus, Bunda Maria, Santo Yoseph, Santo Vinsensius Apollo serta para Malaikat dan Orang Kudus yang sertai saya dengan jalan masing kedalam setiap proses

2. Bapa, mama, kakek nenek, kakak, adik s a y a serta seluruh keluarga yang selalu memberikan support dan mendoakan saya

3. Teman-teman yang selalu menjadi penyemangat 4. dan untuk almamater saya

Setiap jalan yang saya langkahkan, itu merupakan berkat yang harus di syukuri baik suka duka, susah senang, jatuh bangkit lagi dan i never give up,

and i believe its the way of God

“saya bisa karena Dia”

(6)

v

PERNYATAAN KEASLIANKARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidakmemuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalamkutipan dan daftar pustaka, dengan mengikuti ketentuan sebagaimana layaknya karya ilmiah. Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarisme dalam naskah ini,maka saya bersedia menanggung segala sanki sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Yogyakarta, 23 November 2022 Penulis,

(Vinsensius Apollo Katupu)

(7)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Vinsensius Apollo Katupu

NomorMahasiswa :188114155

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PENETAPAN KADAR FENOLIK TOTAL DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK BUNGA TELANG (Clitoria Ternatea L) DENGAN METODE DPPH

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasi kannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Atas kemajuan teknologi informasi, saya tidak berkeberatan jika nama, tanda tangan, gambaratau image yang ada di dalam karya ilmiah saya terindeks oleh mesin pencari (search engine), misalnya google.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 23 November 2022 Yang menyatakan

(Vinsensius Apollo Katupu)

(8)

vii PRAKATA

Pujidan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat dan rahmat anugerah, dan penyertan-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENETAPAN KADAR FENOLIK TOTAL DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK BUNGA TELANG (Clitoria Ternatea L) DENGAN METODE DPPH”dengan baik.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salahsatu syarat memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Program Studi Farmasi, Fakultas Farmasi,UniversitasSanata Dharma.

Penulis mengalami berbagai macam kesulitan dan masalah dalam proses penyusunanskripsi ini. Kesulitan dan masalah yang dialami dapat diatasi penulis dengan bantuan dariberbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkanterimakasih kepada:

1. Dr.apt. Dewi Setyaningsih., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

2. Dr. apt. Erna Tri Wulandari., selaku Dosen Pembimbing dan Dosen Penguji Skripsi atas segala kesabaran dan masukan sehingga Skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik

3. Dr. Jeffry Julianus, M.Si., selaku Dosen Penguji Skripsi atas masukkan, kritik dan saran kepada penulis dalam penyusunan Skripsi ini.

4. Yohanes Dwiatmaka M.Si., selaku Dosen Penguji Skripsi atas masukkan, kritik dan saran kepada penulis dalam penyusunan Skripsi ini.

5. Dr. Jeffry Julianus, M.Si., selaku Kepala Laboratorium Fakultas Farmasi yang telah memberikan izin dalam penggunaan laboratorium.

6. Pak Wagiran selaku Laboran Laboratorium Farmakognosi – Fitokimia dan Mas Sigit selaku Laboran Kebun Tanaman Obat atas segala bantuan dan kerja samanya selama proses penelitian

7. Bapa mama, kakek nenek, kakak, adik serta seluruh keluarga yang selalu memotivasi dan mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Novi, Jors, Ridwan, Polce, Tyas, Nini, Winda, Bilgeds, Adi, Yuven, Sw, Piliph, Yohana, Tita, Ije, Mba Ranti, serta teman- teman lain yang tidak bisa

(9)

viii

saya sebutkan satu-satu atas bantuannya, dukungan, semangat dan doa yang kalian berikan selama berproses dalam penyusunan Skripsi ini.

9. Teman-teman angkatan 2018 Fakultas Farmasi Sanata Dharma, khususnya teman-teman FSM D 2018 yang selalu memberikan dukungan dan semangat dalam penyusunan Skripsi ini.

10. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dari awal sampai akhir penyusunan Skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan dan kesalahan dalam berbagai macam hal. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari segala pihak. Semoga Skripsi ini dapat berguna bagi seluruh pembaca.

Yogyakarta, 23 November 2022 Penulis

(Vinsensius Apollo Katupu)

(10)

ix

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Persetujuan Pembimbing... ii

Pengesahan Skripsi Berjudul ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

PERNYATAAN KEASLIANKARYA ... v

PRAKATA ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR...10

DAFTAR TABEL... xii

ABSTRAK... xiv

ABSTRACT ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 15

A. Latar Belakang ... 15

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Keaslian Penelitian... 4

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II METODOLOGI PENELITIAN ... 22

A. Bunga Telang ... 7

B. Senyawa Fenolik ... 9

C. Ekstraksi ... 11

D. Metode FolinCiocalteu ... 11

E. Radikal Bebas... 12

F. Antioksidan ... 12

G. Metode DPPH ... 14

H. Landasan Teori ... 16

I. Hipotesis ... 17

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 34

A. Jenis dan Rancangan Penelitian... 18

B. Variabel Penelitian ... 18

C. Definisi Operasional ... 19

D. Bahan Penelitian ... 19

E. Alat Penelitian ... 19

F. Tata Cara Penelitian ... 20

G. Analisis Penelitian ... 24

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 26

A. Hasil Determinasi Tanaman ... 26

B. Hasil Pengumpulan Bahan... 26

(11)

x

C. Hasil Preparasi Sampel ... 27

D. Hasil Ekstraksi Bunga Telang ... 28

E. Uji Pendahuluan Ekstrak Etanol Bunga Telang ... 29

F. Uji Kromatografi Lapis Tipis Ekstrak Etanol Bunga Telang ... 31

G. Hasil Optimasi Metode Uji Kandungan Fenolik Total ... 35

H. Penetapan Kandungan Fenolik Total ... 37

I. Hasil Optimasi Uji Antioksidan... 40

J. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan... 42

BAB V KESIMPULAN... 46

A. Kesimpulan... 47

B. Saran ... 47

DAFTAR PUSTAKA ... 48

Biografi Penulis ... 83

(12)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Reaksi Antara Radikal DPPH dengan Senyawa Fenolik dalam

Bunga Telang ... 15

Gambar 2. Bunga Telang ... 27

Gambar 3. Hasil uji pendahuluan senyawa fenolik ekstrak etanol bunga telang ... 29

Gambar 4. Hasil uji pendahuluan senyawa antioksidan ekstrak etanol bunga telang menggunakan metode DPPH (2,2-difenil-1- pikrilhidrazyl ... 31

Gambar 5. Hasil uji KLT kandungan flavanoid ekstrak bunga telang ... 33

Gambar 6. operating time pembanding asam galat ... 35

Gambar 7. Reaksi pembentukan kompleks molibdenum-tungsten blue ... 37

Gambar 8. Kurva baku asam galat dalam penetapan kandungan fenolik total 38 Gambar 9. Grafik penentuan operating time pembanding rutin ... 41

Gambar 10. Kurva persamaan regresilinear aktivitas antioksidan rutin ... 43

(13)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel I. Keaslian Penelitian...18 Tabel II. Hasil perhitungan nilai Rf uji kandungan fenolik dan flavonoid

pada sampel ekstrak etanol bunga telang...49 Tabel III. Hasil scanning panjang gelombang serapan maksimum asam

galat dengan reagen Folin-Ciocalteu...51 Tabel IV. Hasil pengukuran absorbansi asam galat dengan reagen

Folin-Ciocalteu...53 Tabel V. Hasil penentuan kandungan fenolik total...54 Tabel VI. Hasil scanning panjang gelombang maksimum DPPH...57 Tabel VII. Hasil pengukuran aktivitas antioksidan rutin dan ekstrak etanol

bunga telang dengan metode DPPH... 58 Tabel VIII. Hasil IC50 rutin...60 Tabel IX. Hasil IC50 ekstrak etanol bunga telang...60

(14)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat hasil determinasi tanaman...73

Lampiran 2. Gambar bunga telang dikebun obat Universitas Sanata Dharma Yogyakarta...74

Lampiran 3. Ekstrak etanol bunga telang...74

Lampiran 4. Foto hasil uji pendahuluan...74

Lampiran 5. Perhitungan rendemen ekstrak etanol bunga telang...76

Lampiran 6. Data penimbangan untuk penetapan kadar fenolik total...77

Lampiran 7. Data optimasi penetapan kandungan fenolik total...78

Lampiran 8. Data penetapan kandungan fenolik total...80

Lampiran 9. Data penimbangan untuk pengujian aktivitas antioksidan...84

Lampiran 10. Data perhitungan konsentrasi DPPH, larutan pembanding dan larutan uji...85

Lampiran 11. Uji aktivitas antioksidan menggunakan radikal DPPH...91

Lampiran 12. Data uji statistik dengan aplikasi IBM SPSS Statistic 25...95

(15)

xiv ABSTRAK

Radikal bebas merupakan suatu molekul atau atom yang pada orbital terluarnya ada elektron tidak berpasangan sehingga dapat menyebabkan kerusakan struktur sel, jaringan, dan organ. Bunga telang merupakan tanaman obat yang dapat digunakan sebagai salah satu alternatif tanaman penangkal radikal bebas. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat kandungan fenolik total dan aktivitas antioksidan dari ekstrak etanol bunga telang menggunakan metode DPPH.

Sampel bunga telang dikumpulkan, dibersihkan dan dikeringkan kemudian dibuat serbuk. Serbuk simplisia diekstraksi secara sokletasi menggunakan pelarut etanol 96%. Berikutnya, dilakukan penetapan kandungan fenolik total ekstrak etanol bunga telang menggunakan pereaksi Folin Ciocelteu yang dinyatakan dengan nilai massa ekivalen asam galat per g ekstrak etanol bunga telang dan dilakukan pengujian antioksidan menggunakan metode DPPH dengan pembanding rutin.

Hasil penelitian didapatkan kandungan fenolik total ekstrak etanol bunga telang sebesar 0, 2403 ± 0,0322 mg ekivalen asam galat per gram ekstrak etanol bunga telang dan nilai aktivitas antioksidan ekstrak etanol bunga telang menggunakan metode DPPH yang dinyatakan sebagai IC50 sebesar 882,3677±

65,4639 μg/mL.

Kata Kunci : Bunga Telang, Radikal Bebas, Antioksidan, Fenolik Total, Metode DPPH, Metode Folin-Ciocalteu.

(16)

xv

ABSTRACT

Free radicals are molecules or atoms in which there are one or more unpaired electrons in their outer orbital, which can cause damage to cell structures, tissues and organs. Butterfly pea flower is a medicinal plant that can be used as an alternative to free radicals. The purpose of this study was to determine the total phenolic content and antioxidant activity of the ethanol extract of butterfly pea flowers using the DPPH method.

The butterfly pea flower samples were collected, cleaned and dried and then powdered. The simplicia powder was extracted by soxhletation using 96%

ethanol. Next, the total phenolic content was determined using the Folin Ciocelteu reagent which was expressed in terms of the mass value of gallic acid equivalent per g of the ethanol extract of the butterfly pea flower and antioxidant testing was carried out using the DPPH method with routine comparisons.

The results showed that the total phenolic content of the ethanol extract of the butterfly pea was 0.2403 ± 0.0322 mg gallic acid equivalent per gram of the ethanol extract of the butterfly pea and the antioxidant activity value of the ethanol extract of the butterfly pea using the DPPH method was expressed as IC50 of 882.3677 ± 65. 4639µg/mL.

Keywords : Butterfly Pea Flower, Free Radicals, Antioxidants, Total Phenolic, DPPH Method, Folin-Ciocalteu Method.

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Banyak penyakit yang disebabkan oleh radikal bebas, radikal bebas dapat mengoksidasi asam nukleat, protein, lipid sehingga saat jumlah radikal bebas melebihi kapasitas tubuh untuk menetralkannya, maka terbentuk stres oksidatif yang berlangsung lama dapat menyebabkan terjadinya kerusakan sel dan jaringan.

Kerusakan sel dan jaringan ini dapat memicu munculnya penyakit-penyakit degenaratif. Berbagai penyakit degeneratif tersebut adalah kardiovaskular, kerusakan retina, katarak, hepatitis, artritis reumatoid, stroke, asma, diabetes melitus, imunodepresi, kanker, hiperoksia, dermatitis, penuaan dini. Faktor lingkungan seperti polusi, intensitas sinar UV yang berlebih, suhu, bahankimia, dan kekurangan gizi dapat mengakibatkan tubuh terpapar radikal bebas, bila radikal bebas berlebihan dalam tubuh dapat terjadi ketidakseimbangan antara molekul radikal bebas dan antioksidan endogen sehingga ketika jumlah radikal bebas melebihi kapasitas tubuh untuk menetralisirnya, maka terbentuk stres oksidatif yang menyebabkan kerusakan struktur sel, jaringan, dan organ. Aktivitas radikal bebas dapat diredam dengan menggunakan antioksidan (Andriani & Murtisiwi, 2015). Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menghambat reaksi oksidasi, dengan mengikat radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif. Senyawa antioksidan akan menyerahkan satu atau lebih elektron kepada senyawa radikal bebas sehingga menjadi bentuk molekul yang normal kembali dan menghentikan berbagai kerusakan yang akan ditimbulkan (Sri Mariani et al, 2018).

Salah satu alternatif antioksidan alami adalah menggunakan Bunga Telang . (Andriani dan Murtisiwi, 2018). Bunga telang sering disebut juga sebagai butterfly pea yaitu bunga yang khas dengan mahkota bunga berwarna ungu dikenali sebagai tumbuhan merambat yang sering ditemukan di pekarangan atau tepi persawahan/perkebunan. Dilihat dari buahnya yang serupa dengan kacang hijau, tumbuhan ini termasuk suku polong-polongan. Selain berwarna ungu,

(18)

bunga telang juga dapat ditemui dengan warna pink, biru muda dan putih (Kun Sri Budiasih, 2017).

Bagian dari bunga telang yang biasanya digunakan sebagai obat adalah daun, biji, kulit kayu, buah, kecambah, batang, bunga dan akar. Dari hasil berbagai penelitian bunga telang memiliki pengaruh farmakologis (pharmacological effects) sebagai antimikroba, antiparasit, anti inflamasi, antikanker, antioksidan, antidepresan, antidiabetes, antihistamin, immonomodulator dan potensi berperan dalam susunan syaraf (Christine, 2020).

Menurut penelitian yang telah dilakukan, bunga telang mengandung senyawa kimia seperti tanin, karbohidrat, saponin, triterpenoid, fenol, flavonoid, glikosida flavonol, protein, alkaloid, antrakuinon, antosianin, glikosida jantung, stigmasit-4-ene-3,6-dione, minyak atsiri dan steroid (Cahayaningsi et al, 2019).

Senyawa fenolik mempunyai korelasi positif dengan aktivitas antioksidan sehingga polifenol kemungkinan merupakan senyawa yang paling berpotensi menyumbangkan aktivitas antiradikal pada bunga telang (Andriani dan Murtisiwi, 2015). Senyawa yang berperan dalam aktivitas antioksidan adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa golongan flavonoid, turunan asam sinamat, kumarin, dan asam-asam organik polifungsional. Golongan flavonoid yang memiliki aktivitas antioksidan meliputi flavon, flavonol, isoflavon, dan katekin.

Sementara turunan asam sinamat meliputi asam kafeat, asam ferulat, asam klorogenat, dan lain lain (Christalina et al, 2017). Menurut prinsip like disolves like, suatu senyawa akan melarutkan senyawa yang tingkat kepolarannya sama (Tensiska et al, 2020). Menurut Harbone (1987) senyawa fenolik tumbuhan cenderung larut dalam pelarut polar. Flavonoid adalah golongan fenol yang merupakan senyawa polar karena mempunyai sejumlah gugus hidroksil yang tak tersulih atau suatu gula, sehingga akan larut dalam pelarut polar seperti metanol, etanol, butanol, aseton, dan dimetilsulfoksida (Romadanu et al, 2014).

Metode uji yang sering digunakan untuk penentuan kandungan fenolik total adalah metode Folin-Ciocalteu. Prinsip dasar metode FolinCiocalteu adalah reaksi oksidasi dan reduksi kolorimetrik untuk mengukur semua senyawa fenolik dalam sampel uji. Pereaksi FolinCiocalteu merupakan larutan kompleks ion polimerik

(19)

yang diuatdari asam fosfomolibdat dan asam heteropolifosfotungstat yang terdiri dari air, natrium tungstat, natrium molibdat, asam fosfat, asam klorida, litium sulfat, dan. Senyawa fenolik bereaksi dengan oksidator fosfomolibdat dibawah kondisi alkalis menghasilkan senyawa fenolat dan kompleks molibdenum-tungsten berwarna biru (Adawiah et al., 2016).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Adriana dan Murtisiwi (2018) kadar fenolik total ditetapkan dengan spektrofotometri UV dengan pereaksi folin ciocalteau. Dari hasil uji total fenolik menggunakan standar asam galat menunjukan bahwa ekstrak bunga telang mempunyai total fenolik sebesar 19,43 ± 1,621 GAE (mg/g sampel).

Berdasarkan pengembangan penelitian yang dilakukan oleh Adriani dan Murtisiwi (2020) menunjukan bahwa ekstrak bunga telang memiliki aktivitas antioksidan yang sangat kuat ini kemungkinan karena kandungan fenolik di dalamnya. Secara spesifik, suatu senyawa dikatakan sebagai antioksidan sangat kuat jika nilai IC50 kurang dari 50 µg/ml, kuat untuk IC50 bernilai 50-100 µg/ml, sedang jika IC50 bernilai 151- 200 µg/ml. Dari hasil uji aktivitas antioksidan menggunakan pelarut etanol dengan metode ekstraksi maserasi menunjukkan nilai IC50 ekstrak bunga telang sebesar 41,36 ± 1,191µg/mL. Hal ini menunjukkan bahwa sampel memiliki aktivitas antioksidan yang sangat kuat (Andriani dan Murtisiwi, 2020).

Untuk pengujian aktivitas antioksidan sampel dipakai metode DPPH, karena merupakan metode sederhana, mudah, peka hanya memerlukan sedikit sampel dengan waktu relatif singkat. DPPH merupakan radikal bebas yang stabil pada suhu kamar dan mudah teroksidasi karena cahaya dan udara. Senyawa yang mempunyai aktivitas antioksidan akan bereaksi dengan DPPH yang ditunjukkan dengan perubahan warna dari ungu violet menjadi kuning karena terjadi donor atom hidrogen dari antioksidan ke DPPH lalu diukur absorbannya pada panjang gelombang 519 nm. Besarnya aktivitas antioksidan ditandai dengan nilai IC50, yaitu larutan sampel yang dibutuhkan untuk menghambat 50 % radikal bebas DPPH (Verawati et al, 2017). Kadar total fenolik berbanding lurus dengan aktivitas

(20)

antioksidan, sehingga semakin tinggi kadar fenolik, maka aktivitas antioksidannya semakin tinggi (Rany Dwimayasanti, 2018).

Pada penelitian Andriani dan Murtisiwi (2020) ekstrak etanol bunga telang menggunakan metode maserasi yang merupakan metode ekstraksi dingin.

Perbedaan metode maserasi dan sokletasi adalah pada maserasi prosesnya dilakukan perendaman sampel menggunakan pelarut untuk menarik komponen yang diinginkan dengan kondisi dingin discontinue pada suhu ruangan (27-30oC) (Verawati et al, 2017). Sedangkan sokletasi termasuk metode ektraksi panas merupakan ekstraksi continue dengan adanya pendingin balik menggunakan suhu berdasarkan titik didih pelarutnya. (Rosita et al, 2017). Namun metode ini memiliki keuntungan yaitu penggunaan pelarut sedikit, waktu singkat dan menyari lebih sempurna (Verawati et al, 2017). Oleh sebab itu pada penlitian ini dilakukan ekstraksi dengan metode sokletasi menggunakan pelarut etanol 96%.

B. Rumusan Masalah

a) Berapa kandungan fenolik total pada ekstrak etanol 96% bunga telang?

b) Berapa nilai aktivitas antioksidan yang dinyatakan dalam nilai IC50 dari ekstrak etanol 96% bunga telang menggunakan metode DPPH?

C. Keaslian Penelitian

Penelitian menggunakan tanaman bunga telang pernah dilakukan oleh : Tabel I. Keaslian Penelitian

No Judul Penelitian Penulis Hasil uji Perbedaan penelitian 1 Uji Aktivitas Antioksidan

Ekstrak Etanol 70%

Bunga Telang (Clitoria ternatea L) dari Daerah

Disa

Andriani&Lus ia Murtisiwi

Hasil uji aktivitas antioksidan menunjukkan

Metode ekstraksi menggunakan maserasi,

(21)

Sleman dengan Metode DPPH

pada tahun 2020

nilai IC50 ekstrak bunga telang sebesar

41,36 ±

1,191µg/mL

pelarut yang digunakan etanol 70%

dan tempat pengambilan sampeldiperol

eh dari

Kelurahan Purwomartani , Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 2 Penetapan Kadar Fenolik

Total Ekstrak Etanol Bunga Telang (Clitoria ternatae L.) Dengan Spektrofotometri Uv-Vis

Disa

Andriani&Lus ia Murtisiwi pada tahun 2018

Kadar fenolik total pada ekstrak etanol bunga telang adalah 19,43 ± 1,621 GAE (mg/g sampel)

Metode ekstraksi menggunakan maserasi, pelarut yang digunakan etanol 70%

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah pada tempat pengambilan sampel yang diambil dari daerah kaliurang, indonesia, metode ekstraksi yaitu dengan menggunakan ekstraksi sokletasi dan palarut yang digunakan yaitu etanol 96%.

(22)

D. Tujuan Penelitian

a) Mengetahui kandungan fenolik total pada ekstrak etanol 96% bunga telang.

b) Mengetahui nilai aktivitas antioksidan yang ditanyakan dalam nilai IC50 dari ekstrak bunga telang menggunakan metode DPPH.

E. Manfaat Penelitian

a) Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai nilai IC50 bunga telang dan mengetahui aktivitas antioksidan bunga telang dengan metode DPPH.

b) Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai penggunaan bunga telang sebagai salah satu antioksidan.

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Bunga Telang a) Taksonomi

Klasifikasi tanaman bunga telang sebagai berikut:

Kingdom : Plantae Subkingdom : Viridiplantae Infrakingdom : Steptophyta Superdivisi : Embryophyta Divisi : Tracheophyta Subdivisi : Spermatophyta Kelas : Magnoliopsida Superordo : Rosanae Ordo : Fabales Famili : Fabaceae Genus : Clitoria

Spesies : Clitoria ternatea L.

(Angriani, 2019) b) Nama daerah

Celeng (Bali),bunga biru atau bunga kelentit (Sumatra), bunga talang atau bunga temen raleng (Sulawesi), bisi (Maluku) dan menteleng atau kembang teleng (Jawa).

(Christine, 2020) c) Morfologi

Bunga telangmemiliki batang halus yang melilit, panjang 0,5-3 m. Daunnya menyirip, dengan 5-7 selebaran elips hingga lanset, panjang 3-5 cm dan pendek puber di bawah. Bunganya soliter, biru tua hingga biru ungu muda; pedicellate sangat pendek dan panjang 4-5 cm. Polong berbentuk pipih, linier, berparuh, panjang 6-12 cm, lebar 0,7-1,2 mm dan sedikit puber dengan hingga 10 biji.

(24)

Bijinya berwarna zaitun, coklat atau berwarna hitam, sering berbintik-bintik, panjang 4,5-7 mm dan lebar 3-4 mm. Akar sistem Clitoria ternatea terdiri dari akar tunggang yang cukup kokoh dengan beberapa cabang dan banyak akar lateral yang ramping (Girish Kumar Gupta et al, 2010).

d) Deskripsi habitat

Bunga telang merupakan salah satu tumbuhan yang termasuk dalam keluarga Fabaceae. Fabaceae adalah anggota dari bangsa Fabales yang memiliki ciri-ciri buah tipe polong yang berasal dari daerah tropis Asia Tenggara (Christine, 2020).

Bunga telang dapat tumbuh pada tempat dengan curah hujan tinggi sampai kering (Christine, 2020). Beradaptasi pada berbagai jenis tanah dari pasir sampai lempung beratdengan kesuburan sedang tetapi sangat baik beradaptasi dengan tanah alkali tanah liat berat, dan terutama pada tanah lempung yang terlalu dangkal untuk leucaena (Leucaena leucocephala). Beradaptasi dengan pH 4,5-8,7 tetapi lebih menyukai pH sedang hingga tinggi. Membutuhkan curah hujan musim panas 500 mm selama 3 bulan tetapi tumbuh paling baik antara 700-1,500 mm AAR. Toleran kekeringan dan akan bertahan pada tahun-tahun dengan curah hujan hanya 400 mm dan musim kemarau 5-6 bulan atau lebih bahkan jika penggembalaan berat (Neelamma et al, 2016).

e) Kegunaan

Bagian dari bunga telang yang biasanya digunakan sebagai obat adalah daun, biji, kulit kayu, buah, kecambah, batang, bunga dan akar. Dari hasil berbagai penelitian bunga telangmemiliki pengaruh pharmakologis (pharmacological effects) sebagai antimikroba, antiparasit, anti inflamasi, antikanker, antioksidan, antidepresan,antidiabetes, antihistamin, immonomodulator dan potensi berperan dalam susunan syaraf (Christine, 2020).

f) Kandungan kimia

Bunga telangdiketahui mengandung flavonoid, antosianin, flavonol glikosida, kaempferol glikosida, quersetin glikosida, mirisetin glikosida. Selain itu bunga telang juga mengandung terpenoid, tannin dan steroid (Andriani dan Murtisiwi, 2020).

(25)

B. Senyawa Fenolik

Senyawa fenolik merupakan kelompok senyawa terbesar yang berperan sebagai antioksidan alami pada tumbuhan. Senyawa fenolik memiliki satu (fenol) atau lebih (polifenol) cincin fenol, yaitu gugus hidroksi yang terikat pad a cincin aromatis sehingga mudah teroksidasi dengan menyumbangkan atom hidrogen pada radikal bebas. Kemampuannya membentuk radikal fenoksi yang stabil pada reaksi oksidasi menyebabkan senyawa fenolik sangat potensial sebagai antioksidan (Crescentiana Emy Dhurhania dan Agil Novianto, 2018).

Bila ditinjau dari jalur biosintesisnya, senyawa fenolik dapat dibedakan atas dua jenis senyawa utama yaitu senyawa fenolik yang berasal dari jalur asam asetat mevalonat dan jalur asam sikimat. Kelompok senyawa fenolik yang berasal dari jalur asam asetat mevalonat adalah senyawa poliketida dan senyawa fenolik yang berasal dari jalur asam asetat adalah fenil propanoid.Beberapa senyawa yang termasuk kelompok fenolik adalah fenol sederhana dan asam fenolat, fenilpropanoid, flavonoid, dan tannin.

Flavonoid merupakan kelompok senyawa fenolik terbesar di alam.

Banyaknya senyawa flavonoid ini karena banyaknya jenis tingkat hidroksilasi, alkoksilasi dan glikosilasi pada strukturnya. Flavonoid mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri dari 15 atom karbon yang membentuk susunan C6-C3- C6.Berdasarkan strukturnya, flavonoid dapat dikelompokkan menjadi kalkon, flavon,flavonol, flavanon, antosianin (Shabur, 2019). Umumnya flavonoid larut dalam pelarut polar seperti air, etanol, metanol, aseton, dimetilsulfoksida, dan dimetilformamida. Gula yang terikat pada flavonoid (bentuk umum yang ditemukan) dapat membantu meningkatkan kelarutan flavonoid dalam air, sehingga dengan menggunakan campuran pelarut air dengan beberapa contoh pelarut polar lainnya yang disebutkan di atas dapat menjadi pelarut yang lebih baik untuk flavonoid khususnya glikosida. Sebaliknya, aglikon bersifat kurang polar seperti isoflavon, flavon, dan flavonol yang termetoksilasi. Mereka akan cenderung lebih mudah larut dalam pelarut seperti eter dan kloroform (Markham, 1998).

(26)

Golongan senyawa fenolik lainnya antara lain, asam fenolik, kumarin, dan flavonol. Asam fenolik yang sering ditemukan antara lain asam hydroxyl-benzoic, dan yang tergolong di dalamnya antara lain asam galat, asam salisilat, dan asam vanillic. Kumarin merupakan senyawa fenolik dengan rantai C6-C3. Kumarin juga memiliki peranan dalam proses toleransi sinar UV yang masuk ke dalam tubuh.

Flavonol juga merupakan senyawa fenolik, biasanya juga disebut dengan dihidroflavonol. Pada umumnya flavonol banyak ditemukan bersama tannin pada struktur kayu di tanaman (Vermerris dan Nicholson, 2008). Identifikasi senyawa fenol dengan menggunakan kromatografi lapis tipis dilakukan dengan Spektrofotometer UV pada panjang gelombang 254 nm dan 366 nm. Pengujian digunakan fase gerak n-butanol:asamasetat:air (3:1:1) dan fase diam silica gel FG254. Penggunaan eluen ini cukup baik untuk mengikat senyawa flavonoid. Hasil kromatografi lapis tipis (KLT) yang menghasilkan nilai Rf sampel ekstrak dan larutan pembanding rutin (Prasetyo et al, 2021).

Penetapan kadar fenolik total dilakukan dengan menggunakan reagen FolinCiocalteau. Reagen Folin Ciocalteau digunakan karena senyawa fenolik dapat bereaksi dengan Folin membentuk larutan berwarna yang dapat diukur absorbansinya. Prinsip dari metode folin ciocalteau adalah reaksi oksidasi dan reduksi kolorimetrik untuk mengukur semua senyawa fenolik dalam sampel uji.

Pereaksi folin ciocalteu merupakan larutan kompleks ion polimerik yang dibentuk dari asam fosfomolibdatdan asam heteropolifosfotungstat. Pereaksi ini mengoksidasi gugus fenolik hidroksil (garam alkali), mereduksi asam heteropoli menjadi suatu kompleks molibdenum-tungsten Senyawa fenolik bereaksi dengan reagen Folin Ciocalteau hanya dalam suasana basa agar terjadi disosiasi proton pada senyawa fenolik menjadi ion fenolat. Untuk membuat kondisi basa digunakan Na2CO3 7,5%. Gugus hidroksil pada senyawa fenolik bereaksi dengan reagen Folin Ciocalteau membentuk kompleks molibdenum-tungsten berwarna biru yang dapat dideteksi dengan spektrofotometer. Semakin besar konsentrasi senyawa fenolik maka semakin banyak ion fenolat yang akan mereduksi asam heteropoli (fosfomolibdat-fosfotungstat) menjadi kompleks molibdenum-tungsten sehingga warna biru yang dihasilkan semakin pekat (Andriani dan Murtisiwi, 2020).

(27)

Ekuivalen Asam Galat (GAE) digunakan sebagai acuan untuk mengukur jumlah senyawa fenolik yang terdapat dalam suatu bahan. Asam galat ini banyak digunakan sebagai standar karena stabil dan dapat diperoleh dalambentuk yang murni, serta harganya yang murah dibandingkan dengan jenis senyawa standar yang lain (Christalina et al, 2017).

C. Ekstraksi

Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan kelarutannya terhadap dua cairan yang tidak saling larut.Prinsip ekstraksi adalah melarutkan senyawa polar dalam pelarut polar dan senyawa non polar dalam senyawa non polar (Fakhruzy et al, 2020). Tujuan ekstraksi bahan alam yaitu untuk menarik komponen kimia yang terdapat dalam suatu bahan alam yang didasarkan pada prinsip perpindahan massa komponen zat ke dalam pelarut dimulai dari lapisan antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut. Pelarut yang baik adalah pelarut yang dapat melarutkan zat aktif dari ekstrak serta membebaskan ekstrak dari senyawa lain yang tidak diinginkan. Pelarut yang diperbolehkan yaitu air, etanol, campuran etanol air,metanol, aseton dan etil asetat (Irwanta, 2014). Ada beberapa jenis ekstraksi, antara lain maserasi, ultrasound -assisted solvent extraction, perkolasi, soxhlet, reflux dan destilasi uap (Mukhriani, 2014).

D. Metode Folin Ciocalteu

Senyawa fenolik dapat ditetapkan dengan metode Folin-Ciocalteu menggunakan reagen fenol Folin-Ciocalteu. Prinsip metode ini adalah oksidasi gugus fenolik hidroksil. Pereaksi ini mengoksidasi fenolat (garam alkali), mereduksi asam heteropoli menjadi suatu kompleks molibdenum-tungsten (Mo- W). Fenolat hanya terdapat pada larutan basa, tetapi pereaksi ini dan produknya tidak stabil pada kondisi basa. Selama reaksi berlangsung, gugus fenolik-hidroksil bereaksi dengan pereaksi Folin-Ciocalteu, membentuk kompleks fosfotungstat- fosfomolibdat berwarna biru dengan struktur yang belum diketahui dan dapat dideteksi dengan spektrofotometer. Warna biru yang terbentuk akan semakin pekat

(28)

setara dengan konsentrasi ion fenolat yang terbentuk, artinya semakin besar konsentrasi senyawa fenolik maka semakin banyak ion fenolat yang akan mereduksi asam heteropoli sehingga warna biru yang dihasilkan semakin pekat (Khadijah et al, 2017).

E. Radikal Bebas

Radikal bebas adalah suatu molekul atau atom yang pada orbital terluarnya ada satu atau lebih elektron tidak berpasangan. Radikal bebas terbentuk melalui dua cara, yaitu endogen dan eksogen. Secara endogen, radikal bebas dihasilkan dari proses biokimia intrasel dan ekstrasel dalam tubuh. Radikal bebas dari eksogen bisa berasal dari obat-obatan dan polutan lingkungan seperti asap rokok, radiasi atau sinar ultra violet. Beberapa senyawa ROS ada yang bersifat radikal seperti radikal hidroksil (OH*), radikal superoksida (O2*), radikal nitrik oksida (NO*) dan radikal lipid peroksil (LOO*). Sementara ROS yang bersifat non radikal seperti hidrogen peroksida, singlet oksigen (1O2), asam hipoklorat (HOCl), dan ozon (O3). Bila radikal peroksi lipid tidak direduksi oleh antioksidan, maka terjadi peroksidasi lipid. Radikal peroksi lipid akan mengalami siklisisasi menjadi malondialdehida (MDA), sehingga MDA digunakan sebagai biomarker biologis peroksidasi lipid untuk menilai stress oksidatif. Radikal bebas bersifat reaktif dan tidak stabil.

Elektron yang tidak berpasangan pada molekul radikal bebas, secara cepat akan menarik elektron makromolekul yang berada di sekitarnya. Makromolekul tersebut akan mengalami peroksidasi dan terdegradasi sehingga menyebabkan kerusakan organel ataupun sel. Namun, kerusakan sel tersebut hanya akan terjadi jika jumlah dan aktivitas antioksidan dalam tubuh tidak mampu menetralkan radikal bebas (Yustinus Ulung Anggraito et al, 2018).

F. Antioksidan

Antioksidan merupakan senyawa pemberi elektron (elektron donor) atau reduktan. Senyawa ini memiliki berat molekul kecil, tetapi mampu menginaktivasi

(29)

berkembangnya reaksi oksidasi, dengan cara mencegah terbentuknya radikal.

Antioksidan juga merupakan senyawa yang dapat menghambat reaksi oksidasi, dengan mengikat radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif. Akibatnya, kerusakan sel akan dihambat.

Berkaitan dengan reaksi oksidasi di dalam tubuh, status antioksidan merupakan parameter penting untuk memantau kesehatan seseorang. Tubuh manusia memiliki sistem antioksidan untuk menangkal reaktivitas radikal bebas, yang secara kontinu dibentuk sendiri oleh tubuh. Bila jumlah senyawa oksigen reaktif ini melebihi jumlah antioksidan dalam tubuh, kelebihannya akan menyerang komponen lipid, protein, maupun DNA sehingga mengakibatkan kerusakan- kerusakan yang disebut stres oksidatif. Namun demikian, reaktivitas radikal bebas dapat dihambat dengan cara mencegah atau menghambat pembentukan radikal bebas baru,menginaktivasi atau menangkap radikal dan memotong propagasi (pemutusan rantai), memperbaiki (repair) kerusakan oleh radikal.

Tidak selamanya senyawa oksigen reaktif yang terdapat di dalam tubuh itu merugikan. Pada kondisi-kondisi tertentu keberadaannya sangat dibutuhkan.

Misalnya, untuk membunuh bakteri yang masuk ke dalam tubuh. Oleh sebab itu, keberadaannya harus dikendalikan oleh sistem antioksidan dalam tubuh.

Antioksidan dapat diperoleh dalam bentuk sintetis dan alami. Antioksidan sintetis seperti buthylated hydroxytoluene (BHT), buthylated hidroxyanisol (BHA), dan tert-butylated hydroxyquinone (TBHQ) secara efektif dapat menghambat oksidasi. Antioksidan sintetis bersifat karsinogenik dalam jangka tertentu dapat menyebabkan racun dalam tubuh, sehingga dibutuhkan antioksidan alami yang lebih aman. Antioksidan alami dapat ditemukan pada sayur-sayuran yang mengandung fitokimia, seperti flavonoid, isoflavin, flavon, vitamin C dan antosianin (Handito et al, 2022).

Antioksidan dapat berupa enzim (misalnya superoksida dismutase atau SOD, katalase, dan glutation peroksidase), vitamin (misalnya vitamin E, C, A, dan p-karoten), dan senyawa lain (misalnya flavonoid, albumin, bilirubin, seruloplasmin, dan lain-lain). Antioksidan enzimatis merupakan sistem pertahanan utama (primer) terhadap kondisi stres oksidatif. Enzim-enzim tersebut merupakan

(30)

metaloenzim yang aktivitasnya sangat tergantung pada adanya ion logam. Aktivitas SOD bergantung pada logam Fe, Cu, Zn, dan Mn, enzim katalase bergantung pada Fe (besi), dan enzim glutation peroksidase bergantung pada Se (selenium).

Antioksidan enzimatis bekerja dengan cara mencegah terbentuknya senyawa radikal bebas baru. Ada juga antioksidan non-enzimatis yang dapat berupa senyawa nutrisi maupun non-nutrisi. Kedua kelompok antioksidan non-enzimatis ini disebut juga antioksidan sekunder karena dapat diperoleh dari asupan bahan makanan, seperti vitamin C, E, A, dan p-karoten. Glutation, asam urat, bilirubin, albumin, dan flavonoid juga termasuk dalam kelompok ini. Senyawa-senyawa itu berfungsi menangkap senyawa oksidan serta mencegah terjadinya reaksi berantai (Winarsi, 2007).

G. Metode DPPH

Metode yang paling lazim digunakan untuk mengukur aktivitas antioksidan adalah metode penangkapan radikal 1,1-diphenyl-2- picrylhydrazil (DPPH).

Radikal DPPH bersifat stabil dalam larutan berair atau larutan etanol, dalam bentuk teroksidasi memiliki serapan kuat pada panjang gelombang 517 nm. Metode DPPH ini didasarkan pada kemampuan antioksidan (dari sampel yang diuji) untuk mendonorkan atom hidrogen kepada radikal DPPH. Reaksi DPPH dengan antioksidan akan membentuk DPPH tereduksi (1,1-diphenyl-2- picrylhydrazin) yang bersifat non-radikal. Warna ungu tua dari DPPHakan berubah menjadi merah muda atau kuning pucat (warna dari DPPH tereduksi). Perubahan warna tersebut bisa diamati dengan spektrofotometer sehingga aktivitas antioksidan (pada sampel) untuk meredam radikal bebas dapat ditentukan.

Mekanisme antioksidan senyawa fenolik adalah berdasarkan reaksi reduksi oksidasi, di mana senyawa fenolik akan berperan sebagai agen pereduksi sehingga akan dapat mereduksi radikal bebas (reaktif) yang terbentuk menjadi spesies yang tidak reaktif lagi. Reaksi antara radikal DPPH dengan senyawa fenolik dalam bunga telangsebagai senyawa penangkap radikal dapat dilihat pada gambar 1.

(31)

Fenolik dalam ekstrak etanol bunga telang akan melepaskan H· yang merupakan salah satu radikal bebas. H· akan berikatan dengan radikal DPPH membentuk senyawa baru yaitu difenil pikrilhidrazin yang stabil. Senyawa fenolik yang terkandung dalam ekstrak etanol bunga telang sebagai penangkap radikal bebas yang kehilangan H· akan menjadi radikal baru yang relatif lebih stabil dan tidak berbahaya bagi tubuh karena adanya efek resonansi intiaromatik, sehingga radikal bebas tidak terbentuk dan dapat mencegah maupun memperbaiki kerusakan jaringan yang merupakan efek dari serangan radikal bebas. Senyawa fenolik memiliki bentuk gugus kimia heterogen yang mengandung gugus fenol (gugus hidroksil fungsional dalam cincin aromatik) dalam struktur dasarnya. Selain itu, senyawa fenolik mampu meningkatkan aktivitas enzim antioksidan dan menginduksi sintesis protein antioksidan (Andriani dan Murtisiwi, 2020).

Gambar 1. Reaksi Antara Radikal DPPH dengan Senyawa Fenolik dalam Bunga Telang

Kelemahan dari metode DPPH adalah tidak dapat menentukan jenis radikal yang dihambat, aktivitas antioksidan yang terukur adalah antioksidan secara umum.

Aktivitas antioksidan biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase penghambatan dari DPPH, atau sebagai IC50. Nilai IC50 adalah konsentrasi yang menyebabkan hilangnya 50% aktivitas DPPH. Efisiensi aktivitas antioksidan senyawa-senyawa murni ataupun ekstrak dapat diukur berdasarkan nilai IC50.

Semakin tinggi nilai IC50, menunjukkan aktivitas antioksidan yang semakin kecil.

Kriteria suatu senyawa dapat dikatakan sebagai antioksidan yang sangat kuat apabila nilai IC50 < 50 ppm, kuat apabila nilai IC50 sebesar 50-100 ppm, sedang apabila nilai IC50 100-150 ppm, dan lemah bila nilai IC50 sebesar 150-200 ppm.

(32)

Pengukuran antioksidan dengan metode DPPH sangat menguntungkan karena sederhana, cepat, dan murah karena tidak membutuhkan banyak reagen.

Pada metode selain DPPH, biayanya mahal karena membutuhkan banyak waktu dan banyak reagen kimia. Metode selain DPPH juga tidak selalu dapat diterapkan pada semua jenis sampel.Rutin sebagai senyawa fenolik telah banyak digunakan dalam penelitian aktivitas antioksidan yang digunakan sebagai pembanding aktivitas antioksidan dari bahan tumbuhan (dos Santos, Mazo, dan Cavalheiro, 2008). Menurut Anggraito et al (2018) terdapat tiga golongan metode pengujian antioksidan, golongan pertama adalah metode transfer atom hydrogen atau Hydrogen 30 Atom Transfer (HAT) yang terdiri dari metode Oxygen Radical Absorbance Capacity Method (ORAC) dan Lipid Peroxidation Inhibition Capacity Assay (LPIC), golongan kedua adalah metode transfer electron atau Electron Transfer (ET) yang terdiri dari metode Ferric Reducing Antioxidant Power (FRAP) dan 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazil (DPPH), dan metode golongan ketiga adalah Metode Total Oxidant Scavenging Capacity (TOSC) dan Chemiluminescence.

H. Landasan Teori

Bunga telang telah diteliti memiliki kandungan tannin, flobatanin, saponin, triterpenoid, karbohidrat, flavanol glikosida, protein, alkaloid, antrakuinon, antisianin, stigmasit 4-ena-3, 6 dion, minyak volatil dan steroid.

Senyawa fenolik merupakan kelompok senyawa terbesar yang berperan sebagai antioksidan alami pada tumbuhan.Senyawa fenolik memiliki satu (fenol) atau lebih (polifenol) cincin fenol, yaitu gugus hidroksi yang terikat pada cincin aromatis sehingga mudah teroksidasi dengan menyumbangkan atom hidrogen pada radikal bebas. Kemampuannya membentuk radikal fenoksi yang stabil pada reaksi oksidasi menyebabkan senyawa fenolik sangat potensial sebagai antioksidan (Crescentiana Emy Dhurhania dan Agil Novianto, 2018).

Uji aktvitas antioksidan dilakukan dengan menggunakan radikal DPPH yang dapat mengalami proses reduksi karena adanya senyawa antioksidan yang akan mengakibatkan senyawa radikal tersebut mengalami kehilangan sifat radikal.

Pengukuran aktivitas antioksidan dinyatakan dengan IC50 yang menunjukan

(33)

besarnya suatu senyawa antioksidan yang mampu menurunkan aktivitas antioksidan dari radikal bebas DPPH sebesar 50%. Pengujian senyawa fenolik dilakukan dengan metode Folin-Ciocelteu yang prinsipnya yaitu melakukan reaksi reduksi ion fenolat oleh reagen Folin-Ciocelteu pada suasana basa, kemudian untuk hasil senyawa fenolik total dinyatakan sebagai mg ekivalen asam galat per gram fraksi (Adriani et al, 2018).

Pemilihan pelarut etanol 96% sebagai pelarut karena dapat melarutkan senyawa polar seperti senyawa fenol dan flavanoid (Candra et al, 2021).

Pada metode sokletasi proses pemisahan suatu komponen yang terdapat dalam simplisia terjadi penyarian secara berulang-ulang. Penyarian yang berulang- ulang pada sokletasi dapat meningkatkan senyawa yang ingin diekstrak. Tetesan siklus tidak berwarna menandakan semua senyawa pada simplisia sudah terekstraksi dengan sempurna. Penggunaan suhu yang tinggi dan pelarut pada metode sokletasi dapat mengisolasi komponen yang diinginkan. Suhu tinggi atau panas yang digunakan pada metode sokletasi yaitu panas yang tidak langsung.

Proses panas yang tidak langsung dimana pelarut pada labu mengalami proses penguapan kemudian menuju kondensor dan terjadi proses kondensasi. Proses panas yang tidak langsung inilah yang membuat tidak ada kehilangan atau degradasi dari senyawa yang mudah menguap. Pemanasan dalam metode sokletasi membantu mengekstraksi senyawa-senyawa yang tidak larut dalam suhu kamar (Rosita et al, 2017).

I. Hipotesis

1. Ekstrak etanol 96% bunga telang memiliki kandungan senyawa fenolik yang dapat diukur dengan metode Folin-Ciocalteu yang dinyatakan dengan ekuivalen asam galat.

2. Ekstrak etanol 96% bunga telang memiliki aktivitas antioksidan yang dapat diukur dengan metode DPPH yang dinyatakan dalam nilai Inhibitor Concentration. IC50.

(34)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah. Jenis penelitian ini adalah eksperimental karena penelitian ini mencari hubungan sebab akibat dari ektrak etanol bunga telang yang digunakan dengan nilai IC50 yang ditimbulkan. Rancangan acak adalah pengambilan sampel bunga telang secara acak, tidak melalui proses pemilihan khusus. Penelitian ini juga menggunakan rancangan lengkap karena terdapat kontrol positif, kontrol negatif dan kontrol perlakuan. Pola searah adalah perlakuan yang diberikan sama pada semua kelompok baik kelompok kontrol positif, kontrol negatif dan kontrol perlakuan.

B. Variabel Penelitian a) Variabel utama

1. Variabel bebas : Variabel bebas pada penelitian ini adalah konsentrasi ekstrak etanol 96% bunga telang.

2. Variabel tergantung : Variabel tergantung pada penelitian ini adalah nilai aktifitas antioksidan (% penghambatan).

b) Variabel pengacau

1. Variabel pengacau terkendali : Variabel pengacau terkendali pada penelitian ini adalah waktu pemanenan, umur tanaman yang dipanen, pembuatan simplisia dan pembuatan ekstrak.

2. Variabel pengacau tak terkendali : Variabel pengacau tak terkendali pada penelitian ini adalah kondisi cuaca, lingkungan pada tempat tumbuh tanaman dan kondisi tempat uji antioksidan.

(35)

C. Definisi Operasional

Ekstrak bunga telang yaitu ekstrak kental yang diperoleh dari hasil sokletasi dengan pelarut etanol 96%. Hasil sokletasi dikumpulkan kemudian diuapkan dengan penguapan vakum sehingga diperoleh ekstrak kental.

Fenolik Total merupakan kandungan total fenolik pada suatu sampel yang diterapkan menggunakan metode Folin Ciocelteu. Asam galat digunakan sebagai standar yang dinyatakan sebagai massa ekivalen asam galat tiap mg sampel.

Metode DPPH adalah suatu metode yang digunakan untuk pengujian aktivitas antioksidan menggunakan radikal bebas DPPH (2,2-diphenyl-1- picrylhydrazly).

Persen inhibition concentration (%IC) merupakan suatu nilai yang dinyatakan dalam bentuk persen yang menyatakan kemampuan ekstrak etanol bunga telang dalam menangkap radikal bebas DPPH.

Inhibitory concentration 50 (IC50) merupakan konsentrasi ekstrak bunga telang yang dapat menghambat 50% radikal bebas

D. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bunga telang, aquadest, etanol 96%, etil asetat, bahan kimia kualitas pro analitik Sigma Chem. Co., USA beruparutin, asam galat, reagen Folin-Ciocalteu, dan DPPH (2,2-diphenyl-1- picryhdrazyl). Reagen Mayer LP, Dragendroff LP, serbuk magnesium P, gelatin 1%, dan bahan kimia pro analitik E. Merck berupa methanol, asam asetat glasial, asam klorida 37%, kloroform, natrium hidroksida, besi (III) klorida, KOH, hidrogen peroksida, asam sulfat, benzena dan ammonia

.

E. Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Spektrofotometer UV-Vis (Shimadzu UV mini-1240 UV-Vis Spektrofotometer), Kromatografi Lapis Tipis (KLT),vacuum rotary evaporator (buchi rotavapor),corong Buchner, pompa

(36)

vaccum, waterbath (Labo-tech, Haraeus), neraca analitik (Scaltec SBC 22, BP 160p), oven, vortex (Junke & Kunkel), micropipet 50-200 μl, micropipet 200-1000 μl, dan alat-alat gelas (Pyrex-Germany dan Iwaki).

F. Tata Cara Penelitian a) Determinasi tanaman

Bunga telang yang diteliti di determinasi menurut pustaka acuan. Determinasi dilakukan di Laboratorium Kebun Tanaman Obat, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Bahan yang digunakan untuk determinasi yaitu bunga pada bagian samping dan bagian, daun pada bagian atas dan bagian bawah dan batang.

b) Pengambilan Bahan Bunga Telang

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah bunga telang yang diperoleh dari daerah Kaliurang, Harjobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Kriteria bunga telang yang dipilih yaitu bunga telang sehat,segar dan dewasa yang telah mekar.

c) Pembuatan ekstrak

Sampel sebanyak 50 gram serbuk kering bunga telang dibungkus menggunakan kertas saring, diikat dengan benang pada kedua ujungnya dan masukan kedalam alat soklet. Pelarut etanol 96% dimasukkan kedalam labu soklet yang disesuaikan dengan besar soklet dengan prinsip dua kali sirkulasi. Lakukan proses sokletasi pada suhu pemanasan antara 81-96oC untuk pelarut etanol 96%

sampai tetesan siklus tidak berwarna lagi. Ekstrak cair yang diperoleh dipekatkan dengan menggunakan rotary evporator pada suhu 50oC. Pelarut yang tersisa diuapkan menggunakan waterbath hingga diperoleh ekstrak kental (Rosita et al, 2017).

d) Uji pendahuluan

1. Uji pendahuluan senyawa fenolik

Uji pendahuluan senyawa fenolik diakukan dengan cara 0,5 mL larutan uji 750,0 µg/mL dan larutan pembanding asam galat 150,0 µg/mL ditambah

(37)

2,5 mL pereaksi fenol Folin-Ciocalteu yang telah diencerkan dengan akuades (1:10 v/v) kedalam tabung reaksi. Diamkan selama 10 menit.

Tambahkan 7,5 mL larutan natrium karbonat 1 M. Kemudian amati warna larutan tersebut (Rollando danMonica, 2018).

2. Uji pendahuluan aktivitas antioksidan

Uji pendahuluan aktivitas antioksidan dilakukan dengan 1 mL larutan DPPH dimasukan ke dalam masing-masing tiga tabung reaksi.

Ditambahkan masing-masing dengan 1 mL metanol p.a, larutan pembanding rutin 37,5 μg/mL, dan larutan uji 200,0 μg/mL. Selanjutnya, larutan tersebut ditambahkan dengan 3 mL metanol p.a. Setelah 30 menit, amati warna pada larutan tersebut (Rollando dan Monica, 2018).

e)

Uji kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Plat KLT silika gel GF254 diaktifasi dengan cara dioven pada suhu 100 ºC selama 10 menit untuk menghilangkan air yang terdapat pada plat KLT.

Ekstrak kental hasil ekstraksi dilarutkan dengan etanol 96% kemudian ditotolkan beberapa titik yang ditandai pada plat dengan menggunakan pipet mikro pada jarak 1 cm dari garis bawah dan 1 cm dari garis atas. Selanjutnya dielusi dengan menggunakan eluen yang yang memberikan hasil pemisahan terbaik pada KLT yaitu n-butanol : asam asetat : air (BAA) dengan perbandingan (4:1:5). Setelah elusi mencapai batas penambaran kemudian plat KLT diangin-anginkan dan diperiksa di bawah sinar UV pada panjang gelombang 254 nm dan 365 nm. (Koirewoa et al, 2012).

f) Penentuan kandungan fenolat total 1. Pembuatan larutan asam galat

Sebanyak 25 mg Asam galat ditimbang, selanjutnya dimasukkan dalam gelas beker dan dilarutkan menggunakan aquades : methanol p.a (1:1).

Larutan tersebut dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL, kemudian ditambahkan akuades : methanol p.a (1:1) hingga tanda batas. Larutan kemudian diambil sebanyak 0,5 ; 0,75 ; 1 ; 1,25 ; dan 1,5mL, dimasukkan ke dalam labu takar 10 mL dan ditambahkan aquades : methanol p.a (1:1)

(38)

hingga tanda batas, sehinggadiperoleh konsentrasi larutan baku asam galat 50 ; 75 ; 100 ; 125 ; dan 150 μg/mL.

2. Pembuatan larutan uji untuk penentuan kandungan fenolik

Sebanyak 250 mg ekstrak etanol 96% bunga telang ditimbang, selanjutnya dilarutkan menggunakan methanol p.a dalam gelas beker kemudian dimasukkan ke dalam labu takar berukuran10 mL dan ditambahkan methanol p.a sampai tanda batas. Selanjutnya larutan intermediet dibuat dengan mengambil sebanyak 3,6 mL larutan stok, kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 10 mL dan ditambahkan methanol p.a sampai batas tanda. Sebanyak 2,5 mL larutan intermediet kemudian diambil dan masukkan ke dalam labu takar 10 mL, ditambahkan methanol p.a sampai tanda batas. Diperoleh konsentrasi larutan uji sebesar 4500,0 μg/mL.

3. Penentuan operating time

Larutan asam galat konsentrasi 50 ; 100 ; dan 150 μg/mL diambil sebanyak 0,5 mL. Kemudian Reagen Folin-Ciocalteu ditambahkan sebanyak 2,0 mL pada larutan. Kemudian ditambahkan dengan 4,0 mL natrium karbonat 1 M.

Selanjutnya absorbansi larutan dibaca setiap 5 menit dengan spektrofotometer visibel pada panjang gelombang 760 nm selama 60 menit.

4. Penentuan panjang gelombang maksimum

Larutan asam galat dengan konsentrasi 50 ; 100 ; dan 150 μg/mL diambil sebanyak 0,5 mL. Kemudian Reagen Folin-Ciocalteu ditambahkan sebanyak 2,0 mL pada larutan. Kemudian ditambahkan 4,0 mL natrium karbonat 1 M pada masing-masing larutan. Diamkan selama operating time yang telah didapat, setelah itu dilakukan scanning panjang gelombang maksimum dengan spektrofotometer visible dengan panjang gelombang 600-800 nm.

5. Pembuatan kurva baku asam galat

Larutan asam galat dengan konsentrasi 50 ; 75 ; 100 ; 125 ; dan 10 μg/mL diambil sebanyak 0,5 mL. Kemudian Reagen Folin-Ciocalteu dimasukkan sebanyak 2,0 mL pada larutan. Selanjutnya, ditambahkan natrium karbonat 1 M sebanyak 4,0 mL, didiamkan selama operating time yang telah didapat.

(39)

Kemudian absorbansi dibaca pada panjang gelombang maksimum yang telah diperoleh hingga 3 kali replikasi.

6. Estimasi kandungan fenolik total larutan uji

Larutan uji dengan konsentrasi 4500,0 μg/mL diambil sebanyak 0,5 mL.

Kemudian Reagen Folin-Ciocalteu ditambahkan sebanyak 2 mL.Selanjutnya, ditambahkan natrium karbonat 1 M sebanyak 4,0 mL, kemudian didiamkan selama operating time yang telah di dapat. Absorbansi dibaca pada panjang gelombang maksumum yang telah diperoleh.

g) Penentuan aktivitas antioksidan 1. Pembuatan larutan DPPH

Sebanyak 5 mg DPPH ditimbang kemudian dilarutkan dengan methanol p.a di dalam labu ukur 50 mL dan diperoleh larutan stok dengan konsentrasi 100 μg/mL. Larutan stok DPPH kemudian diambil sebanyak 5 mL,ditambahkan methanol p.a sampai 25,0 mL. Kemudian larutan tersebut ditutup dengan aluminium foil dan harus selalu dibuat baru.

2. Pembuatan larutan stok rutin

Sebanyak 5 mg rutin dilarutkan dalam methanol p.a sampai 50,0 mL.

3. Pembuatan larutan standar rutin

Diambil sebanyak 3,0 ; 4,0 ; 5,0 ; 6,0 ; dan 7,0 mL larutan stok, dimasukkan kedalam tabung 10 mL. Kemudian ditambahkan methanol p.a sampai 10 mL, sehingga diperoleh konsentrasi larutan rutin standar sebesar 30 ; 40 ; 50 ; 60 ; dan 70 μg/mL.

4. Pembuatan larutan uji

Ekstrak etanol 96% bunga telang ditimbang sebanyak 250,0 mg kemudian ditambahkan methano lp.a sampai 10,0 mL.Larutan diambil sebanyak 2,0 mL kemudian ditambahkan dengan methanol p.a sampai 10,0 mL, menjadi larutan intermediet. Kemudian diambil 0,6 ; 1,0 ; 1,4 ; 1,8 ; dan 2,2 mL sehingga diperoleh konsentrasi larutan uji sebesar 600 ; 1000 ; 1400 ; 1800

; dan 2200 μg/mL.

5. Pembuatan larutan kontrol

(40)

Larutan yang digunakan adalah 0,2 mL methanol p.a dimasukkan kedalam tabung reaksi dan ditambahkan 3,8 mL DPPH, kemudian di vortex selama 30 detik dan didiamkan selama 30 menit (Reaction Time).

6. Penentuan operating time (OT)

Digunakan sebanyak 3 konsentrasi rutin yaitu 5, 15 dan 25 μg/mL.

Sebanyak 3,8 mL larutan DPPH dimasukkan dalam tabung reaksi tertutup, ditambah 0,2 mL larutan standar rutin. Campuran larutan kemudian di vortex selama 30 detik. Selanjutnya dibaca absorbansinya dengan spektrofotometer visibel pada panjang gelombang maksimal 517 nm setiap 5 menit selama 60 menit sampai diketahui terjadi penurunan absorbansi secara nyata.

7. Penentuan panjang gelombang serapan maksimum

Larutan DPPH yang telah dibuat dengan konsentrasi 20 ; 30 ; dan 40 μg/mL ditentukan spectrum serapannya menggunakan spektrofotometer UV pada panjang gelombang 400 nm hingga 700 nm dan ditentukan panjang gelombang optimumnya.

8. Penentuan aktivitas antioksidan

Masing-masing larutan uji di ambil sebanyak 0,2 mL dan dimasukkan kedalam tabung reaksi. Ditambahkan 3,8 mL DPPH 20 μg/mL dan di vortex selama 30 detik. Kemudian, didiamkan selama (Operating Time) dan diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum. Dilakukan pengujian yang sama untuk pembanding rutin. Replikasi dilakukan sebanyak 3 kali.

9. Estimasi aktivitas antioksidan

Hasil dari prosedur tersebut, dihitung nilai %IC dan IC50 untuk rutin dan ekstrak etanol 96% bunga telang.

G. Analisis Penelitian

Aktivitas penangkapan radikal DPPH (%IC) dihitung menggunakan rumus :

(41)

absorbansi larutan kontrol – absorbansi larutan uji

absorbansi larutan kontrol x 100%

Data aktivitas tersebut dianalisis dan dihitung nilai IC50 menggunakan persamaan regresi linear dengan sumbu x adalah konsentrasi larutan uji atau pembanding sedangkan sumbu y adalah %IC.

Kandungan fenolik total ekstrak etanol bunga telang dinyatakan sebagai mg ekivalen asam galat per g ekstrak etanol bunga telang dengan memasukkan absorbansi dari larutan uji ke dalam persamaan regresi linear dari kurva baku asam galat.

(42)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Determinasi Tanaman

Tanaman bunga telang digunakan dalam penelitian ini dilakukan determinasi terlebih dahulu. Tujuan dilakukannya determinasi ini adalah untuk mengetahui dan memastikan kebenaran identitas bunga telang yang akan digunakan dalam penelitian ini serta untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam pengambilan sampel bunga telang. Determinasi tanaman dilakukan di Laboratorium Kebun Obat Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta dan didapatkan hasil determinasi bahwa tanaman yang digunakan adalah Clitoria ternatea L. (Lampiran 1).

B. Hasil Pengumpulan Bahan

Pengumpulan bunga telang dilakukan di Kaliurang, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Bunga telang dipanen pada pagi hari sebelum matahari terbit dan bunga yang dipilih tidak ada bagian yang rusak, kering atau berwarna kuning kecoklatan dengan tujuan agar didapat bahan yang masih segar dan senyawa fenolik yang terdapat pada bunga telang belum termetabolisme menjadi bentuk metabolit sekunder lain.

(43)

Gambar 2

.

Bunga Telang (Dokumentasi pribadi, 2022).

C. Hasil Preparasi Sampel

Bunga telang yang telah dipanen dilakukan sortasi bahan dengan memilih bunga telang yang tidak rusak, selanjutnya bahan dicuci dengan air mengalir untuk membersihkan bahan simplisia dari debu atau kotoran yang menempel pada permukaan bunga. Kemudian bahan simplisia dikeringkan dibawah sinar matahari selama kurang lebih 7 hari sampai simplisia kering yang ditandai dengan bunga mudah dipatahkan. Tujuan pengeringan adalah untuk mengurangi kandungan air yang terdapat di dalam simplisia sehingga mengurangi resiko terjadinya kontaminasi dari jamur dan mikroorganisme. Kadar air yang cukup tinggi pada suatu bahan menyebabkan senyawa antioksidan yang terdapat pada bahan akan semakin sedikit nilainya karena kandungan air lebih banyak daripada kandungan senyawa antioksidan. Aktivitas antioksidan akan semakin kuat apabila kandungan air bahan dikurangi (Wirani, 2017). Kadar air yang tinggi juga dapat menyebabkan senyawa flavonoid teroksidasi sehingga menurunkan aktivitas antioksidan.

Simplisia yang telah kering dapat ditandai dengan apabila bunga diremas bergemerisik dan mudah hancur menjadi serpihan. Selanjutnya simplisia kering dihaluskan menggunakan blender dan dilakukan pengayakan dengan menggunakan

(44)

pengayak nomer mesh 40 sampai diperoleh serbuk halus bunga telang. Tujuan dilakukan penyerbukan adalah untuk mendapatkan ukuran partikel yang sesuai sehingga luas permukaan simplisia yang bersentuhan dengan cairan penyari menjadi lebih besar dan mempermudah cairan penyari menembus simplisia. Luas permukaan yang besar akan mengoptimalkan pembasahan serbuk simplisia oleh cairan penyari sehingga hasil penyarian menjadi lebih optimal.

D. Hasil Ekstraksi Bunga Telang

Serbuk halus bunga telang yang telah diperoleh kemudian diekstraksi menggunakan metode sokletasi dengan pelarut etanol 96%. Sampel bunga telang dilarutkan dengan menggunakan pelarut etanol 96% kemudian dilakukan proses sokletasi dengan suhu pemanasan 60-800C sampai tetesan siklus tidak berwarna lagi menandakan semua senyawa pada simplisia sudah terekstraksi dengan sempurna. Titik didih pelarut etanol yaitu 78,320C maka suhu pemanasan untuk metode sokletasi yang digunakan dalam rentang 60-800C (Rosita et al, 2017).

Hasil sokletasi kemudian dipekatkan dengan menggunakan vaccum rotary evaporator dengan suhu dan tekanan yang rendah. Suhu yang terlalu tinggi akan mengakibatkan senyawa fenolik dalam filtrat akan ikut teruapkan bersama cairan penyari. Tekanan rendah akan mempercepat proses penguapan karena cairan penyari akan menguap di bawah titik didihnya dan dapat menjaga senyawa aktif dari kerusakan akibat panas berlebih. Setelah sebagian besar pelarut etanol 96%

teruapkan, sampel diletakkan di atas waterbath pada suhu 500C hingga diperoleh ekstrak kental etanol bunga telang dengan berat sebesar 80,869 gram dari 120 gram serbuk bunga telang dan diperoleh rendemen sebesar 67,379%. Berdasarkan hasil tersebut sudah sesuai dikarenakan nilai rendemen ekstrak etanol bunga telang lebih dari 10% ekstrak yang didapat. Penelitian yang dilakukan oleh Paonganan dan Vifta (2022), nilai rendemen dari ekstrak etanol bunga telang tidak kurang dari 10%

sehingga dapat dikatakan bahwa rendemen ekstrak yang didapatkan sudah baik dan sesuai literatur.

(45)

E. Uji Pendahuluan Ekstrak Etanol Bunga Telang 1. Uji pendahuluan senyawa fenolik ektrak etanol bunga telang

Uji pendahuluan senyawa fenolik bertujuan untuk mengetahui keberadaan senyawa fenolik dalam ekstrak etanol bunga telang. Pengujian dilakukan dengan metode Folin-Ciocalteu. Metode ini akan mengakibatkan terjadinya reduksi dari ion fenolat dan senyawa lain yang bisa tereduksi, sehingga akan terjadi perubahan warna menjadi biru pada susana yang basa (Nunes et al, 2012). Semakin tinggi kadar fenolik dalam suatu sampel, maka semakin pekat warna biru yang terbentuk.

Perubahan warna biru inilah yang digunakan sebagai indikator keberadaan senyawa fenolik dalam sampel secara visual mata.

Uji pendahuluan senyawa fenolik menggunakan tiga tabung yang berisi kontrol positif, kontrol negatif dan sampel. Kontrol positif yang digunakan adalah reagen FolinCiocalteu yang direaksikan dengan larutan pembanding asam galat dan larutan natrium karbonat 1M. Kontrol negatif yang digunakan yaitu reagen Folin- Ciocalteu, metanol : air (1:1) dan natrium karbonat 1M. Sedangkan sampel berisikan larutan uji ekstrak etanol bunga telang, reagen Folin-Ciocalteu dan natrium karbonat1M.

Keterangan (A = kontrol positif; B = kontrol negatif; C = sampel) Gambar 3. Hasil uji pendahuluan senyawa fenolik ekstrak etanol bunga

telang

A B C

(46)

Berdasarkan hasil uji pendahuluan fenolik ekstrak etanol bunga telang (Gambar 3) menunjukan perubahan warna pada kontrol positif menjadi biru tua.

Pada kontrol negatif tidak terjadi perubahan warna. Sedangkan pad a sampel terjadi perubahan warna menjadi biru tua yang lebih gelap dari kontrol positif. Maka dapat disimpulkan bahwa sampel uji mengandung senyawa fenolik yang dibuktikan dengan terajdinya perubahan warna menjadi biru tua karena terjadi proses reduksi oleh reagen Folin-Ciocalteu pada suasana yang basa.

2. Uji pendahuluan senyawa antioksidan ektrak etanol bunga telang Uji pendahuluan senyawa antioksidan bertujuan untuk mengetahui keberadaan senyawa dalam ekstrak etanol bunga telang yang mempunyai potensi sebagai senyawa antioksidan.Uji pendahuluan antioksidan dilakukan dengan cara kualitatif menggunakan metode DPPH (2,2-difenil-1- pikrilhidrazyl) karena hanya melakukan pengamatan secara visual mata. Keberadaan senyawa antioksidan dapat mengubah warna larutan DPPH. Hilangnya sifat radikal bebas ini menyebabkan tidak terjadinya delokalisasi elektron dalam molekul DPPH, sehingga warna ungu akan berkurang intensitasnya menjadi kuning. Pengurangan intensitas warna ini sebanding dengan jumlah radikal bebas DPPH yang ditangkap oleh senyawa antioksidan (Rollando dan Monica, 2018).

Uji pendahuluan senyawa antioksidan menggunakan tiga tabung yang berisi kontrol poritif, kontrol negatif dan sampel. Kontrol positif yang digunakan adalah DPPH yang direaksikan dengan rutin. Kontrol negatif yang digunakan yaitu larutan DPPH. Sedangkan sampel berisikan larutan uji ekstrak etanol bunga telang dan larutan DPPH.

Referensi

Dokumen terkait

Pemerintah menyatakan bahwa kurikulum yang dipakai satuan pendidikan penyelenggara pendidikan inklusif adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang

Potensi Ekstrak Bunga Telang (Clitoria Ternatea) Sebagai Pewarna Alami Lokal Pada Berbagai Industri Pangan (The Potential Of Extract Butterfly Pea Flower (Clitoria Ternatea

Persentase motivasi belajar siswa yang paling tinggi yaitu pada indikator minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran sebesar 88,19% yang menunjukkan bahwa siswa

Shahrizal (2019) dalam penelitiannya menggunakan metode DPPH dalam pengukuran antioksidan, dimana hasil yang didapatkan pada pengujian kandungan fitokimia ekstrak

Abstrak: Penelitian ini dilatar belakangi oleh kemenangan Joko Widodo-Jusuf Kalla pada pemilihan presiden tahun 2014 di Kecamatan Meral Kabupaten Karimun dimana

Pengamatan gejala toksisitas selama 14 hari setelah pemberian ekstrak etanol 70% bunga telang (Clitoria ternatea L.) dengan dosis 2000 mg/kgBB sesuai dengan syarat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa biofilm dari pati biji nangka murni dengan penambahan kappa karaginan sebesar 50%b/b mengalami kenaikan elongation at break (∆ε) dari 5,659%

Berdasarkan hasil uji sitotoksisitas menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) menunjukkan bahwa ekstrak etanol bunga telang (Clitoria ternatea L.)