• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGADILAN NEGERI PALANGKA RAYA

N/A
N/A
hadi yanto

Academic year: 2023

Membagikan "PENGADILAN NEGERI PALANGKA RAYA"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Kondisi Umum

Rencana Strategis (Renstra) merupakan dokumen perencanaan Pengadilan Negeri Palangka Raya untuk jangka waktu 5 (lima) tahun, yang memuat visi, misi, tujuan, sasaran, strategi, kebijakan serta program dan kegiatan yang disusun berdasarkan landasan Nasional. Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN). Penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Pengadilan Negeri Palangka Raya Tahun 2020-2024 merupakan salah satu amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN). Untuk menata kembali organisasi dan tata kerja pengadilan, Mahkamah Agung menerbitkan Perma Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kepaniteraan dan Sekretariat Pengadilan.

Izin ini mengatur pemisahan jabatan sekretaris dan panitera, dan dengan diterbitkannya izin ini menimbulkan jabatan struktural baru. Oleh karena itu, dengan dikeluarkannya Penetapan Mahkamah Agung ini dan sesuai dengan Kajian Rencana Strategis (RENSTRA) Mahkamah Agung Republik Indonesia, Pengadilan Negeri Palangka Raya telah menetapkan tujuan-tujuan strategis yang ingin dicapai Pengadilan Negeri Palangka Raya, antara lain: . Rencana Strategis Pengadilan Negeri Palangka Raya Tahun 2020-2024 disusun dalam rangka upaya perbaikan reformasi birokrasi peradilan guna mewujudkan sistem peradilan yang semakin sukses, efisien, profesional, transparan, akuntabel, dan amanah.

Potensi dan Permasalahan

Lingkungan internal mempengaruhi kinerja lembaga peradilan yang dapat mengoptimalkan kekuatan dan menganalisis kelemahan dalam mendukung kegiatan perumusan kebijakan, program dan pelaksanaan. Kurangnya pelatihan untuk meningkatkan sumber daya manusia di lingkungan peradilan dalam permasalahan pengelolaan Teknologi Informasi (TI) masih dirasa sangat kurang, bahkan untuk mencapai misi Mahkamah Agung yaitu memberikan pelayanan prima kepada masyarakat yang mencari keadilan, Hal ini apakah sektor Internal Pengadilan yang perlu diperbaiki adalah sarana dan prasarana IT; Kurangnya pelatihan untuk peningkatan sumber daya manusia di lingkungan peradilan terkait dengan panitera dan sekretariat;

Lingkungan eksternal dalam hal ini yang dimaksud dengan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi kinerja instansi Pengadilan Negeri Palangka Raya, sebagai berikut: Dari analisa lingkungan internal dan eksternal di atas, maka potensi permasalahan pada Pengadilan Negeri Palangka Raya kembali muncul. ditunjukkan dengan analisis SWOT. Komitmen Ketua Pengadilan Negeri Palangka Raya dan seluruh pihak yang terlibat dalam institusi Pengadilan Negeri;

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS

  • Visi
  • Misi
  • Tujuan
  • Sasaran Strategis
  • Indikator Kinerja Utama

Inputnya adalah sisa jumlah perkara pidana dari tahun sebelumnya yang harus diselesaikan pada tahun berjalan. Input adalah sisa jumlah perkara pidana khusus dari tahun sebelumnya yang harus diputus pada tahun berjalan.

ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

Arah Kebijakan dan Strategi Mahkamah Agung

Banyaknya perkara yang masuk ke Mahkamah Agung, 80% perkara yang diajukan di tingkat banding, mendapat upaya hukum di Mahkamah Agung dan 90% berasal dari peradilan umum, sehingga menyulitkan Mahkamah Agung dalam menyusun permasalahan hukum dan pemantauan. konsistensi keputusan. Diharapkan kedepannya dapat diupayakan dengan melakukan perubahan/revisi terhadap rancangan undang-undang atau peraturan hukum acara oleh Mahkamah Agung. Jangka waktu penanganan perkara di Mahkamah Agung sesuai dengan Keputusan Ketua Mahkamah Agung Nomor: 138/KMA/SK/IX/2009 tentang jangka waktu penanganan perkara di Mahkamah Agung Republik Indonesia. yang menyatakan bahwa segala perkara yang ditangani oleh Mahkamah Agung harus diselesaikan dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sejak perkara itu didaftarkan, sedangkan penyelesaian perkara pada tingkat pertama dan tingkat banding diatur dengan surat edaran Mahkamah Agung. Ketua Mahkamah Agung Nomor: 3 i Tahun 1998 tentang Penyelesaian Perkara, yang menyatakan bahwa perkara perdata umum, perkara perdata agama, dan perkara tata usaha negara, kecuali karena sifat dan keadaan perkaranya terikat untuk berlangsung lebih dari 6 tahun. (enam) bulan dengan ketentuan Ketua Pengadilan Tingkat Pertama yang bersangkutan wajib melaporkan alasannya kepada Ketua Pengadilan Tinggi.

Dengan semangat pimpinan Mahkamah Agung dalam melakukan pembenahan kinerja Mahkamah Agung beserta jajarannya serta melaksanakan kepastian hukum dan menyikapi pengaduan masyarakat mengenai lamanya waktu penyelesaian perkara di lingkungan Mahkamah Agung dan jajarannya. pengadilan yang lebih rendah, Ketua Pengadilan Tinggi mengeluarkan surat. Keputusan KMA 21 Nomor: 119/KMA/SK/VII/2013 tentang Penetapan Hari Musyawarah dan Pidato pada Mahkamah Agung Republik Indonesia pada butir tiga menyatakan bahwa hari musyawarah dan pidato harus ditetapkan paling lambat 3 (tiga) hari. bulan setelah berkas perkara diterima oleh Majelis Ketua, kecuali untuk perkara yang jangka waktu penanganannya ditentukan lebih cepat oleh undang-undang (misalnya perkara Perdata Khusus atau Perkara Pidana yang terdakwanya ditahan). Penyelesaian perkara Tingkat Pertama dan Tingkat Banding diterbitkan dalam Surat Edaran Ketua Mahkamah Agung Nomor: 2 Tahun 2014 tentang Penyelesaian Perkara pada Pengadilan Tingkat Pertama dan Tingkat Banding pada 4 (empat) Daerah Peradilan yang menyatakan bahwa penyelesaian perkara pada Tingkat Pertama dan Tingkat Banding telah diterbitkan. penyelesaian perkara di Pengadilan Tingkat Pertama paling lambat 5 (lima) bulan sedangkan perkara di Pengadilan Tinggi diselesaikan paling lambat 3 (tiga) bulan, syarat waktunya meliputi penyelesaian berita acara.

Untuk memperlancar penyelesaian perkara, Mahkamah Agung dan pengadilan di bawahnya selalu melakukan peninjauan secara berkala dengan menggunakan laporan perkara. Selain hal di atas, Mahkamah Agung juga melakukan terobosan dalam menyelesaikan perkara perdata yang memenuhi spesifikasi tertentu sehingga dapat diselesaikan melalui pengadilan negeri, sehingga tidak harus terikat dengan hukum formal yang ada. peraturan sebagai payung hukum bagi pelaksanaan peradilan gugatan kecil. Pengadilan Keliling/Tempat Pencukuran yang dalam pelaksanaannya selain penyelesaian perkara sederhana bagi masyarakat miskin dan marginal, juga memperkenalkan inovasi-inovasi untuk membantu masyarakat yang belum memiliki hak identitas hukum (akta kelahiran, akta nikah, dan akta cerai), karena keterbatasan anggaran telah mampu menjangkau dan memenuhi kebutuhan masyarakat miskin dan terpinggirkan, diharapkan kedepannya dilakukan penguatan baseline estimasi berdasarkan data dan penguatan alokasi anggaran, serta penguatan kerjasama dengan Kementerian Luar Negeri. Urusan. Agama dan Kementerian Dalam Negeri dengan menyusun peraturan bersama.

Jangka waktu pemrosesan perkara di Mahkamah Agung Republik Indonesia sesuai dengan Keputusan Presiden Mahkamah Agung nomor: 138/KMA/SK/IX/2009 tentang jangka waktu pemrosesan perkara di Mahkamah Agung. Negara Republik Indonesia yang menyatakan bahwa segala perkara yang diproses di Mahkamah Agung harus diputus dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sejak perkara itu didaftarkan, sedangkan penyelesaian perkara pada tingkat pertama dan tingkat banding diatur melalui Undang-undang. surat edaran Ketua Mahkamah Agung Nomor: 3 Tahun 1998 tentang pengurusan perkara, yang menyatakan bahwa perkara perdata biasa, perkara perdata agama, dan perkara tata usaha negara, kecuali karena sifat dan keadaan perkaranya, terpaksa mengambil keputusan lebih lanjut. lebih dari 6 (enam) bulan, dengan ketentuan Ketua Pengadilan Tingkat Pertama yang bersangkutan wajib melaporkan alasannya kepada Ketua Pengadilan Tinggi. Dengan semangat pimpinan Mahkamah Agung dalam melakukan pembenahan kinerja Mahkamah Agung beserta jajarannya serta penegakan supremasi hukum dan menjawab pengaduan masyarakat mengenai lamanya waktu penyelesaian perkara di lingkungan Mahkamah Agung dan jajarannya. pengadilan yang lebih rendah, Ketua Mahkamah Agung mengeluarkan Keputusan KMA nomor: 119/KMA/SK/VII/2013 tentang Penetapan hari musyawarah dan pidato di Mahkamah Agung Republik Indonesia pada butir ketiga, bahwa hari musyawarah dan pidato harus diputus paling lambat 3 (tiga) bulan setelah berkas perkara diterima oleh ketua majelis, kecuali untuk perkara-perkara yang jangka waktunya telah ditentukan sebelumnya oleh undang-undang (misalnya perkara perdata khusus atau perkara pidana yang terdakwanya ditahan). Penyelesaian perkara tingkat pertama dan tingkat banding diterbitkan dalam surat edaran Ketua Mahkamah Agung Nomor: 2 Tahun 2014 tentang penyelesaian perkara tingkat pertama dan tingkat banding pada 4 (empat) daerah peradilan yang menyatakan bahwa penyelesaian perkara tingkat pertama dan tingkat banding pada 4 (empat) daerah peradilan yang menyatakan bahwa penyelesaian perkara tingkat pertama dan tingkat banding telah dikeluarkan. perkara di Pengadilan Tingkat Pertama paling lambat 5 (lima) bulan setelah selesai.

Selain hal di atas, Mahkamah Agung juga telah melakukan terobosan dalam penyelesaian perkara perdata yang memenuhi spesifikasi tertentu agar dapat diselesaikan melalui peradilan ringan sehingga tidak harus terikat dengan hukum formal yang ada. telah menyusun peraturan sebagai payung hukum bagi pelaksanaan peradilan gugatan kecil.

Arah Kebijakan dan Strategi Pengadilan Negeri Palangka Raya

24 perkara di hadapan Pengadilan Tinggi paling lambat 3 (tiga) bulan, dengan persyaratan waktu termasuk pembuatan berita acara. Putusan perkara Tipikor yang menarik perhatian masyarakat dapat diakses secara online dalam waktu 1 (satu) hari setelah putusan. Untuk mewujudkan tujuan strategis peningkatan akses terhadap keadilan bagi masyarakat miskin dan marginal, hal tersebut dicapai melalui 3 (tiga) arah kebijakan sebagai berikut.

Pembebasan biaya perkara bagi masyarakat miskin dilihat dari realisasinya semakin meningkat setiap tahunnya, namun memiliki keterbatasan berupa keterbatasan anggaran dibandingkan dengan potensi masyarakat miskin untuk berperkara, permasalahan pelaporan keuangan serta sikap masyarakat yang malu/tidak yakin terhadap hal tersebut. layanan Diharapkan di masa depan manfaat pengecualian kasus bagi masyarakat miskin dapat dipublikasikan dan penguatan alokasi anggaran. Dalam pelaksanaannya, Mobile Court/Zitting Plaats selain menyelesaikan perkara sederhana masyarakat miskin dan marginal, juga melakukan inovasi untuk membantu masyarakat yang tidak mempunyai hak identitas.

Penyelenggaraan layanan bantuan hukum ini diberikan untuk membantu masyarakat miskin dan tidak mampu membayar pengacara dalam hal penyusunan dokumen hukum, memberikan nasihat dan membantu hak-hak pihak yang berperkara di luar pengadilan (bukan pihak yang berperkara). mewujudkan tujuan strategis peningkatan kepatuhan terhadap putusan pengadilan, hal ini dicapai dengan arah politik: Putusan perkara perdata yang ditindaklanjuti (dilaksanakan) Sasaran strategis 5: Peningkatan transparansi SDM, keuangan dan pengelolaan aset Mewujudkan tujuan strategis Peningkatan transparansi SDM Pengelolaan Keuangan dan Aset dicapai dengan arah kebijakan: Jumlah SDM yang mengikuti pelatihan teknis, Jumlah SDM yang mengikuti pelatihan administrasi umum, persentase realisasi PNBP, persentase realisasi anggaran DIPA 01, persentase realisasi anggaran DIPA 03.

Kerangka Regulasi

27 Mahkamah Agung sebagai salah satu Lembaga Tinggi Negara diberi amanah untuk melaksanakan program pemerintah guna mewujudkan pembangunan hukum nasional yang bertujuan untuk lebih mengembangkan kesadaran dan penegakan hukum dalam berbagai aspek. Tahapan sasaran Pembangunan Hukum Nasional Jangka Menengah RPJMN 2020-2024 adalah kesadaran dan penegakan hukum dalam berbagai aspek kehidupan semakin mantap dan profesionalisme aparatur negara di pusat dan daerah semakin mampu mendukung pembangunan nasional. Dalam melaksanakan program prioritas pemerintah sebagaimana tertuang dalam RPJM 2020-2024 yang ditugaskan kepada masing-masing kementerian/lembaga, kementerian/lembaga terkait harus menetapkan kerangka peraturan yang akan menjadi alat untuk mencapai target kelembagaan.

Kerangka peraturan adalah rencana pembentukan peraturan untuk memudahkan, mendorong dan mengatur perilaku masyarakat dan penyelenggaraan negara untuk mencapai tujuan negara.

Kerangka Kelembagaan

29 Profil lengkap Sumber Daya Manusia Pengadilan Negeri Palangka Raya dan jabatannya per 31 Desember 2020 adalah sebagai berikut. Dengan demikian, jumlah staf SDM di PN Palangka Raya sebanyak 52 orang tenaga teknis/non teknis dan tambahan 16 orang tenaga honorer, sehingga totalnya berjumlah 68 orang. Untuk mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran strategis, Pengadilan Negeri Palangka Raya mempunyai 3 program, antara lain :

TARGET KINERJA

PENUTUP

Referensi

Dokumen terkait

TINJAUAN PENGAJUAN KASASI OLEH TERDAKWA TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SUMENEP DAN ARGUMENTASI MAHKAMAH AGUNG DALAM MENGABULKANNYA (Studi Putusan Perkara

3 Selanjutnya untuk memberikan arah dan sasaran yang jelas serta sebagai pedoman dan tolok ukur kinerja Pengadilan Negeri Palangka Raya diselaraskan dengan arah

Sejak mediasi secara resmi dilembagakan dalam proses penyelesaian perkara perdata di Pengadilan, melalui Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 1 Tahun 2008 yang ditetapkan

• Sosialisasi Sistem Informasi Pengawasan Mahkamah Agung RI (SIWAS MARI) Disamping penanganan pengaduan dan pemeriksaan langsung tersebut, Pengadilan Tinggi juga

Sepanjang tahun 2018 perkara perdata yang mengajukan permohonan eksekusi putusan ke Pengadilan Negeri Palangka Raya sebanyak 10 perkara dari jumlah putusan yang sudah BHT

Rencana Aksi Pengadilan Tinggi Agama Palangka Raya Tahun 2021 disusun sebagai dokumen perencanaan yang menguraikan sasaran strategis, indikator kinerja serta

Dalam hal perkara telah diputus, Mahkamah Agung wajib mengirimkan salinan putusan kepada Pengadilan Negeri untuk diberitahukan kepada terdakwa dan Penuntut Umum,

3 Selanjutnya untuk memberikan arah dan sasaran yang jelas serta sebagai pedoman dan tolok ukur kinerja Pengadilan Negeri Palangka Raya diselaraskan dengan arah