ONTOLOGI PENDIDIKAN SOSIOLOGI
Hakikat Pendidikan Sosiologi
Ilmu pedagogi sebagai ilmu dapat diartikan sebagai ilmu pendidikan yang memerlukan pentingnya bangunan teoritis. Sosiologi juga sering dipahami sebagai ilmu yang mempelajari jaringan hubungan antar manusia dalam masyarakat.
Objek Kajian Pendidikan Sosiologi
Tujuan pembelajaran Sosiologi selama ini selalu dirumuskan secara praktis melalui saluran atau metode di luar disiplin ilmu Sosiologi. Saya ingin menekankan bahwa – mengikuti Mills, tujuan studi sosiologi harus dirumuskan sebagai upaya untuk membangun/membentuk/.
Empat Bidang Sosiologi
Sosiologi kritis seringkali berpartisipasi dalam berbagai perumusan kritis dan aktivitas politik. Sosiologi publik dalam pengertian serupa dapat disebut “kritik sosial”, yaitu penerapan pemikiran sosiologi dalam diskusi/debat publik dan tulisan.
Imajinasi Sosiologis Sebagai Tujuan
Dari situ, Mills kemudian menekankan imajinasi sosiologis sebagai semacam teknik untuk memahami sejarah-diri-masyarakat. Ketiga, apa dan bagaimana variasi manusia yang berbeda-beda muncul dalam masyarakat dan periode sejarah.
Peningkatan Kualitas Berfikir dengan Imajinasi
Pengetahuan unik dan spesifik apa yang tumbuh dan berkembang dari dulu hingga saat ini. Bagaimana pola tindakan, kegiatan yang terjadi pada diri saya, keluarga saya, kota saya dan masyarakat saya.
Metode Pembelajaran Imajinasi Sosiologis
Hoop mengembangkan metode yang menekankan pada narasi pengalaman hidup siswa dalam pengajaran Imajinasi Sosiologis (Katrina Hoop, 2013). Sementara itu, pengalaman mengajar Debbie Storr menyarankan 'storytelling' untuk mengembangkan imajinasi sosiologis di sekolah-sekolah di Tokyo.
Beberapa Pandangan Mengenai Sosiologi
Dalam Kurikulum 2013, salah satu pertanyaan krusial dalam mata pelajaran sosiologi (dan antropologi) adalah 'unifikasi'. Percampuran ini menunjukkan bahwa khasanah suatu disiplin ilmu tidak diikuti dengan disiplin dalam menyusun dan membedakan topik.
Kesimpulan
Walaupun terdapat perbedaan antara Kurikulum 2013 dengan Kurikulum sebelumnya (KTSP), namun terdapat pula persamaan yaitu kompetensi yang akan kita capai. Dalam kurikulum 2013, setiap lulusan diharapkan memiliki kesatuan antara sikap, pengetahuan, tindakan dan ajaran agama yang dianutnya.
Relevansi dengan Sosial Kemasyarakat
Sosiologi antropologi akan menyadarkan masyarakat bahwa dirinya adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Dalam konteks kehidupan, mata pelajaran antropologi sosiologi di sekolah menengah sangatlah penting, karena memberikan pemahaman tentang kedudukan dan peranan manusia di alam semesta ini.
Tantangan Pembelajarannya
Karena Sosiologi dan Antropologi dijadikan mata pelajaran di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMU), maka di tingkat perguruan tinggi dirasakan adanya kesenjangan pemahaman terhadap pemberian mata pelajaran tersebut. Beberapa faktor utama yang menyebabkan kesenjangan ini antara lain pada tingkat SMA: (1) Terbatasnya Sumber Daya Manusia (SDM) yang menawarkan mata pelajaran Sosiologi dan Antropologi; (2) Terbatasnya ruang untuk berkomunikasi, berdiskusi, mengintegrasikan kesinambungan materi yang diajarkan; (3) Terbatasnya pemahaman terhadap mata pelajaran Sosiologi dan Antropologi sebagai ilmu.
Kurikulum 2013 Sosiologi dan Antropologi
Sosiologi dan Antropologi Tahun 2013 dari segi kompetensi dan SAP-Silabus untuk siswa SMA (atas perintah panitia penyelenggara). Kompetensi inti ini kemudian didukung dengan pengajaran metode penelitian yang diajarkan dalam 4 bab tersendiri dalam buku Sosiologi dan Antropologi. Penelitian sosiokultural merupakan salah satu bentuk pengayaan dan pengembangan ilmu pengetahuan, sehingga harus sesuai dengan kaidah ilmu pengetahuan.
Proses yang dilakukan secara sistematis menurut metode ilmiah menjadi landasan bagi hasil akademik penelitian sosiologi dan antropologi sebagai ilmu. Kompetensi inti dan dasar angkatan Bahkan di perguruan tinggi yang mengajarkan sosiologi dan antropologi sebagai ilmu, sosiolog dan antropolog mempunyai kompetensi yang sesuai dengan pengetahuan umum untuk bekerja secara profesional di masyarakat (standar Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia).
Konsep-konsep Dasar Sosiologi dan
Kemudian Aksi Sosial yang diajarkan sama dengan mengajarkan konsep dasar lainnya antara lain Hubungan Sosial, Interaksi Sosial, Realitas Sosial. Dalam memberikan konsep dasar Sosiologi dan Antropologi terdapat konsep yang diajarkan pada Sosiologi dan Antropologi. Sebagaimana ilmu-ilmu sosial dan humaniora, tentu saja mempunyai batang ilmu (filsafat) yang sama dan berkembang sebagai cabang-cabang ilmu pengetahuan, terdapat naungan yang sama terutama pada konsep-konsep dasarnya.
Bagi sosiologi dan antropologi, konsep dasarnya sama dan digunakan untuk mengkaji permasalahan sosial dengan kerangka berpikir yang berbeda. Konsep dasar dipelajari sebagai konsep dasar dalam antropologi, meskipun konsep dasar tersebut merupakan konsep dasar dalam sosiologi. Kemudian bagi Indonesia sebagai masyarakat majemuk, memahami konsep dasar akan sangat membantu jika mampu memberikan contoh yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Penutup
Pembelajaran ini memfokuskan proses pembelajaran pada peserta didik (student-centered, learning centric), mengutamakan pendekatan yang mendalam dan pendekatan pembelajaran yang strategis. Kolaboratif; memungkinkan siswa dalam kelompok untuk membangun kohesi melalui kolaborasi yang efektif. Strategi Pembelajaran Pembelajaran berbasis sumber daya: Siswa dibekali berbagai sumber belajar untuk menunjang proses pembelajaran.
Siswa yang matang secara kognitif mampu memahami konsep-konsep abstrak, seperti nilai dan norma sosial, yang mengaitkan kemiskinan dengan perilaku menyimpang. Setiap siswa mempunyai kecepatan dan ritme perkembangan yang berbeda dengan ritme perkembangan siswa lainnya. Mungkin ada siswa yang selalu berusaha keras dalam belajar, namun nilai yang didapat selalu rendah.
Metodologi
Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan analisis data kualitatif yang lebih dikenal dengan analisis data model interaktif. Dalam penelitian kualitatif, analisis data adalah proses menyusun urutan data, mengorganisasikannya ke dalam pola kategori dan unit dasar deskripsi. Kategorisasi data disesuaikan dengan rumusan pertanyaan yang diajukan dalam penelitian ini dan bertujuan untuk memberikan kemudahan interpretasi, seleksi dan penjelasan dalam bentuk deskripsi analitis (Miles dan Huberman, 1992: 16).
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Muatan sosiologis yang terlihat adalah sosialisasi; nilai dan norma; Hal ini tersirat dalam mata kuliah pendidikan kewarganegaraan Perspektif struktural-fungsional yang kuat 7. Muatan sosiologis yang terlihat adalah sosialisasi; nilai dan norma; Hal ini tersirat dalam mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan/PMP Perspektif struktural-fungsional yang kuat 8. Kurikulum Bahan Ajar Sosiologi Berbasis Karakter Pendidikan karakter sangat diperlukan dalam masyarakat saat ini, apalagi dari hasil analisis teks buku di atas menunjukkan masih minimnya sumber daya manusia. upaya mengintegrasikan muatan nilai-nilai karakter.
Kompetensi Inti Memahami perilaku hidup teratur sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat. Analisis Tekstual Bahan Ajar Sosiologi Kelas X SMA: Upaya Identifikasi dan Pengembangan Model Bahan Ajar Berbasis Karakter. Analisis teks bahan ajar sosiologi kelas XI: Upaya mengidentifikasi dan mengembangkan model bahan ajar berbasis karakter.
Pemanfaatan Jejaring Sosial Facebook sebagai Media
Selama ini guru mata pelajaran sosiologi kebanyakan menggunakan metode proofreading di kelasnya dan hanya mengandalkan buku teks atau buku pegangan sosiologi untuk siswa. Ada tiga permasalahan utama yang melatarbelakangi kurang optimalnya kegiatan pembelajaran mata pelajaran sosiologi di kelas, yaitu: Pertama, permasalahan metode pengajaran yang kurang merangsang motivasi siswa. Siswa dapat menerjemahkan isi objektif bahan ajar sosiologi ke dalam pemikiran kognitifnya, karena ini merupakan sumber kompetensi bagi dirinya dan arahan evaluasi bagi guru.
Hal ini penting terutama untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan nyaman serta membangun kemampuan imajinasi sosiologis siswa. Namun kenyataannya, mata pelajaran sosiologi di sekolah lebih berorientasi pada buku teks sehingga tidak mendorong siswa berpikir ilmiah dalam menganalisis permasalahan sosial faktual. Hal ini akan memudahkan guru dalam belajar dan membuat siswa senang belajar, dalam hal ini khususnya pada mata pelajaran sosiologi yang umumnya hanya menggunakan metode ceramah dan mengandalkan buku teks.
Surat Kabar Cetak: Alternatif Sumber
Majalah, surat kabar dan internet merupakan produk media massa yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar alternatif. Semua informasi tersebut disajikan dalam surat kabar cetak dan belum tentu disertakan dalam sumber belajar berupa buku teks. Selain itu, surat kabar cetak mudah diakses oleh pelajar tanpa perlu pelajar memiliki perangkat teknologi seperti laptop, tablet, modem dan koneksi internet.
Membiasakan membaca berita di surat kabar cetak merupakan suatu kebiasaan yang baik, karena Anda dapat mempelajari permasalahan sosial dan inovasi yang terjadi di daerah, nasional bahkan dunia. Namun guru juga dapat menggunakan metode pengajaran lain yang sesuai untuk mendukung sumber belajar surat kabar cetak ini, seperti metode pengajaran kontekstual, sosiodrama, pembelajaran kooperatif, dan metode resitasi. Harapannya dengan adanya surat kabar cetak, sumber belajar menjadi sumber informasi dan pengetahuan bagi peserta didik yang tentunya terkini sesuai dengan keadaan dan kondisi dinamika sosial yang terjadi di masyarakat.
PENELITIAN SOSIAL
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang diharapkan dapat menjadi pedoman penelitian ini dalam memperoleh jawaban ontologis yaitu tentang makna sekolah bagi anak. Selain aspek ontologis, penelitian ini juga menitikberatkan pada aspek epistemologis yaitu mendapatkan jawaban tentang keterbatasan metodologis bagi perkembangan dunia pendidikan di Indonesia. Keterbatasan metodologi ini penting dalam perumusan kebijakan, karena anak bukan hanya sebagai objek pendidikan, namun juga pelaku utama pendidikan yang harus diakui keberadaannya.
Penelitian ini juga berfokus pada aspek aksiologis untuk mendapatkan jawaban mengenai implikasi pentingnya sekolah bagi dunia pendidikan di Indonesia pada umumnya dan bagi masa depan anak pada khususnya. Lokasi penelitian ini adalah Kota Surakarta (baca: Kota Solo), mengingat Kota Solo saat ini sedang mengembangkan program sebagai Kota Layak Anak yang salah satu indikatornya adalah dengan meningkatkan mutu pendidikan. Oleh karena itu, sangat tepat jika dilakukan penelitian mengenai pentingnya sekolah bagi anak, karena hal ini akan berimplikasi pada perkembangan pendidikan khususnya di Kota Solo.
Hasil dan Pembahasan
Hal ini ditunjukkan dengan diperolehnya ijazah sebagai bukti sah bahwa anak telah mengenyam pendidikan di sekolah formal. Program atau kebijakan yang dikeluarkan pemerintah kota Solo tidak selalu didukung oleh kesadaran semua pihak, dalam hal ini keterlibatan orang tua dan masyarakat. Hal ini tidak lagi sesuai dengan filosofi kritis pendidikan Paulo Freire (Siti Murtiningsih, 2004), bahwa sekolah harus menciptakan individu-individu yang mampu mendekonstruksi dan merekonstruksi sistem yang ada.
Dalam bahasa Bourdieu, hal ini terjadi pada dominasi kelas yang lebih tua terhadap yang lebih muda yang baru masuk sekolah. Hal ini jelas menunjukkan bahwa sekolah merupakan representasi sosial budaya yang berkembang di Indonesia dalam kaitannya dengan situasi politik di negara tersebut. Hal ini tercermin dari penerapan standar kelulusan nasional yang hanya melihat kuantitas saja.
Kesimpulan dan Saran
Pemerintah Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang sangat aktif mengembangkan berbagai program pembangunan untuk mengurangi jumlah keluarga/masyarakat miskin di wilayahnya. Perkembangan program ini sebenarnya sudah dimulai sejak akhir pemerintahan Soeharto, yaitu pada masa pemerintahan Basofi Sudirman sebagai Gubernur Jawa Timur pada tahun 1993 hingga 1998. Menjadi persoalan baru yang pelik karena kota-kota yang semula diperuntukkan bagi penduduk terbatas dirancang, fasilitas pun harus dilengkapi. asalkan. dan infrastruktur, serta kesempatan kerja.
Oleh karena itu, tidak hanya pemerintah provinsi, pemerintah pusat juga mengembangkan program PNPM untuk memperkuat masyarakat desa guna mengurangi kemiskinan. Hal ini penting bagi Provinsi Jawa Timur, karena berdasarkan data statistik BPS tahun 2009, jumlah penduduk miskin sekitar 6 juta jiwa atau 16%. Jika tidak memperhitungkan proporsi dengan jumlah penduduk, maka penduduk miskin di Provinsi Jawa Timur merupakan jumlah terbesar.
Proses Penelitian
Peran Pemerintah dan Masyarakat Industri
Keterlibatan Keluarga Miskin dalam upaya
Landasan Teori
Kesimpulan