• Tidak ada hasil yang ditemukan

(9)KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga skripsi ini dapat selesai sebagaimana mestinya

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "(9)KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga skripsi ini dapat selesai sebagaimana mestinya"

Copied!
175
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pemecahan masalah matematika merupakan keterampilan yang harus dimiliki siswa, namun berbeda dengan kenyataan yang ada. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI Akuntansi yang menunjukkan bahwa siswa tersebut tergolong memiliki kemampuan pemecahan masalah matematis sangat rendah. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika di SMAN 1 Wanasaba, dalam penelitian ini peneliti ingin menganalisis kemampuan pemecahan masalah matematis siswa ditinjau dari kemandirian belajar siswa.

Rendahnya kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika disebabkan pembelajaran yang kurang efektif, misalnya jam belajar yang sangat sedikit. 4 Fifit Novi Yanti, "Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis: Dampak Blended Learning Menggunakan Edmodo", Decimal, Vol. Kemandirian belajar siswa akan terwujud jika ada sikap aktif, kreatif, bertanggung jawab dalam belajar, serta mampu mengatasi masalah dalam pembelajaran 8 Dalam menyelesaikan masalah matematika, siswa diharapkan memiliki kemampuan berpikir kreatif dan belajar mandiri.

Rumusan Masalah

Tujuan dan Manfaat

Pembelajaran online dapat digunakan sebagai alat untuk meningkatkan pemahaman materi, meningkatkan aktivitas pembelajaran dan meningkatkan interaksi. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang bagaimana siswa SMA menyelesaikan suatu soal matematika dengan pembelajaran online menggunakan aplikasi Google Classroom ditinjau dari kemandirian belajar. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika dengan pembelajaran online menggunakan aplikasi Google Classroom dalam hal kemandirian belajar siswa.

Penerapan pembelajaran online dengan aplikasi Google Classroom memberikan pengalaman belajar baru bagi siswa dan dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika serta kemandirian belajar siswa. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematika dan kemandirian belajar siswa. Dapat meningkatkan pemahaman pembelajaran dengan menggunakan aplikasi Google Classroom dalam meningkatkan pemecahan masalah matematika secara mandiri dan dapat dijadikan pedoman bagi calon pendidik atau guru berdasarkan penelitian ini.

Ruang Lingkup dan Setting Penelitian

Telaah Pustaka

Ketiga, terdapat hubungan yang signifikan antara kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pendidikan matematika dengan kemandirian belajar. Skripsi oleh Tri Oktaviani, 2019 dengan judul “Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dalam Bentuk Pembelajaran Mandiri Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah”. Hasil dari penelitian ini adalah siswa yang memiliki kemandirian belajar tinggi harus memenuhi beberapa indikator pemecahan masalah antara lain memahami masalah, memutuskan.

11 Tri Oktaviani, “Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Terhadap Kemandirian Belajar Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah”, (Skripsi, FKIP Universitas Pancasakti, Tegal, Tegal, 2019), hlm. Penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yudi Darma yaitu menggunakan metode penelitian deskriptif, dan instrumen yang digunakan adalah angket belajar mandiri dan soal tes. Penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tri Oktaviani yaitu menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, dan instrumen yang digunakan adalah angket belajar mandiri dan soal tes.

Kerangka Teori

Tuntutan kemampuan memecahkan masalah ditekankan oleh Kurikulum 2013 sebagai kompetensi dasar yang harus ada pada siswa. Artinya kemampuan memecahkan masalah merupakan upaya mencari jalan keluar dari masalah dan mencapai suatu tujuan yang tidak dapat dicapai dengan segera. Artinya kemampuan memecahkan masalah dalam pembelajaran matematika merupakan sarana utama untuk memahami masalah dan mengembangkan kemampuan siswa dalam merencanakan masalah.

Pemecahan masalah matematika merupakan tujuan dalam pembelajaran matematika, meskipun proses pemecahan masalah matematika merupakan jantung dari matematika. 15 Tri Oktaviani, “analisis kemampuan pemecahan masalah matematika ditinjau dari kemandirian belajar dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah, (skripsi magister, FKIP Universitas Pancasakti, Tegal, Tegal, 2019), hal. Berdasarkan uraian tersebut, konsep pemecahan masalah adalah usaha seseorang untuk menemukan cara atau langkah-langkah untuk memecahkan masalah yang dihadapinya dan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Gambar 1.4   Tampilan Pesan
Gambar 1.4 Tampilan Pesan

Metode Penelitian

Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII IPA 2 SMAN 1 Wanasaba yang berjumlah 30 siswa. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan angket tertutup, dimana angket tertutup ini memberikan peneliti pilihan jawaban yang akan dipilih oleh subjek. Jumlah item angket dalam penelitian ini adalah 20 pernyataan yang disajikan dalam skala likert, pernyataan yang disampaikan berupa pernyataan positif dan negatif, dengan empat pilihan jawaban.

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan melalui tiga kegiatan yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Agar hasil penelitian ini valid secara ilmiah, data yang dikumpulkan harus diverifikasi keabsahannya. Oleh karena itu diperlukan beberapa metode untuk mengetahui keabsahan data, dalam penelitian ini keabsahan data diuji dengan triangulasi.

Tabel 1.6  Kisi-kisi Soal  Kompetensi
Tabel 1.6 Kisi-kisi Soal Kompetensi

Sistematika Pembahasan

PAPARAN DATA DAN TEMUAN

Subjek dan Jadwal Penelitian

Paparan Data Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil analisis tes pemecahan masalah dan hasil analisis penggalan wawancara dapat disimpulkan bahwa subjek ST1 mampu memahami masalah. Berdasarkan hasil analisis tes kemampuan pemecahan masalah pada materi pelajaran ST1 dapat menulis rencana pemecahan masalah. Berdasarkan hasil tes pemecahan masalah dan petikan wawancara, subjek ST1 mampu menyusun rencana pemecahan masalah.

Berdasarkan hasil analisis tes pemecahan masalah dan hasil analisis petikan wawancara dapat disimpulkan bahwa subjek ST1 mampu menarik kesimpulan dan mengevaluasi kembali. Berdasarkan hasil analisis tes kemampuan pemecahan masalah, subjek ST2 dapat menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan tentang soal. Berdasarkan hasil analisis tes pemecahan masalah dan hasil analisis petikan wawancara, orang ST2 mampu memahami masalah, sehingga dapat disimpulkan orang ST2 mampu memahami masalah.

Dari hasil analisis tes pemecahan masalah dan hasil analisis kutipan wawancara, subjek ST2 tidak dapat mempertimbangkan kembali hasil yang diperoleh. Berdasarkan hasil analisis tes pemecahan masalah dan hasil analisis kutipan wawancara, subjek SS1 mampu memahami masalah, sehingga dapat disimpulkan bahwa subjek SS1 mampu memahami masalah. Sedangkan hasil analisis kutipan wawancara dari subjek SS1 tidak dapat menyelesaikan rencana pemecahan masalah sampai selesai.

Berdasarkan hasil analisis tes kemampuan pemecahan masalah, subjek SS1 belum dapat mempertimbangkan kembali hasil pemecahan masalah. Berdasarkan hasil analisis tes pemecahan masalah dan hasil analisis kutipan wawancara, subjek SS2 mampu memahami masalah, sehingga dapat disimpulkan bahwa subjek SS2 mampu memahami masalah. Berdasarkan hasil analisis tes kemampuan pemecahan masalah, subjek SS2 mampu melaksanakan rencana pemecahan masalah dengan benar.

Dari hasil analisis tes pemecahan masalah dan dari hasil analisis penggalan wawancara dari subjek SS2 belum dapat direview hasil yang diperoleh. Berdasarkan hasil analisis tes pemecahan masalah dan hasil analisis kutipan wawancara, subjek SR2 mampu memahami masalah, sehingga dapat disimpulkan bahwa subjek SR2 mampu memahami masalah. Sedangkan hasil analisis penggalan wawancara dari subjek SR2 mampu merealisasikan rencana pemecahan masalah, namun prosedurnya kurang tepat.

Gambar 2.2  Tampilan Materi
Gambar 2.2 Tampilan Materi

PEMBAHASANAN

41 Mayasari, Tina Rosyana, “Pengaruh Belajar Mandiri Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMA di Kota Bandung”, Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 42Yudi Darma, dkk, “Hubungan Antara Kemandirian Belajar Dengan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Calon Guru Matematika”, Jurnal Pendidikan, Vol. 43 Dianna Sulistyani, Yenita Roza, dkk, “Hubungan Antara Kemandirian Belajar Dengan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis”, Jurnal Pendidikan Matematika, Vol.

Berdasarkan pembahasan tersebut, subjek SS1 mampu menyelesaikan 2 indikator pemecahan masalah matematis yaitu memahami masalah dengan membuat rencana penyelesaian masalah. Hasil penelitian subjek penelitian SS2, SR1, dan SR2 terhadap kemampuan pemecahan masalah pada pembelajaran mandiri rendah. 45 Dianna Sulistyani, Yenita Roza, dkk, “Hubungan Antara Kemandirian Belajar Dengan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis”, Jurnal Pendidikan Matematika, Vol.

Siswa yang memiliki kemandirian belajar yang tinggi dalam memecahkan masalah matematika mampu memenuhi 4 indikator pemecahan masalah yaitu memahami masalah, menetapkan rencana penyelesaian masalah, melaksanakan rencana penyelesaian masalah, dan mengontrol kembali. Siswa yang mandiri belajar sambil menyelesaikan masalah matematika mampu memenuhi 2 indikator pemecahan masalah, yaitu memahami masalah dan menentukan rencana penyelesaian masalah. Siswa yang memiliki kemandirian belajar rendah dalam menyelesaikan masalah matematika mampu memenuhi 1 indikator pemecahan masalah yaitu memahami masalah.

Dianna Sulistyani, Yenita Roza, dkk, “Hubungan antara kemandirian belajar dengan kemampuan pemecahan masalah matematis,” Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. Mayasari, Tina Rosyana, “Pengaruh Kemandirian Belajar Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA di Kota Bandung”, Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. Tri Oktaviani, “Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Pembelajaran Mandiri Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah, Disertasi, FKIP, Universitas Pancasakti, Tegal, Tegal, 2019.

Yudi Darma, dkk, “Hubungan Antara Kemandirian Belajar Dengan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Pada Siswa Calon Guru Matematika”, Jurnal Pendidikan, Vol.

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan data, hasil analisis data dan pembahasan dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas XII IPA 2 pada pembelajaran online menggunakan Google Classroom ditinjau dari kemandirian belajar di SMP Negeri 1 Wanasaba terbagi menjadi tiga kategori yaitu, kemandirian belajar tinggi, kemandirian belajar sedang, dan kemandirian belajar rendah memiliki kemampuan pemecahan masalah yang berbeda dari masing-masing kategori.

Saran

Budi Waluya, Endang Retno Winarti, dkk, “Pemecahan Masalah dan Pembelajaran Matematika”, PRISMA, Prosiding Seminar Nasional Matematika, Vol. Dian P.S dan Sugiman, “Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Kelas XI SMK Muhammadiyah I Patuk Pada Debat Peluang Debat Peluang Siswa Kelas XI SMK Muhammadiyah I Patuk Debat Probability Debate,”JurnalPendidikanMathematics-SS1, Vol. Fifit Novi Yanti, "Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis: Dampak Blended Learning Menggunakan Edmod", Decimal, Vol.

Hafsah Salima, “Analisis Kemandirian Belajar Siswa Pada Pembelajaran Tematik Kelas 2 SDI Al-Azhar 17 Bintaro, Skripsi, FTK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2019. Isnaini Rosida, Mulyono, dkk, “Mobile Learning” PRISMA, Prosiding Seminar Nasional Matematika Vol. Ito Gangsar Wicaksono, “Analisis Pengaruh Model Pembelajaran Flipped Classroom Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Kelas XI Mipa Pada Materi Persamaan Trigonometri, Skripsi, FKIP Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, Tahun 2020.

Kurniawan Yusuf, “Pengaruh model pembelajaran blended learning dengan menggunakan Google Classroom terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMA Lina Dwi Astuti, “Upaya peningkatan kemampuan belajar dan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Yogyakarta melalui Problem Based Learning, Skripsi, FMIPA Yogyakarta, Yogyakarta, 2014. Muhammad Nurul Huda, “Analisis Berpikir Kreatif Matematis dalam Melihat Kemandirian Belajar pada Pembelajaran Mobile Learning Berbantuan Creative Problem Solving, Skripsi, Pascasarjana, Universitas Negeri Semarang, Semarang, 2020 .

Nur Fadilah, “Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Pada Materi Persamaan Linear Dengan Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah Kelas X Man Fifty, Skripsi, FTK UIN Sumut Medan, Medan, 2018. Nurfayanti, Nurbaeti, “Dampak Media Pembelajaran di Google Classroom tentang Analisis Real Pembelajaran Terhadap Motivasi Belajar Matematika”, Penelitian Pendidikan Matematika dan Matematika, Vol. Pardimin, Sri Adi Widodo, dkk., “Analisis Titik Pemecahan Masalah Matematika”, Jurnal Wacana Akademik, Vol.

Penyebaran angket belajar mandiri di kelas XII IPA 2 dengan jumlah siswa 30 orang, kelas XII IPA 2 dibagi menjadi dua kelas yang masing-masing kelas terdiri dari 15 siswa).

Gambar

Gambar 1.4   Tampilan Pesan
Gambar 1.5   Tampilan Menerima
Gambar 1.7  Membuat Kelas
Gambar 1.9  Menambahkan Materi  4)  Masukkan judul dan deskripsi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mendeskripsikan kemampuan literasi matematis siswa pada materi aljabar ditinjau dari kemandirian belajar. 2) mendeskripsikan faktor